Disusun oleh:
1
2018
Disusun oleh:
Disetujui oleh :
2
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karta Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih
upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan. Bayi dan balita yang telah
pula dengan perilaku gizi lainnya juga masih belum baik yaitu masih
rendahnya ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif yang baru
beryodium yang memenuhi syarat, dan pola makan yang belum beraneka
ragam.
akses pangan anak terganggu. Namun masalah gizi buruk pada balita bukan
aspek sosial dan budaya hingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang
keluarga).
5
Status gizi kurang merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat
rawan gizi dan golongan konsumen pasif yang mudah menderita kurang gizi.
memberikan makanan pada anaknya, namun proses ini dimulai dari awal bayi
anak. Pemberian Air Susu Ibu (ASI), khususnya ASI eksklusif merupakan
salah satu upaya strategis dan menangani kasus gizi buruk di Indonesia. Bayi
yang tidak diberikan ASI, termasuk makanan pendamping yang teratur dan
baik serta tepat dapat menimbulkan kekurangan gizi. Karena itu pemberian
ASI secara baik dan benar, disamping makanan pendamping yang mudah
Penyebab gizi buruk dan kurang memang sangat kompleks, namun yang
6
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, perumusan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
pada balita di wilayah kerja puskesmas Sewon I Bantul?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi pada balita di wilayah kerja puskesmas Sewon I Bantul .
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui obat antihipertensi yang
diberikan pada pasien hipertensi di wilayah kerja
puskesmas Sewon I Bantul
b) Untuk mengetahui prevalensi hipertensi berdasarkan
jenis kelamin pada pasien rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas Sewon I Bantul
c) Untuk mengetahui prevalensi hipertensi berdasarkan
umur pada pasien rawat jalan di wilayah kerja puskesmas
Sewon I Bantul
d) Untuk mengetahui prevalensi hipertensi berdasarkan
tingkat pendidikan pada pasien rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas Sewon I Bantul
e) Untuk mengetahui stadium tekanan darah
berdasarkan tingkat kepatuhan meminum obat
antihipertensi pada pasien rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas Sewon I Bantul
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita di
wilayah kerja puskesmas Sewon I Bantul.
7
b. Bagi klinisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada
balita pada masyarakat sehingga di masa mendatang, dapat
menindak lanjuti permasalahan tentang faktor yang berhubungan
dengan status gizi pada masyarakat.
c. Bagi pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang asupan gizi untuk balita.
E. Keaslian Penelitian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Pengertian Gizi Buruk
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi
Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan
dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk dan munculnya penyakit
ini bisa jadi disebabkan oleh kurangnya potensi alam atau kesalahan
distribusi. Faktor kedua, adalah dari segi kesehatan sendiri, yakni adanya
makanan.
9
Tiga hal yang saling kait mengkait dalam hal gizi buruk, yaitu
pola asuh anak keliru. Hal ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan
2004, kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada
tahun 2005 turun menjadi 4,42 juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta
(944.246 di antaranya kasus gizi buruk) dan tahun 2007 turun lagi menjadi
gizi buruk pada balita tersebar hampir merata di seluruh Indonesia. Tabel 1
10
d. Penilaian Status Gizi
biasanya ditimbang dan dicantumkan pada Kartu Menujuh Sehat (KMS), berat
badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang
ada, sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan
juga kuning bahkan ada yang sebagian berada pada pita warna merah atau
Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipresepsikan
dengan gizi baik, sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning
sampai masuk pada berat badan dibawah garis merah atau biasa disebut
dengan BGM, karena apabila anak telah berada di bawah garis merah pada
Kartu Menujuh Sehat (KMS) maka anak balita tersebut bisa cenderung
divonis telah mengalami gizi buruk padahal tidak demikian. Keadaan ini
status gizi. Pada KMS tidak dibedakan menurut jenis kelamin, balita laki-laki
dan perempuan sama saja. Walaupun tahun 2010 Depkes telah membuat KMS
Pita gambar yang ada pada KMS berdasarkan % median, artinya tidak
disesuaikan dengan hasil berat badan balita dan kemudian ditentukan status
gizinya atau jelasnya berat badan yang tercantum pada KMS hanya
menggambarkan pola pertumbuhan berat badan balita bukan Berat Badan per
11
Umur, karena yang dilihat adalah garis bukan titik. Berat Badan di Bawah
Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai
“warning” untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak
berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis
merah. Naik-Turunya berat badan balita selalu mengikuti pita warna pada
KMS.
digunakan untuk :
balita dengan melihat berat badan yang ditimbang (D) apakah naik (N),
(D/S).
12
antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel
a. Umur.
Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi
tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
b. Berat Badan
gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka
kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
13
dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke
waktu.
c. Tinggi Badan
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat
baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan
keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.
menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan
14
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan
dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar
skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan.
15
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan
2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1
16
Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan
sebagai berikut:
Diketahui
BB = 60 kg
TB =145 cm
Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan
17
= status gizi gemuk
gizi buruk, Depkes pada tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi
penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk menjadi Rp. 600 milyar pada
tahun 2007 dari yang sebelumnya 63 milyar pada tahun 2001. Anggaran
18
Adapun strategi dan kegiatan Depkes dan organ-organnya, untuk
Strategi:
2. Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan
Kegiatan:
RR)
Orientasi kader
19
Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska
perawatan
giziburuk
pertumbuhan
6. Manajemen program:
Pelatihan petugas
Bimbingan teknis
20
B. . Kerangka Konsep
C. Hipotesis
Ho =
H1 =
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan desain
penelitian survei. Penelitian survei digunakan untuk mengukur gejala yang ada
tanpa menyelediki alasan gejala tersebut ada. Penelitian jenis ini ditujukan
untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi.
22
lingkup penelitian. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka dalam
penelitian ini juga disusun kriteria inklusi dan ekslusi:
a. Kriteria inklusi
1) Pasien yang datang ke poliklinik umum pada tanggal 31 Oktober
2017 hingga 2 November 2017.
2) Pasien yang telah mendapatkan obat antihipertensi minimal 1
bulan
b. Kriteria eksklusi:
1) Peserta yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini
2) Peserta yang tidak mengisi semua poin kuesioner penelitian ini
3. Hitung Besar Sampel
Z2 α/2 P (1−P)
n=
d2
Keterangan:
n = ukuran sampel
= 25 orang (minimal)
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
Menurut Notoadmojo (2012), variabel adalah suatu ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki. Berikut variabel-variabel pada penelitian ini:
23
a. Variabel bebas (independent): kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi
b. Variabel tergantung (dependent): pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Sewon 1 Bantul
2. Definisi operasional
Definisi operasional yaitu suatu pengertian untuk membatasi
ruang lingkup atau variabel-variabel yang diteliti. Definisi operasional
bertujuan memudahkan pengukuran hubungan antar variabel yang masih
bersifat konseptual.
Tabel 3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Hipertensi Hipertensi merupakan gangguan
asimptomatik yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah secara
persisten, dimana diagnose hipertensi
pada orang dewasa ditetapkan paling
sedikit dua kunjungan dimana lebih
tinggi atau pada 140/90 mmHg
Kepatuhan Sejauh mana upaya dan perilaku seorang
individu menunjukkan kesesuaian
dengan peraturan atau anjuran yang
diberikan oleh professional kesehatan
untuk menunjang kesembuhannya
E. Instrumen Penelitian
1. Alat tulis
2. Kuesioner Morisky Modification Scale (MMS)
3. Sphygmomanometer
F. Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian berupa data primer, yaitu data
yang dikumpulkan dan diolah oleh peneliti. Pada penelitian ini metode
pengumpulan data dilakukan melalui survei. Berikut adalah gambaran singkat
tahap pengumpulan data yang akan dilakukan:
1. Penentuan instrumen penelitian
a. Peneliti mencari kuesioner yang telah tersedia dan tervalidasi
b. Peneliti mengadopsi kuesioner tersebut sesuai sampel yang
digunakan
24
2. Pengisian kuesioner
a. Peneliti membagikan kuesioner kepada sampel penelitian
b. Peneliti memberikan penjelasan kepada sampel penelitian
mengenai tata cara pengisian
c. Sampel penelitian mengisi kuesioner
d. Sampel penelitian mengumpulkan kuesioner kepada peneliti
3. Pengolahan dan analisis data
a. Peneliti mengelompokkan kuesioner berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi sampel
b. Peneliti melakukan pendataan kuesioner
c. Peneliti mengolah data kuesioner yang telah terkumpul
G. Alur penelitian
Alur pada penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah:
Peserta mengisi
Peneliti
Kuesioner kuesioner dengan
menjelaskan cara
dikumpulkan pendampingan
mengisi kuesioner
peneliti
Kuesioner dipilih
berdasarkan
Pengolahan data Analisis data
kriteria eksklusi
sampel
25
H. Analisis Data
Data yang akan didapatkan dari penelitian ini yaitu berupa data
kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berhubungan dengan
angka. Analisa data penelitian yang digunakan yaitu analisis
univariate. Menurut Notoadmodjo (2012), analisis ini bertujuan
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Penilaian
skor kepatuhan dari kuesioner skor nilai kepatuhan didapat dari
jumlah seluruh skor pasien dari pertanyaan nomer 1-8. Dengan range
skor 0-8
Tabel 4. Skoring kuesioner tingkat kepatuan penggunaan obat
antihipertensi
26
BAB IV
A. Hasil
1. Data Responden
Berdasarkan pengambilan responden penelitian ini terdapat 25
kuisioner yang terisi lengkap dan kemudian dapat kita analisis
hasilnya. Responden berasal dari pasien instalasi rawat jalan/poli
umum di wilayah kerja Puskesmas Sewon I yang datang berobat pada
tanggal 31 Oktober 2017 hinggan 2 November 2017 di Puskesmas
Sewon I. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan data responden, yaitu :
Tabel 6. Karakteristik Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1
Periode 31 Oktober-2 November 2017
Jenis Kelamin Jumlah Presentase(%)
Laki-laki 9 36
Perempuan 16 64
27
>70 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
tertinggi terjadi pada kategori usia 60-69 tahun dengan persentase sebesar 48
% sedangkan prevalensi hipertensi pada kategori usia 40-49 tahun, 50-59
tahun, dan >70 tahun masing-masing adalah 20%, 16%, dan 16%. Dari data
penelitian ini diketahui pasien pada kategori usia 60-69 tahun sebesar 48%
banyak yang menderita hipertensi, hal ini dikarenakan perempuan mengalami
menopause sehingga terjadi perubahan hormonal yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Kondisi tubuh yang makin tua dapat memicu
serangan hipertensi, semakin tua usia maka pembuluh darah akan berkurang
elastisitasnya sehingga pembuluh darah cenderung menyempit akibatnya
tekanan darah akan meningkat (Khomsan A, 2005).
Tabel 9. Karakteristik Pasien Berdasarkan Katagori Hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1
Periode 31 Oktober-2 November 2017
Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)
Tidak bersekolah 2 8
Lulus SD 10 40
Lulus SMP 3 12
Lulus SMA 10 40
Lulus PT 0 0
B. Karakteristik Pengobatan
Tabel 10. Karakteristik Pasien Berdasarkan Obat Golongan Antihipertensi diresepkan dan digunakan
pada pasien hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31 Oktober-2 November 2017
Nama Obat Jumlah Presentase (%)
Captopril 10 34,7
Amlodipin 15 51,7
Candesartan 2 6,7
28
Herbesser 1 3,4
Irbesartan 1 3,4
C. Penilaian Kepatuhan
Tingkat kepatuhan penggunaan obat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
factor sosial-ekonomi, faktor sistem kesehatan, faktor kondisi penyakit, faktor terapi
dan factor penyakit. Oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah tentang kepatuhan
pasien tidak sepenuhnya terdapat pada pasien, namun juga dilakukan pembenahan
pada system kesehatan dan petugas pelayanan kesehatan (WHO, 2003).
