Anda di halaman 1dari 12

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469
IDENTITAS
Inisial : Ny. A
Usia : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Alamat Jogja : Gedongkiwo Mantrijeron
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Bangsal : ICU

Dokter yang merawat : dr. Zulrifqi, Sp.PD


Ko-asisten : Raditya Hermawan Wicaksono

 SUBYEKTIF AUTOANAMNESIS
1. Keluhan Utama
 Sesak Nafas
2. RPS
OS datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas, sebelumnya pasien sudah datang ke IGD
sebanyak 2 kali dan sudah diberikan terapi nebulizer tetapi sesak kambuh lagi, sesak tidak
membaik setelah istirahat. OS sejak usia 18 tahun sering mengeluhkan sesak nafas dan semakin
lama semakin memburuk. OS mengeluhkan sering sesak nafas setelah melakukan aktivitas dan
sering sesak nafas setiap malam hari hingga terbangun dari tidur.
3. RPD
 Riwayat penyakit serupa (+)
 Riwayat alergi (+)
 Riwayat gastritis (-)
 Riwayat Diabetes Mellitus (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
4. RPK
 Riwayat penyakit serupa (+)
 Riwayat Diabetes Mellitus (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469
5. Review System
 Sistem Syaraf Pusat : Penurunan kesadaran (-)
Kejang (-)
Pusing/sakit kepala (-)
Demam (-)
 Kardiovaskular : Palpitasi (-)
Nyeri dada (-)
Pucat (-)
 Respirasi : Batuk (-)
Pilek (-)
Sesak nafas (+)
 Pencernaan : Mual (-)
Hematemesis (-)
Diare (-)
Konstipasi (-)
Melena (-)
 Urogenital : Nyeri saat berkemih (-)
 Muskuloskeletal : Nyeri otot (-)
Nyeri sendi (-)
Kesemutan (-)
 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Vital Signs
o Tekanan Darah : 120/70 mmHg
o Suhu Tubuh : 36,5 °C
o Frekuensi Nafas : 28 x/menit
o Frekuensi Nadi : 98 x/menit
2. Kepala
 Mata
Konjunctiva anemis ( - / - ), Sklera ikterik ( - / - ), Pupil isokhor ( + / + )
 Telinga
Discharge ( - / - ), nyeri telinga ( - / - ), Gangguan pendengaran ( - / - )
2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469

 Mulut
Mukosa kering ( - ), Bibir sianosis ( - ), Stomatitis ( - ), Karies gigi ( - )
3. Leher
Benjolan ( - ), Limfonodi teraba ( - )
4. Thorax
 Inspeksi
o Simetris (+)
 Palpasi
o Benjolan (-)
o Ictus cordis teraba (-)
 Perkusi
o Sonor (+)
 Auskultasi Paru
o Vesikuler (+/+)
o Wheezing (+/+)
o Ronkhi (-/-)
 Auskultasi Jantung
o S1-S2 reguler (+)
o Bising jantung (-)
5. Abdomen
 Inspeksi : distensi (-)
 Auskultasi : bising usus (+)
 Perkusi : timpani (+)
Ukuran hepar dalam batas normal
 Palpasi
o Nyeri tekan epigastrium ( - )
o Murphy sign ( - ), nyeri tekan Mc Burney ( - )
o Hepar permukaan teraba licin, tidak berbenjol-benjol, nyeri tekan ( - )
o Lien teraba ( - )
o Ascites ( - ) dengan pemeriksaan undulasi dan shifting dullness.
o Nyeri ketok ginjal ( - )
6. Ekstremitas
 Akral hangat (+)
3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469

