Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS IV

PROMOSI KESEHATAN MAKAN SAYURAN


PADA KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH
DENGAN METODE STORY TELLING

Disusun oleh :
Kelompok 6 - Kelas A2

1. Desy Iga Carryna 131411131027


2. Aprhodita Emawati G 131411131029
3. Gila Dwi Kuncahyo 131411131030
4. Lucy Kartika D 131411131031
5. Roudhotul Jannah 131411131035
6. Nur Tin Thursina 131411131062
7. Soraya Salma R 131411131078
8. Nuzulia Azizi I 131411133005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Promosi Kesehatan Pada Anak Usia Prasekolah dengan Metode Story telling” tepat pada
waktu yang telah ditentukan, sebagai tugas kelompok untuk mata ajar Keperawatan
Kesehatan Komunitas IV.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada


pembaca agar dapat memberikan promosi kesehatan yang tepat pada anak usia prasekolah.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT

2. Ibu Rista., S.Kep.Ns., sebagai fasilitator

3. Teman-teman Angkatan 2014 yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan


asuhan keperawatan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
makalah asuhan keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Surabaya, November 2017

Penulis

DAFTAR ISI

ii
MAKALAH............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

11 Latar Belakang........................................................................................................1

12 Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................................................2

1.4 Manfaat...................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4

2. 1 Konsep Promosi Kesehatan.....................................................................................4

2.1.1 Pengertian Promosi Kesehatan..............................................................................4

2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan....................................................................................5

2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan...................................................................................5

2.1.4 Strategi Promosi Kesehatan...................................................................................6

2.1.5 Pendekatan Promosi Kesehatan.............................................................................8

2.1.6 Metode, Media, dan Alat Peraga dalam Promosi Kesehatan...............................10

2.1.7 Peran dan Fungsi Perawat Komunitas dalam Promosi Kesehatan......................16

2. 2 Kelompok Anak Usia Prasekolah..........................................................................18

2.2.1 Pengertian Kelompok Anak Usia Prasekolah......................................................18

2.2.2 Ciri-ciri Anak Usia Prasekolah............................................................................18

2.2.3 Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah...........................................................21

2.2.4 Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah......................................................24

2. 3 Masalah Kesehatan Anak Usia Prasekolah...........................................................26

2.4 Peran Perawat dalam Menangani Masalah Keperawatan Mengenai Kesehatan


pada Anak Usia Prasekolah..............................................................................................28

2.5 Pengertian Promosi Kesehatan pada Anak Usia Prasekolah......................................29

2.6 Metode Promosi Kesehatan : Story telling.................................................................30

iii
2.6.1 Pengertian Story telling.......................................................................................30

2.6.2 Tujuan Story telling.............................................................................................31

2.6.3 Kelebihan Story telling........................................................................................31

2.6.4 Kelemahan Story telling......................................................................................32

2.6.5 Proses Story telling..............................................................................................32

2.6.7 Teknik dalam Story telling.............................................................................34

2.7 Kebutuhan Sayur pada Anak Usia Prasekolah...........................................................35

BAB III PERENCANAAN DAN EVALUASI...................................................................40

MATERI KEBUTUHAN SAYUR UNTUK ANAK PRASEKOLAH................................42

BAB IV PENUTUP............................................................................................................48

4.1 Kesimpulan................................................................................................................48

4.2 Saran...........................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................49

LAMPIRAN.........................................................................................................................51

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1 1 Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu hal yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Di Indonesia, malnutrisi sangat luas dan terjadi di seluruh
tahapan kehidupan antara lain dalam bentuk kurang energy protein (KEP), kekurangan
gizi mikro, berat bayi lahhir rendah, dan gangguan pertumbuhan. Dari segi asupan
energy, zat gizi makro maupun mikro dalam jangka panjang. Kegagalan pertumbuhan
(stunting) pada anak usia dibawah lima tahun dapat menyebabkan berbagai gangguan
perkembangan, termasuk perkembangan kognitif dan motoric .

Mengkonsumsi sayur dan buah merupakan salah satu syarat dalam memenuhi
menu gizi seimbang. Sayur dan buah merupakan makanan penting yang harus selalu
dikonsumsi setiap kali makan. Tidak hanya bagi orang dewasa, mengkonsumsi sayur
dan buah sangat penting untuk dikonsumsi sejak usia anak-anak. Dengan diet tinggi
sayur dan buah baik untuk melindungi kesehatan tubuh, termasuk dalam menjaga
berat badan (Mitchell, 2012). Membiasakan anak untuk mengkonsumsi sayur dan
buah sejak dini sangat penting karena pola diet yang diterapkan pada usia anak-anak
akan mempengaruhi pola diet ketika dewasa (Mitchell, 2012; Brug, 2008; Horne,
2010), jika ketika masih anak-anak memiliki pola diet yang buruk maka hingga
dewasa pun akan tetap buruk (Mitchell, 2012) dan akan mempengaruhi kesehatannya
(Jones, et al. 2010). Begitu pula dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang
dibiasakan sejak dini agar menjadi suatu kebiasaan baik hingga dewasa. Konsumsi
sayur dan buah pada anak masih sangat minim dan masih banyak yang belum sesuai
dengan rekomendasi. Anak sekolah di Indonesia umumnya kurang mengonsumsi
sayur, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran anak dan orang tua akan pentingnya
gizi sayuran.

Menurut Pedoman Gizi Seimbang (2014), bagi anak balita dan anak usia sekolah
dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sebanyak 300-400 gram
yang terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2,5 porsi atau 2,5 gelas sayur setelah
dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah (setara dengan 3 buah pisang ambon
ukuran sedang atau 1,5 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran

1
sedang). Di Indonesia, menurut FAO (2010), tahun 2005-2007 konsumsi buahnya
hanya mencapai 173 gram/hari dan konsumsi sayuran 101 gr/hari. Menurut Riskesdas
tahun 2010, pada kelompok usia diatas 10 tahun konsumsi sayurnya hanya mencapai
63,3% dan buah 62,1% dari kebutuhannya sehari. Data riskesdas pada tahun 2013
menyatakan bahwa pada kelompok usia yang sama tidak terjadi peningkatan konsumsi
sayur dan buah yang signifikan pada tahun ini. Penelitian yang telah dilakukan oleh
Ratu dalam Kumboyono (2013) mengungkapkan bahwa sekitar 90% anak
mengkonsumsi sayuran dan buah

Semakin banyak jenis sayuran yang dikonsumsi anak, semakin besar


kemungkinan anak mendapat asupan vitamin, mineral dan fitomutrisi yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk meningkatkan kesadaran
dan pengetahuan anak usia prasekolah terhadap pentingnya memakan sayuran,
diperlukan suatu promosi kesehatan yang dapat diterima oleh anak prasekolah. Salah
satu metode yang efektif dan digemari anak adalah story telling karena dengan
bercerita anak akan dapat menanamkan nilai dan moral tanpa menggurui anak,
menstimulasi kecerdasan serta dapat mengembangkan kreatifitas dan imajinasi anak.
Dengan demikian anak dapat berimajinasi dan dapat mengembangkan wawasan
tentang bagaimana pentingnya memakan makanan yang bergizi.

1 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep promosi kesehatan?
2. Apa fungsi dan peran perawat komunitas dalam promosi kesehatan?
3. Bagaimana konsep kelompok anak usia prasekolah?
4. Apa saja masalah kesehatan yang ada pada anak usia prasekolah?
5. Bagaimanakah promosi kesehatan pada anak usia prasekolah?
6. Bagaimanakah konsep promosi kesehatan pada anak usia prasekolah dengan
metode story telling?
7. Bagaimanakah perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan pada anak usia
prasekolah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun promosi kesehatan yang tepat pada anak usia
prasekolah dengan metode story telling yang baik dan benar.

2
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan konsep promosi kesehatan


2. Menjelaskan fungsi dan peran perawat komunitas dalam promosi kesehatan
3. Menjelaskan konsep kelompok anak usia prasekolah
4. Menjelaskan masalah kesehatan yang ada pada anak usia prasekolah
5. Menjelaskan promosi kesehatan pada anak usia prasekolah
6. Menjelaskan konsep promosi kesehatan pada anak usia prasekolah dengan
metode story telling
7. Membuat perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan pada anak usia
prasekolah?

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep promosi kesehatan untuk anak usia pra
sekolah serta mampu mengajarkan pentingnya makan sayuran dengan metode story
telling.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Promosi Kesehatan

2.1.1 Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok
dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui
pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (Depkes RI, 2006)

Menurut Green & Ottson (1998) promosi kesehatan adalah kombinasi


berbagai dukungan menyangkut pendidikan organisasi, kebijakan, dan peraturan
perundang-undangan untuk merubah lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan.

Kebijakan nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi


dasar promosi kesehatan, yaitu perggerakan dan pemberdayaan, bina suasana
dan advokasi (Depkes RI, 2004). Ketiga strategi tersebut diperkuat oleh
kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat. Strategi tersevut
harus dilaksanakan secara lengkap dan berkesinambungan dalam mengubah
perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik yang diperlukan oleh program
kesehatan. Lingkup promosi kesehatan mencangkup diantaranya sebagai
berikut.

1. Strategi promosi kesahatan yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan


(pemberdayaan) masyarakat.
2. Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk menigkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat
bekerja, tempat-tempat umum, dan sarana kesehatan.
3. Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan program
kesehatan yang dilaksanakan, maka kegiatan dilakukan untuk
mengembangkan aspek perilaku sehat tertentu, misalnya yang berkaitan

4
dengan kesehatan KIA, gizi kesehatan lingkungan, gaya hidup, Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan sebagainya sesuai
dengan kebutuhan,kondisi, dan situasi di masing-masing tatanan.

2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan


Tujuan promosi kesahatan terdiri atas tiga tingkatan (Green, 1991), yaitu tujuan
program, tujuan pendidikan, dan tujuan perilaku.

a. Tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan epidemologi, berupa
pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang
berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan ini harus mencakup who will
In how much of what by when. Tujuan program juga sering disebut sebagai
tujuan jangka panjang
b. Tujuan pendidikan merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus
dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan pendidikan disebut
juga tujuan jangka menengah
c. Tujuan perilaku merupakan tujuan jangka pendek, yang merupakan gambaran
perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan
perilaku berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan

2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan


Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Agar promosi kesehatan dapat lebih tepat
sasaran, maka sasaran tersebut perlu dikenali secara lebih khusus, rinci, dan jelas
melalui pengelompokan sasaran promosi kesehatan meliputi sasaran utama
(primer), sasaran antara (sekunder), dan sasaran penunjang (tersier)

a. Sasaran primer adalah mereka yang diharapkan akan menerapkan perilaku


baru
b. Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat mempengaruhi sasaran primer
c. Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau penyandang dana.

5
2.1.4 Strategi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok,
dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan yang mendukung
dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya
setempat. Tujuan pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (Efendi & Makhfudli,
2009).

Strategi dasar promkes yaitu penggerakan dan pemberdayaan, bina suasana,


dan advokasi, dimana ketiga strategi tersebut diperkuat oleh kemitraan serta
metode dan sarana komunikasi yang tepat. Strategi tersebut harus dilaksanakan
secara lengkap dan berkesinambungan dalam mengubah perilaku baru
masyarakat menjadi lebih baik (Efendi & Makhfudli, 2009).

Untuk mencapai tujuan promosi kesehatan, maka diperlukan strategi dalam


pelaksanannya. Strategi tersebut antara lain.

1. Advokasi

Yaitu pendekatan pimpinan degan tujuan untuk mengembangkan kebijakan


public yang berwawasan kesehatan. Hasil yang diharapkan adalah kebijakan dan
peraturan- peraturan yang mendukung untuk memengaruhi terciptanya perilaku
hidup bersih dan sehat serta adanya dukungan dana atau sumber daya lainnya.
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pendekatan perorangan melalui hobi,
dialog, negosiasi, debat, petisi, mobilisasi, seminar, dan lain-lain (Efendi &
Makhfudli, 2009).

Advokasi kesehatan merupakan upaya pendekatan kepada pimpinan atau


pengambilan keputusan supaya dapat memberikan dukungan, kemudahan, dan
semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan (Maulana, 2009).

