Disusun oleh :
Kelompok 6 - Kelas A2
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Promosi Kesehatan Pada Anak Usia Prasekolah dengan Metode Story telling” tepat pada
waktu yang telah ditentukan, sebagai tugas kelompok untuk mata ajar Keperawatan
Kesehatan Komunitas IV.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
makalah asuhan keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
MAKALAH............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
11 Latar Belakang........................................................................................................1
12 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................................3
iii
2.6.1 Pengertian Story telling.......................................................................................30
BAB IV PENUTUP............................................................................................................48
4.1 Kesimpulan................................................................................................................48
4.2 Saran...........................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................49
LAMPIRAN.........................................................................................................................51
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1 1 Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu hal yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Di Indonesia, malnutrisi sangat luas dan terjadi di seluruh
tahapan kehidupan antara lain dalam bentuk kurang energy protein (KEP), kekurangan
gizi mikro, berat bayi lahhir rendah, dan gangguan pertumbuhan. Dari segi asupan
energy, zat gizi makro maupun mikro dalam jangka panjang. Kegagalan pertumbuhan
(stunting) pada anak usia dibawah lima tahun dapat menyebabkan berbagai gangguan
perkembangan, termasuk perkembangan kognitif dan motoric .
Mengkonsumsi sayur dan buah merupakan salah satu syarat dalam memenuhi
menu gizi seimbang. Sayur dan buah merupakan makanan penting yang harus selalu
dikonsumsi setiap kali makan. Tidak hanya bagi orang dewasa, mengkonsumsi sayur
dan buah sangat penting untuk dikonsumsi sejak usia anak-anak. Dengan diet tinggi
sayur dan buah baik untuk melindungi kesehatan tubuh, termasuk dalam menjaga
berat badan (Mitchell, 2012). Membiasakan anak untuk mengkonsumsi sayur dan
buah sejak dini sangat penting karena pola diet yang diterapkan pada usia anak-anak
akan mempengaruhi pola diet ketika dewasa (Mitchell, 2012; Brug, 2008; Horne,
2010), jika ketika masih anak-anak memiliki pola diet yang buruk maka hingga
dewasa pun akan tetap buruk (Mitchell, 2012) dan akan mempengaruhi kesehatannya
(Jones, et al. 2010). Begitu pula dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang
dibiasakan sejak dini agar menjadi suatu kebiasaan baik hingga dewasa. Konsumsi
sayur dan buah pada anak masih sangat minim dan masih banyak yang belum sesuai
dengan rekomendasi. Anak sekolah di Indonesia umumnya kurang mengonsumsi
sayur, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran anak dan orang tua akan pentingnya
gizi sayuran.
Menurut Pedoman Gizi Seimbang (2014), bagi anak balita dan anak usia sekolah
dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sebanyak 300-400 gram
yang terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2,5 porsi atau 2,5 gelas sayur setelah
dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah (setara dengan 3 buah pisang ambon
ukuran sedang atau 1,5 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran
1
sedang). Di Indonesia, menurut FAO (2010), tahun 2005-2007 konsumsi buahnya
hanya mencapai 173 gram/hari dan konsumsi sayuran 101 gr/hari. Menurut Riskesdas
tahun 2010, pada kelompok usia diatas 10 tahun konsumsi sayurnya hanya mencapai
63,3% dan buah 62,1% dari kebutuhannya sehari. Data riskesdas pada tahun 2013
menyatakan bahwa pada kelompok usia yang sama tidak terjadi peningkatan konsumsi
sayur dan buah yang signifikan pada tahun ini. Penelitian yang telah dilakukan oleh
Ratu dalam Kumboyono (2013) mengungkapkan bahwa sekitar 90% anak
mengkonsumsi sayuran dan buah
1 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep promosi kesehatan?
2. Apa fungsi dan peran perawat komunitas dalam promosi kesehatan?
3. Bagaimana konsep kelompok anak usia prasekolah?
4. Apa saja masalah kesehatan yang ada pada anak usia prasekolah?
5. Bagaimanakah promosi kesehatan pada anak usia prasekolah?
6. Bagaimanakah konsep promosi kesehatan pada anak usia prasekolah dengan
metode story telling?
7. Bagaimanakah perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan pada anak usia
prasekolah?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun promosi kesehatan yang tepat pada anak usia
prasekolah dengan metode story telling yang baik dan benar.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep promosi kesehatan untuk anak usia pra
sekolah serta mampu mengajarkan pentingnya makan sayuran dengan metode story
telling.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
dengan kesehatan KIA, gizi kesehatan lingkungan, gaya hidup, Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan sebagainya sesuai
dengan kebutuhan,kondisi, dan situasi di masing-masing tatanan.
a. Tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan epidemologi, berupa
pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang
berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan ini harus mencakup who will
In how much of what by when. Tujuan program juga sering disebut sebagai
tujuan jangka panjang
b. Tujuan pendidikan merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus
dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan pendidikan disebut
juga tujuan jangka menengah
c. Tujuan perilaku merupakan tujuan jangka pendek, yang merupakan gambaran
perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan
perilaku berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan
5
2.1.4 Strategi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok,
dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan yang mendukung
dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya
setempat. Tujuan pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (Efendi & Makhfudli,
2009).
1. Advokasi
2. Bina suasana
6
lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik (Efendi & Makhfudli,
2009).
Yaitu gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat mengenali dan memelihara masalah
kesehatan sendiri serta untuk memeliharanya, meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat (Efendi & Makhfudli, 2009).
Strategi dalam memengaruhi orang lain adalah sebagai berikut (Efendi &
Makhfudli, 2009).
7
3. Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan promosi kesehatan
yang dilaksanakan untuk mengembangkan aspek perilaku sehat tertentu,
misalnya berkaitan dengan kesehatan KIA, gizi, kesehatan lingkungan, gaya
hidup, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
3. Pendekatan Edukasional
Tujuannya adalah memberikan informasi dan memastikan
pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat
keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Informasi tentang
kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan
membuat keputusan mereka sendiri.
8
Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan
mengadopsi praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidi
kan kesehatan sekolah, misalnya menekankan membantu murid
mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh
pengetahuannya.
Orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti
tinggibagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih
perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab
mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka
anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
Promosi kesehatan dengan pendidikan kesehatan memiliki makna
yang berbeda. Promosi kesehatan mencakup seluruh aktivitas yang
bertujuan untuk mempromosikan gaya hidup sehat sedangkan pendidikan
kesehatan merupakan bagian integral dari prosesnya.
4. Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuannya adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu
mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan
membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan
dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai
fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian
mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka
butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri
klien dilihat sebagai sentral dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang
mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan
siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan
mereka sendiri.