 Nadi kuat regular


 Edema (-)
 Capillary refill time < 2”
7. Pemeriksaan Penunjang
 Darah Rutin dan Kimia
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Hematologi
Leukosit 7,9 4,00 - 10,6 103 / uL
Eritrosit 4,63 4,50 - 6,00 106 / uL
Hemoglobin 13,4 13,0 - 18,0 g/dL
Hematokrit 40,9 35,0 - 47,0 %
MCV 88,8 81 - 99 fL
MCH 29,3 27 - 31 pg
MCHC 32,3 L 33 - 37 g/dL
RDW-CV 12,6 11 - 16 %
Trombosit 396 150 – 450 3
10 / uL
Differential Telling
Neutrofil % 87,5 H 50 - 70 %
Limfosit % 8,7 L 20 - 40 %
Monosit % 2 2-4 %
Eosinofil % 0,9 L 2,0 - 4,0 %
Basofil % 0,3 <1 %
Neutrofil # 7,03 H 2-7 103/uL
Limfosit # 0,67 L 0,8 - 4,0 103/uL
Monosit # 0,36 0,12 - 1,20 103/uL
Eosinofil # 0, 07 0,02 - 0,50 103/uL
Basofil # 0,02 0 -1 103/uL
Kimia
GDS 153 H 70-140 mg/dl
Hati 27 <37 mg/dL
SGOT 25 <42 mg/dL
SGPT
Ginjal
Ureum 14 10 - 50 mg/dL
Creatinin 1,0 H <0,9 mg/dL
Urinalisa
Warna-Kekeruhan Kuning-Jernih Kuning-Jernih
pH 6,5 5,0 - 6,5

4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469
Berat Jenis 1,010 1,005 - 1,030
Keton Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilin Positif (+) Positif
Bilirubin Negatif Negatif
Urinalisa (Sedimen)
Leukosit Positif (0-2)/LP Positif (0-2) / LP
Eritrosit Negatif Negatif (0) / LP
Epitel Positif (6-10)/LP Positif (0-2) / LP
Silinder Hyalin Negatif Negatif
Silinder Leukosit Negatif Negatif
Silinder Granula Negatif Negatif
Kristal Oksalat Negatif Negatif
Kristal Urat Negatif Negatif
Kristal Triple Fosfat Negatif Negatif
Kristal Amorf Negatif Negatif
Trichomonas Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif

 Rontgen thorax
o Kesan : Cor dan Pulmo (N)
 ASSESSMENT
No Problem Sementara Problem Permanen
 Sesak nafas
 Sesak tidak membaik setelah
aktivitas/ketika istirahat
Asma Bronkial Serangan
1.  Sesak saat malam hari hingga membuat
berat
terbangun dari tidur
 Wheezing (+/+)
 RR : 28/menit

 INITIAL PLANNING & EVALUASI


1. Problem: Asma Bronkial

5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469
Penyakit Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan
menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan
hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan
manifestasi klinik yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-
batuk terutama pada malam hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya
inflamasi, yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau
tanpa pengobatan
IP Diagnosis
Diagnosis asma didasarkan pada karakteristik gejala pernapasan seperti wheezing,
dispnea, dada terasa berat dan batuk, serta hambatan udara ekspirasi yang bervariasi. Berikut ini
adalah penjelasan tentang diagnosis asma (GINA, 2016):
a. Lebih dari satu gejala berikut ini (wheezing, dispnea, batuk, dada terasa berat), terutama
pada dewasa
b. Gejala memburuk pada malam hari atau pada awal pagi hari
c. Gejala bervariasi dalam hal waktu dan internsitas
d. Gejala dipicu oleh infeksi virus (flu), olahraga, paparan alergen, perubahan musim, atau
iritan seperti asap, atau bau yang menyengat.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang menurunkan kemungkinan bahwa seseorang
menderita penyakit asma (GINA, 2016):
a. Batuk tanpa gejala respirasi lain
b. Produksi sputum kronik
c. Dispneu terkait dengan kepala pusing, kepala terasa ringan, dan parestesia perifer
d. Nyeri dada
e. Dispneu dengan inspirasi nyaring terkait olahraga

Pemeriksaan pada pasien asma seringkali normal. Abnormalitas yang paling sering adalah
wheezing ekspiratorik (ronkhi) pada auskultasi, tapi kadang tidak terdengar atau hanya terdengar
pada ekspirasi kuat yang dipaksa. Wheezing juga bisa tidak ditemukan pada asma eksaserbasi
berat, karena penurunan aluran udara yang sangat hebat (silent chest), akan tetapi biasanya tanda-
tanda patologis lain muncul. Wheezing juga bisa ditemukan pada disfungsi jalan nafas atas,
misalnya pada PPOK, infeksi saluran nafas, trakeomalasia, atau corpus alienum. Crackles atau

6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469
wheezing inspiratorik bukan karakteristik asma. Perlu juga dilakukan pemeriksaan hidung untuk
menemukan adanya rinitis alergi atau polip nasal (GINA, 2016).

Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal paru


I. Intermiten
Bulanan APE  80%
* Gejala < 1x/minggu *  2 kali sebulan * VEP1  80% nilai prediksi
* Tanpa gejala di luar APE  80% nilai terbaik
serangan * Variabiliti APE < 20%
* Serangan singkat

II. Persisten
Ringan Mingguan APE > 80%
* Gejala > 1x/minggu, * > 2 kali sebulan * VEP1  80% nilai prediksi
tetapi < 1x/ hari APE  80% nilai terbaik
* Serangan dapat * Variabiliti APE 20-30%
mengganggu aktiviti
dan tidur

III. Persisten
Sedang Harian APE 60 – 80%
* Gejala setiap hari * > 1x / * VEP1 60-80% nilai
* Serangan mengganggu seminggu prediksi
aktiviti dan tidur APE 60-80% nilai terbaik
*Membutuhkan * Variabiliti APE > 30%
bronkodilator
setiap hari

IV. Persisten
Berat Kontinyu APE  60%
* Gejala terus menerus * Sering * VEP1  60% nilai prediksi
* Sering kambuh APE  60% nilai terbaik
* Aktiviti fisik terbatas * Variabiliti APE > 30%

Pemeriksaan Penunjang
a. Spirometri
Fungsi normal paru diukur dengan spirometri. Forced expiratory volume in on 1 second
(FEV1) lebih dipercaya daripada peak expiratory flow (PEF). Jika PEF dilakukan, maka alat yang
sama harus digunakan tiap saat pemeriksaan, karena perbedaan sebesar 20% bisa terjadi jika
dilakukan perubahan ukuran atau alat (GINA, 2016).
Penurunan FEV1 dapat juga ditemukan pada penyakit paru lain, atau pengguaan
spirometri yang tidak tepat, akan tetapi penurunan rasio FEV1/FVC menandakan adanya
7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469
hambatan aliran jalan nafas. Rasio FEV1/FVC normal adalah 0.75-0.80 dan kadang 0.90 pada
anak-anak, dan nilai di bawah batas normal tersebut menandakan hambatan aliran udara (GINA,
2016).
Variabilitas adalah perbaikan atau perbukurukan gejala dan fugnsi paru. Variabilitas
berlebihan dapat ditemukan dari waktu ke waktu dalam satu hari (variasi diurnal), dari hari ke
hari, musiman, atau dari sebuah tes reversibilitas. Reversibilitas adalah perbaikan FEV1 atau PEF
secara cepat setelah penggunaan bronkodilator kerja cepat seperti 200-400 mikrogram
salbutamol, atau peningkatan yang konsisten hari ke hari sampai minggu ke minggu setelah
diberikan terapi kendali asma misanya dengan intranasal corticosteroid (ICS). Peningkatan atau
penurunan FEV1 >12% dan >200 mL dari batas dasar, atau jika spirometri tidak ada, perubahan
PEF minimal sebesar 20% dapat diterima sebagai asma. Akan tetapi, jika FEV1 tetap dalam batas
normal saat pasien sedang mengalami gejala asma, maka kemungkinannya kecil bahwa
kemungkinan penyakitnya adalah asma. Pengukuran FEV dan PEF dilakukan sebelum terapi
dengan bronkodilator (GINA, 2016).
b. Tes provokasi bronkus
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa hiperesponsivitas jalan nafas. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan latihan inhalasi metakolin dan histamin, hiperventilasi eukapnik volunter
atau manitol inhalasi. Tes ini cukup sensitif untuk diagnosis asma tapi kurang spesifik, karena
bisa terjadi karena penyakit lain, misalnya rinitis alergika, fibrosis kistik, displasia
bronkopulmoner, dan PPOK. Jadi, hasil negatif pada pasien yang tidak mengonsumsi ICS dapat
mengeksklusi asma, akan tetapi hasil positif tidak selalu menandakan bahwa penyakit tersebut
adalah asma, sehingga anamnesis perlu diperhatikan (GINA, 2016).
c. Tes alergi
Riwayat atopi meningkatkan probabilitas pasien dengan gejala pernapasan menderita
asma alergika tapi hal ini tidak spesifik. Riwayat atopik dapat diperiksa dengan skin prick test
dan pengukuran serum IgE. Skin prick test dengan bahan yang mudah ditemui di lingkungan
sekitar adalah tes yang cepat, murah, dan sensitif jika dikerjakan secara standar. Pengukuran sIgE
tidak lebih sensitif dari skin prick test tapi lebih mahal dan digunakan untuk pasien dengan pasien
tidak kooperatif. Akan tetapi, jika skin prick test dan pengukuran sIgE positif, hal ini tidak selalu
menghasilkan gejala, karena itu perlu anamnesis yang cermat (GINA, 2016).
d. Ekshalasi Nitrit Oksida
Fractional concentration of Exhaled Nitric Oxide (FENO) dapat diperiksa di beberapa
tempat. FENO dapat meningkat pada asma eosinofilik dan pada keadaan non asma misalnya