Ketidakpatuhan terhadap terapi merupakan kontributor utama gagalnya control
tekanan darah pada pasien hipertensi. Semakin tinggi tingkat ketidakpatuhan pasien
akan sejalan dengan semakin tinggi risiko komplikasi.
Tabel 11. Karakteristik Pasien Berdasarkan Obat Golongan Antihipertensi diresepkan dan digunakan
pada pasien hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31 Oktober-2 November 2017
Keterangan Frekuensi Presentase
(Ya) (%)
Apakah bapak/ibu terkadang lupa minum obat? 14 56
Selama dua minggu terakhir, adakah bapak/ibu pada 13 52
suatu hari tidak meminum obat?
Apakah bapak/ibu pernah mengurangi atau 13 52
menghentikan penggunaan obat tanpa memberi tahu ke
dokter karena merasakan kondisi lebih buruk/tidak
nyaman saat menggunakan obat?
29
Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah, 9 36
apakah bapak/ibu terkadang lupa untuk membawa serta
obat?
Apakah bapak/ibu kemarin meminum semua obat? 15 60
Saat merasa keadaan membaik, apakah bapak/ibu 15 60
terkadang memilih untuk berhenti meminum obat?
Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus 10 40
meminum obat setiap hari, apakah bapak/ibu pernah
merasa terganggu karena keadaan seperti itu?
Tabel 12. Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31
Oktober-2 November 2017 Berdasarkan Penilaian Morisky scale
Seberapa sering anda lupa Frekuensi Presentase (%)
meminum obat?
Tidak pernah 6 24
Sekali-sekali 0 0
Terkadang 19 76
Biasanya 0 0
Setiap saat 0 0
30
Berdasarkan penilaian Morisky Scale, pasien yang tidak pernah atau jarang
sekali lupa minum semua obat mencatatkan persentase sebesar 24%. Pasien yang
terkadang lupa minum semua obat pula mencatatkan persentase 76 %. Untuk
perbedaan antara sekali-sekali dan terkadang adalah dalam intensitasnya sekali-kali
lebih jarang dari terkadang (Tabel 12).
Tabel 13. Persentase Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31
Oktober-2 November 2017 Berdasarkan Penilaian Morisky scale. Skor Kategori Frekuensi Persentase
(%)
31
Tabel 14. Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Rawat Jalan Puskesmas Sewon 1 Periode 31
Oktober-2 November 2017 Berdasarkan Penilaian Morisky scale
32
bahwa mareka merupakan pasien yang patuh terhadap terapinya. Pengamatan
yang singkat dan tidak terus menerus ini tidak bisa menggambarkan
hubungan antara tingkat kepatuhan dengan keberhasilan penurunan tekanan
darah.
C. Pembahasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat
digolongkan menjadi empat bagian:
33
c. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. Pratt
(dalam Neil, 2012) telah memperhatikan bahwa peran yang
dimainkan keluarga dalam pengembangan kebiasaan
kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka.
Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
d. Keyakinan, Sikap dan Keluarga
Becker (dalam Neil, 2012) telah membuat suatu
usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk
memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Mereka
menggambarkan kegunaan model tersebut dalam suatu
penelitian bersama Hartman dan Becker (1978) yang
memperkirakan ketidakpatuhan terhadap ketentuan untuk
pasien hemodialisa kronis. 50 orang pasien dengan gagal
ginjal kronis tahap akhir yang harus mematuhi program
pengobatan yang kompleks, meliputi diet, pembatasan
cairan, pengobatan, dialisa. Pasien-pasien tersebut
diwawancarai tentang keyakinan kesehatan mereka dengan
menggunakan suatu model. Hartman dan Becker
menemukan bahwa pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang
utama dari model tersebut sangat berguna sebagai peramal
dari kepatuhan terhadap pengobatan.
34
BAB V
A. Kesimpulan
Tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Sewon 1 rendah yakni
sebanyak 68%
Jenis kelamin perempuan memiliki prevalensi hipertensi yang
lebih dominan dibanding laki-laki dengan 64%
Kategori umur 60-69 tahun memiliki prevalensi hipertensi yang
lebih dominan dibanding kategori umur lainnya dengan 48%
Prevalensi hipertensi tertinggi pada tingkat pendidikan lulus
Sekolah Dasar dengan 40% dibanding tingkat pendidikan lainnya
Penggunaan obat antihipertensi yang banyak digunakan adalah
B. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan kelompok yang lebih
besar dengan metode penelitian observasi langsung, Perlu adanya
penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan
terapi pada hipertensi
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Herawati, M., & Suamrtono, W. (2007). Smoking and socio-demographic risk
factors of Hipertensi and Stroke among middle-aged and elderly
Indonesian men. Diambil pada1oktober 2011 dari
http://www.litbang.depkes.go.id
/simnas6/materi/PEMBIAYAAN_KES/abstrak_smoking_and_socio_demo
graphic.pdf
Husaini, A. (2007). Tobat Merokok, rahasia dan cara empatik berhenti merokok.
Depok: Pustaka Iman.
Ian, PA., dan Marcus, M. (2011). Psikologi Kesehatan Yogyakarta : Pallmall
Kozier, Erb. (2010). Fundamental of Nursing. Jakarta:EGC
Kozlowski, et al. (2001). Cigarettes, nicotine, and health. California: Sage
Publications.
Lemeshow, S., David, H. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan
(terjemahan). Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Mayo Clinic Staff. (2012). High blood pressure (hypertension). Diambil pada 26
maret 2012 dari http://www.mayoclinic.com/health/high-blood
pressure/DS00100 /METHOD=print&DSECTION=all
Mu’tadin, Z. (2002). Remaja dan rokok. Diambil pada 2 Januari 2012 dari
http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.htm
Narkiewicz, K. (2005). Obesity and hypertension—the issue is more complex than
we thought. Diambil pada 26 maret 2012 dari
http://ndt.oxfordjournals.org/content/21/2/264.full
Niven, Neil.2002. Psikologi Kesehatan Keperawatan pengantar untuk perawat
dan profesi kesehatan lain. Edisi 2. Jakarta:EGC
Notoatmojo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Osterberg, L., dan Blaschke, T., 2005, Adherence to Medication, The New England
Journal of Medication. 353, 487-97.
Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik.(4th Ed). Jakarta : EGC.
Prawira, B. (2011). Jumlah Perokok di Indonesia Meroket. Diambil pada 1 oktober
2011 dari http://nad.bkkbn.go.id/berita/423/.
37
/content/37/5/1199.abstract?ijkey=7197ae0e8c20c51dd105b2142a74d4
e96ed839d&keytype2=tf_ipsecsha
Sherwood, L. (2001). Human physiolog: from cells to system (2nd edition). (Pendit,
Penerjemah). Jakarta:EGC. (Sumber asli diterbitkan 1996)
Siburian. (2005). Perlu perhatian khusus bagi lansia penderita hipertensi. Diambil
pada 24 oktober 2011 dari http://www.waspada.co.id
/cetak/index.php?article.
Smeltzer, S., Bare, B. (2002). Brunner and Sudarth’s textbook of medical surgical
nursing (8th edition). (Ester, Penerjemah). Philadelphia: Lippincott.
38