Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA R UMUR 2 TAHUN


DENGAN GIZI KURANG DI PUSKESMAS SIMARPINGGAN
TAHUN 2023

Oleh :

JULIANTI
22100246

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA
ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul laporan : Asuhan Kebidanan Pada Balita R Umur 2 Tahun


Dengan Gizi Kurang Di Puskesmas Simarpinggan Di
Puskesmas Simarpinggan Tahun 2023
Nama Mahasiswa : Julianti
NIM : 22100246
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi

Laporan Kasus ini telah diperiksa dan dievaluasi oleh Dosen Pembimbing Clinical
Instructor dan Koordinator Stase Profesi pada Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan pada tanggal :

Menyetujui,

Koordinator Stase Dosen Pembimbing

Yulinda Aswan, SST, M.Keb Rini Amalia Batubara, Str. Keb, M.Keb
NIDN. 0125079003 NIDN. 0120079601

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan
Di Kota Padangsidimpuan

Sri Sartika Sari Dewi, SST, M.keb


NIDN. 010048901
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan

komprehensif dalam Asuhan Kebidanan pada Bayi, Balita dan Prasekolah ini

dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan

terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampu yang telah

membimbing selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih

jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian

penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka

menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan

penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.

Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam

proses perkuliahan Profesi bidan.


DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul ..............................................................................................


Halaman Pengesahan .................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan................................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup.................................................................................. 2
D. Manfaat............................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Kajian Masalah Kasus........................................................................ 3
B. Kajian Teori........................................................................................ 3

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pengkajian ......................................................................................... 12
B. Analisis ............................................................................................. 17
C. Penatalaksanaan ................................................................................ 19

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 22
B. Saran.................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara

normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi

(Proverawati A, 2009, p.1).

Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, bayi

mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya harus

disesuaikan dengan keadaannya. Kebutuhan zat gizi pada bayi disesuaikan dengan

kecukupan gizi yang dianjurkan dan disesuaikan dengan kelompok umur dan

kemampuan anak menerima makanan yang diberikan. Bayi yang berusia 0 – 12

bulan termasuk golongan yang mudah terkena penyakit. Pertumbuhan dan

perkembangan pada golongan bayi dipengaruhi oleh keturunan dan faktor lain

yang terkait seperti faktor lingkungan, penyakit, keadaan gizi dan sosial ekonomi.

Pertumbuhan otak yang menentukan tingkat kecerdasan setelah menjadi

dewasa,sangat ditentukan oleh pertumbuhan waktu bayi. Gagal tumbuh yang

terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa ini akan berakibat buruk pada

kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Konsumsi makanan berpengaruh

terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga

memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik,perkembangan otak, kemampuan

kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.


Untuk dapat menyusun menu yang kuat, seseorang perlu memiliki

pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorang

serta pengetahuan hidangan dan pengolahannya. Oleh karena itu kelompok kami

tertarik mengambil judul makalah karena berdasarkan persentase di Indonesia

angka kebutuhan gizi bayi kurang diketahui.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana kebutuhan gizi pada anak usia pra sekolah

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan, penatalaksanaan terhadap gizi

buruk.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup materi pada pembahasan megenai pendapatan keluarga,

pengetahuan gizi pada anak, dan status gizi.

D. MANFAAT

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan

upaya-upaya penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada balita untuk

diberikan asuhan secara komprehensif.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan

kepustakaan untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program

studi Profesi Kebidanan di Universitas Aufa Royhan

3. Bagi Penulis

Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan

pengetahuan, dan bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan,

memberikan pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian ketika

menyikapi pasien, mampu belajar menyakini seseorang ketika memberi

penjelasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada balita.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

Pemenuhan Gizi Pada Balita

1. Pengertian

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang

berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga

golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan

golongan prasekolah (>3-5 tahun). adapun munurut WHO, kelompok balita

adalah 0-60 bulan(Andriani dan bambang, 2014 dalam Sri, 2016)

Masalah gizi kurang dan gizi buruk merupakan kondisi seseorang yang

kurang nutrisi atau nutrisinya dibawah rata-rata. Gizi kurang adalah kekurangan

bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang

dibutuhkan oleh tuhuh. Salah satu cara penilaian status gizi bisa dilihat dari

antropometri dengan pengkuran berat badan dan tinggi badan, lingkar lengan atas

dan sebagainya. (alamsyah, 2017)