8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469
rinits alergi, dan belum dipastikan bermanfaat untuk diagnosis asma. FENO menurun pada
perokok dan saat terjadi bronkokonstriksi, dan meningkata jika terjadi infeksi pernafasan viral.
Kadar FENO > 50 ppb terkait dengan respons jangka waktu singkat terhadap ICS. Saat ini
pemeriksaan FENO belum bisa direkomendasikan (GINA, 2016).
IP Terapi:
Non-Farmakologis:
a. Penghentian kebiasaan merokok dan paparan alergen
b. Aktivitas fisik
c. Penghindaran paparan alergen kerja
d. Penghindaran obat-obatan yang dapat memicu asma
e. Penghindaran alergen dalam ruangan
f. Latihan bernafas
g. Diet sehat dan Penurunan Berat badan
h. Vaksinasi
i. Bronkial termoplasti
j. Kontrol stress emosional
k. Imunoterapi alergen
l. Penghindaran alergen dan polutan di luar ruangan
m. Penghindaran makanan alergen dan makanan berkimiawi

Farmakologis:
Obat-obatan untuk terapi asma secara umum dibagi menjadi beberapa kategori,
yaitu:
a. Controller medication, yaitu obat yang digunakan untuk pemeliharaan asma secara
reguler. Obat ini menurunkan inflamasi jalan nafas, mengendalikan gejala dan
menurunkan risiko eksaserbasi dan penurunan fungsi paru.

Nama generik Nama dagang Sediaan Keterangan


Golongan anti-inflamasi non-steroid
Kromoglikat MDI Tidak tersedia
9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469
lagi
Nedokromil MDI Tidak tersedia
lagi
Golongan anti-inflamasi–steroid
Budesonid Pulmicort MDI,
inflammide Turbuhaler
Flutikason Flixotide MDI Tidak tersedia
lagi
Beklometason Becotide MDI
Golongan β-agonis kerja panjang
Prokaterol Meptin Sirup tablet,
MDI*
Bambuterol Bambec Tablet
Salmeterol Serevent MDI
Klenbuterol Spiropent Sirup, tablet
Golongan obat lepas lambat / lepas terkendali
Terbutalin Kapsul
Salbutamol Volmax Tablet
Teofilin Tablet salut
Golongan antileukotrin
Zafirlukas Accolade Tablet -ada
montelukas - belum ada
Golongan kombinasi steroid + LABA
Budesonid + Symbicort Turbuhaler
form oterol seretide MDI
Flukason +
salme terol
b. Reliever (rescue) medication, yaitu obat yang digunakan untuk meredakan gejala asma,
misalnya saat perburukan atau eksaserbasi, atau saat terjadi brokonstriksi terkait olahraga.

Nama Nama Sediaan Keterangan


generik dagang
Golongan β-agonis (kerja pendek)
Terbutalin Bricasma Sirup, tablet, 0,05-0,1
Nairet turbuhaler sirup, mg/kgBB/kali
Forasma tablet, ampul sirup,
tablet
Salbutamol Ventolin Sirup, tablet, MDI 0,05-0,1
mg/kgBB/kali
Orsiprenalin Alupent Sirup, tablet, MDI
Heksorenalin Tablet
Fenoterol Berotec MDI
Golongan santin
Teofilin Sirup, tablet

10
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469

Tatalaksana di IGD

Plan: Inj ceftriaxon 1g/12j


Ranitidin 1A/12jam
Metilprednisolon 62,5 mg/12jam
Nebulizer pulmicort : ventolin /6jam
02

11
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BED SIDE TEACHING NO. RM: 531469

DAFTAR PUSTAKA

1. Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Thapary D. L. (Ed). (2014). Panduan Praktis Klinik
Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
2. Klarisa, C., Liwang, F., Hasan, I., (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta:
Media Aesculapius
3. Soemohardjo, Soewignjo. (2006). Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi VI. Jakarta: EGC
4. Global Initiative for Asthma (GINA)., 2016. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention.

Yogyakarta, September 2017


Dokter Pembimbing,

dr. Zulrifqi, Sp.PD

12

Anda mungkin juga menyukai