Disusun oleh:
20120310007
PRESENTASI KASUS
Disusun oleh:
Gita Suha Yuranda
20120310007
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. EW
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 13 oktober 1955
Usia : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jatimulyo, Tegalrejo, Yogyakarta
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Status Perkawinan : Janda
Pendidikan Terakhir : perguruan tinggi
Kunjungan Puskesmas : 12-04-2018
Kunjungan Rumah : 12-04-2018
Jaminan Kesehatan : BPJS
B. ANAMNESIS PENYAKIT
1. Keluhan Utama : tensi tinggi
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli lansia puskesmas tegalrejo dengan keluhan kontrol rutin
tensi tinggi. Awal mula pasien terdiagnosis hipertensi pada tahun 2015. Pasien
mendapatkan saran dari posyandu tempat lingkungan pasien untuk
memeriksakan kondisi pasien karena 3 kali pemeriksaan didapatkan tensi >
150/90 mmHg. Selama ini pasien mengeluh adanya nyeri kepala seperti kepala
pasien terbeban oleh benda yang berat, dan terkadang mata berkunang kunang
nyeri kepala dirasakan memberat jika bangun tidur tetapi tidak menggangu
aktivitas. Adanya keluhan mual dan muntah disangkal oleh pasien. Selama ini
jika keluhan tersebut muncul pasien mengobatinya dengan obat paramex tetapi
dirasakan membaik sebentar saja. Setelah pasien memeriksakan ke puskesmas
dan mendapatkan terapi amlodipine 5 mg/ hari pasien merasakan keluhan
tersebut membaik dan terkadang tensi pasien dalam batas normal. Tetapi pasien
mengaku tidak bisa menjaga pola makan dengan baik, pasien mengatkan jika
selama ini pasien masih makan makanan yang mengandung santan, goreng-
gorengan dan terkadang pasien tetap minum kopi nescafe pada sore hari, namun
sebenarnya pasien sudah mengatahui jika minum kopi keluhan pusing akan
muncul tetapi kebiasaan itu tetap dilakukan.
Pasien sempat mengalami ke khawatiran akan terhadap penyakitnya dan
takut ada komplikasi yang lain. Menurut pengakuan pasien selama ini pasien tinggal
sendiri dan baru 1 bulan terakhir anak kedua pasien tinggal bersama pasien setelah
menyelesaikan kuliahnya. suami pasien sudah meninggal pada tahun 2009 karena
terdiagonis HT dan ginjal dan anak pertama pasien merantau mengikuti suami yang
berkerja di makasar. 1 bulan terakhir pasien merasakan kebahagiaan karena anak
kedua pasien sudah kembali kerumah, dan hal itu juga membuat ketakutan pasien
untuk tinggal sendiri berkurang. Kedua anak pasien selalu mendukung pasien dalam
pengobatan.
- Riwayat Pekerjaan.
Pasien adalah seorang pensiunan PNS , sekarang pasien hanya menghabiskan
waktu dirumahnya. Untuk kebutuhan sehari-hari pasien mengandalkan
pendapatan dari uang pensiunan. Anak pertama pasien sudah berkerja dan
tinggal dengan suami , anak kedua pasien baru lulus kuliah dan belum
berkerja.
- Riwayat Sosial
Selama ini Pasien hanya tinggal sendiri tetapi 1 bulan terakhir anak pasien
baru pulang setelah menyelesaikan pendidikannya di korea. Suami pasien
meninggal pada tahun 2009 karena sakit ginjal dan hipertensi. Hubungan
pasien dengan anak anak pasien terjalin dengan baik. anak- pertama pasien
tidak tinggal di rumah pasien, Anak pertama sudah berkeluarga dan tinggal
bersama pasangannya diluar jawa. Meskipun demikian anak-anak pasien
sering menunjungi dan telfon pasien. Dalam hubungan dengan tetangga dan
lingkungan sekitarnya pasien tergolong mudah berkomunikasi dan menjalin
hubungan dengan baik.
- Gaya Hidup
o Pola Makan
Pasien tidak menjaga pola makannya dengan baik. Pasien tetap
mengkonsumsi makanan yang bersantan, goreng-gorengan dan kopi,
pasien jarang makan sayur dan buah buahan.
o Olahraga
Pasien sering olahraga. Sehari-hari pasien mengerjakan pekerjaan rumah
seperti menyapu rumah, mencuci dan memasak . seminggu sekali pasien
mengikuti senam sehat di lingkungan rumah.
o Istirahat
Waktu tidur pasien sekitar kurang lebih 7 jam. Biasanya pasien dapat tidur
nyenyak tetapi badan pasien terasa lemas ketika bangun tidur.
o Kebiasaan
Pasien tidak merokok dan mengonsumsi alkohol.