1. Teknik kasus
2. Kuliah
10
Kuliah merupakan metode dalam memberikan informasi, motivasi, dan
pengaruh terhadap cara berpikir sasaran mengenai satu topic. Di sini
pemberi kuliah menjadi pihak yang lebih tahu daripada sasaran kuliah.
Semua sasaran mendengar informasi yang sama dengan cara yang sama
dalam waktu yang terbatas. Kuliah dilanjutkan dengan diskusi dan
pemberian pekerjaan rumah.
3. Konferensi
4. Simulasi
Teknik ini memastikan partisipasi yang merata dari para anggota kelompok
dalam suatu diskusi dengan prosedur terstruktur guna menghindari
dominasi oleh sebagian anggota kelompok. Teknik ini paling berguna
dalam tahap awal pengkajian dan perencanaan program. Sasaran sejumlah
8 sampai 10 orang, diperlukan waktu 150 menit per sesi.
6. Klarifikasi peran
11
Sering kali konflik peran mengganggu situasi kerja. Untuk itu perlu
dilakukan klarifikasi mengenai peran tersebut. Diperlukan waktu 2-3 jam
untuk mengklarifikasi setiap peran.
7. Bermain peran
12
d. Multiple role playing. Memberikan kesempatan beberapa orang sasaran
dalam waktu bersamaan untuk memerankan satu peran. Para sasaran ini
kemudian mendiskusikan peran yang dimainkannya.
9. Kelompok kecil
13
11. Seminar
12. Simposium
13. Demonstrasi
14. Pameran
Merupakan penataan benda asli, model, gambar, poster, dan media lain
yang dapat dilihat dan dipelajari orang. Pameran menyuguhkan banyak
gagasan dan informasi, berbeda dengan poster yang menyajikan satu
informasi saja.
15. Konsultasi
Tujuan konsultasi adalah menyediakan pertolongan bagi sasaran, dengan
berfokus kepada hubungan antarmanusia, membantu sasaran untuk
bersepsi, mengerti, dan bertindak dalam kegiatan di lingkungannya.
Konsultasi dapat diterapkan untuk mengubah perilaku individu, kelompok,
maupun masyarakat.
Proses konsultasi terdiri atas tiga bentuk, antara lain bentuk dua
arah, yaitu pertemuan antara konsultan dan sasaran; bentuk tiga arah, yaitu
14
bila konsultasi langsung membantu menyelesaikan masalah antara dua
pihak sasaran dengan cara terjun langsung menemui kedua sasaran.
b. Media cetak : majalah, Koran, selebaran (leaflet dan flyer), booklet, papan
besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin board.
15
bertemu langsung dengan partisipan dalam proses promosi kesehatan. Media
poster dapat dianggap sebagai alat peraga berupa gambar, demikian juga
billboard dan sebagainya (Efendi & Makhfudli, 2009).
Metode promosi kesehatan pada tiap tahap perkembangan (Efendi & Makhfudli,2009).
Dewasa Kuliah, klasikal, diskusi, demonstrasi, dan role play yang menekankan
pada tingkat emosional.
16
b. Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau
oendidikan kesehatan.
17
biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak (Patmonedowo,
2008).
Menurut Hurlock (2001), usia prasekolah adalah usia 3-5 tahun dan
merupakan kurun yang disebut sebagai masa keemasan (the golden age). Di usia
ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan
karakteristik sebagai berikut, berkembangnya konsep diri, munculnya
egosentris, rasa ingin tahu, imajinasi, belajar menimbang rasa, munculnya
kontrol internal (tubuh), belajar dari lingkungannya, berkembangnya cara
berfikir, berkembangnya kemampuan berbahasa, dan munculnya
perilaku (Wong, 2008).
18
dan tulang-tulang semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit.
Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti
protein, vitamin, dan mineral dsb.
2. Ciri sosial
Pada usia anak pra-sekolah (terutama mulai usia 4 tahun),
perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai
aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Umumnya anak pada tahapan ini
memiliki satu atau dua sahabat,tetapi sahabat ini cepat berganti,mereka mau
bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya sama jenis kelaminnya.
Tetapi kemudian berkembang sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang
berbeda. Pada usia 4-6 tahun anak sudah memiliki keterikatan selain dengan
orang tua, termasuk kakek nenek, saudara kandung, dan guru sekolah, anak
memerlukan interaksi yang yang teratur untuk membantu mengembangkan
keterampilan sosialnya (Muscari, 2005). Pada masa ini anak mulai mengetahui
aturan-aturan (lingkungan keluarga/lingkungan bermain). Sedikit-sedikit anak
sudah mulai tunduk pada peraturan. Anak semakin menyadari akan
kepentingan diri dan kepentingan orang lain. Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarga. Anak akan mampu
menyesuaikan diri dengan keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta
konsisten pada aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif.
3. Ciri emosional
Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut, dan iri
hati sering terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian guru dan
orang sekitar.
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya
(dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh
dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain.
Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika
lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak
dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan
berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan
terpaksa.
19
Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut
(perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan
kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi),
kasih sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin
tahu (ingin mengenal).
4. Ciri kognitif
Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam bahasa, mereka sudah
mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan
pikirannya dalam batas-batas tertentu. Sebagai besar dari mereka senang
bicara,khususnya dalam kelompoknya. Sebaiknya anak diberi kesempatan
untuk bicara. Sebagian mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang
baik.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada
periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai
operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya
representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan
sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol-
simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu
atau peristiwa. Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau
berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk
mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.
Perkembangan kognitif pada masa ini sangat pesat, ditunjukkan rasa
ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Pada usia 2-4
tahun anak sudah dapat menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang
simultan dan anak mampu menampilkan pemikiran yang egosentrik, pada usia
4-7 tahun anak mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, dan
menghubungkan objek-objek anak mulai menunjukkan proses berfikir intuitif
(anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar tetapi dia tidak dapat mengatakan
alasanya ), anak menggunakan banyak kata yang sesuai tetapi kurang
memahami makna sebenarnya serta anak tidak mampu untuk melihat sudut
pandang orang lain ( Muscari, 2005 ).
20
2.2.3 Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan
belajar (Whalley dan Wong, 2000).
1. Pertumbuhan anak pra sekolah
Pertumbuhan masa pra sekolah pada anak, pertumbuhan fisik khususnya berat
badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2kg, aktivitas motorik
tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan,
melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak
akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 centimeter setiap bulannya, semua gigi primer
telah muncul pada usia 3 tahun (Hidayat, 2005).