Gizi kurang dan gizi buruk secara patofisiologi pada anak balita (12-59 bulan)

adalah menngalami kekurangan energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat

kekurangan iodium (GAKI) dan kurang vitamin A. kekurangan sumber dari

keempat diatas pada anak balita dapat menghambat pertumbuhan, mengurangi

daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit infeksi, mengakibatkan

rendahnya tingkat kecerdasan, penurunan kemampuan fisik, gangguan


pertumbuhan jasmani dan mental, stunting, kebutaan serta kematian pada anak

balita. (alamsyah, 2017)

2. Karakteristik Balita

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima

makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya

anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan

masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah

makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil

menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan

lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan

yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. (irianto, 2007)

3. Peran Makanan Bagi Balita

a. Makanan sebagai sumber zat gizi

Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak,

protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat

tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.

1) Zat tenaga

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak,

dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta

pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber

tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.

2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang

aus atau rusak.

3) Zat pengatur

Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk

otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai

zat pengatur.

a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C )

maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).

b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.

c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

(Proverawati A, 2009, p.1).

4. Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk

memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi

ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.

Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga

diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan

menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat

(KMS).

a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang

dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.

Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.


b. Kebutuhan zat pembangun

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga

kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika

dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,

kebutuhannya relatif lebih kecil.

c. Kebutuhan zat pengatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan

bertambahnya usia.

(Proverawati A, 2009, p.1).

5. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan

gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung

gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima

tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari

makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya

gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang

sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan

seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan

pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang

berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa


ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab

buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.

Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang

pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak,

keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan

misalnya kebosanan.

(fikhar,2012)

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak

digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang

tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap

dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan

daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah

masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

(fikhar,2012)

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan

tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap

anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang

tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal

anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan

pertumbuhan tubuhnya.

Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil

membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan,
telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk

anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan).

Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak.

(fikhar,2012)

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau

disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh

semua zat gizi yang diperlukan.

(fikhar,2012)

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang

menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang

baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.

Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan

ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang,

jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu

terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih

sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.

Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan

pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat

rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan

lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk,

yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena

alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping


memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan

kehamilan.

(fikhar,2012)

f. Sosial Ekonomi

Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang

disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut

menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas

maupun jumlah makanan.

(fikhar,2012)

g. Penyakit infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.

Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya

dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan

makanan.

Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare,

infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis,

cacingan.

(fikhar,2012)

6. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang

a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)

Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.

1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energy

2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.


3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari

makanan dalam usus terganggu

4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang

tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.

(irianto, 2007)

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan

perkembangan balita terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut

menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu

berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini

bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka

waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi

pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas

anak tidak kurus.

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat

dibedakan menjadi tiga bentuk.

1) Marasmus

kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti

orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2) Kwashiorkor

Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela-

sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya

mengalami pengurusan ( wasting ) . Edema dikarenakan kekurangan asupan

protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal

cadangan protein dalam tubuh sudah habis.


3) Marasmik-kwashiorkor

Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor.

Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak

dapat terpenuhi dari asupannya.

b. Obesitas

Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor

keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang

tidak sesuai dengan penggunaan. Obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai

berikut:

1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.

2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.

3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.

4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat

sesuai keinginan orangtua.

5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.

(irianto,2007)

7. Menu Makanan Balita

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan

kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu

diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan

variasi makanan.

Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai

berikut :
· Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya

terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.

· Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan

gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang

disarankan adalah:

a. Pagi hari waktu sarapan.

b. Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.

c. Pukul 12.00 pada waktu makan siang.

d. Pukul 16.00 sebagai selingan

e. Pukul 18.00 pada waktu makan malam.

f. Sebelum tidur malam, tambahkan susu.

g. Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Makanan Selingan Balita

Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang

mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan

seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada

usia dewasa sampai lanjut.

Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan

sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu

diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil.

Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.

Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan

makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima
oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan

keluarga.

Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga.

Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang

sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan

makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru

perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.

Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara

makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup

menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang

berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu

makannya.

Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi

lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-

arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran,

piza, dan lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :

1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan

makanan selingan.

2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya

(pagi, siang dan malam).

3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia

balita.

(fikhar, 2012)
BAB III
DOKUMENTASI KEBIDANAN

A. PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA

IDENTITAS
Nama Balita : Balita A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 2 tahun

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. G Nama Ayah : Tn.M
Usia : 28 tahun Usia : 30 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam

1) DATA SUBJEKTIF

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan berat badan anaknya turun

2. Riwayat kehamilan/persalinan
Ha Tgl Umu Jenis penol Komp JK BB laktasi komplikas
mil r pers ong likasi lahir i
ke keha alina
mila n
n
1 20- Ater Spo bidan Tidak P 3200 ASI Tidak ada
10- m ntan ada gr
2021

3. Riwayat Imunisasi

Jenis Umur
HBO 0 hari
BCG+ Polio 1 1 Bulan
DPT-HB-Hib 1 + Polio 2 2 Bulan
DPT-HB-Hib 2 + Polio 3 3 Bulan
DPT-HB-Hib 3 + Polio 4 + IPV 5 Bulan

Campak 9 Bulan

DPT-HB-Hib dan Campak lanjutan 18 Bulan

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Menular Menurun Menahun
: TBC : Hipertensi  : Jatung
: Hepatitis  : DM : TBC
 : HIV/AIDS  : Asma : Tidak ada
: Tidak ada :: Tidak ada

5. Riwayat kesehatan anak


ibu mengatakan anak pernah sakit muntaber 2 bulan yang lalu

6. Riwayat Tumbuh Kembang anak


a. Ibu mengatakan bahwa anak sudah mulai bicara pada umur 1 tahun.
b. Ibu mengatakan bahwa anak sudah dapat berjalan umur 1 tahun.

7. Kebutuhan sehari-hari
Pola nutrisi
Makan Minum
Frekuensi : 3x sehari Frekuensi : 8x sehari
Macam : tempe, telur, ikan Macam : susu dan teh
Jumlah : ½ mangkok Jumlah : 1 gelas
Pantangan : Tidak ada Pantangan : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
ASI : Masi minum ASI namun sudah jarang

Pola Eliminasi
BAK
Frekuensi : 6xsehari
Warna : kuning jernih
Bau : khas urin
Konsistensi: cair
Keluhan : tidak ada
BAB
Frekuensi : 1xsehari
Warna : kuning
Keluhan : tidak ada

Personal hygine
Mandi : 2 kali/hari
Gosok gigi : 2 kali/hari
Keramas : 2 hari sekali

8. Istirahat
Tidur siang : ± 2 jam/hari
Tidur malam : ± 8 jam/hari

2) DATA OBYEKTIF
Tanggal: 16 -02-2020 Jam: 11.10 WIB
1.Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran :  composmentis  apatis  somnolen
 sporocomatous  coma  lainnya:
Antropometri :
LK : 49 cm PB : 78 cm
LILA : 13 cm BB : 8 kg
LD : 45 cm

Tanda-tanda Vital
Nadi : 80 kali/ menit
Pernapasan : 30 kali/menit
Suhu : 36ᵒC

2.Pemeriksaan Fisik
Kepala : messocephalus  makrocephalus  mikrocephalus
hidrocephalus lainnya: tidak ada kelainan
Muka :Bentuk :  oval  bulat  kotak
Odema : ada tidak ada
Mata : Bentuk mata :  simetris  tidak simetris
Strabismus :  ya  tidak
Sklera :  putih bersih  kekuningan/ikterik
Hidung : Pernafasan cuping hidung :  ya  tidak
Keadaan :  bersih  kotor : ....
Lubang hidung :  simetris  tidak simetris
Pembesaran polip :  ya  tidak
Mulut : Bentuk :  normal  palatoscisis  labioscisis
labiopalatoscisis
Gusi :  merah  merah muda  pucat
Karies : ada  tidak ada
Stomatitis : ada  tidak