6. Review Sistem
a. Sistem saraf pusat : Nyeri kepala (+)
b. Sistem saraf perifer : Kesemutan (-), tidak ada keluhan
c. Sistem kardiovaskular : Nyeri dada (-), tidak ada keluhan
d. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), tidak ada keluhan
e. Sistem gastrointestinal : Mual (-), tidak ada keluhan
f. Sistem urinary : BAK nyeri (-), tidak ada keluhan
g. Sistem muskuloskeletal : Badan terasa pegal-pegal
C. ANAMNESIS ILLNESS
Illness merupakan keaadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang didapat
dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari empat komponen
berupa perasaan, ide/pemikiran, dan harapan pasien terhadap penyakit yang ia
alami, serta efek penyakit terhadap fungsi/kehidupan sehari-hari pasien. Berikut
adalah illness Ny. EW:
No Komponen Pasien
1. Perasaan Pasien mengetahui bahwa penyakit
hipertensi yang dideritanya merupakan
penyakit tekanan darah yang tinggi.
Menurut pasien penyakitnya tidak bisa
sembuh. Dan perlu minum obat – obatan
secara terus menerus.
2 Pemikiran pasien merasa sedih karena hipertensi
yang diderita karena pasien harus
membatasi diri dalam beraktifitas dan
membatasi makanan yang disukai.
pasien juga sedih harus minum obat
rutin. Pasien merasa khawatir dengan
komplikasi – kompliasi yang akan
terjadi. Pasien takut kalau kontrol
karena takut kalau ternyata tensinya
tinggi. Hal ini yang membuat pasien
selalu membuat catatan hasil TD pada
pemeriksaan.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran&Kesan Umum : Compos Mentis, Baik.
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi :117 x/menit, regular, isi, dan tegangan cukup
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 18 x/menit
3. Antropometri
Tinggi Badan : 160cm
Berat Badan : 62,1 kg
IMT : 24,2 kg/m2
Status Gizi : Normal
4. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : Simetri, mesosefal
Rambut : Lurus, warna hitam dan putih, tidak mudah
tercabut.
5. Pemeriksaan Mata
Palpebra : Edema (-/-)
Konjungtiva : Anemis(-/-), hiperemis (-/-)
Sklera : Ikterik(-/-)
Pupil : Reflek cahaya(+/+), isokor (2mm/2mm)
6. Pemeriksaan Hidung : Secret (-/-), epitaksis (-/-)
7. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
8. Pemeriksaan Leher
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kelenjar Inn : Tidak membesar, nyeri (-)
JVP : Tidak meningkat
9. Pemeriksaan Dada
Pulmo:
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), deformitas(-),retraksi (-)
Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), vokal fremitus normal
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi : Batas jantung kanan atas: SIC II parasternal dextra.
Kanan bawah: SIC IV parasternal dextra. Kiri atas: SIC II parasternal
sinistra. Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
10. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut
11. Pemeriksaan Ekstremitas
Tabel 3.Pemeriksaan Ekstremitas
Tungkai Lengan
Edema - - - -
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tremor - - - -
31/5/2018 140/90
01 /3/2018 120/80
F. DIAGNOSIS KLINIS
Hipertensi Derajat I
4. Family Map
Ny.E Sdr.B
Keterangan:
: Hubungan Fungsional
: Hubungan disfungsional
5. Family APGAR
Respon
2. Kondisi Rumah
Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran sekitar 12m x 15m.
Rumah tersebut merupakan kepemilikan sendiri. Rumah berdinding
tembok, berlantai keramik, beratap genteng yang terdiri dari ruang tamu,
ruang tengah, kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan tempat mencuci baju.
Kondisi rumah dengan ventilasi dan penerangan yang kurang baik. Rumah
tidak memiliki halaman kecil, ada teras rumah untuk menuju ke pintu
utama.
3. Ruang Rumah
Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruang tamu, ruang tengah,
kamar tidur, dan dapur dengan sekat dan 1 kamar mandi.
4. Pencahayaan
Cahaya yang masuk ke seluruh ruangan rumah kurang baik dengan jendela
dan ventilasi kurang memadai.
5. Kebersihan
Ruangan rumah tampak bersih dan rapi.
6. Kepadatan
Tiap ruangan dalam rumah cukup luas. Pasien hanya tinggal berdua
dengan anaknya sehingga rumah pasien tergolong luas.
7. Sanitasi dasar
a. Persediaan air bersih: Sumber air minum, memasak, mandi dan
mencuci berasal dari air PAM.
b. Jamban keluarga: Memiliki jamban keluarga di dalam rumah.
c. Sarana pembuangan air limbah: Limbah kamar mandi dialirkan ke
dalam saluran menuju selokan bagian belakang rumah. Septic tank
berada pada bagian belakang rumah. Jarak septic tank jengan sumur
kurang lebih 10 meter.
d. Tempat pembuangan sampah: Terdapat tempat pembuangan sampah
di depan rumah. Sampah akan diambil secara rutin oleh petugas
kebersihan.
e. Halaman: Rumah pasien tidak memiliki halaman dan pintu utama
langsung berhadapan dengan jalan kecil.