2. Perkembangan anak pra sekolah
Tingkat Perkembangan Anak Usia Prasekolah Menurut Whalley dan Wong
(2008), perkembangan anak prasekolah di bagi atas perkembangan kepribadian
dan perkembangan fungsi mental.
a. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan anak
untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya.Anak akan memulai inisiatif dalam
belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya,
dan apabila pada tahap ini akan dilarang atau dicegah maka akan tumbuh
perasaan bersalah pada diri anak. Rasa takut pada anak usia 4-6 tahun biasanya
lebih menakutkan dibandingkan usia lainya, rasa takut yang umunya terjadi
seperti takut kegelapan, ditinggal sendiri terutama pada saat menjelang tidur,
perasaan takut anak prasekolah muncul dan berasal dari tindakan dan penilaian
orang tua. Menghadapkan anak dengan objek yang membuatnya takut dalam
lingkungan yang terkendali, dan memberikan anak kesempatan untuk
menurunkan rasa takutnya ( Muscari, 2005).
Komponen yang paling utama untuk berkembang pada seorang anak
adalah rasa percaya. Rasa percaya pada anak di bangun pada tahun pertama
kehidupan anak. Rasa tidak percaya pada anak akan timbul bila pengalaman
untuk meningkatkan rasa percaya kurang yaitu kurangnya pemenuhan aktivitas
21
fisik, psikologi dan social. Pada usia 3 tahun alat gerak dan rasa telah matang
dan rasa percaya diri telah timbul, perkembangan periode ini berfokus untuk
meningkatkan kemampuan anak mengontrol tubuhnya, dirinya dan
lingkungannya. Selain itu anak akan menggunakan kekuatan mentalnya untuk
menolak dan mengamnil sebuah keputusan (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
b. Perkembangan Psikoseksual
Pada tahap ini anak prasekolah termasuk pada tahap falik, dimana masa ini
genita menjadi area tubuh yang menarik dan sensitive (Hidayat, 2005). Tahap
falik berlangsung dari usia 3-5 tahun kepuasan anak berpusat pada genitalia
untuk kesenangan fisiologis. Erikson melihat dengan perkembangan sebagai
berikut, kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu meraba-
raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah organnya dengan
demikian, toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode
ini. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya demikian
sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya.
c. Perkembangan mental
Menurut Whalley dan Wong (1998), pada perkembangan kognitif salah satu
tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk
sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapat fase praoperasional (piaget) pada
anak usia 3–5 tahun. Fase ini termasuk perkambangan prakonseptual pada usia
2- 4 tahun, dan fase pikiran intuitif pada usia 4–7 tahun. Salah satu transisi
utama selama kedua fase adalah pemindahan dari pikiran egosentris menjadi
total menjadi kesadaran sosial dan kemampun untuk mempertimbangkan sudut
pandang orang lain
d. Perkembangan Motorik halus
Keterampilan menulis, menggambar sendiri, mewarnai gambar,
menggunakan gunting, bermain tanah liat, menyisir rambut, berpakaian sendiri
dan membuat kue-kue (Soetjiningsih, 2003).
e. Perkembangan Motorik kasar
Diantaranya adalah melompat dan berjalan cepat, memanjat, naik sepeda
roda tiga, berenang, lompat tali, keseimbangan berjalan diatas pagar, sepatu
roda dan menari (Soetjiningsih, 2003).
f. Perkembangan bahasa
22
Selama masa prasekolah anak-anak memiliki kebutuhan dan dorongan yang
kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan dua hal, pertama belajar
berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi; kedua, belajar berbicara
merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan
komunikasi anak-anak harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa
yang dikatakan orang lain (Hurlock, 2001). Pada usia prasekolah kemampuan
melakukan gerakan dan kemampuan berbahasa yang bertujuan semakin
meningkat. Anak ingin tahu, bertanya bermacam-macam, melakukan aktivitas
atau tugas untuk mendapatkan rasa kebiasaan.
g. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget, dengan perkembangan kemampuan sebagai berikut, anak
belum mampu mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan
dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik, seperti
dalam penelitian Piaget anak selalu menunjukkan egosentrik seperti anak akan
memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat
pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria di
keluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah
animisme selalu memperlihatkan adanya benda mati, seperti apabila anak
terbentur benda mati, maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut.
h. Perkembangan moral
Menurut Kohlberg, berada pada tingkat pra konvensional yang terorientasi
secara budaya dengan label baik/ buruk dan benar/ salah, anak
mengintegrasikan label ini dalam konsekuensi fisik atau konsekuensi
menyenangkan dari tindakan mereka. Anak-anak menentukan bahwa perilaku
yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri dan
terkadang kebutuhan orang lain.
23
Havighurst adalah kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-
nilai dan aspirasi individu.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau
keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau
fase perkembangannya, seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan
kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya
sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Menurut Hurlock (2001), tugas-tugas perkembangan anak usia
prasekolah adalah sebagai berikut :
1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang
umum.
2) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang
sedang tumbuh.
3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya..
4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis
dan berhitung.
6) Mengembangkan pengertian–pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari.
7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai.
8) Belajar buang air kecil dan buang air besar.
9) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.
10) Mencapai kebebasan pribadi.
24
6) Belajar memberi, berbagi dan memperoleh kasih sayang. Belajar bergaul
dengan anak lain. Anak belajar mengembangkan kemampuannya untuk
dapat bergaul dan berinteraksi dengan anak lain dalam lingkungan di luar
lingkungan keluarga.
9) Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing. Pada masa ini anak perlu
mengetahui berbagai anggota tubuhnya, apa fungsinya dan bagaimana
penggunaannya.
10) Belajar menguasai ketrampilan motorik halus dan kasar. Anak belajar
mengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya, baik otot kasar
maupun otot halus. Kegiatan yang memerlukan koordinasi otot kasar
diantaranya berlari, melompat, menendang, menangkap bola dan
sebagainya. Sedangkan kegiatan yang memerlukan koordinasi otot halus
adalah pekerjaan melipat, menggambar, meronce dan sebagainya,
11) Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan. Pada masa ini
diharapkan anak mampu mengenal benda-benda yang ada di lingkungan,
dan dapat menggunakannya secara tepat.
12) Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami anak/orang lain. Anak
belajar menguasai berbagai kata-kata baru baik yang berkaitan dengan
benda-benda yang ada di sekitarnya, maupun berinteraksi dengan
lingkungannya
1. Batuk diakibatkan adanya penyebaran mikroba melalui droplet dari orang yang
terinfeksi,disertai demam dan kemerahan pada hidung, sangat mudah penularan
nya pada anak-anak.
25
2. Campak, penularannya terjadi melalui udara ataupun kontak langsung dengan
penderita. Virus campak menyebar lewat percikan ludah penderita. Virus cacar air
bisa pindah ke tubuh orang sehat lewat bersentuhan langsung dengan cacarnya.
Untuk itu maka penderita campak dan cacar air dilarang masuk sekolah.