2. Bina suasana

Yaitu penciptaan situasi yang kondusif untuk memberdayakan perilaku hidup


bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat tercipta dan berkembang
jika lingkungan mendukung hal ini. Dalam hal ini, lingkungan mencakup

6
lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik (Efendi & Makhfudli,
2009).

Bina suasana (social support) merupakan upaya membuat suasana yang


kondusif atau menunjang pembangunan kesehatan sehingga masyarakat
terdorong untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (Maulana, 2009).

3. Gerakan pemberdayaan masyarakat

Yaitu gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat mengenali dan memelihara masalah
kesehatan sendiri serta untuk memeliharanya, meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat (Efendi & Makhfudli, 2009).

Gerakan masyarakat (empowerment) merupakan upaya memandirikan


individu, kelompok, dan masyarakat agar berkembang kesadaran, kemauan, dan
kemampuan di bidang kesehatan atau agar secara protektif, masyarakat
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (Maulana, 2009).

Strategi dalam memengaruhi orang lain adalah sebagai berikut (Efendi &
Makhfudli, 2009).

1. Dapatkan perhatian terlebih dahulu.


2. Tunjukkan kebutuhannya.
3. Berikan petunjuk bagaimana memuaskan kebutuhan tersebut.
4. Gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan kerugian tidak menerapkan
gagasan perawat.
5. Dukunglah Ibu untuk melakukan tindakan lalu beri saran dan contoh.

Lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut (Efendi & Makhfudli,


2009) :

1. Stategi promosi kesehatan yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan


(pemberdayaan) masyarakat.

2. Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan perilaku


hidup bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-
tempat umum, dan sarana kesehatan.

7
3. Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan promosi kesehatan
yang dilaksanakan untuk mengembangkan aspek perilaku sehat tertentu,
misalnya berkaitan dengan kesehatan KIA, gizi, kesehatan lingkungan, gaya
hidup, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

2.1.5 Pendekatan Promosi Kesehatan


1. Pendekatan Medik
Tujuannya adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan
secara medik, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung.
Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan
kesakitan, mungkin dengan metode persuasif maupun paternalistik.
Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak
mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga
berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening tekanan
darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan
medik dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian
bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan Perubahan Perilaku
Tujuannya adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat,
sehingga mereka mengambil gaya hidup “sehat“. Contohnya antara lain
mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok,mendorong orang
untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang
baik dan seterusnya.
Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin
bahwa gaya hidup “sehat“ merupakan hal paling baik bagi kliennya dan
akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong
sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang
menguntungkan.

3. Pendekatan Edukasional
Tujuannya adalah memberikan informasi dan memastikan
pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat
keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Informasi tentang
kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan
membuat keputusan mereka sendiri.

8
Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan
mengadopsi praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidi
kan kesehatan sekolah, misalnya menekankan membantu murid
mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh
pengetahuannya.
Orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti
tinggibagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih
perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab
mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka
anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
Promosi kesehatan dengan pendidikan kesehatan memiliki makna
yang berbeda. Promosi kesehatan mencakup seluruh aktivitas yang
bertujuan untuk mempromosikan gaya hidup sehat sedangkan pendidikan
kesehatan merupakan bagian integral dari prosesnya.
4. Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuannya adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu
mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan
membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan
dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai
fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian
mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka
butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri
klien dilihat sebagai sentral dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang
mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan
siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan
mereka sendiri.

5. Pendekatan Perubahan Sosial


Tujuannya adalah melakukan perubahan-perubahan pada
lingkungan fisik, sosial dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih
mendukung untuk keadaan yang sehat. Contohnya adalah mengubah
masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku individu-individunya. Hal
utama bukan untuk mengubah kebiasaan indiviu, tapi secara positif
mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai
penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat mempunyai
9
komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai
tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada
pembentukan kehidupan individu yang tinggal di tempat itu.
Pendekatan ini menyatakan kemunduran sosial ekonomi sebagai
faktor dari sakit. Hal ini dipusatkan dengan membuat lingkuangan,
perubahan sosial dan ekonomi dengan rencana kebijakan, aksi perubahan
politik dan kolaborasi yang lebih luas dengan pembuat keputusan.

2.1.6 Metode, Media, dan Alat Peraga dalam Promosi Kesehatan


Berikut ini adalah berbagai teknik dan media seta alat peraga yang dapat
dipergunakan dalam promosi kesehatan (Efendi & Makhfudli, 2009).

A. Teknik promosi kesehatan (Efendi & Makhfudli, 2009) :

1. Teknik kasus

Teknik ini dimulai dengan mempresentasikan kasus secara anonim


kemudian membahasnya. Kasus didapatkan dari sumber primer dengan
prosedur sebagai berikut.

a. Case report. Pada tahap ini, kasus dipresentasikan dengan


mempergunakan alat-alat audio visual. Kemudian, sasaran mempelajari
sendiri kasus tersebut selama beberapa menit. Untuk menghindari bias,
instruktur menggali informasi dari sasaran.

b. Case analysis (5-10 menit). Sasaran menentukan apa yang menjadi


problem utama dalam kasus yang telah dipresentasikan dan bagaimana
cara mengatasinya.

c. Case discussion (20-30 menit). Selama beberapa menit para sasaran


bekerja sendiri. Setelah itu, para sasaran mengemukakan pendapatnya.
Dari sini sasaran akan terbagi menjadi beberapa kelompok opini.
Kelompok-kelompok ini kemudian berdiskusi untuk memecahkan
masalah.

2. Kuliah

10
Kuliah merupakan metode dalam memberikan informasi, motivasi, dan
pengaruh terhadap cara berpikir sasaran mengenai satu topic. Di sini
pemberi kuliah menjadi pihak yang lebih tahu daripada sasaran kuliah.
Semua sasaran mendengar informasi yang sama dengan cara yang sama
dalam waktu yang terbatas. Kuliah dilanjutkan dengan diskusi dan
pemberian pekerjaan rumah.

3. Konferensi

Konferensi merupakan metode di mana orang belajar dengan cara berbagi


informasi, ide, dan pengalaman. Sikap dan opini yang terbentuk kemudian
diperiksa secara periodik untuk mengetahui perubahannya. Pemeriksaan
ini dilakukan pada awal, pertengahan, atau akhir program. Biasanya
konferensi memerlukan waktu 2 sampai 3 hari. Konferensi terdiri atas tiga
tahap, yaitu tahap pembukaan yang memuat pemaparan tujuan program
dan orientasi mengenai program, tahap program, dan tahap penutupan yang
berisi konklusi dan evaluasi.

4. Simulasi

Merupakan peniruan suatu situasi untuk tujuan pemecahan masalah,


pengambilan keputusan, serta klarifikasi nilai dalam suatu konteks
individu, organisasi, atau social. Stimulasi dapat berupa role playing dan
permainan dengan keterbatasan tertentu (aturan, waktu, sumber daya
tertentu) dengan suatu tujuan akhir yang spesifik.

5. Nominal group technique (NGT)

Teknik ini memastikan partisipasi yang merata dari para anggota kelompok
dalam suatu diskusi dengan prosedur terstruktur guna menghindari
dominasi oleh sebagian anggota kelompok. Teknik ini paling berguna
dalam tahap awal pengkajian dan perencanaan program. Sasaran sejumlah
8 sampai 10 orang, diperlukan waktu 150 menit per sesi.

6. Klarifikasi peran

11
Sering kali konflik peran mengganggu situasi kerja. Untuk itu perlu
dilakukan klarifikasi mengenai peran tersebut. Diperlukan waktu 2-3 jam
untuk mengklarifikasi setiap peran.

7. Bermain peran

Memainkan peran bertujuan untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas


terhadap suatu perilaku baru. Metode ini dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu terstruktur dan spontanitas. Pendekatan terstruktur
menekankan proses belajar dengan cara mengobservasi, mempraktikkan,
menirukan (konseptualisasi), dan membagi pengalaman selama bermain
peran (analisis). Pendekatan spontan lebih menekankan pada
konseptualisasi tetapi meminimalkan analisis.

Komponen role playing meliputi enancment atau inetraksi para


aktor; pemotretan perilaku asli; improvisasi; eksperimentasi dan praktik
sampai tercapai tujuan belajar; berbagi pengalaman dan observasi baik
secara informal maupun formal; dan diagnosis atas informasi guna
perencanaan selanjutnya. Teknik, teknik role playing meliputi role reversal,
soliloquy, doubling, multiple role playing, dan role rotation.

a. Role rotation. Sasaran belajar memandang sebuah problem dari


kacamata pandang perilaku dengan jalan memerankan peran orang lain
tersebut dan sebaliknya orang lain memerankan peran sasaran tersebut.
Contohnya, A adalah seorang guru dan B adalah seorang bidan. Untuk
lebih memahami perilaku guru maka B berlaku menjadi guru dan untuk
memahami perilaku bidan maka A berlaku seolah-olah ia bidan.

b. Soliloquy. Merupakan teknik role playing di mana pada saat tertentu


role playingdihentikan dan actor diwawancarai mengenai perasaan atau
sikapnya terhadap peran yang dimainkan.

c. Doubling. Sasaran lain duduk di sebelah atau berdiri di belakang actor


dan secara periodic menginterupsi role playing untuk mengekspresikan
pengalamannya.

12
d. Multiple role playing. Memberikan kesempatan beberapa orang sasaran
dalam waktu bersamaan untuk memerankan satu peran. Para sasaran ini
kemudian mendiskusikan peran yang dimainkannya.

e. Role rotation. Memungkinkan seorang actor memerankan satu peran


hingga selesai dan kemudian meneruskan dengan peran yang lain
sehingga semua peran habis dimainkannya. Aktor lain juga memerankan
semua peran secara bergantian dengan actor pertama.

8. Bola salju (Snowball)

Teknik bola salju (snow balling) dimulai dengan memasang-masangkan


sasaran. Satu pasangan terdiri atas dua sasaran. Masing-masing pasangan
diberi topik yang sama satu sama lain, kemudian mendiskusikan topik
tersebut. Lima menit kemudian, dua pasangan (empat sasaran) digabungkan
dan diminta mendiskusikan hasil yang mereka peroleh dalam diskusi
terdahulu. Setelah itu, dua pasangan tersebut bergabung dengan kelompok
empat sasaran yang lain sehingga membentuk kelompok yang terdiri atas
delapan sasaran. Demikian seterusnya hingga seluruh sasaran berkumpul
dalam satu kelompok besar

9. Kelompok kecil

Sasaran langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group)


yang kemudian diberi permasalahan. Permasalahan ini bisa sama atau
berbeda antar buzz group. Masing-masing buzz group mendiskusikan
masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari kesimpulannya.

10. Curah pendapat

Pemimpin kelompok memancing sasaran dengan satu masalah dan


kemudian tiap sasaran memberikan jawaban atau tanggapan. Tanggapan
tersebut ditulis dalam lembar balik (flip chart) atau papan tulis. Sebelum
semua peserta mencurahkan pendapatnya, komentar boleh diberikan dan
diskusi dilakukan.

13
11. Seminar

Merupakan pertemuan yang dihadiri oleh 5-30 orang sasaran untuk


membahas suatu topic tertentu di bawah pimpinan seorang ahli dan
berwenang dalam bidang disiplin tersebut.

12. Simposium

Pertemuan terbuka dengan beberapa pembicara yang menyampaikan


ceramah pendek tentang aspek yang berbeda, tetapi berkaitan dengan topik
yang dibahas.

13. Demonstrasi

Merupakan cara penyajian suatu pengertian atau ide yang dipersiapkan


dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara menjalankan suatu
tindakan, adegan, atau memperlihatkan bagaimana menggunakan suatu
prosedur. Sasaran pendidikan kesehatan dapat mencoba sendiri prosedur
yang telah diperhatikan oleh komunikator. Contohnya, cara menyajikan
larutan oralit langkah demi langkah.

14. Pameran

Merupakan penataan benda asli, model, gambar, poster, dan media lain
yang dapat dilihat dan dipelajari orang. Pameran menyuguhkan banyak
gagasan dan informasi, berbeda dengan poster yang menyajikan satu
informasi saja.

15. Konsultasi
Tujuan konsultasi adalah menyediakan pertolongan bagi sasaran, dengan
berfokus kepada hubungan antarmanusia, membantu sasaran untuk
bersepsi, mengerti, dan bertindak dalam kegiatan di lingkungannya.
Konsultasi dapat diterapkan untuk mengubah perilaku individu, kelompok,
maupun masyarakat.

Proses konsultasi terdiri atas tiga bentuk, antara lain bentuk dua
arah, yaitu pertemuan antara konsultan dan sasaran; bentuk tiga arah, yaitu

14
bila konsultasi langsung membantu menyelesaikan masalah antara dua
pihak sasaran dengan cara terjun langsung menemui kedua sasaran.

16. Pelatihan melekat

Merupakan tuntutan langkah demi langkah bagi sasaran individual untuk


mengadopsi praktik baru, misalnya praktik untuk menyuntikkan insulin ke
dalam tubuh sendiri bagi penderita diabetes mellitus. Dasar pelatihan
melekat adalah kebutuhan sasaran untuk mendapatkan bimbingan yang
melekat dan teknik pelatih untuk membuat sasaran bertahan dalam tiap-tiap
tahapan pelatihan.

17. Komunikasi massa

Merupakan teknik pendidikan masyarakat yang melibatkan sasaran dalam


jumlah besar. Teknik pendidikan ini sering digunakan ketika terjadi
ancaman serius terhadap kesehatan sehingga perlu pencapaian sasaran
sebanyak mungkin dalam waktu singkat. Juga ketika diperlukan perubahan
persepsi, sikap, dan perilaku praktik dalam waktu yang panjang, serta ketika
diperlukan koordinasi berbagai macam bentuk pendidikan.

B. Media dan alat peraga promosi kesehatan

Sasaran promkes dapat diberikan secara langsung maupun melalui


media tertentu. Media promkes adalah saluran komunikasi yang dipakai untuk
mengirimkan pesan kesehatan. Media yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut (Efendi & Makhfudli, 2009).

a. Media elektronik : radio, televisi, internet, telepon, telepon genggam,


teleconference.

b. Media cetak : majalah, Koran, selebaran (leaflet dan flyer), booklet, papan
besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin board.

c. Media lain: surat.

Pemilihan media ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis,


karakteristik, partisipan, dan sumber daya pendukung. Beberapa media promosi
kesehatan juga dipergunakan sebagai alat peraga jika pendidik kesehatan

15
bertemu langsung dengan partisipan dalam proses promosi kesehatan. Media
poster dapat dianggap sebagai alat peraga berupa gambar, demikian juga
billboard dan sebagainya (Efendi & Makhfudli, 2009).

Metode promosi kesehatan pada tiap tahap perkembangan (Efendi & Makhfudli,2009).

Pra-sekolah Bahasa sederhana, permainan, music dan demonstrasi.

Usia sekolah Bahasa beragam dengan tingkat kemampuan dan kemampuan


kognitif, menggunakan permainan interaktif, teka-teki, mencocokkan,
dan role play.

Remaja Pembelajaran kooperatif, problem-based learning, diskusi,


demonstrasi, dan role play.

Dewasa Kuliah, klasikal, diskusi, demonstrasi, dan role play yang menekankan
pada tingkat emosional.

2.1.7 Peran dan Fungsi Perawat Komunitas dalam Promosi Kesehatan


Perawat di puskesmas, sebagai perawat kesehatan, minimal dapat
berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan;
pendidik atau penyuluh kesehatan; penemu kasus; penghubung dan
coordinator; pelaksana konseling keperawatan; dan model peran (role model)
(Efendi & Makhfudli, 2009).

Dua peran perawat kesehatan komunitas adalah sebagai pendidik dan


penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan bagian dari ruang lingkup
promosi kesehatan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan, fungsi yang dilakukan adalah


sebagai berikut (Efendi & Makhfudli, 2009).

a. Mengkaji kebutuhan klien untuk menetukan kegiatan yang akan dilakukan


dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajian
diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa yang
diperlukan klien, dan apa yang ingin diketahui klien.

16
b. Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau
oendidikan kesehatan.

c. Melaksanakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk pemulihan


kesehatan klien antara lain tentang pengobatan, hygiene, perawatan, serta
gejala dan tanda bahaya.

d. Menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk


topik sehat ataupun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit, dan pengelola
penyakit.

e. Mengajarkan kepada klien informasi tentang tahapan perkembangan.

f. Membantu klien untuk memilih sumber informasi kesehatan dari buku-


buku, Koran, TV, teman, dan lainnuya.

Sebagai pelaksana konseling keperawatan, perawat melaksanakan fungsi antara


lain sebagai berikut (Efendi & Makhfudli, 2009).

1. Memberi informasi, mendengarkan secara objektif, memberikan dukungan,


memberikan asuhan,dan menjaga kepercayaan yang diberikan klien.

2. Membantu klien untuk mengidentifikasi masalah serta faktor-faktor yang


memengaruhi.

3. Memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan pemecahan


masalah dan memilih cara pemecahan masalah yang tepat.

4. Membantu klien menentukan pemecahan masalah yang dapat dilakukan.\

2. 2 Kelompok Anak Usia Prasekolah

2.2.1 Pengertian Kelompok Anak Usia Prasekolah


Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang
mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan
dikembangkan agar pribadi anak tesebut berkembang secara optimal (Supartini,
2004). Dalam usia ini anak umumnya mengikuti program anak (3Tahun- 5
tahun) dan kelompok bermain (Usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun

17
biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak (Patmonedowo,
2008).
Menurut Hurlock (2001), usia prasekolah adalah usia 3-5 tahun dan
merupakan kurun yang disebut sebagai masa keemasan (the golden age). Di usia
ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan
karakteristik sebagai berikut, berkembangnya konsep diri, munculnya
egosentris, rasa ingin tahu, imajinasi, belajar menimbang rasa, munculnya
kontrol internal (tubuh), belajar dari lingkungannya, berkembangnya cara
berfikir, berkembangnya kemampuan berbahasa, dan munculnya
perilaku (Wong, 2008).

2.2.2 Ciri-ciri Anak Usia Prasekolah


Snowman (dalam Patmonodewo 2008), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah
meliputi aspek fisik, emosi, social dan kognitif anak,yaitu:
1. Ciri fisik
Anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan yang sangat bermanfaat
untuk pengembangan otot-otot kecil maupun besar. Umumnya anak sangat
aktif, mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan
sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.seperti memberikan
kesempatan kepada anak untuk lari memanjat dan melompat. Ciri fisik pada
anak usia 4-6 tahun tinggi badan bertambah rata-rata 6,25-7,5 cm pertahun,
tinggi rata-rata anak usia 4 tahun adalah 2,3 kg per tahun. Berat badan anak
usia 4-6 tahun rata-rata 2-3 kg pertahun, berat badan rata-rata anak usia 4 tahun
adalah16,8 kg (Muscari, 2005).
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat
badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih
mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan
tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti
pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam, serta denyut jantung lebih
lama dan menetap.
Proporsi tubuh juga berubah seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya
sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun
tingginya dapat mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat

18
dan tulang-tulang semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit.
Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti
protein, vitamin, dan mineral dsb.
2. Ciri sosial
Pada usia anak pra-sekolah (terutama mulai usia 4 tahun),
perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai
aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Umumnya anak pada tahapan ini
memiliki satu atau dua sahabat,tetapi sahabat ini cepat berganti,mereka mau
bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya sama jenis kelaminnya.
Tetapi kemudian berkembang sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang
berbeda. Pada usia 4-6 tahun anak sudah memiliki keterikatan selain dengan
orang tua, termasuk kakek nenek, saudara kandung, dan guru sekolah, anak
memerlukan interaksi yang yang teratur untuk membantu mengembangkan
keterampilan sosialnya (Muscari, 2005). Pada masa ini anak mulai mengetahui
aturan-aturan (lingkungan keluarga/lingkungan bermain). Sedikit-sedikit anak
sudah mulai tunduk pada peraturan. Anak semakin menyadari akan
kepentingan diri dan kepentingan orang lain. Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarga. Anak akan mampu
menyesuaikan diri dengan keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta
konsisten pada aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif.
3. Ciri emosional
Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut, dan iri
hati sering terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian guru dan
orang sekitar.
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya
(dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh
dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain.
Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika
lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak
dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan
berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan
terpaksa.

19
Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut
(perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan
kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi),
kasih sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin
tahu (ingin mengenal).

4. Ciri kognitif
Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam bahasa, mereka sudah
mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan
pikirannya dalam batas-batas tertentu. Sebagai besar dari mereka senang
bicara,khususnya dalam kelompoknya. Sebaiknya anak diberi kesempatan
untuk bicara. Sebagian mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang
baik.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada
periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai
operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya
representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan
sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol-
simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu
atau peristiwa. Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau
berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk
mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.
Perkembangan kognitif pada masa ini sangat pesat, ditunjukkan rasa
ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Pada usia 2-4
tahun anak sudah dapat menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang
simultan dan anak mampu menampilkan pemikiran yang egosentrik, pada usia
4-7 tahun anak mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, dan
menghubungkan objek-objek anak mulai menunjukkan proses berfikir intuitif
(anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar tetapi dia tidak dapat mengatakan
alasanya ), anak menggunakan banyak kata yang sesuai tetapi kurang
memahami makna sebenarnya serta anak tidak mampu untuk melihat sudut
pandang orang lain ( Muscari, 2005 ).

20
2.2.3 Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan
belajar (Whalley dan Wong, 2000).
1. Pertumbuhan anak pra sekolah
Pertumbuhan masa pra sekolah pada anak, pertumbuhan fisik khususnya berat
badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2kg, aktivitas motorik
tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan,
melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak
akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 centimeter setiap bulannya, semua gigi primer
telah muncul pada usia 3 tahun (Hidayat, 2005).
2. Perkembangan anak pra sekolah
Tingkat Perkembangan Anak Usia Prasekolah Menurut Whalley dan Wong
(2008), perkembangan anak prasekolah di bagi atas perkembangan kepribadian
dan perkembangan fungsi mental.

a. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan anak
untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya.Anak akan memulai inisiatif dalam
belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya,
dan apabila pada tahap ini akan dilarang atau dicegah maka akan tumbuh
perasaan bersalah pada diri anak. Rasa takut pada anak usia 4-6 tahun biasanya
lebih menakutkan dibandingkan usia lainya, rasa takut yang umunya terjadi
seperti takut kegelapan, ditinggal sendiri terutama pada saat menjelang tidur,
perasaan takut anak prasekolah muncul dan berasal dari tindakan dan penilaian
orang tua. Menghadapkan anak dengan objek yang membuatnya takut dalam
lingkungan yang terkendali, dan memberikan anak kesempatan untuk
menurunkan rasa takutnya ( Muscari, 2005).
Komponen yang paling utama untuk berkembang pada seorang anak
adalah rasa percaya. Rasa percaya pada anak di bangun pada tahun pertama
kehidupan anak. Rasa tidak percaya pada anak akan timbul bila pengalaman
untuk meningkatkan rasa percaya kurang yaitu kurangnya pemenuhan aktivitas