RUANG TAMU teras
RUANG Keluarga
KAMAR UTAMA
KAMAR
KAMAR
DAPUR
TIDUR
3. Kuratif
R/ Amlodipin mg 5 No XXX
S 1 dd tab 1
-------------------------------------------------------------------------
R/ BComplex No XV
S 1 dd tab 1
-------------------------------------------------------------------------
4. Rehabilitatif
Pada pasien ini belum memerlukan terapi rehabilitatif
5. Paliatif
Mendekatkan diri kepada Tuhan
Memotivasi keluarga untuk lebih sering menghabiskan waktu dengan
pasien
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. HIPERTENSI
Definisi hipertensi menurut Ganong (2010), Guyton (2014), WHO (2013) dan
JNC VIII adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di dalam
arteri di atas 140/90 mmHg pada orang dewasa dengan sedikitnya tiga kali
pengukuran secara berurutan. Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat
adanya interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu
hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga,
jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium
dan lemak jenuh.
1. Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada
usia lebih dari 55 tahun.
2. Ras/etnik
Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada etnik
Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
a. Penderita hipertensi dikontrol tanpa atau dengan obat terlebih dahulu tekanan
darahnya, sehingga tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan
diastolik tidak melebihi 100 mmHg.
b. Sebelum berolahraga, perlu mendapatkan informasi mengenai penyebab
hipertensinya. Selain itu, kondisi organ tubuh yang akan terpengaruh oleh penyakit
tersebut seperti: keadaan jantung, keadaan ginjal, keadaan mata (untuk mengetahui
derajat hipertensi), serta pemeriksaan laboratorium darah maupun urin. Kondisi
organ tersebut akan mempengaruhi keberhasilan olahraga yang dilakukan.
c. Penderita hipertensi sebelum latihan, sebaiknya melakukan Uji Latih Jantung
terlebih dahulu dengan beban (treadmill/ ergometer) agar dapat dinilai reaksi
tekanan darah dan perubahan aktifitas listrik jantung (EKG) serta menilai tingkat
kapasitas fisik. Berdasarkan hasil Uji Latih Jantung, dosis latihan dapat diberikan
secara akurat.
d. Pada saat Uji Latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan, sehingga
dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban. Obat yang diberikan
apakah sudah tepat artinya tekanan darah berada dalam lingkup ukuran normal atau
masih menunjukkan reaksi hipertensi ketika diberikan tes pembebanan. Dokter
akan berusaha mengatur kembali dosis obat apabila belum tepat.
e. Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan (endurance) dan tidak
boleh
f. menambah peningkatan tekanan (pressure). Olahraga yang tepat adalah jalan kaki,
bersepeda, senam dan berenang atau olahraga aerobik.
g. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan. Olahraga yang bersifat
kompetisi akan memacu emosi, sehingga mempercepat peningkatan tekanan darah.
h. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan seperti angkat berat, karena
menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak dan melonjak.
i. Tekanan darah secara teratur diperiksa sebelum dan sesudah latihan. Olahraga pada
penderita hipertensi tidak hanya ditentukan oleh denyut jantung, tetapi juga
berdasarkan reaksi tekanan darahnya.
j. Bagi penderita hipertensi ringan (tensi 160/ 95 mmHg tanpa obat), maka olahraga
disertai pengaturan makan (mengurangi konsumsi garam) dan penurunan berat
badan dapat menurunkan tekanan darah sampai tingkat normal 140/ 80 mmHg.
k. Penderita hipertensi umumnya berhubungan dengan beban emosi (stress). Oleh
karena itu disamping olahraga yang bersifat fisik, olahraga pengendalian emosi
seperti: meditasi, dzikir dan beribadah sesuai agama masing-masing sangat penting
dilakukan.
l. Hasil latihan jika menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosis obat yang
diberikan sebaiknya dikurangi (penyesuaian).
Latihan aerobik yang dilakukan agar dapat berpengaruh terhadap efisiensi kerja
jantung, sebaiknya latihan berada pada intensitas sedang yaitu denyut jantung 150-
170 per menit. Intensitas sedang kurang lebih sama dengan 70-80% dari kapasitas
aerobik maksimal. Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah
olahraga aerobik dengan intensitas sedang. Salah satu contohnya, jalan kaki cepat.