3. Mumps (Gondong), penyakit menular disebabkan oleh virus gondong.
Penularannya terjadi melalui udara. Gejala-gejalanya adalah demam 3-5 hari,
pembengkakan di daerah pipi yang berdekatan dengan telinga bagian bawah, rasa
kurang enak badan, nyeri kepala dan rasa sakit bila menelan atau mengeluarkan air
liur. Komplikasi paling sering adalah radang otak dan radang buah pelir atau
kandung telur (14-35%) yang dapat mengakibatkan kemandulan.
4. Rubela, penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubela. Penularannya adalah
melalui udara. Gejala-gejala yang khas adalah demam, timbulnya bercak merah di
kulit (hampir serupa dengan campak), pembesaran kelenjar getah bening di leher
dan bagian belakang kepala. Komplikasi rubela adalah artritis (radang sendi) dan
neuritis (radang syaraf).
5. Cacar Air, diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh, pusing, demam yang
kadang-kadang diiringi batuk, dalam waktu 24 jam timbul bintik-bintik yang
berkembang menjadi lesi dan terakhir menjadi benjolan-benjolan kecil berisi
cairan.
Menurut Wong (2008) terdapat beberapa penyakit non infeksi pada anak prasekolah,
yaitu:
1. Alergi dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa
terjadi. Hal ini sangat beresiko mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu
dan bahaya komplikasi yang terjadi.
2. Infeksi parasit cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun
prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia SD. Dari penelitian
didapatkan prevalensi penyakit cacingan sebesar 60-70%. Cacing gelang yang
panjangnya 20-30 cm hidup di rongga usus halus. Cacing ini mengkonsumsi
makanan yang telah dicerna di usus halus, sehingga anak menjadi kurang gizi.
Sebelum tiba di usus, larva cacing gelang melewati paru. Di paru, larva
menyebabkan pendarahan ringan dan peradangan, sehingga timbul batuk dan sesak
26
napas. Sementara di usus, cacing menyebabkan mual, muntah, sakit perut, dan
diare. Jika tersesat ke usus buntu, cacing menyebabkan radang (apendisitis).
Selain itu masalah yang banyak terjadi pada anak adalah kesulitan makan
sayuran. Kesulitan makan sayuran karena sering dan berlangsung lama sering
dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh
kembang lainnya pada anak. Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang
optimal diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era
globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat
menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya.
Taman kanak-kanan (TK) merupakan awal dari pengenalan anak dengan
suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar keluarga.Seorang
anak usia Tk sedang mengalami masa tumbuh kembang yang relatif pesat. Proses
perubahan fisik,emosi dan sosial anak berlangsung dengan cepat.Proses ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri anak sendiri dan lingkungan. Konsumsi
pangan,pada usia ini anak masih merupakan golongan konsumen pasif,yaitu belum
dapat mengambil dan memilih makanan sendiri sesuai dengan kebutuhannya
sehingga pada usia ini anak sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan
apabila kondisinya kurang gizi. Kurang gizi pada anak TK umumnya disebabkan
karena kebiasaan makan anak yang tidak teratur.Pada masa ini anak sudah mulai
memilih sendiri makanan yang disenangi dan sudah mulai menyukai makanan di
luar rumah dari pada makan di rumah. Berbagai masalah kesehatan dijumpai di
kalangan anak prasekolah atau TK,di antaranya adalah kurangnya pertumbuhan
secara optimal. Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah faktor
gizi.Kurang gizi terutama sayuran pada masa ini akan mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan berat badan ,mental, kecerdasan dan mudah terserang penyakit
infeksi. (Santoso,dalam Masitah Matondang 2007 )
27
poli pediatri saat muncul masalah pada anak. Pada kesempatan ini perawat dapat
menjalankan peran sebagai edukator dengan memberikan promosi kesehatan dan
tindakan pencegahan penyakit, memberikan bimbingan tentang pertumbuhan dan
perkembangan normal, serta mengajarkan tentang rekomendasi kesehatan jika
memang muncul masalah kesehatan. Terdapat strategi jangka pendek dan jangka
panjang pada pengajaran anak, yaitu:
a. Pembelajaran jangka pendek
1. Berikan stimulus fisik dan visual karena kemampuan bahasa masih terbatas,
baik untuk tujuan mengungkapkan gagasan maupun memahami instruksi
verbal.
2. Jaga agar sesi pengajaran tetap singkat (tidak lebih dari 15 menit) dilakukan
secara berangkai dalam interval yang pendek.
3. Hubungkan kebutuhan informasi dengan kegiatan dan pengalaman yang
dikenal anak.
4. Dorong anak untuk berpartisipasi dalam memilih dari sejumlah pilihan
belajar-mengajar yang terbatas.
5. Atur sesi-sesi kelompok kecil dengan teman sebaya.
6. Berikan pujian dan persetujuan melalui ekspresi verbal atau isyarat
nonverbal.
7. Berikan penghargaan berwujud.
8. Izinkan anak untuk memanipulasi peralatan dan bermain dengan tiruan atau
boneka untuk belajar tentang anggota-anggota tubuh.
9. Gunakan buku cerita untuk menekankan sisi kemanusiaan dari personel
perawatan kesehatan.
28
kepekaan yang lebih besar terhadap aspek-aspek kehidupan mereka yang
memengaruhi kesehatannya.
Beberapa definisi kesehatan anak memusatkan pada kegiatan-kegiatan, tetapi
yang lain memusatkan pada tujuan. Definisi WHO yang telah kita gunakan membatasi
promosi kesehatan sebagai suatu proses, tetapi mengandung arti suatu tujuan (membuat
seseorang mampu meningkatkan kontrol/kepedulian dan memperbaiki kesehatan
mereka) dengan basis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
Nutrisi yang baik selama periode awal kehidupan seperti masa anak usia
prasekolah (3-5 tahun) merupakan kebutuhan yang krusial untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal dan menentukan kualitas kehidupan di masa yang akan
datang. Pola dan perilaku dieit individu yang paling optimal dibentuk sejak masa usia
prasekolah (Pabayo, Spence, Casey, Store,2012). Konsumsi pangan masyarakat yang
masih belum sesuai dengan komposisi gizi seimbang salah satunya adalah konsumsi
buah dan sayur (O’Connor, et al, 2009;Pabayo, Spence, Casey, Store,2012,
Kemenkes,2014). Rekomendasi kecukupan konsumsi buah dan sayur untuk anak
prasekolah menurut Kemenkes (2014) adalah 300-400 gram perhari.
Prevalensi kurangnya konsumsi buah dan sayur pada anak usia prasekolah
cukup signifikan. Melati dan Enik (2010) mengungkapkan sebanyak 93,6% anak usia
prasekolah mengonsumsi sayur kurang dari 73,5 gr/hari. Permasalahan rendahnya
tingkat konsumsi sayur pada anak usia prasekolah sangat dipengaruhi oleh pola
konsumsi di keluarga yang diterapkan kepada anak. Menurut Branowski (2004)
tingkat konsumsi buah dan sayur anak akan meningkat jika tidak hanya tersedia tetapi
juga diolah dalam bentuk yang menarik dan mudah dimakan oleh anak.
Adanya berbagai alat peraga sebagai media promosi kesehatan seperti media
interaktif yang menggunakan boneka tangan dan media penyaji yang berupa video
dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan promosi kesehatan kepada
anak prasekolah (Anggraini, 2009)
Media video membutuhkan modalitas anak antara lain auditory dan visual,
menggunakan komunikasi satu arah sehingga siswa kurang berinteraksi secara aktif
dengan guru tetapi media video memiliki keuntungan yaitu dapat mengulang
penampilan penjelasan promosi kesehatan untuk menambah kejelasan siswa,
penampilan dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi dan dapat menampilkan
gambar bergerak yang cukup esensial digunakan untuk pembelajaran yang menuntut
penguasaan sebuah materi, gambar dan suara yang muncul membuat anak tidak cepat
29
bosan, sehingga mendorong siswa untuk mengetahui lebih jauh materi yang
disampaikan. (Anggraini, 2009)
Teknik story telling ini sering digunakan dalam proses belajar mengajar
utamanya pada level pemula atau anak-anak. Teknik ini bermanfaat melatih
kemampuan mendengar secara menyenangkan. Namun, tidak semua orang bisa
melakukan teknik ini. Orang yang bermaksud menggunakan teknik story telling
harus mempunyai kemampuan public speaking yang baik, memahami karakter
pendengar, meniru suara-suara, pintar mengatur nada dan intonasi serta
keterampilan memakai alat bantu.Dikatakan berhasil menggunakan teknik story
telling, jika pendengar mampu menangkap jalan cerita serta merasa terhibur.
Selain itu, pesan moral dalam cerita juga diperoleh.
30
2. Member pengalaman baru dan mengembangakan wawasan anak.
3. Dapat memberikan pemahaman yang baik tentang diri mereka sendiri dan
orang lain di sekitar mereka.
Metode ini dapat mewadahi karakteristik anak yang memiliki daya imajinasi
dan fantasi yang tinggi. Cerita pada dasarnya memiliki struktur kata dan bahasa
yang lengkap serta menyeluruh yang mana di dalamnya sudah terdapat sistem
aturan bahasa yang mencakup fonologi (sistem suara), morfologi (aturan untuk
mengkombinasikan unit makna minimal), sintaksis (aturan membuat kalimat),
semantik (sistem makna), dan pragmatis (aturan penggunaan dalam setting sosial)
(Santrock,2007).Diharapkan dengan storytelling anak makin mampu menghasilkan
semua suara bahasa, mengenali kata dan bahkan secara perlahan mampu
menghasilkan serangkaian konsonan yang kompleks atau minimal dengan metode
bercerita, perbendaharaan kata anak menjadi bertambah. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa usia pra sekolah adalah usia emas untuk anak dalam,
namun pada usia hingga enam tahun, ia bisa menguasai ribuan kata. (Montesori,
31
2008). Dimana pada usia dua setengah tahun anak hanya memiliki dua atau tiga
ratus kosa kata.
Menurut Bunanta (2005) menyebutkan ada tiga tahapan dalam story telling,
yaitu persiapan sebelum acara story telling dimulai, saat proses story telling
berlangsung.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memilih judul buku yang
menarik dan mudah diingat. Melalui judul audience. maupun pembaca
akan bermanfaat
Saat proses terpenting dalam proses story telling adalah pada tahap story
telling berlangsung. saat akan memasuki sesi acara story telling,
pendongeng harus menunggu kondisi sehingga audience. siap untuk
menyimak dongeng yang akan disampaikan.Ada beberapa faktor yang
dapat menunjang berlangsungnya proses story telling agar menjadi
menarik untuk disimak.
1. Kontak mata
32
kontak mata kita dapat melihat apakah audience. menyimak jalan cerita
yang didongengkan. Dengan begitu, pendongeng dapat mengetahui
reaksi dari audience..
2. Mimik wajah
3. Gerak tubuh
4. Suara
5. Kecepatan
Pendongeng harus dapat menjaga kecepatan atau tempo pada saat story
telling. Agar kecepatan yang dapat membuat anak-anak manjadi
bingung ataupun terlalu lambat sehingga menyebabkan anak-anak
menjadi bosan.
6. Alat Peraga
33
Ketika proses story telling selesai dilaksanakan, tibalah saatnya bagi
pendongeng untuk mengevaluasi cerita. Melalui cerita tersebut kita dapat belajar
tentang apa saja. Setelah itu pendongeng dapat mengajak audience. untuk gemar
membaca dan merekomendasikan buku-buku dengan tema lain yang isinya
menarik
a. Banyak membaca dari buku-buku cerita atau dongeng yang benar – benar
sesuai untuk anak – anak serta banyak membaca dari pengalaman
b. Biasakan untuk ngobrol dengan anak karena dengan mengobrol kita bisa
mengetahui dan mengetahui banyak bahasa anak
c. Berikan penekanan pada dialog atau kalimat tertentu dalam cerita yang kita
bacakan atau kita utarakan kemudian lihat reaksi anak.
e. Berceritalah pada waktu yang tepat, yaitu di waktu anak kita bisa
mendengarkan dengan baik
Menurut Santoso dan Ranti (2004) tumbuhan atau nabati sebagai asal bahan
makanan sayur-mayur terdapat dalam berbagai jenis dan jumlah yang banyak di
Indonesia. Sayur-mayur dapat berupa bagian dari tumbuhan seperti batang (batang
pisang), daun (bayam), bunga (jantung pisang), umbi (kentang) maupun buah muda
(labu). Sayur-mayur merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun, zat-zat gizi
ini dapat rusak atau berkurang jika mengalami pemanasan.
World Health Organization(WHO) secara umum menganjurkan konsumsi
sayur dan buah untuk hidup sehat sejumlah 400 gr per orang per hari, yang terdiri
dari 250 g sayur dan 150 g buah. Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayur
dan buah 300-400 g per orang per hari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan
400-600 g per orang per hari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga
dari jumlah konsumsi sayur dan buah tersebut adalah porsi sayur (Kemenkes RI,
2013).
34
Sayur-mayur dibagi dalam 5 kelompok. Berikut adalah beberapa contoh
sayur-mayur yang sering dimakan mengikut kelompoknya :
1. Sayuran berdaun hijau gelap: Brokoli, bayam, daun salada yang berwarna hijau
gelap, kale dan lain-lain.
2. Sayuran sitrus: Wortel, ubi kentang manis, labu dan lain-lain.
3. Kacang-kacangan kering: Kacang kedelai, tofu dan lain-lain.
4. Sayuran berkanji: Jagung, kacang ijo, ubi kentang dan lain-lain.
5. Sayuran lainnya: Asparagus, kembang kol, kobis, sederi, lada hitam, lada
merah, bawang dan lain-lain.
Menurut Bruce B (2000) dalam Manaf (2011) diet makanan yang tinggi
kadar phytochemicals (yang banyak terdapat dalam tomat, brokoli, kobis, teh,
kacang kedelai, jeruk, bawang Bombay, dan anggur) dapat memberi efek
menguntungkan pada lipid darah, mekanisme antioksidan dalam tubuh dan fungsi
kolon. Rocchini (2002) dalam Manaf (2011) mengatakan bahwa obesitas telah
dinamakan sebagai masalah atau penyakit berkaitan nutrisi yang paling serius pada
anak-anak di Amerika Serikat. Dalam 30 tahun yang lalu, kadar obesitas telah
meningkat melebihi 2 kali lipat di Amerika Serikat, dan terdapat peningkatan
prevalensi di seluruh dunia. Obesitas pada masa anak-anak merupakan satu
masalah yang serius karena bisa mendorong kepada peningkatan resiko terkena
penyakit-penyakit kardiovaskuler, resistensi insulin dan diabetes. Salah satu
penyebabnya adalah karena rumah makan yang besar sering menyediakan makanan
dalam porsi yang banyak.
Skinner (1999) dalam Manaf (2011), diet pada anak-anak prasekolah
seringkali kekurangan bahan makanan yang mengandung zink, folat, vitamin E dan
vitamin D. Makanan yang sering dikonsumsi oleh mereka adalah minuman buah-
buahan, minuman bergas, susu dan kentang goreng. Orang tua perlu memberi
rangsangan dan dorongan pada anak-anak untuk lebih banyak mengkonsumsi
sayur-mayur, sereal untuk makan pagi yang tinggi zink dan folat, daging merah,
makanan laut, minyak sayuran dan susu rendah lemak.
35
2. Sajikan sayuran yang renyah. Anak-anak benci makanan yang terlalu lembek,
jadi hindari memasak sayuran dalam waktu terlalu lama. Cukup rebus, kukus,
panaskan di oven, atau sajikan dalam keadaan mentah. Melalui ini, anak juga
tidak terlalu kehilangan vitamin.
3. Ajak mereka berbelanja sehingga anak bisa melihat beragam buah dan sayur.
Dan pada setiap kunjungan, biarkan anak memilih jenis sayuran baru yang
akan disantap bersama. Anak-anak akan senang melihat sayuran pilihan
mereka menjadi bagian dari menu makan.
4. Beri contoh yang baik. Pastikan orang tua juga mengisi piring makan dengan
sayuran. Riset menunjukkan, bahwa jumlah makanan yang ada di piring anak
sebenarnya langsung berhubungan dengan jumlah yang ada di piring ibu.
Bahkan jika orang tua tidak suka dengan sayur, orang tua tetap harus
menghidangkannya di piring anak dan piringnya, tanpa perlu memberi
komentar negatif.
6. Bercocok tanam. Coba ajak anak untuk membuat apotik hidup di halaman
rumah. Ada kemungkinan mereka dengan senang hati mencoba makanan dari
hasil kerja keras mereka. Anda juga bisa mengajak mereka ke perkebunan
sayur di area agrowisata, atau yang dekat dengan tempat tinggal Anda. Anak
tidak hanya akan belajar mengenai jenis sayuran, tapi juga cara merawatnya.
8. Sodorkan pilihan.Cukup hidangkan dua atau tiga jenis sayuran berbeda dalam
jumlah sedikit di piring makan anak Anda. Aneka jenis makanan justru
menjadi kunci dari banyaknya asupan gizi. Memakan tiga jenis sayur masing-
masing satu sendok jauh lebih baik daripada tiga sendok satu jenis sayur.
9. Hidangkan dengan saus celup.Jika sayuran rebus atau kukus terasa terlalu
hambar, coba hidangkan dengan saus celup, dan biarkan anak memilih saus
celup mana yang paling dia suka. Ini akan mengajarkan anak untuk
bereksperimen dengan rasa.
36
dalam drama kecil ini. Setidaknya, dia bisa menyantap sayurannya dengan
perasaan riang, bukan terpaksa.
11. Beri hiasan.Beri anak lembaran daun selada, lalu biarkan dia “menghias”
dengan menggunakan sayuran jenis lain.
12. Sajikan sebagai makanan pembuka.Ketika anak merasa lapar, Anda bisa
menggunakan ini sebagai kesempatan untuk mengenalkannya kepada sayuran.
Sajikan sayuran sebagai makanan pembuka (misalnya salad ukuran mungil)
untuk dikunyah selama anak menunggu makanan utama dihidangkan.
14. Kurangi porsi.Bagi anak yang masih belajar untuk menyukai rasa sayur, satu
sendok bisa terasa seperti satu piring. Jadi, ketika Anda menyajikan jenis
sayuran baru kepada anak, mintalah dia untuk setidaknya mencoba sesuap. Jika
dia tidak suka, jangan memaksa.
17. Berikan pujian.Pujilah anak jika mereka bersedia mencoba sayuran baru. Tapi
jangan mengobral janji, misalnya akan membelikan mainan atau tambahan
waktu menonton TV, karena bentuk penghargaan seperti ini bisa menciptakan
hubungan yang tidak sehat dengan makanan.
18. Mengganti bentuk.Kenalkan sayuran yang sama dengan cara yang berbeda.
Bentuk potongan sayuran bisa membuat perbedaan besar pada anak yang
masih kecil. Kalau dia tidak menyentuh wortelnya yang dipotong panjang,
coba bentuk potongan bulat seperti koin.
19. Pesta BBQ vegetarian.Bukan hanya daging yang enak dipanggang. Buatlah
kebab vegetarian yang sederhana. Tambahkan dengan tomat, jamur, zucchini,
paprika, atau bawang sebagai selingan.
20. Meriahkan makanan.Coba siramkan sedikit keju cair ke atas sayuran kukus.
Tidak masalah jika anak mengonsumsi lemak ekstra yang terkandung di dalam
37
keju. Setidaknya, hal ini layak dicoba jika anak bersedia menyantap sayuran
yang ada dengan lahap.
38
BAB III
PERENCANAAN DAN EVALUASI
3.1 Masalah
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti batuk, mumps,
diare, rubella, cacar air, difteri,campak, karies gigi, alergi, infeksi parasite cacing dan
kurangnya konsumsi sayur.
Prioritas Masalah
Prevalensi kurangnya konsumsi buah dan sayur pada anak usia prasekolah cukup
signifikan. Melati dan Enik (2010) mengungkapkan sebanyak 93,6% anak usia
prasekolah mengonsumsi sayur kurang dari 73,5 gr/hari. Membiasakan anak untuk
mengkonsumsi sayur dan buah sejak dini sangat penting karena pola diet yang
diterapkan pada usia anak-anak akan mempengaruhi pola diet ketika dewasa, jika
ketika masih anak-anak memiliki pola diet yang buruk maka hingga dewasa pun akan
tetap buruk. Kesulitan makan sayuran karena sering dan berlangsung lama sering
dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang
lainnya pada anak. Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal
diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat
39
meningkatkan kualitas anak. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan
kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya
40
Selain itu, evaluasi pada sasaran sekunder dan tersier yakni orang tua dan kepala
sekolah dilakukan dengan metode pretest dan posttest. Saat di rumah orang tua
juga berperan untuk mengevaluasi anak dengan cara menandai lembar observasi
konsumsi sayur yang telah diberikan oleh penyuluh.
g) Jadwal Pelaksanaan
Promosi kesehatan dilakukan pada tanggal 27 November 2015, pukul 08.30 WIB,
di TK Mawar dan evaluasi dilakukan pukul 10.00 WIB pada hari yang sama.
Sayuran merupakan suatu makanan bervitamin yang bermanfaat bagi tubuh kita.
Sayuran sangat dibutuhkan oleh tubuh karena mengandung gizi seperti vitamin dan
mineral. Sayuran merupakan salah satu bahan makanan yang kaya akan sumber gizi
penting (fatmawati,2001).
2. Kandungan sayuran
Gizi merupakan kandungan nutrisi yang sangat penting dan baik bagi tubuh manusia
untuk mempertahankan tenaga dan kesehatan. Untuk menjaga kesehatan tubuh,
diperlukan lima jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan kekurangan.Vitamin adalah zat
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu mengatur daya tahan tubuh. Ada
beberapa jenis vitamin yang di butuhkan untuk tubuh, yaitu Vitamin A, Vitamin B1,
B2, B6, B12, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, dan Vitamin K.
a. Vitamin A
b. Vitamin D
Berfungsi mengatur pembentukan garam kalsium dan fosfor dalam tubuh yang
diperlukan untuk pengerasan tulang. Vitamin D bisa diperoleh dari sumber
hewan dan tumbuh-tumbuhan, seperti kuning telur, minyak ikan, susu, kubis,
wortel, minyak jagung dan lain-lainnya. Di samping itu, vitamin ini dapat pula
dihasilkan oleh tubuh kita sendiri dengan pertolongan cahaya matahari yang
mengandung sinar ultraviolet.
41
c. Vitamin E
d. Vitamin K
e. Vitamin B
f. Vitamin C
g. Mineral
42
Mineral memegang peran yang penting dalam hidup manusia . Tiga macam
mineral yang cukup penting adalah kalsium, fosfor dan zat besi. Kalsium banyak
terdapat dalam sumber nabati seperti kacang kedelai, kacang merah, tempe, bayam,
dan daun melinjo. Fosfor pula didapati daripada sumber sayur-sayuran seperti
beras merah, bungkil kacang tanah, emping kacang melinjo, tempe, kacang
kedelai dan katul beras. Zat besi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin terdapat dalam bayam, daun ubi jalar, jamur kuping kering, daun
kelor, kacang kedelai, kacang merah, tempe kedelai murni dan bungkil kacang
tanah.
3. Kelompok sayuran
a) Sayuran berdaun hijau gelap : Brokoli, bayam, bok choy, daun salada yang
berwarna hijau gelap, kale dan lain-lain.
b) Sayuran sitrus : Wortel, ubi kentang manis, labu dan lain-lain.
c) Kacang-kacangan kering : Kacang kedelai, tofu dan lain-lain.
d) Sayuran berkanji : Jagung, kacang ijo, ubi kentang dan lain-lain.
e) Sayuran lainnya : Asparagus, kembang kol, kobis, sederi, lada hitam, lada merah,
bawang dan lain-lain.
43
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
44
2. Kursi untuk penyaji dan audience.
3. Tokoh wayang
VI. Pengorganisasian
1. Penyaji : Roudhlotul Jannah
2. Time keeper : Lucy Kartika
VII. Pembagian peran
1. Kepala Sekolah : Meifianto Agus Eko Kusumo
2. Guru : Aprilia
3. Fasilitator 1 : Gilang Dwi K.
4. Fasilitator 2 : Aphrodita Ema
5. Murid 1 : Nuzulia Azizi
6. Murid 2 : Nurthin Tursina
VIII. Pelaksanaan
KEGIATAN PROMOSI
NO. WAKTU KEGIATAN PESERTA
KESEHATAN
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam. 2. Mendengarkan perkenalan
2. Memperkenalkan diri anggota
3. Menjelaskan tujuan dari3. Memperhatikan tujuan dari
promosi kesehatan promosi kesehatan
4. Menyebutkan materi yang4. Memperhatikan materi
akan diberikan yang akan disampaikan
3. 15 menit penutup
1. Menyimpulkan isi 1. Memperhatikan pemateri
dongeng ksatria sayur. dan mampu menjawab
pertanyaan.
2. Pemateri menanyakan 2. Memperhatkan pemateri
kembali tentang dan mampu mengenali
pentingnya makan sayur. nilai-nilai edukasi yang
45
3. Pemateri menanyakan terkandung dalam dongeng
kembali tentang nilai-nilai ksatria sayur.
edukasi dalm dongeng 3. Menjawab salam
ksatria sayur. 4. Menerima snack yang
diberikan penyuluh
4. Mengucapkan salam
penutup
5. Ramah tamah
Fa
s ilit
at
or
or
il itat
s
pes Fa
erta a
peserta peserta pesert
46
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok
dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukandari, oleh dan untuk
masyarakat sesuai denagn faktor budaya setempa. Tujuan dari promosi kesehatan
ini adalah tujuan pendidikan, tujuan saran, dan tujuan perilaku. Sasaran dari
promosi kesehatan adalah sasaran primer, sekunder dan tersier. Stretegi dalam
promosi kesehatan adalah advokasi, bina usaha, dan gerakan pemberdayaan
masyarakat.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan medic, pendekata
perilaku, pendekatan edukasional, perubahan pada klien, pendekatan social. Anak
usia prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang mempunyai
berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar
pribadi anak tesebut berkembang secara optimal (Supartini, 2004). Dalam usia ini
anak umumnya mengikuti program anak (3Tahun- 5 tahun) dan kelompok bermain
(Usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti
program Taman Kanak-Kanak. Promosi kesehatan pada anak usia sekolah
dilakukan agar anak usia sekolah tau, mau, dan mampu dalam merubah perilaku
mereka menjadi lebih baik dan mendorong perilaku untuk hidup sehat.
4.2 Saran
Dengan pemaparan dalam makalah ini diharapkan mahasiswa dan tenaga
kesehatan ainnya mampu menerapkan promosi kesehatan pada anak usia sekolah
menggunakan cara-cara yang menarik sesuai usia dan tahap perkembangan anak.
Dalam merubah perilaku anak usia sekolah perlu dilakukan perencanaan yang akan
mendorong terjadinya implikasi yang baik dengan menentukan sasaran primer,
sekunder dan tersier. Perawat dan tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan
masyarakat demi terjadinya keberhasilan acara promosi kesehatan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Candrawati, Elisa, dkk. 2014. Ketersediaan Buah dan Sayur dalam Keluarga sebagai
Strategi Intervensi Peningkatan Konsumsi Buah dan Sayur Anak Usia
Prasekolah. Jurnal Care Volume 2, No.3.
Fatmawati Dewi. 2001. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Dengan Konsumsi Sayuran
Pada Anak Sekolah Dasar (Studi Pada Anak Kelas V SDN 01 Ngesrep dan SDN 02
Ngesrep Semarang) . Skripsi. Semarang
Kemenkes RI. Pedoman Gizi Seimbang (Pedoman Teknis bagi Petugas dalam Memberikan
Penyuluhan Gizi Seimbang). Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA KKR. Jakarta:
Kemenkes RI; 2013.
Isbell R, et all.2004. The effects of Storytelling and Stiry Reading on The Oral Language
Complexity and Story Comprehension of Young Children. Early Childhood
Education Journal,Vol.32. No 3. December,2004
Manaf, A.M.B.A. 2011. Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Sekolah Dasar Tentang Manfaat
Konsumsi Sayur-Mayur di Sekolah Dasar Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan
Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi kesehatan.Jakarta:EGC
48
Montessori,Maria. 2008. The Absorbent Mind-Pikiran yang Mudah Menyerap
(terjemahan). Yogyakarta : Pustaka Belajar
Noorlaila, Iva. 2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD Kreatif Mendidik dan Bermain
Bersama Anak. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Santoso, S., Ranti, A., 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Wong, Donna L (et all). 2008. Buku ajar keperawatan Pediatrik Wong, alih bahasa Agus
Sutarna. Jakarta: EGC
49
LAMPIRAN
Dongeng Ksatria Sayuran
Zaman dahulu, hiduplah seorang koki kecil di negeri sayuran. Negeri sayuran
adalah negeri subur nan makmur, antah barantah, negeri yang terkenal dengan sayur-
sayuran . Koki Kecil sudah lama belajar memasak di tempat Guru Koki. Suatu hari, ketika
ia sedang sendirian menjaga rumah Guru Koki, ada makhluk berbadan hijau dan bertanduk
di kepala, mengendap-endap di kegelapan malam.
Monster kecil : “Hahaha! Aku berhasil mengambil Buku Resep Sehat Selalu milik Guru
Koki!”
Makhluk itu berlari kencang sambil cekikikan. Ia adalah Monster Kecil, yang tinggal jauh
di puncak gunung sana.
Koki kecil : “Hm, aku sudah berjanji pada Guru Koki untuk menjaga buku itu. Aku harus
memenuhi janjiku. Aku akan pergi ke rumah si Monster Kecil nakal itu!”
Pertama, Koki Kecil harus melewati terowongan yang panjang dan gelap menuju gunung.
Ia mengeluarkan wortel segar berwarna oranye yang disimpannya dalam tas ransel
ajaibnya.tas ini berisi makanan serta minuman sehat yang sengaja ia siapkan untuk
menemani perjalannya. Krius-krius-krius ia pun melahap wortel-wortel segar itu.
Koki kecil : “Setelah makan wortel ini, aku jadi bisa melihat lebih jelas dalam terowongan
ini. Wortel memang bagus untuk mataku!”
Begitu keluar dari terowongan, jalan yang harus dilalui kian menanjak.
Lantas, Koki Kecil mengeluarkan sebungkus nasi berlauk daging dan minum sebotol susu.
Mmm lezat!
50
Ketika malam tiba, hujan turun dengan deras! Hatsyii! Waduh, Koki Kecil bisa sakit pilek,
nih! Ia segera berteduh di dalam gua, sambil membuat minuman hangat dari buah jeruk.
Esok paginya, ia bangun dengan badan yang lebih segar.
Koki kecil : “Guru Koki benar. Jeruk bisa mencegah pilek! Jalan lagi, ah!”
Sesampainya di depan rumah Monster Kecil, Koki Kecil bermaksud meminta kembali
Buku Resep Sehat Selalu. Namun, ia menjumpai Monster Kecil sedang menangis.
Koki kecil : “Kenapa kamu tidak membaca resepnya untuk menyembuhkan sakitmu?”
Koki Kecil menggeleng-gelengkan kepala. Ia mengambil Buku Resep Sehat Selalu yang
tergeletak di lantai, lalu pergi ke dapur untuk memasak salah satu resep dari buku itu.
Koki kecil : “Ini namanya Nasi Sup Sayur-Daging Ajaib. Makan buah jeruknya juga, dan
istirahat yang cukup. Aku akan menjagamu. Tapi kamu jangan nakal lagi, ya?”
Monster kecil : “Maafkan aku...” Monster Kecil terlihat sungguh menyesal. “Mmm...tapi,
bagaimana kamu bisa kuat sampai di sini? Kan perjalanannya berat! Kok kamu tetap
sehat?”
Koki kecil : “Hehehe. Karena Guru Koki telah mengajariku inti dari Buku Resep Sehat
Selalu!”
Monster kecil : “Apa itu?” sembari melahap Nasi Sup Sayur-Daging Ajaib.
Monster Kecil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil meringis. Malu!
Koki kecil : “apakah kamu tidak suka makan sayur ? sehingga kamu tidak bisa membaca.”
51
Monster kecil : “Iya aku tidak suka makan sayur dan buah-buahan.”
Koki kecil : “Jika kamu ingin sehat sepertiku, kamu harus selalu makan sayur setiap hari.”
Monster kecil : “Baiklah aku sekarang akan selalu makan sayur meskipun aku tidak suka.”
Akhirnya koki kecil dan monster berteman dan saling membantu satu sama lain. Koki
kecil juga mengajari monster kecil untuk masak sayur-sayuran.
Saat koki kecil hendak kembali pulang meuju rumahnya, ia tiba-tiba mengantuk dan lupa
jalan kembali pulan.
Sembari duduk santai berisitirahat ia kembali membua tas ranselnya. Ia mengambil kotak
makan yang berisi nasi gandum lengkap dengan sayur bayam dan lauk ikan laut. Koki
kecilpun segera melahap makanan yang ia bawa. Alhasil selang beberapa lama, ia kembali
mengingat jalan ia kembali.
52