21
fisik, psikologi dan social. Pada usia 3 tahun alat gerak dan rasa telah matang
dan rasa percaya diri telah timbul, perkembangan periode ini berfokus untuk
meningkatkan kemampuan anak mengontrol tubuhnya, dirinya dan
lingkungannya. Selain itu anak akan menggunakan kekuatan mentalnya untuk
menolak dan mengamnil sebuah keputusan (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
b. Perkembangan Psikoseksual
Pada tahap ini anak prasekolah termasuk pada tahap falik, dimana masa ini
genita menjadi area tubuh yang menarik dan sensitive (Hidayat, 2005). Tahap
falik berlangsung dari usia 3-5 tahun kepuasan anak berpusat pada genitalia
untuk kesenangan fisiologis. Erikson melihat dengan perkembangan sebagai
berikut, kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu meraba-
raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah organnya dengan
demikian, toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode
ini. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya demikian
sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya.
c. Perkembangan mental
Menurut Whalley dan Wong (1998), pada perkembangan kognitif salah satu
tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk
sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapat fase praoperasional (piaget) pada
anak usia 3–5 tahun. Fase ini termasuk perkambangan prakonseptual pada usia
2- 4 tahun, dan fase pikiran intuitif pada usia 4–7 tahun. Salah satu transisi
utama selama kedua fase adalah pemindahan dari pikiran egosentris menjadi
total menjadi kesadaran sosial dan kemampun untuk mempertimbangkan sudut
pandang orang lain
d. Perkembangan Motorik halus
Keterampilan menulis, menggambar sendiri, mewarnai gambar,
menggunakan gunting, bermain tanah liat, menyisir rambut, berpakaian sendiri
dan membuat kue-kue (Soetjiningsih, 2003).
e. Perkembangan Motorik kasar
Diantaranya adalah melompat dan berjalan cepat, memanjat, naik sepeda
roda tiga, berenang, lompat tali, keseimbangan berjalan diatas pagar, sepatu
roda dan menari (Soetjiningsih, 2003).
f. Perkembangan bahasa

22
Selama masa prasekolah anak-anak memiliki kebutuhan dan dorongan yang
kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan dua hal, pertama belajar
berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi; kedua, belajar berbicara
merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan
komunikasi anak-anak harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa
yang dikatakan orang lain (Hurlock, 2001). Pada usia prasekolah kemampuan
melakukan gerakan dan kemampuan berbahasa yang bertujuan semakin
meningkat. Anak ingin tahu, bertanya bermacam-macam, melakukan aktivitas
atau tugas untuk mendapatkan rasa kebiasaan.
g. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget, dengan perkembangan kemampuan sebagai berikut, anak
belum mampu mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan
dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik, seperti
dalam penelitian Piaget anak selalu menunjukkan egosentrik seperti anak akan
memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat
pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria di
keluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah
animisme selalu memperlihatkan adanya benda mati, seperti apabila anak
terbentur benda mati, maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut.
h. Perkembangan moral
Menurut Kohlberg, berada pada tingkat pra konvensional yang terorientasi
secara budaya dengan label baik/ buruk dan benar/ salah, anak
mengintegrasikan label ini dalam konsekuensi fisik atau konsekuensi
menyenangkan dari tindakan mereka. Anak-anak menentukan bahwa perilaku
yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri dan
terkadang kebutuhan orang lain.

2.2.4 Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah


Menurut Havighurst (1961), tugas perkembangan adalah tugas-tugas
yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu,
dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya
apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan
perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Adapun yang
menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut

23
Havighurst adalah kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-
nilai dan aspirasi individu.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau
keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau
fase perkembangannya, seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan
kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya
sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Menurut Hurlock (2001), tugas-tugas perkembangan anak usia
prasekolah adalah sebagai berikut :
1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang
umum.
2) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang
sedang tumbuh.
3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya..
4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis
dan berhitung.
6) Mengembangkan pengertian–pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari.
7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai.
8) Belajar buang air kecil dan buang air besar.
9) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.
10) Mencapai kebebasan pribadi.

Tugas-tugas perkembangan anak usia 4 – 5 tahun sebagai berikut:


1) Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar)
2) Dapat mengancingkan baju (gerakan halus)
3) Dapat bercerita sederhana (bahasa bicara dan kecerdasan)
4) Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri)

5) Berkembang menjadi pribadi yang mandiri, berkembang menjadi pribadi


yang bertanggung jawab dan dapat memenuhi segala kebutuhannya sendiri
sesuai dengan tingkat perkembangannya.

24
6) Belajar memberi, berbagi dan memperoleh kasih sayang. Belajar bergaul
dengan anak lain. Anak belajar mengembangkan kemampuannya untuk
dapat bergaul dan berinteraksi dengan anak lain dalam lingkungan di luar
lingkungan keluarga.

7) Mengembangkan pengendalian diri, belajar untuk bertingkah laku sesuai


dengan tuntutan lingkungannya, dan perlu menyadari bahwa apa yang
dilakukannya akan menimbulkan konsekuensi yang harus dihadapinya.

8) Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat.

9) Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing. Pada masa ini anak perlu
mengetahui berbagai anggota tubuhnya, apa fungsinya dan bagaimana
penggunaannya.

10) Belajar menguasai ketrampilan motorik halus dan kasar. Anak belajar
mengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya, baik otot kasar
maupun otot halus. Kegiatan yang memerlukan koordinasi otot kasar
diantaranya berlari, melompat, menendang, menangkap bola dan
sebagainya. Sedangkan kegiatan yang memerlukan koordinasi otot halus
adalah pekerjaan melipat, menggambar, meronce dan sebagainya,

11) Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan. Pada masa ini
diharapkan anak mampu mengenal benda-benda yang ada di lingkungan,
dan dapat menggunakannya secara tepat.

12) Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami anak/orang lain. Anak
belajar menguasai berbagai kata-kata baru baik yang berkaitan dengan
benda-benda yang ada di sekitarnya, maupun berinteraksi dengan
lingkungannya

2. 3 Masalah Kesehatan Anak Usia Prasekolah


Menurut Wong (2008) terdapat beberapa penyakit menular pada anak presekolah,
yaitu:

1. Batuk diakibatkan adanya penyebaran mikroba melalui droplet dari orang yang
terinfeksi,disertai demam dan kemerahan pada hidung, sangat mudah penularan
nya pada anak-anak.

25
2. Campak, penularannya terjadi melalui udara ataupun kontak langsung dengan
penderita. Virus campak menyebar lewat percikan ludah penderita. Virus cacar air
bisa pindah ke tubuh orang sehat lewat bersentuhan langsung dengan cacarnya.
Untuk itu maka penderita campak dan cacar air dilarang masuk sekolah.
3. Mumps (Gondong), penyakit menular disebabkan oleh virus gondong.
Penularannya terjadi melalui udara. Gejala-gejalanya adalah demam 3-5 hari,
pembengkakan di daerah pipi yang berdekatan dengan telinga bagian bawah, rasa
kurang enak badan, nyeri kepala dan rasa sakit bila menelan atau mengeluarkan air
liur. Komplikasi paling sering adalah radang otak dan radang buah pelir atau
kandung telur (14-35%) yang dapat mengakibatkan kemandulan.
4. Rubela, penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubela. Penularannya adalah
melalui udara. Gejala-gejala yang khas adalah demam, timbulnya bercak merah di
kulit (hampir serupa dengan campak), pembesaran kelenjar getah bening di leher
dan bagian belakang kepala. Komplikasi rubela adalah artritis (radang sendi) dan
neuritis (radang syaraf).
5. Cacar Air, diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh, pusing, demam yang
kadang-kadang diiringi batuk, dalam waktu 24 jam timbul bintik-bintik yang
berkembang menjadi lesi dan terakhir menjadi benjolan-benjolan kecil berisi
cairan.

Menurut Wong (2008) terdapat beberapa penyakit non infeksi pada anak prasekolah,
yaitu:

1. Alergi dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa
terjadi. Hal ini sangat beresiko mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu
dan bahaya komplikasi yang terjadi.
2. Infeksi parasit cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun
prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia SD. Dari penelitian
didapatkan prevalensi penyakit cacingan sebesar 60-70%. Cacing gelang yang
panjangnya 20-30 cm hidup di rongga usus halus. Cacing ini mengkonsumsi
makanan yang telah dicerna di usus halus, sehingga anak menjadi kurang gizi.
Sebelum tiba di usus, larva cacing gelang melewati paru. Di paru, larva
menyebabkan pendarahan ringan dan peradangan, sehingga timbul batuk dan sesak

26
napas. Sementara di usus, cacing menyebabkan mual, muntah, sakit perut, dan
diare. Jika tersesat ke usus buntu, cacing menyebabkan radang (apendisitis).
Selain itu masalah yang banyak terjadi pada anak adalah kesulitan makan
sayuran. Kesulitan makan sayuran karena sering dan berlangsung lama sering
dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh
kembang lainnya pada anak. Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang
optimal diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era
globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat
menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya.
Taman kanak-kanan (TK) merupakan awal dari pengenalan anak dengan
suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar keluarga.Seorang
anak usia Tk sedang mengalami masa tumbuh kembang yang relatif pesat. Proses
perubahan fisik,emosi dan sosial anak berlangsung dengan cepat.Proses ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri anak sendiri dan lingkungan. Konsumsi
pangan,pada usia ini anak masih merupakan golongan konsumen pasif,yaitu belum
dapat mengambil dan memilih makanan sendiri sesuai dengan kebutuhannya
sehingga pada usia ini anak sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan
apabila kondisinya kurang gizi. Kurang gizi pada anak TK umumnya disebabkan
karena kebiasaan makan anak yang tidak teratur.Pada masa ini anak sudah mulai
memilih sendiri makanan yang disenangi dan sudah mulai menyukai makanan di
luar rumah dari pada makan di rumah. Berbagai masalah kesehatan dijumpai di
kalangan anak prasekolah atau TK,di antaranya adalah kurangnya pertumbuhan
secara optimal. Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah faktor
gizi.Kurang gizi terutama sayuran pada masa ini akan mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan berat badan ,mental, kecerdasan dan mudah terserang penyakit
infeksi. (Santoso,dalam Masitah Matondang 2007 )

2.4 Peran Perawat dalam Menangani Masalah Keperawatan Mengenai


Kesehatan pada Anak Usia Prasekolah
Peran perawat dalam menangani masalah keperawatan mengenai kesehatan
pada anak usia prasekolah dapat dilakukan dengan interaksi bersifat sporadis
perawat dengan anak dan orang tua mereka (Bastable 2002). Hal ini dapat
berlangsung selama kunjungan anak prasekolah pada tempat pelayanan kesehatan/

27
poli pediatri saat muncul masalah pada anak. Pada kesempatan ini perawat dapat
menjalankan peran sebagai edukator dengan memberikan promosi kesehatan dan
tindakan pencegahan penyakit, memberikan bimbingan tentang pertumbuhan dan
perkembangan normal, serta mengajarkan tentang rekomendasi kesehatan jika
memang muncul masalah kesehatan. Terdapat strategi jangka pendek dan jangka
panjang pada pengajaran anak, yaitu:
a. Pembelajaran jangka pendek
1. Berikan stimulus fisik dan visual karena kemampuan bahasa masih terbatas,
baik untuk tujuan mengungkapkan gagasan maupun memahami instruksi
verbal.
2. Jaga agar sesi pengajaran tetap singkat (tidak lebih dari 15 menit) dilakukan
secara berangkai dalam interval yang pendek.
3. Hubungkan kebutuhan informasi dengan kegiatan dan pengalaman yang
dikenal anak.
4. Dorong anak untuk berpartisipasi dalam memilih dari sejumlah pilihan
belajar-mengajar yang terbatas.
5. Atur sesi-sesi kelompok kecil dengan teman sebaya.
6. Berikan pujian dan persetujuan melalui ekspresi verbal atau isyarat
nonverbal.
7. Berikan penghargaan berwujud.
8. Izinkan anak untuk memanipulasi peralatan dan bermain dengan tiruan atau
boneka untuk belajar tentang anggota-anggota tubuh.
9. Gunakan buku cerita untuk menekankan sisi kemanusiaan dari personel
perawatan kesehatan.

b. Pembelajaran jangka panjang


1. Minta bantuan orang tua yang dapat memainkan peran vital dalam
mencontohkan berbagai kebiasaan sehat.
2. Perkuat perilaku kesehatan yang postif dan peroleh ketrampilan yang
spesifik.

2.5 Pengertian Promosi Kesehatan pada Anak Usia Prasekolah


Menurut WHO, promosi kesehatan anak adalah proses membuat anak mampu
meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan mereka. Dengan demikian, ia dapat
diartikan sebagai memperbaiki kesehatan, memajukan, mendorong, dan menempatkan
kesehatan anak lebih tinggi pada kebutuhan perorangan ataupun masyarakat pada
umunya. Karena itu, aspek promosi kesehatan anak yang mendasar bahwa promosi
bertujuan untuk melakukan pemberdayaan sehingga seorang anak mempunyai

28
kepekaan yang lebih besar terhadap aspek-aspek kehidupan mereka yang
memengaruhi kesehatannya.
Beberapa definisi kesehatan anak memusatkan pada kegiatan-kegiatan, tetapi
yang lain memusatkan pada tujuan. Definisi WHO yang telah kita gunakan membatasi
promosi kesehatan sebagai suatu proses, tetapi mengandung arti suatu tujuan (membuat
seseorang mampu meningkatkan kontrol/kepedulian dan memperbaiki kesehatan
mereka) dengan basis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
Nutrisi yang baik selama periode awal kehidupan seperti masa anak usia
prasekolah (3-5 tahun) merupakan kebutuhan yang krusial untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal dan menentukan kualitas kehidupan di masa yang akan
datang. Pola dan perilaku dieit individu yang paling optimal dibentuk sejak masa usia
prasekolah (Pabayo, Spence, Casey, Store,2012). Konsumsi pangan masyarakat yang
masih belum sesuai dengan komposisi gizi seimbang salah satunya adalah konsumsi
buah dan sayur (O’Connor, et al, 2009;Pabayo, Spence, Casey, Store,2012,
Kemenkes,2014). Rekomendasi kecukupan konsumsi buah dan sayur untuk anak
prasekolah menurut Kemenkes (2014) adalah 300-400 gram perhari.
Prevalensi kurangnya konsumsi buah dan sayur pada anak usia prasekolah
cukup signifikan. Melati dan Enik (2010) mengungkapkan sebanyak 93,6% anak usia
prasekolah mengonsumsi sayur kurang dari 73,5 gr/hari. Permasalahan rendahnya
tingkat konsumsi sayur pada anak usia prasekolah sangat dipengaruhi oleh pola
konsumsi di keluarga yang diterapkan kepada anak. Menurut Branowski (2004)
tingkat konsumsi buah dan sayur anak akan meningkat jika tidak hanya tersedia tetapi
juga diolah dalam bentuk yang menarik dan mudah dimakan oleh anak.
Adanya berbagai alat peraga sebagai media promosi kesehatan seperti media
interaktif yang menggunakan boneka tangan dan media penyaji yang berupa video
dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan promosi kesehatan kepada
anak prasekolah (Anggraini, 2009)
Media video membutuhkan modalitas anak antara lain auditory dan visual,
menggunakan komunikasi satu arah sehingga siswa kurang berinteraksi secara aktif
dengan guru tetapi media video memiliki keuntungan yaitu dapat mengulang
penampilan penjelasan promosi kesehatan untuk menambah kejelasan siswa,
penampilan dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi dan dapat menampilkan
gambar bergerak yang cukup esensial digunakan untuk pembelajaran yang menuntut
penguasaan sebuah materi, gambar dan suara yang muncul membuat anak tidak cepat
29
bosan, sehingga mendorong siswa untuk mengetahui lebih jauh materi yang
disampaikan. (Anggraini, 2009)

2.6 Metode Promosi Kesehatan : Story telling

2.6.1 Pengertian Story telling


Story telling merupaka sebuah seni bercerita yang dapat digunakan sebagai
sarana menanamkan nilai – nilai pada anak yang dilakukan tanpa perlu
menggurui anak sang anak ( Asfandiyar, 2007)

Story telling merupakan suatu proses kreatif anak – anak dalam


perkembangannya dan imajinasi anak yang tidak hanya mengutamakan
kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan.

Teknik story telling ini sering digunakan dalam proses belajar mengajar
utamanya pada level pemula atau anak-anak. Teknik ini bermanfaat melatih
kemampuan mendengar secara menyenangkan. Namun, tidak semua orang bisa
melakukan teknik ini. Orang yang bermaksud menggunakan teknik story telling
harus mempunyai kemampuan public speaking yang baik, memahami karakter
pendengar, meniru suara-suara, pintar mengatur nada dan intonasi serta
keterampilan memakai alat bantu.Dikatakan berhasil menggunakan teknik story
telling, jika pendengar mampu menangkap jalan cerita serta merasa terhibur.
Selain itu, pesan moral dalam cerita juga diperoleh.

2.6.2 Tujuan Story telling


Tujuan dari Story telling adalah
1. Menumbuhkan jiwa patriotisme
2. Melatih daya tangkap dan daya konsentrasi anak didik.
3. Melatih daya pikir dan fantasi anak.
4. Menciptakan suasana senang di sekolah.
5. Menanamkan nilai-nilai budi pekerti

disamping memiliki tujuan, story telling juga mempunyai beberapa manfaat,


diantaranya;

1. Memberi kesenangaan, kegembiraan, kenikmatan mengembangakan


imajinasi anak.

30
2. Member pengalaman baru dan mengembangakan wawasan anak.

3. Dapat memberikan pemahaman yang baik tentang diri mereka sendiri dan
orang lain di sekitar mereka.

4. Dapat memberi pengalaman baru termasuk di dalamnya masalah kehidupan


yang ada di lingkungan anak.

5. Anak belajar berbicara dalam gaya yang menyenangakan serta menambah


pembendaharaan kata dan bahasanya.

2.6.3 Kelebihan Story telling


1. Dapat menumbuh dan mengembangkan daya imajinasi anak

2. Menanamkan nilai-nilai moral sejak dini

3. Mengembangkan intelektual pada anak

4. Melatih daya tangkap dan konsentrasi pada anak.

5. Menumbuhkan jiwa patriotic

6. Membantu anak mengenalkan pada proses dan tujuan dari menulis

7. Mempertimbangkan ekspresi kreatif dari ide-ide dan perasaan

8. Meningkatkan kesempatan untuk membangun kemampuan sosial,

9. Mempertimbangkan anak untuk bekerja dengan ide-ide dan berbagai


pengalaman

Metode ini dapat mewadahi karakteristik anak yang memiliki daya imajinasi
dan fantasi yang tinggi. Cerita pada dasarnya memiliki struktur kata dan bahasa
yang lengkap serta menyeluruh yang mana di dalamnya sudah terdapat sistem
aturan bahasa yang mencakup fonologi (sistem suara), morfologi (aturan untuk
mengkombinasikan unit makna minimal), sintaksis (aturan membuat kalimat),
semantik (sistem makna), dan pragmatis (aturan penggunaan dalam setting sosial)
(Santrock,2007).Diharapkan dengan storytelling anak makin mampu menghasilkan
semua suara bahasa, mengenali kata dan bahkan secara perlahan mampu
menghasilkan serangkaian konsonan yang kompleks atau minimal dengan metode
bercerita, perbendaharaan kata anak menjadi bertambah. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa usia pra sekolah adalah usia emas untuk anak dalam,
namun pada usia hingga enam tahun, ia bisa menguasai ribuan kata. (Montesori,

31
2008). Dimana pada usia dua setengah tahun anak hanya memiliki dua atau tiga
ratus kosa kata.

2.6.4 Kelemahan Story telling


1. Seringkali kesulitan dalam menyusun cerita

2. Seringkali kesulitan dalam penggunaan media.

3. Dapat membuat anak pasif.

4. Apabila alat peraga tidak menarik anak kurang aktif.

5. Anak belum tantu bisa mengutarakan kembali cerita yang disampaikan

2.6.5 Proses Story telling


Adanya tahapan-tahapan dalam story telling, teknik yang yang digunakan dalam
story telling untuk menentukan lancar tidaknya proses story telling ini berjalan.

1. Tahap Story telling

Menurut Bunanta (2005) menyebutkan ada tiga tahapan dalam story telling,
yaitu persiapan sebelum acara story telling dimulai, saat proses story telling
berlangsung.

a. Persiapan sebelum story telling

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memilih judul buku yang
menarik dan mudah diingat. Melalui judul audience. maupun pembaca
akan bermanfaat

b. Saat story telling berlangsung

Saat proses terpenting dalam proses story telling adalah pada tahap story
telling berlangsung. saat akan memasuki sesi acara story telling,
pendongeng harus menunggu kondisi sehingga audience. siap untuk
menyimak dongeng yang akan disampaikan.Ada beberapa faktor yang
dapat menunjang berlangsungnya proses story telling agar menjadi
menarik untuk disimak.

1. Kontak mata

Saat story telling berlangsung, pendongeng harus melakukan kontak


mata dengan audience.. Pandanglah audience. dan diam sejenak.
Dengan melakukan kontak mata audience. akan merasa dirinya
diperhatikan dan diajak untuk berinteraksi, selain itu dengan melakukan

32
kontak mata kita dapat melihat apakah audience. menyimak jalan cerita
yang didongengkan. Dengan begitu, pendongeng dapat mengetahui
reaksi dari audience..

2. Mimik wajah

Pada waktu story telling sedang berlangsung, mimik wajah pendongeng


dapat menunjang hidup atau tidaknya sebuah cerita yang disampaikan.
Pendongeng harus dapat mengekspresi wajahnya sesuai dengan yang di
dongengkan.

3. Gerak tubuh

Gerakan tubuh pendongeng waktu proses story telling berjalan dapat


turut pula mendukung menggambarkan jalan cerita yang lebih menarik.
Cerita yang di dongengkan akan terasa berbeda jika mendongeng akan
terasa berbeda jika mendongeng melakukan gerakan-gerakan yang
merefleksikan apa yang dilakukan tokoh-tokoh yang didongengkannya.
Dongeng akan terasa membosankan, dan akhirnya audience. tidak
antusias lagi mendengarkan dongeng.

4. Suara

Tidak rendahnya suara yang diperdengarkan dapat digunakan


pendongeng untuk membawa audience. merasakan situasi dari cerita
yang didongengkan. Pendongeng akan meninggikan intonasi suaranya
untuk mereflekskan cerita yang mulai memasuki tahap yang
menegangkan. Pendongeng profesiaonal biasanya mampu menirukan
suara-suara dari karakter tokoh yang didongengkan. Misalnya suara
ayam, suara pintu yang terbuka.

5. Kecepatan

Pendongeng harus dapat menjaga kecepatan atau tempo pada saat story
telling. Agar kecepatan yang dapat membuat anak-anak manjadi
bingung ataupun terlalu lambat sehingga menyebabkan anak-anak
menjadi bosan.

6. Alat Peraga

Untuk menarik minat anak-anak dalam proses story telling, perlu


adanya alat peraga seperti misalnya boneka kecil yang dipakai ditangan
untuk mewakili tokoh yang menjadi materi dongeng. Selain boneka,
dapat juga dengan cara memakai kostum-kostum hewan yang lucu,
intinya membuat anak merasa ingin tahu dengan materi dongeng yang
akan disajikan.

c. Sesudah kegiatan story telling

33
Ketika proses story telling selesai dilaksanakan, tibalah saatnya bagi
pendongeng untuk mengevaluasi cerita. Melalui cerita tersebut kita dapat belajar
tentang apa saja. Setelah itu pendongeng dapat mengajak audience. untuk gemar
membaca dan merekomendasikan buku-buku dengan tema lain yang isinya
menarik

2.6.7 Teknik dalam Story telling


Ada beberapa teknik yang menjadi pengetahuan dasar kita bercerita kepada
anak-anak.

a. Banyak membaca dari buku-buku cerita atau dongeng yang benar – benar
sesuai untuk anak – anak serta banyak membaca dari pengalaman

b. Biasakan untuk ngobrol dengan anak karena dengan mengobrol kita bisa
mengetahui dan mengetahui banyak bahasa anak

c. Berikan penekanan pada dialog atau kalimat tertentu dalam cerita yang kita
bacakan atau kita utarakan kemudian lihat reaksi anak.

d. Ekspresikan ungkapan emosi dalam cerita, seperti marah, sakit, terkejut,


bahagia, gembira

e. Berceritalah pada waktu yang tepat, yaitu di waktu anak kita bisa
mendengarkan dengan baik

2.7 Kebutuhan Sayur pada Anak Usia Prasekolah


A. Kebutuhan Sayur

Menurut Santoso dan Ranti (2004) tumbuhan atau nabati sebagai asal bahan
makanan sayur-mayur terdapat dalam berbagai jenis dan jumlah yang banyak di
Indonesia. Sayur-mayur dapat berupa bagian dari tumbuhan seperti batang (batang
pisang), daun (bayam), bunga (jantung pisang), umbi (kentang) maupun buah muda
(labu). Sayur-mayur merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun, zat-zat gizi
ini dapat rusak atau berkurang jika mengalami pemanasan.
World Health Organization(WHO) secara umum menganjurkan konsumsi
sayur dan buah untuk hidup sehat sejumlah 400 gr per orang per hari, yang terdiri
dari 250 g sayur dan 150 g buah. Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayur
dan buah 300-400 g per orang per hari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan
400-600 g per orang per hari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga
dari jumlah konsumsi sayur dan buah tersebut adalah porsi sayur (Kemenkes RI,
2013).

34
Sayur-mayur dibagi dalam 5 kelompok. Berikut adalah beberapa contoh
sayur-mayur yang sering dimakan mengikut kelompoknya :
1. Sayuran berdaun hijau gelap: Brokoli, bayam, daun salada yang berwarna hijau
gelap, kale dan lain-lain.
2. Sayuran sitrus: Wortel, ubi kentang manis, labu dan lain-lain.
3. Kacang-kacangan kering: Kacang kedelai, tofu dan lain-lain.
4. Sayuran berkanji: Jagung, kacang ijo, ubi kentang dan lain-lain.
5. Sayuran lainnya: Asparagus, kembang kol, kobis, sederi, lada hitam, lada
merah, bawang dan lain-lain.

B. Dampak Tidak Makan Sayur Pada Anak

Menurut Bruce B (2000) dalam Manaf (2011) diet makanan yang tinggi
kadar phytochemicals (yang banyak terdapat dalam tomat, brokoli, kobis, teh,
kacang kedelai, jeruk, bawang Bombay, dan anggur) dapat memberi efek
menguntungkan pada lipid darah, mekanisme antioksidan dalam tubuh dan fungsi
kolon. Rocchini (2002) dalam Manaf (2011) mengatakan bahwa obesitas telah
dinamakan sebagai masalah atau penyakit berkaitan nutrisi yang paling serius pada
anak-anak di Amerika Serikat. Dalam 30 tahun yang lalu, kadar obesitas telah
meningkat melebihi 2 kali lipat di Amerika Serikat, dan terdapat peningkatan
prevalensi di seluruh dunia. Obesitas pada masa anak-anak merupakan satu
masalah yang serius karena bisa mendorong kepada peningkatan resiko terkena
penyakit-penyakit kardiovaskuler, resistensi insulin dan diabetes. Salah satu
penyebabnya adalah karena rumah makan yang besar sering menyediakan makanan
dalam porsi yang banyak.
Skinner (1999) dalam Manaf (2011), diet pada anak-anak prasekolah
seringkali kekurangan bahan makanan yang mengandung zink, folat, vitamin E dan
vitamin D. Makanan yang sering dikonsumsi oleh mereka adalah minuman buah-
buahan, minuman bergas, susu dan kentang goreng. Orang tua perlu memberi
rangsangan dan dorongan pada anak-anak untuk lebih banyak mengkonsumsi
sayur-mayur, sereal untuk makan pagi yang tinggi zink dan folat, daging merah,
makanan laut, minyak sayuran dan susu rendah lemak.

C. Cara Agar Anak Suka Makan Sayur

1. Hidangkan dalam bentuk yang menarik.

35
2. Sajikan sayuran yang renyah. Anak-anak benci makanan yang terlalu lembek,
jadi hindari memasak sayuran dalam waktu terlalu lama. Cukup rebus, kukus,
panaskan di oven, atau sajikan dalam keadaan mentah. Melalui ini, anak juga
tidak terlalu kehilangan vitamin.

3. Ajak mereka berbelanja sehingga anak bisa melihat beragam buah dan sayur.
Dan pada setiap kunjungan, biarkan anak memilih jenis sayuran baru yang
akan disantap bersama. Anak-anak akan senang melihat sayuran pilihan
mereka menjadi bagian dari menu makan.

4. Beri contoh yang baik. Pastikan orang tua juga mengisi piring makan dengan
sayuran. Riset menunjukkan, bahwa jumlah makanan yang ada di piring anak
sebenarnya langsung berhubungan dengan jumlah yang ada di piring ibu.
Bahkan jika orang tua tidak suka dengan sayur, orang tua tetap harus
menghidangkannya di piring anak dan piringnya, tanpa perlu memberi
komentar negatif.

5. Bersikaplah sabar, jangan tergesa-gesa.Mungkin orang tua harus mengenalkan


anak kepada satu jenis sayuran sebanyak 10 kali sebelum dia bersedia mencoba
(dan tentunya Anda harap dia akan menyukainya). Jika anak menolak untuk
mencoba, jangan masukkan ini ke dalam hati dan coba kenalkan lagi.

6. Bercocok tanam. Coba ajak anak untuk membuat apotik hidup di halaman
rumah. Ada kemungkinan mereka dengan senang hati mencoba makanan dari
hasil kerja keras mereka. Anda juga bisa mengajak mereka ke perkebunan
sayur di area agrowisata, atau yang dekat dengan tempat tinggal Anda. Anak
tidak hanya akan belajar mengenai jenis sayuran, tapi juga cara merawatnya.

7. Ajak mereka ke dapur.Libatkan mereka dalam memasak. Berikan saja


pekerjaan yang sangat mudah, misalnya merobek daun selada, mengupas kulit
jagung, atau sekedar mencuci sayuran. Sementara anak yang usianya lebih
besar bisa diminta untuk memotong-motong sayuran untuk salad dan
menghidangkannya di piring.

8. Sodorkan pilihan.Cukup hidangkan dua atau tiga jenis sayuran berbeda dalam
jumlah sedikit di piring makan anak Anda. Aneka jenis makanan justru
menjadi kunci dari banyaknya asupan gizi. Memakan tiga jenis sayur masing-
masing satu sendok jauh lebih baik daripada tiga sendok satu jenis sayur.

9. Hidangkan dengan saus celup.Jika sayuran rebus atau kukus terasa terlalu
hambar, coba hidangkan dengan saus celup, dan biarkan anak memilih saus
celup mana yang paling dia suka. Ini akan mengajarkan anak untuk
bereksperimen dengan rasa.

10. Jadilah kreatif.Ciptakan dongeng yang bisa menghubungkan anak Anda


dengan sayuran. Misalnya mengenai petualangan di hutan asparagus.
Ciptakan lagu-lagu konyol dan lucu mengenai wortel. Ikut sertakan anak

36
dalam drama kecil ini. Setidaknya, dia bisa menyantap sayurannya dengan
perasaan riang, bukan terpaksa.

11. Beri hiasan.Beri anak lembaran daun selada, lalu biarkan dia “menghias”
dengan menggunakan sayuran jenis lain.

12. Sajikan sebagai makanan pembuka.Ketika anak merasa lapar, Anda bisa
menggunakan ini sebagai kesempatan untuk mengenalkannya kepada sayuran.
Sajikan sayuran sebagai makanan pembuka (misalnya salad ukuran mungil)
untuk dikunyah selama anak menunggu makanan utama dihidangkan.

13. Makanlah bersama-sama.Jadikan waktu makan malam sebagai prioritas di


dalam rumah. Riset dari Harvard Medical School menyebutkan bahwa anak-
anak mengonsumsi lebih banyak sayuran (sekaligus lebih banyak buah,
kalsium serta serat) saat mereka makan bersama orang tuanya.

14. Kurangi porsi.Bagi anak yang masih belajar untuk menyukai rasa sayur, satu
sendok bisa terasa seperti satu piring. Jadi, ketika Anda menyajikan jenis
sayuran baru kepada anak, mintalah dia untuk setidaknya mencoba sesuap. Jika
dia tidak suka, jangan memaksa.

15. Permudah penyajian.Tempatkan sayuran yang sudah dipotong atau dicuci di


wadah plastik lalu simpan di kulkas. Dengan begini, anak Anda akan mudah
melihat dan mengambilnya.

16. Sajikan satu-satu.Kebanyakan anak tidak suka makanan yang dikombinasikan


dengan sayuran lain, jadi, coba tempatkan dua atau tiga jenis sayuran di piring
yang terpisah.Melalui ini, Anda juga bisa mengenalkan dia pada jenis-jenis
sayuran.

17. Berikan pujian.Pujilah anak jika mereka bersedia mencoba sayuran baru. Tapi
jangan mengobral janji, misalnya akan membelikan mainan atau tambahan
waktu menonton TV, karena bentuk penghargaan seperti ini bisa menciptakan
hubungan yang tidak sehat dengan makanan.

18. Mengganti bentuk.Kenalkan sayuran yang sama dengan cara yang berbeda.
Bentuk potongan sayuran bisa membuat perbedaan besar pada anak yang
masih kecil. Kalau dia tidak menyentuh wortelnya yang dipotong panjang,
coba bentuk potongan bulat seperti koin.

19. Pesta BBQ vegetarian.Bukan hanya daging yang enak dipanggang. Buatlah
kebab vegetarian yang sederhana. Tambahkan dengan tomat, jamur, zucchini,
paprika, atau bawang sebagai selingan.

20. Meriahkan makanan.Coba siramkan sedikit keju cair ke atas sayuran kukus.
Tidak masalah jika anak mengonsumsi lemak ekstra yang terkandung di dalam

37
keju. Setidaknya, hal ini layak dicoba jika anak bersedia menyantap sayuran
yang ada dengan lahap.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asupan Sayur-mayur pada Anak


Menurut Cooke (2003) dalam Manaf (2011) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi asupan sayur-mayur pada anak-anak dan dibagi kepada 3 kategori
yaitu karakteristik demografik, keadaan sekitar ketika waktu makan termasuk
perilaku orangtua dan karakteristik anak itu sendiri.
1. Karakteristik demografik
Orangtua dengan derajat edukasi yang lebih tinggi mempunyai anak-anak yang
mengkonsumsi lebih banyak sayur-mayur berbanding orangtua dengan tahapan
edukasi yang lebih rendah.
2. Perilaku dan cara orangtua memberi anak makan
Jumlah sayur-mayur yang dikonsumsi oleh orangtua memberikan kontribusi
yang sangat besar pada asupan sayur-mayur oleh anak-anak mereka. Dapat
diprediksi jumlah sayur-mayur yang dikonsumsi oleh anak-anak apabila
diketahui jumlah asupan sayur-mayur oleh orangtua mereka. Keadaan sewaktu
makan juga berpengaruh di mana makan bersama keluarga dapat meningkatkan
jumlah asupan sayur-mayur. Semakin awal anak-anak didedahkan dengan
asupan sayur-mayur, semakin tinggi asupan sayur-mayur ketika dewasa. Hal ini
menunjukkan bahwa anak-anak perlu diberi pendedahan awal dengan diet yang
seimbang dan asupan sayur-mayur sejak masih bayi. Anak-anak yang diberi air
susu ibu (ASI) juga memberi pengaruh pada asupan sayur-mayur karena
didapati anak-anak yang diberi ASI eksklusif mengkonsumsi lebih banyak
sayur-mayur berbanding anak-anak yang diberi ASI dan susu botol. Anak-anak
yang mendapat ASI dan susu botol pula lebih banyak mengkonsumsi sayur-
mayur berbanding anak-anak yang hanya meminum susu botol.
3. Karakteristik anak
Anak-anak yang lebih tua mengkonsumsi sayur-mayur lebih sering berbanding
anak-anak yang umurnya lebih muda. Anak-anak yang neofobia mengkonsumsi
sayur-mayur dengan jumlah yang sedikit berbanding anak-anak lain yang
normal. Anak-anak yang suka makan mengkonsumsi sayur-mayur lebih banyak
dan lebih sering berbanding anak-anak lain.

38
BAB III
PERENCANAAN DAN EVALUASI
3.1 Masalah
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti batuk, mumps,
diare, rubella, cacar air, difteri,campak, karies gigi, alergi, infeksi parasite cacing dan
kurangnya konsumsi sayur.

Prioritas Masalah

Prevalensi kurangnya konsumsi buah dan sayur pada anak usia prasekolah cukup
signifikan. Melati dan Enik (2010) mengungkapkan sebanyak 93,6% anak usia
prasekolah mengonsumsi sayur kurang dari 73,5 gr/hari. Membiasakan anak untuk
mengkonsumsi sayur dan buah sejak dini sangat penting karena pola diet yang
diterapkan pada usia anak-anak akan mempengaruhi pola diet ketika dewasa, jika
ketika masih anak-anak memiliki pola diet yang buruk maka hingga dewasa pun akan
tetap buruk. Kesulitan makan sayuran karena sering dan berlangsung lama sering
dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang
lainnya pada anak. Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal
diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat

39
meningkatkan kualitas anak. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan
kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya

3.2 Komponen Promkes


a) Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan anak usia prasekolah mengenai manfaat
mengkonsumsi sayuran
2. Meningkatkan pemahaman anak mengonsumsi sayuran mengenai
kandungan di dalam sayuran
3. Mendorong anak mengonsumsi sayuran untuk mencoba mengonsumsi
sayuran
4. Meningkatkan kemauan anak mengonsumsi sayuran untuk mengonsumsi
sayuran setiap hari
5. Meningkatkan status kesehatan agar tidak terjadi permasalahan
pertumbuhan dan perkembangan anak
6. Meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya gizi sayuran.
7. Mendorong pihak sekolah untuk membuat kebijakan terkait dengan
peningkatan konsumsi sayuran pada anak.
b) Sasaran
Primer : anak usia prasekolah yang tidak suka mengonsumsi sayuran
Sekunder : orang tua, guru
Tersier : kepala sekolah
c) Isi
1. Pengertian dan jenis sayuran
2. Kandungan gizi dalam sayuran
3. Manfaat mengonsumsi sayuran
4. Dampak atau penyakit yang timbul jika kurang mengonsumsi sayuran
d) Metode
Sasaran primer : story telling, video, pemberian makanan olahan sayur
Sasaran sekunder : penyuluhan dan pemberian leaflet
Sasaran tersier : penyuluhan dan pemberian leaflet
e) Media
1. Background story /papan tulis
2. Wayang
3. Power point
4. Leaflet
5. Kursi untuk penyaji dan audience
6. Lembar observasi
f) Rencana Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada sasaran primer yakni anak usia prasekolah di aula
sekolah atau kelas saat istirahat makan siang. Yang melakukan evaluasi adalah
mahasiswa berkolaborasi dengan guru dan kepala sekolah.

40
Selain itu, evaluasi pada sasaran sekunder dan tersier yakni orang tua dan kepala
sekolah dilakukan dengan metode pretest dan posttest. Saat di rumah orang tua
juga berperan untuk mengevaluasi anak dengan cara menandai lembar observasi
konsumsi sayur yang telah diberikan oleh penyuluh.
g) Jadwal Pelaksanaan
Promosi kesehatan dilakukan pada tanggal 27 November 2015, pukul 08.30 WIB,
di TK Mawar dan evaluasi dilakukan pukul 10.00 WIB pada hari yang sama.

MATERI KEBUTUHAN SAYUR UNTUK ANAK PRASEKOLAH


1. Pengertian Sayuran

Sayuran merupakan suatu makanan bervitamin yang bermanfaat bagi tubuh kita.
Sayuran sangat dibutuhkan oleh tubuh karena mengandung gizi seperti vitamin dan
mineral. Sayuran merupakan salah satu bahan makanan yang kaya akan sumber gizi
penting (fatmawati,2001).

2. Kandungan sayuran

Gizi merupakan kandungan nutrisi yang sangat penting dan baik bagi tubuh manusia
untuk mempertahankan tenaga dan kesehatan. Untuk menjaga kesehatan tubuh,
diperlukan lima jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan kekurangan.Vitamin adalah zat
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu mengatur daya tahan tubuh. Ada
beberapa jenis vitamin yang di butuhkan untuk tubuh, yaitu Vitamin A, Vitamin B1,
B2, B6, B12, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, dan Vitamin K.

a. Vitamin A

membantu proses penglihatan, membantu proses pertumbuhan tubuh dan


membentuk kesehatan gigi. Kekurangan vitamin A pada anak-anak dapat
menyebabkan penyakit rabun senja atau buta ayam. Kekurangan vitamin A
juga dapat menyebabkan kulit menjadi kasar dan tebal. Contoh sayur-sayuran
yang mengandung vitamin A adalah bayam, daun lobak, wortel dan ubi jalar.

b. Vitamin D

Berfungsi mengatur pembentukan garam kalsium dan fosfor dalam tubuh yang
diperlukan untuk pengerasan tulang. Vitamin D bisa diperoleh dari sumber
hewan dan tumbuh-tumbuhan, seperti kuning telur, minyak ikan, susu, kubis,
wortel, minyak jagung dan lain-lainnya. Di samping itu, vitamin ini dapat pula
dihasilkan oleh tubuh kita sendiri dengan pertolongan cahaya matahari yang
mengandung sinar ultraviolet.

41
c. Vitamin E

Vitamin E mempengaruhi otot-otot jantung dan esensial untuk pembiakan.


Vitamin E (sebagai antioksidan) juga menjaga vitamin A dan karoten
terhadap oksidasi, khusus di dalam saluran pencernaan. Vitamin E terdapat
lebih banyak dalam sayur-sayuran berbanding daripada sumber hewani.

d. Vitamin K

Vitamin K penting untuk penggumpalan atau pembekuan darah. Sumber vitamin


K terdapat pada tumbuh-tumbuhan dan hewan serta meliputi semua macam
sayuran hijau, kuning telur, kedelai, hati dan lain-lain. Vitamin K dalam
sayur-sayuran paling banyak dalam kubis, kembang kol, kacang kedelai dan
bayam.

e. Vitamin B

Vitamin-vitamin B kompleks terdiri daripada berbagai macam vitamin yaitu


tiamin (B1), riboflavin (B2), piridoksin (B6), asam pantotenat, niasin, biotin,
asam folin dan cyanocobalamin (B12). Vitamin B1 atau tiamin diperlukan
dalam proses oksidasi karbohidrat. Kekurangan vitamin B1 menyebabkan penyakit
beri-beri yang menyebabkan rasa nyeri pada otot di seluruh tubuh, urat
syaraf yang mudah terganggu dan pencernaan yang terganggu. Kekurangan
riboflavin (B2) dapat menyebabkan timbulnya kemerah-merahan dan pengelupasan
pada bibir dengan retak pada sudut-sudut mulut. Piridoksin (B6) mempunyai
peran penting dalam metabolisme asam-asam amino. Kekurangan biotin pula
menyebabkan perubahan patologis pada lidah dan kulit, hilangnya nafsu
makan, rasa mual dan anemia ringan, rasa lelah, perasaan sangat tertekan dan
insomnia. Asam pantotenat pula mempunyai peran penting dalam kegiatan
kelenjar adrenal karena vitamin ini adalah koenzim yang dibutuhkan dalam
pembentukan zat-zat lipoid (sterol). Kekurangan asam folin pula
menyebabkan pematangan sel-sel darah merah tidak terjadi sehingga
mengakibatkan anemia mikrositer. Vitamin B12 diperlukan dalam
pembentukan sel-sel darah merah dan kekurangan vitamin B12 menyebabkan
pernicious anemia yang diikuti degenerasi syaraf yang progresif.

f. Vitamin C

Memegang peran penting dalam metabolisme asam amino, serta


penyembuhan bagian tubuh yang sakit. Vitamin C juga memainkan peran
penting dalam pembentukan gigi dan tulang. Kekurangan vitamin C dapat
menyebabkan penyakit skorbut, di mana timbul pendarahan di sekeliling gusi
dan tulang terasa nyeri bila disentuh. Vitamin C ini diperoleh hampir seluruhnya
dari buah-buahan dan sayur-sayuran segar atau yang tidak dimasak.

g. Mineral

42
Mineral memegang peran yang penting dalam hidup manusia . Tiga macam
mineral yang cukup penting adalah kalsium, fosfor dan zat besi. Kalsium banyak
terdapat dalam sumber nabati seperti kacang kedelai, kacang merah, tempe, bayam,
dan daun melinjo. Fosfor pula didapati daripada sumber sayur-sayuran seperti
beras merah, bungkil kacang tanah, emping kacang melinjo, tempe, kacang
kedelai dan katul beras. Zat besi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin terdapat dalam bayam, daun ubi jalar, jamur kuping kering, daun
kelor, kacang kedelai, kacang merah, tempe kedelai murni dan bungkil kacang
tanah.

3. Kelompok sayuran

Sayur-mayur dibagi dalam 5 kelompok. Berikut adalah beberapa contoh sayur-mayur


yang sering dimakan mengikut kelompoknya :

a) Sayuran berdaun hijau gelap : Brokoli, bayam, bok choy, daun salada yang
berwarna hijau gelap, kale dan lain-lain.
b) Sayuran sitrus : Wortel, ubi kentang manis, labu dan lain-lain.
c) Kacang-kacangan kering : Kacang kedelai, tofu dan lain-lain.
d) Sayuran berkanji : Jagung, kacang ijo, ubi kentang dan lain-lain.
e) Sayuran lainnya : Asparagus, kembang kol, kobis, sederi, lada hitam, lada merah,
bawang dan lain-lain.

4. Dampak tidak makan sayuran


a) Kekurangan mineral sehingga energy dalam tubuh sedikit dan tidak mampu
melakukan aktivitas
b) Kekurangan vitamin A,C,E dapat menghambat perkembangan dan pertumbuhan sel
tubuh
c) Konstipasi karena di dalam sayuran segar mengansung enzim pencernaan yang
dapat membantu mencerna makanan
d) Obesitas karena anak mengatasi rasa laparnya dengan menu yang padat dan
berkarbohidrat tinggi dibandingkan dengan memakan buah segar yang memiliki
efek mengenyangkan.

43
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Judul : Pentingnya makan sayur untuk anak prasekolah


Sasaran : Murid TK Mawar
Hari/tgl : Jumat, 27 Nopember 2017
Tempat: TK Mawar Mulyosari, Surabaya
Pelaksana : Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAIR
Waktu : Pukul 08.30-09.30 WIB

I. Tujuan Instruksional Umum


Murid TK mawar memahami betul pentingnya makan sayur dan mau mencoba makan
sayur setelah mendengar cerita dari mahasiswa yang melakukan penyuluhan dengan
metode story telling.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat promosi kesehatan murid TK Mawar dapat:

1. Menjelaskan pengertian sayuran


2. Menjelaskan manfaat mengkonsumsi sayuran
3. Mengetahui nilai-nilai edukasi dalan dongeng ksatria sayur.
4. Menyatakan mau mencoba makan sayuran
5. Menyatakan akan berusaha makan sayuran setiap hari
III. Materi
1. Pengertian sayuran
2. Manfaat mengkonsumsi sayuran
3. Nilai-nilai edukasi dalam dongeng ksatria sayur
4. Penyakit yang timbul jika kurang makan sayuran
IV. Metode
Story telling yang berjudul “Dongeng Ksatria Sayuran”
V. Media
1. Background story/ papan tulis

44
2. Kursi untuk penyaji dan audience.
3. Tokoh wayang

VI. Pengorganisasian
1. Penyaji : Roudhlotul Jannah
2. Time keeper : Lucy Kartika
VII. Pembagian peran
1. Kepala Sekolah : Meifianto Agus Eko Kusumo
2. Guru : Aprilia
3. Fasilitator 1 : Gilang Dwi K.
4. Fasilitator 2 : Aphrodita Ema
5. Murid 1 : Nuzulia Azizi
6. Murid 2 : Nurthin Tursina
VIII. Pelaksanaan
KEGIATAN PROMOSI
NO. WAKTU KEGIATAN PESERTA
KESEHATAN

1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam. 2. Mendengarkan perkenalan
2. Memperkenalkan diri anggota
3. Menjelaskan tujuan dari3. Memperhatikan tujuan dari
promosi kesehatan promosi kesehatan
4. Menyebutkan materi yang4. Memperhatikan materi
akan diberikan yang akan disampaikan

2. 45 menit Kegiatan Inti :


1. Menggali pengetahuan1. Memperhatikan pemateri
anak-anak tentang dan menjawab pertanyaan
sayuran, dan pentingnya yang ditanyakan.
makan sayur. 2. Memperhatikan jalannya
2. Memulai bercerita tentang cerita yang di lakukan oleh
dongeng ksatria sayur. pemateri.
3. Menjelaskan nilai-nilai3. Memperhatikan dan
edukasi yang terdapat memahami nilai-nilai
dalam dongeng ksatria penting yang disampaikan.
sayur.

3. 15 menit penutup
1. Menyimpulkan isi 1. Memperhatikan pemateri
dongeng ksatria sayur. dan mampu menjawab
pertanyaan.
2. Pemateri menanyakan 2. Memperhatkan pemateri
kembali tentang dan mampu mengenali
pentingnya makan sayur. nilai-nilai edukasi yang

45
3. Pemateri menanyakan terkandung dalam dongeng
kembali tentang nilai-nilai ksatria sayur.
edukasi dalm dongeng 3. Menjawab salam
ksatria sayur. 4. Menerima snack yang
diberikan penyuluh
4. Mengucapkan salam
penutup
5. Ramah tamah

IX. Evaluasi Hasil


1. Sebanyak 75 % peserta dapat menjelaskan pengertian sayuran dengan mengajukan
pertanyaan dan peserta yang dapat menjelaskan akan mendapatkan hadiah
2. Sebanyak 75 % pesera dapat menjelaskan kandungan gizi sayuran dengan
mengajukan pertanyaan dan peserta yang dapat menjelaskan akan mendapatkan
hadiah
3. Sebanyak 75 % pesera dapat menjelaskan manfaat mengkonsumsi sayuran dengan
mengajukan pertanyaan dan peserta yang dapat menjelaskan akan mendapatkan
hadiah
4. Sebanyak 75 % pesera menyatakan mau mencoba dan akan berusaha makan
sayuran setiap hari dan mendapatkan bento sayuran
X. Seting Posisi
Background Story
Penyaji

Fa
s ilit
at
or
or
il itat
s
pes Fa
erta a
peserta peserta pesert

Guru Kelas KEPALA SEKOLAH

46
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok
dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukandari, oleh dan untuk
masyarakat sesuai denagn faktor budaya setempa. Tujuan dari promosi kesehatan
ini adalah tujuan pendidikan, tujuan saran, dan tujuan perilaku. Sasaran dari
promosi kesehatan adalah sasaran primer, sekunder dan tersier. Stretegi dalam
promosi kesehatan adalah advokasi, bina usaha, dan gerakan pemberdayaan
masyarakat.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan medic, pendekata
perilaku, pendekatan edukasional, perubahan pada klien, pendekatan social. Anak
usia prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang mempunyai
berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar
pribadi anak tesebut berkembang secara optimal (Supartini, 2004). Dalam usia ini
anak umumnya mengikuti program anak (3Tahun- 5 tahun) dan kelompok bermain
(Usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti
program Taman Kanak-Kanak. Promosi kesehatan pada anak usia sekolah
dilakukan agar anak usia sekolah tau, mau, dan mampu dalam merubah perilaku
mereka menjadi lebih baik dan mendorong perilaku untuk hidup sehat.

4.2 Saran
Dengan pemaparan dalam makalah ini diharapkan mahasiswa dan tenaga
kesehatan ainnya mampu menerapkan promosi kesehatan pada anak usia sekolah
menggunakan cara-cara yang menarik sesuai usia dan tahap perkembangan anak.
Dalam merubah perilaku anak usia sekolah perlu dilakukan perencanaan yang akan
mendorong terjadinya implikasi yang baik dengan menentukan sasaran primer,
sekunder dan tersier. Perawat dan tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan
masyarakat demi terjadinya keberhasilan acara promosi kesehatan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat,A.Aziz.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba


Medika.

Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan


Pembelajaran. Jakarta: EGC

Candrawati, Elisa, dkk. 2014. Ketersediaan Buah dan Sayur dalam Keluarga sebagai
Strategi Intervensi Peningkatan Konsumsi Buah dan Sayur Anak Usia
Prasekolah. Jurnal Care Volume 2, No.3.

Elizabeth, B. Hurlock. 2001. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang


rentang kehidupan (Edisi 5). Jakarta : Erlangga.

Efendi, Ferry dan Makhfudli.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik


Dalam Keperawatan .Jakarta:Salemba Medika

Fatmawati Dewi. 2001. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Dengan Konsumsi Sayuran
Pada Anak Sekolah Dasar (Studi Pada Anak Kelas V SDN 01 Ngesrep dan SDN 02
Ngesrep Semarang) . Skripsi. Semarang

Hurlock, E. B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Ke-6. Jakarta: Erlangga.

Kemenkes RI. Pedoman Gizi Seimbang (Pedoman Teknis bagi Petugas dalam Memberikan
Penyuluhan Gizi Seimbang). Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA KKR. Jakarta:
Kemenkes RI; 2013.
Isbell R, et all.2004. The effects of Storytelling and Stiry Reading on The Oral Language
Complexity and Story Comprehension of Young Children. Early Childhood
Education Journal,Vol.32. No 3. December,2004

Manaf, A.M.B.A. 2011. Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Sekolah Dasar Tentang Manfaat
Konsumsi Sayur-Mayur di Sekolah Dasar Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan
Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi kesehatan.Jakarta:EGC

48
Montessori,Maria. 2008. The Absorbent Mind-Pikiran yang Mudah Menyerap
(terjemahan). Yogyakarta : Pustaka Belajar

Muscari, Mary, E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta:


EGC.Patmonodewo, S. (2008). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.

Noorlaila, Iva. 2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD Kreatif Mendidik dan Bermain
Bersama Anak. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Ramli, M. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen


Pendidikan Nasional

Santoso, S., Ranti, A., 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Santrock,John W. 2007.Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Media Group

Supartini, Y. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L (et all). 2008. Buku ajar keperawatan Pediatrik Wong, alih bahasa Agus
Sutarna. Jakarta: EGC

Wrigth,C et all. 2008. Window to Children Thinking :a Guide to Storytelling and


Dramatization. Early Childhood Education Journal. Vol 35.No 363-369.2008

http://www.parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=kids&id=228 diakses pada


tanggal 12 november 2015 pukul 13.00

49
LAMPIRAN
Dongeng Ksatria Sayuran

Zaman dahulu, hiduplah seorang koki kecil di negeri sayuran. Negeri sayuran
adalah negeri subur nan makmur, antah barantah, negeri yang terkenal dengan sayur-
sayuran . Koki Kecil sudah lama belajar memasak di tempat Guru Koki. Suatu hari, ketika
ia sedang sendirian menjaga rumah Guru Koki, ada makhluk berbadan hijau dan bertanduk
di kepala, mengendap-endap di kegelapan malam.

Monster kecil : “Hahaha! Aku berhasil mengambil Buku Resep Sehat Selalu milik Guru
Koki!”

Makhluk itu berlari kencang sambil cekikikan. Ia adalah Monster Kecil, yang tinggal jauh
di puncak gunung sana.

Koki kecil : “Hei, tunggu!”.

Sayang, ia terlambat. Monster itu terlalu cepat untuk dikejar.

Koki kecil : “Hm, aku sudah berjanji pada Guru Koki untuk menjaga buku itu. Aku harus
memenuhi janjiku. Aku akan pergi ke rumah si Monster Kecil nakal itu!”

Pertama, Koki Kecil harus melewati terowongan yang panjang dan gelap menuju gunung.
Ia mengeluarkan wortel segar berwarna oranye yang disimpannya dalam tas ransel
ajaibnya.tas ini berisi makanan serta minuman sehat yang sengaja ia siapkan untuk
menemani perjalannya. Krius-krius-krius ia pun melahap wortel-wortel segar itu.

Koki kecil : “Setelah makan wortel ini, aku jadi bisa melihat lebih jelas dalam terowongan
ini. Wortel memang bagus untuk mataku!”

Begitu keluar dari terowongan, jalan yang harus dilalui kian menanjak.

Koki kecil : “Aku butuh tenaga, nih!”

Lantas, Koki Kecil mengeluarkan sebungkus nasi berlauk daging dan minum sebotol susu.
Mmm lezat!

Selesai makan, ia mendaki dengan penuh kekuatan dan semangat. Hap-hap-hap!

50
Ketika malam tiba, hujan turun dengan deras! Hatsyii! Waduh, Koki Kecil bisa sakit pilek,
nih! Ia segera berteduh di dalam gua, sambil membuat minuman hangat dari buah jeruk.
Esok paginya, ia bangun dengan badan yang lebih segar.

Koki kecil : “Guru Koki benar. Jeruk bisa mencegah pilek! Jalan lagi, ah!”

Sesampainya di depan rumah Monster Kecil, Koki Kecil bermaksud meminta kembali
Buku Resep Sehat Selalu. Namun, ia menjumpai Monster Kecil sedang menangis.

Koki kecil : “Lho, kamu kenapa, Monster Kecil?”

Monster kecil : Aku sedang sakit demam...batuk...pilek...hu...hu...uhuk-uhuk...! Hach-


chu...! Gara-gara kemarin kehujanan...”

Koki kecil : “Kenapa kamu tidak membaca resepnya untuk menyembuhkan sakitmu?”

Monster kecil : “Aku lupa...aku tidak bisa baca....hu...hu...”

Koki Kecil menggeleng-gelengkan kepala. Ia mengambil Buku Resep Sehat Selalu yang
tergeletak di lantai, lalu pergi ke dapur untuk memasak salah satu resep dari buku itu.

Koki kecil : “Ini namanya Nasi Sup Sayur-Daging Ajaib. Makan buah jeruknya juga, dan
istirahat yang cukup. Aku akan menjagamu. Tapi kamu jangan nakal lagi, ya?”

Monster kecil : “Maafkan aku...” Monster Kecil terlihat sungguh menyesal. “Mmm...tapi,
bagaimana kamu bisa kuat sampai di sini? Kan perjalanannya berat! Kok kamu tetap
sehat?”

Koki kecil : “Hehehe. Karena Guru Koki telah mengajariku inti dari Buku Resep Sehat
Selalu!”

Monster kecil : “Apa itu?” sembari melahap Nasi Sup Sayur-Daging Ajaib.

Koki kecil : “Intinya...Nasi...Sayur-Mayur...Lauk-Pauk...Buah-Buahan...dan Susu! Guru


koki mengajariku untuk selalu makan sayur dan buah-buahan. Aku menjadi sehat kan.”
Koki Kecil tertawa. “Mudah bukan? Tidak perlu mencuri buku Guru Koki segala!”

Monster Kecil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil meringis. Malu!

Koki kecil : “apakah kamu tidak suka makan sayur ? sehingga kamu tidak bisa membaca.”

51
Monster kecil : “Iya aku tidak suka makan sayur dan buah-buahan.”

Koki kecil : “Jika kamu ingin sehat sepertiku, kamu harus selalu makan sayur setiap hari.”

Monster kecil : “Baiklah aku sekarang akan selalu makan sayur meskipun aku tidak suka.”

Akhirnya koki kecil dan monster berteman dan saling membantu satu sama lain. Koki
kecil juga mengajari monster kecil untuk masak sayur-sayuran.

Saat koki kecil hendak kembali pulang meuju rumahnya, ia tiba-tiba mengantuk dan lupa
jalan kembali pulan.

Sembari duduk santai berisitirahat ia kembali membua tas ranselnya. Ia mengambil kotak
makan yang berisi nasi gandum lengkap dengan sayur bayam dan lauk ikan laut. Koki
kecilpun segera melahap makanan yang ia bawa. Alhasil selang beberapa lama, ia kembali
mengingat jalan ia kembali.

52

Anda mungkin juga menyukai