Frekuensi latihannya 3 - 5 kali seminggu, dengan lama latihan 20 - 60 menit sekali
latihan. Latihan olahraga bisa menurunkan tekanan darah karena latihan itu dapat
merilekskan pembuluh-pembuluh darah. Lama-kelamaan, latihan olahraga dapat
melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama
halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Latihan olahraga
juga dapat menyebabkan aktivitas saraf, reseptor hormon, dan produksi hormon-
hormon tertentu menurun. Bagi penderita hipertensi latihan olahraga tetap cukup
aman. Catatan khusus untuk penderita tekanan darah tinggi berat, misalnya dengan
tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 180 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
lebih tinggi dari 110 mmHg, sebaiknya tetap menggunakan obat-obatan penurun
tekanan darah dari dokter sebelum memulai program penurunan tekanan darah
dengan latihan olahraga.
BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah hipertensi garde I (JNC 7). Diagnosis
tersebut didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
pasien dan mengarah pada diagnosis tersebut. Awalnya saat pasien mengeluh pusing
yang sudah bertahun-tahun. Setelah itu pasien memeriksakan diri ke posyandu dan
disarankan ke puskesmas dan dokter men diagnosa pasien sebagaiHipertensi. Lalu
pasien melakukan kontrol rutin setiap satu bulan sekali ke puskesmas. Dan setelah di
observasi selama beberapa bulan ternyata tekanan darah tetap tinggi. Setelah itu pasien
memeriksakan kondisinya ke puskesmas dan oleh dokter diputuskan bahwa pasien
harus mengonsumsi obat rutin setiap untuk mengontrol tekanan darahnya. Saat di
diagnosis sebagai hipertensi, tekanan darah pasien saat itu adalah 150/90. Setiap bulan
pasien rutin memeriksakan tekanan darahnya ke puskesmas.
Hasil anamnesis psikososial dari pasien didapatkan pasien memiliki
pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya, pasien rutin kontrol hipertensinya tetapi
tidak menjaga pola makan dengan baik.
Pendidikan terakhir pasien adalah perguruan tinggi, setelah itu pasien berkerja
menjadi PNS dan sekarang telah pensiun.
Hubungan pasien dengan masyarakat sekitar rumahnya terjalin baik. Pasien juga
selalu mengikuti kegiatan yang diadakan lingkungnnya. Karena menurut pasien
kegiatan-kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap bulan.
Dari perangkat penilaian keluarga family SCREEM, pasien memiliki sumber
daya yang cukup. Dari sisi ekonomi, pasien merasa pendapatannya setiap bulan sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari segi sosial hubungan pasien dengan
keluarga cukup baik dan hubungannya dengan tetangga sekitar baik. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat juga sudah dilakukan dengan baik.
Pada pasien ini dilakukan manajemen komprehensif mulai dari promotif,
preventif, serta kuratif. Manajemen promotif dan preventif sekunder ini bertujuan agar
pasien yang sudah menderita hipertensi tidak mengalami komplikasi dari penyakitnya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN PENYELESAIANNYA
- Pasien disarankan
untuk kontrol tekanan
darah rutin minimal 1
bulan sekali dan
pemeriksaan fungsi
ginjal untuk
mengetahui
komplikasinya.
3. Holistic Care
Tidak hanya fokus ke penyakit pasien namun juga melihat pasien sebagai
individu, sehingga perlu digali mengenai kondisi psikis, keluarga pasien
serta hubungannya, lingkungan, tempat tinggal, dan menggali ada
tidaknya faktor yang memperberat penyakitnya.
4. Comprehensive Care
Dalam menangani kasus pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan menyeluruh
mulai dari promotif, yaitu bertujuan memberikan edukasi kepada pasien tentang
penyakitnya sehingga pasien bisa meminimalisasi dan mencegah komplikasi
terkait penyakit pasien, edukasi tentang pentingnya menghindari faktor pencetus
hipertensi, modifikasi gaya hidup, serta pentingnya kegiatan fisik dalam
mengendalikan penyakit pasien ini. Sedangkan dari segi preventif diberikan
edukasi untuk menerapkan pola makan yang baik dan pasien diberikan edukasi
agar secara rutin melakukan monitoring tekanan darah selama sebulan sekali.
Dan dari segi kuratif disini lebih ditekankan pada aspek farmakologi untuk
mengontrol penyakitnya. Untuk aspek rehabilitative dan paliatif pada pasien ini
masih belum diperlukan.
5. Continuing Care
Dilakukan home visit pada tanggal 1 Juni 2018 untuk memonitor keadaan pasien
dilingkungan rumah, serta menggali informasi yang lebih lengkap mengenai
kondisi keseluruhan dari pasien yang dipandang dari aspek bio-psiko-sosio-
kultural.
DAFTAR PUSTAKA
Bill, K, et al. (2015). Hipertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline
Recomendation. Continuing Educational. Alabama Pharmacy Association.