Telinga : kesimetrisan :  simetris  tidak simetris


Keadaan :  bersih  kotor  Lainnya: ....
Berlubang :  ya  tidak

Leher : Pembesaran vena / kelenjar :  normal


 k. parotis  k. tiroid  k. getah bening
 vena jugularis

Dada : Denyut jantung : 90 x/menit


Mamae :  simetris  tidak simetris
Putting susu :  ada  tidak
Pernafasan : normal  wheezing
 ronchi  Lainnya: ….
Retraksi :  ada  tidak

Abdomen : Bentuk :  simetris  tidak simetris


Palpasi :  massa  tidak adamassa  Lainnya:
Kembung :  ya  tidak
Bising usus :  ya  tidak

Genetalia : jenis kelamin :  laki laki  perempuan


perempuan :  lubang vagina uretra  labia
mayora  labia minora  Lainnya: ….
Laki-laki :  testis  penis berlubang pada ujung
 Lainnya: ….

Tulang belakang : Normal  lordosis kifosis


 skoliosis  Lainnya: ….

3. Data Penunjang
pemeriksaan Laboratorium : tidak ada

B. Analisis

An.A umur 2 tahun dengan gizi kurang

C. Penatalaksanaan
1. Memberi tahu hasil pemeriksaan anak kepada ibunya
Keadaan umum : baik
Kesadaran :composmetris
TTV : N : 80x/menit; R : 30x/menit; S : 36˚C
BB/TB : 8kg /78cm
LK/ LLA : 47cm/ 13cm
Mengukur status Gizi balita dengan menggunakan KMS  telah dilakukan dan
hasilnya balita tersebut termasuk golongan kurus
2. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang
pada anaknya yaitu menu yang mengandung karbohidrat, protein,lemak,
vitamin, dan mineral.
3. Memberikan penjelasan tentang pemberian makanan yang lunak agar anak
tidak mengunyah terlalu lama, pemberian makanan lunak dengan cara lauk
pauk dihaluskan.
4. Menganjurkan ibu agar anaknya banyak istirahat yaitu 2 kali : siang lebih
kurang 2 jam dan malam 10 jam.
5. Menganjurkan ibu kontrol perkembangan berat badan anaknya tiap bulan
ke posyandu

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada An.N umur 6 tahun dengan

gizi kurang dengan menerapkan varney dapat diambil kesimpulan

1. Pada pengkajian data diperoleh hasil data subjektif ibu mnegatakan

anaknya rewel, tubuhnya tampak kurus dan. Data objektif meliputi

keadaan umum lemah, kesadaran composmetrsi, TTV (N : 80x/menit; R :

30x/menit; S : 36˚C; BB/TB : 8kg /78cm; LK/ LLA : 47cm/ 13cm).

2. Diagosa potensial yang ditegakkan yaitu gizi kurang.

3. Antisipasi yang diberikan yaitu KIE tentang pemberian gizi seimbang

pada anak.

4. Perencanaan dialkukan adalah perawatan dirumah yang berupa beri nutrisi

yang seimbang pada anak, beri anak makanan yang lunak, Jaga rasa aman

dan nyaman, anjurkan pada ibu agar anak banyak istrirahat.

B. Saran

1. Bidan

Diharapkan agar Bidan dapat meningkatkan kualitas pemberian pelayanan

dan memberikan pelayanan yang optimal Asuhan Kebidanan pada Anak

dengan Gizi kurang.

2. Pendidikan

Diharapkan agar lebih melengkapu/menambahkan referensi tentang gizi

kurang.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman. (2004), Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:

EGC

Drs. Joko Pekik Irianto M.Kes. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan

Olahragawan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Gabe Mirkin, M.D. dan Marshall Hoffman. 1984. Kesehatan Olahraga. Jakarta:

PT.Grafidian Jaya

http://duniaanak.org/makanan-anak/gizi-balita-beberapa-nutrisi-penting-

balita.html. (diakses tanggal 10 Februari 2020 )

http://yupianfurba.blogspot.com/2016/01/makalah-gizi-pada-bayi-dan-balita.html

(diakses tanggal 23 Desember 2019)

Moehji, Sjahmien, B.Sc. 1992. Ilmu Gizi. Jakarta: Bhratara Niaga Media

Tips Anak Bayi fikhar. (2012). Beberapa Nutrisi Penting Bagi Balita Anda

Wiryo, Hananto. (2002), Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui

dengan Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai