Anda di halaman 1dari 31

Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete

Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis


pemeriksaaan penyaring untuk
menunjang diagnosa suatu penyakit dan
atau untuk melihat bagaimana respon
tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping
itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan
untuk melihat kemajuan atau respon
terapi pada pasien yang menderita suatu
penyakit infeksi.
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa
jenis parameter pemeriksaan, yaitu :
 Hemoglobin
 Hematokrit
 Leukosit (White Blood Cell / WBC)
 Trombosit (platelet)
 Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
 Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
 Laju Endap Darah atau Erithrocyte
Sedimentation Rate (ESR)
 Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah
merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari
paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan
zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah.
Normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita
harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-
beda di tiap laboratorium klinik, yaitu :
 Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
 Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
 Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
 Anak anak : 11-13 gram/dl
 Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
 Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
 Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
 Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
 Tujuan :
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk
mendeteksi adanya anemiadan penyakit ginjal.
Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan indikasi
adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi
menahun, gagal jantung kongestif dan lain-lain

 Bahan Pemeriksaan :
Darah kapiler atau darah vena.

 Prinsip Pemeriksaan :
Mengukur kadar HB berdasarkan warna yang terjadi
akibat perubahan Hb yang menjadi asam hematin
oleh adanya HCl 0,1N
Alat Dan Bahan :
 Haemometer set terdiri dari :
a. Tabung pengukur
b. 2 tabung standar warna
c. Pipet Hb dengan pipa karetnya
d. Pipet HCl
e. Batang pengaduk
f. Botol tempat HCl dan aquadest
g. Sikat pembersih
 Perlak kecil dan pengalas
 Kapas alkohol 70%
 Jarum/Lancet
 Handscoon steril
 Kapas kering
 Bengkok
Prosedur Kerja :
 Masukan larutan HCl 0,1N dengan pipet HCl kedalam tabung
pengencer sampai pada angka 2
 Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan dan langkah
prosedur pemeriksaan
 Membawa alat-alat ke dekat pasien
 Mencuci tangan
 Memasang perlak dan pengalas dibawah tangan pasien yang
akan diambil darahnya
 Menyiapkan bengkok
 Memakai handscoon steril
 Menyiapkan jari klien dan mengumpulkan darah ke bagian jari
tangan dengan cara memijat
 Menghapus hamakan ujung jari yang akan diambil darahnya
dengan alcohol
 Menusukan jarum pada ujung jari sebelah tepi sampai darah
keluar
 Menghapus darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering
 Dengan pipet Hb menghisap darah sampai angka 20 cm, jangan
sammpai ada gelembung udara yang sampai ikut terhisap
 Hapus darah yang melekat pada ujung pipet dengan
menggunakan kapas kering
 Menuangkan darah tersebut ke dalam tabung pengencer yang
sudah berisi HCl 15.0,1 N dengan posisi tegak lurus dan hindarkan
darah mengenai dinding tabung
 Sisa darah yang mungkin masih melekat di dalam lumen pipet Hb di
bilas dengan jalan meniup dan menyedotnya.
 Tunggu sampai 1 menit
 Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, pada setiap kali
penambahan warna dari larutan asam hematin yang terjadi,
bandingkan dengan warna dari larutan standar
 Pada saat warna tersebut sama, maka penambahan aquadest
dihentikan dan kadar Hb dibaca skala itu dengan satuan
pembacaan gr
 Mengambil perlak dan pengalas, merapikan alat-alat
 Melepaskan handscoon
 Mencuci tangan
Hematokrit merupakan ukuran yang
menentukan banyaknya jumlah sel darah
merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan
dalam persent (%). Nilai normal hematokrit
untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan
untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%.
Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar
hemoglobin berbanding lurus dengan kadar
hematokrit, sehingga peningkatan dan
penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-
penyakit yang sama.
1. Hematokrit Mikro
Cara Kerja
Tujuan:  Isi darah ¾ pipet kapiler
Utk mengetahui Nilai Ht  Sumbat dengan dempul
seseorang dlm vol %  Pemusingan (16.000 rpm
selama 3 – 5 menit)
Prinsip:  Posisi dempul menghadap
Darah dengan keluar
anticoagulant (heparin)  Seimbang
dimasukkan ke dalam pipet
 Diulang jika
kapiler kemudian dipusing
dalam waktu 3 – 5 menit 1. Hemolisa
dengan kecepatan 16.000 2. Darah keluar pipet
rpm sehingga sel-sel terpisah 3. Hasil Ht > 50 vol %
dalam keadaan memadat,
prosentase pemadatan sel
terhadap volume darah Perhitungan
semula dicatat sebagai hasil  Hb : Ht x 0.34
px dalam vol%  AE : Ht x 120.000
 AL : BC x 10.000
2. Hematocrit Makro

Prinsip :
Pembacaan Hasil :
Darah dengan anticoagulant
Na2EDTA dimasukkan ke dalam  Tinggi kolom eritrosit yang
tabung wintobe kemudian dipusing dibaca sebagai nilai
3000 rpm selama 30 menit sehingga hematokrit dan dinyatakan
sel-sel terpisah dalam keadaan dalam vol%.
memadat, prosentase pemadatan
 Tebalnya lapisan putih
sel terhadap volume darah semula
dicatat sebagai hasil px dalam vol%
diatas eritrosit yang
tersusun dari lekosit dan
trombosit.
Cara Kerja :
 Lapisan ini disebut sebagai
 Darah dengan antikoagulant
dihomogenkan.
buffi coat dan dinyatakan
dalam mm.
 Masukkan darah kedalam
tabung wintrobe dengan pipet  Warna kuning dari lapisan
pasteur hingga mencapai garis plaama yang disebut
tanda 100. indek ikterik.
 Dipusing selama 30 menit
dengan kecepatan 3000 rpm.
Leukosit merupakan komponen darah yang
berperanan dalam memerangi infeksi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses
metabolik toksin, dll.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul
darah.
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan
pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit
sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya
bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,
penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut,
leukemia, gagal ginjal, dll
Prinsip kerja :
darah yang telah di encerkan lalu di hitung jumlah leukosit dalam
volume pengenceran tertentu dengan cara mengalikan terhadap
faktor perhitungan jumlah leukosit dan di peroleh jumlah leukosit
dalam satuan volume darah

Alat :
 pipet thoma leukosit
 kamar hitung (improved neubaure)
 dek glass/cover glass
 counter tally
 tissue
 Mikroskop

Bahan pemeriksaan :
darah yang telah di beri EDTA

Reagen :
larutan turk
Cara kerja:
 hisaplah darah dengan pipet thoma leukosit sampai tanda
garis tanda 0,5 tepat
 hapuslah kelebihan darah yang melekat pada bagian luar
pipet
 lau hisaplah larutan turk samapai tanda 11 (hati - hati jangan
sampai terjadi gelembung udara)
 lalu kedua ujung pipet di tutup dengan menggunakan jari
lalu kocok sampai darah dan larutan turk homogen
 letakkan kamar hitung (improved neubaure) dan kaca
penutungnya / cover glass (supaya kaca penutupmudah
lengket pada bagian kedua tunggul di basahi dengan sedikit
air)
 lalu ambil pipet thoma tadi dan kocok kembalai, lalu buang
kira - kira 3 - 4 tetes
 tetesan selanjutnya di masukkan kedalam kamar hitung
(improved neubaure) dan diamkan sebentar
 kemudian leukosit di hitung dalam 4 bidang besar dengan
perbesaran lensa objektif 10x dan 40x untuk memperjelas
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang
berfungsi membantu dalam proses pembekuan darah
dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan
dalam morfologi trombosit antara lain giant platelet
(trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit
bergerombol).
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000
sel/ul darah.
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan
sebagian orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit
yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa
ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD),
Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum
tulang, dll.
Tujuan :
Untuk mengetahui jumlah trombosit dan leukosit dalam lapang
pandang

Prinsip kerja :
Darah di campur dengan reagen rees ecker kedalam pipet
erytrosit sampai tanda 101. Dilakukan dengan penambahan
Magnesium Sulfat yang berfungsi sebagai pengenceran.

Alat :
 Pipet eritrosit
 Bilik hitung
 Lancet
 reagen rees ecker dan Giemsa Mikroskop
 Magnesium sulfat
 Kaca preparat Alkohol

Bahan pemeriksaan:
 darah vena
 darah kapiler
Cara kerja :
1. Cara Langsung (Rees dan Ecker) 2. Cara tidak langsung (Fonio)
 Isaplah larutan REES ECKER ke  Bersihkan ujung jari dengan
dalam pipet eritrosit samapi garis alkohol dan biarkan kering lagi.
tanda “1″ dan buanglah lagi  Taruhlah di atas ujung jari
cairan itu. tersebut setetes besar larutan
 Isaplah darah sampai garis tanda magnesium sulfat 14%.
“0,5″ dan cairan REES ECKER  Tusuklah ujung jari dengan lanset
sampai garis tanda “101″. melalui tetesan lar magnesium
Segeralah kocok selama 3 menit. sulfat tersebut.
 Teruskan tindakan seperti  Setelah jumlah darah keluar
menghitung eritrosit dalam kamar kurang lebih 1/4 jumlah larutan
hitung. magnesium sulfat, campurlah
 Biarkan kamar hitung yang telah darah dengan magnesium sulfat
terisi dalam sikap datar dengan tersebut.
deglass tertutup selama 10 menit  Buatlah sedian hapus (dengan
agar trombosit mengendap pewarnaan Giemsa)
 Hitunglah semua trombosit dalam  Hitung jumlah trombosit yang
seluruh bidang besar di tengah- dilihat bersama dengan 1.000
tengah (1 mm kuadrat) memakai eritrosit.
lensa objektif besar.  Lakukanlah tindakan
 Jumlah itu dikalikan 2.000 menghitung jumlah eritrosit per ul
menghasilkan jumlah trombosit darah.
per ul darah.  Perhitungkanlah jumlah trombosit
per ul darah berdasarkan kedua
angka itu.
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen
darah yang paling banyak, dan berfungsi sebagai
pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa
kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai
normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul
darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4
juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan
pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru
obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok,
preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa
ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid,
penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll.
Prinsip :
Darah diencerkan lalu dihitung jumlah eritrosit dalam volume
tertentu dengan mengalikan terhadap faktor
perhitungan,sehingga diperoleh jumlah eritrosit dalam satuan
volume darah. Pengenceran darah dengan Hayem
menyebabkan lisisnya sel selain eritrosit dan trombosit, sehingga
memudahkan pehitungan sel eritrosit , darah diencerkan 201x
dan sel eritrosit dihitung pada 5 bidang kecil.

Bahan : Darah vena

Alat :
 Mikroskop
 Bilik hitung
 Deck Glass
 Transferpet 4 ml, dan 20 mikroliter
 Tabung

Reagensia : Larutan Hayem


Cara Kerja :
 Bilik hitung dan deck glass disiapkan dalam keadaan
bersih.
 Masukkan 4 ml reagen Hayem dalam tabung.
 Ditambahkkan 20 mikroliter darah ke dalam tabung berisi
larutan Hayem.
 Tabung digojok agar larutan Hayem benar-benar
melisiskan sel-sel selain eritrosit dan trombosit.
 Bilik hitung dengan kaca penutupnya diletakkan di atas
bidang yang datar.
 Larutan campuran (darah+Hayem) dipipet dengan pipet
pasteur kemudian ujung pipet disentuhkan dengan sudut
300 pada permukaan bilik hitung dengan menyinggung
kaca penutup. Biarkan bilik hitung terisi perlahan-lahan
dengan daya kapilaritasnya sendiri.
 Biarkan bilik hitung tersebut selama 2-3 menit supaya
eritrosit dapat mengendap.
 Sel-sel eritrosit yang terdapat pada 5 petak kecil (bagian
tengah bilik hitung) menggunakan mikroskop perbesaran
40X.
Indeks Eritrosit
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu
kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya
dipakai antara lain :

MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume
rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER),


yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin


Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit,
dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation
Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam
darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam.
LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai
meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen,
rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis
(misalnya kehamilan).
International Commitee for Standardization in
Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk
menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan
LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa
dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang
sangat tinggi masih terdeteksi.
Nilai normal LED pada metode Westergreen :
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
Hitung jenis leukosit digunakan untuk
mengetahui jumlah berbagai jenis
leukosit. Terdapat lima jenis leukosit,
yang masing-masingnya memiliki fungsi
yang khusus dalam melawan patogen.
Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit,
monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil
hitung jenis leukosit memberikan Nilai normal untuk
informasi yang lebih spesifik mengenai setiap sel :
infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis  Basophil : 0-1%
leukosit hanya menunjukkan jumlah  Eosinofil : 1-3%
relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk
mendapatkan jumlah absolut dari  Netrofil : 55-
masing-masing jenis sel maka nilai relatif 70%
(%) dikalikan jumlah leukosit total dan  Limfosit : 20-
hasilnya dinyatakan dalam sel/μl. 40%
 Monosit : 2-8%
Pemeriksaan faal hemosatasis adalah
suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk
mengetahui faal hemostatis serta kelainan
yang terjadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mencari riwayat perdarahan abnormal,
mencari kelainan yang mengganggu faal
hemostatis, riwayat pemakaian obat, riwayat
perdarahan dalam keluarga. Pemeriksaan
faal hemostatis sangat penting dalam
mendiagnosis diatesis hemoragik.
Pemeriksaan ini terdiri atas:
1. Tes penyaring
 Percobaan pembendungan
 Masa perdarahan
 Masa pembekuan
 Hitung trombosit
 Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT)
 Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated
partial thromboplastin time, APTT)
 Masa trombin (Thrombin time, TT)

2. Tes khusus
 Tes faal trombosit
 Tes Ristocetin
 Pengukuran faktor spesifik (faktor pembekuan)
 Pengukuran alpha-2 antiplasmin
Pemeriksaan Masa Pembekuan (Clotting Time)
Clotting time adalah waktu yg dibituhkan bagi darah
untuk membekukan dirinya secara in vitro dengan
menggunakan suatu standart yg dinamakan Clotting Time.
Clot adalah suatu lapisan seperti liln/jelly yg ada di darah
yg menyebabkan berhentinya suatu pendarahan pada
luka yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Pemeriksaan masa pembekuan (Cloting Time)
merupakan pemeriksaan untuk menentukan lamanya
waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Hasilnya
menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi, terutama
faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor-
faktor yang berasal dari trombosit, juga kadar fibrinogen.
Defisiensi faktor pembekuan dari ringan sampai sedang
belum dapat dideteksi dengan metode ini, baru dapat
mendeteksi defisiensi faktor pembekuan yang berat.
Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan
oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa
pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi
perdarahan. Normalnya darah membeku dalam 4 – 8
menit (Metode Lee White).
Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit
infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal
(penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis
(obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan
air, misal jika ada pembengkakan).
Clotting time memanjang bila terdapat defisiensi berat
faktor pembekuan pada jalur intrinsik dan jalur bersama,
misalnya pada hemofilia (defisiensi F VIIc dan F Ixc), terapi
antikoagulan sistemik (Heparin). Perpanjangan masa
pembekuan juga terjadi pada penderita penyakit hati,
kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal
jantung kongestif.
Prinsip pemeriksaan clotting time adalah waktu
pembekuan diukur sejak darah keluar dari epmbuluh sampai
terjadi suatu bekuan dalm kondisi yg spesifik. Sampel yang
digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sampel darah
segar.
Cara Kerja
A. Metode Tabung ( Cara Lee White )  Siapkan 4 buah tabung reaksi.
Prinsip  Tempatkan ke 4 tabung reaksi ke dalam
ambil darah vena dan dimasukkan water bath (370C)
kedalam tabung kemudian dibiarkan  Darah vena pasien diambil sebanyak 4 ml,
membeku . Selang waktu dari saat stop watch segera dihidupkan pada saat
pengambilan darah sampai saat darah darah tampak di dalam jarum . Darah
membeku dicatat sebagai masa
pembekuan. pasien yang telah diperoleh dituangkan 1
ml kedalam setiap tabung.
 Setelah 3 menit tabung 1 mulai diamati.
Alat dan Bahan
Diangkat tabung keluar dari water bath
 Alat
dalam posisi tegak lurus, lalu dimiringkan
. Spuit dan diperhatikan apakah darah masih
. Torniquet bergerak atau tidak (membeku ). Dilakukan
. Tabung reaksi 10 X 100 mm = 4 buah hal yang sama pada semua tabung setiap
. Stop watch selang waktu 30 detik sampai terlihat darah
. Water bath dalam tabung sudah tidak bergerak (darah
 Bahan sudah membeku ).
. Kapas  Catat selang waktu dari saat pengambilan

. Alkohol Swab darah sampai darah membeku sebagai


masa pembekuan. Rata - rata hasil dari
. Plaster tabung 2,3,dan 4 dibulatkan 0,5 menit.
Nilai Normal
Nilai normal untuk Clotting Time dengan metode tabung adalah 4 – 10
menit (370C).

Catatan
 a. Penetapan masa pembekuan dengan menggunakan darah
lengkap sebenarnya suatu test yang kasar. Tetapi di antara tes
menggunakan cara ini dianggap yang terbaik.
 Tes dapat dilakukan tanpa menggunakan waterbath , masa
pembekuan pada suhu kamar lebih panjang.
 Disarankan tiap laboratorium untuk membuat nilai rujukan masing
 masing.
 Kesalahan teknik dalam pengambilan sampel, pencampuran
darah dengan tromboplastin jaringan, adanya busa dalam spuit
atau dalam tabung, menggoyang tabung yang tidak sedang
diperiksa, spuit yang kotor cenderung memperpendek masa
pembekuan.
 Diameter tabung yang dipakai juga berpengaruh terhadap hasil.
Semakin lebar diameter tabung, semakin lama masa pembekuan.
B. Metode Kapiler Cara Kerja
 Alat dan bahan yang akan
Prinsip digunakan disiapkan.
Sampel darah kapiler pasien  Tabung kapiler digores dengan kikir
diambil sebanyak dua tetes dan ampul dengan jarak 1 cm supaya
diteteskan pada objek glass. mudah dipatahkan.
 Ujung jari pasien didesinfeksi
Diamati adanya benang fibrin dengan dengan alkohol swab dan
pada darah kapiler pasien dibiarkan mongering.
dengan mengangkat darah  Ujung jari pasien ditusuk dengan
dengan jarum setiap 30 detik lanset sedalam 3 mm hingga keluar
lalu dicatat masa pembekuan darah.
darah pasien.  Stopwatch mulai dijalankan pada
saat darah keluar dari tusukan.
 Tetesan yang pertama keluar
Alat dan Bahan dihapus, dan tetesan berikutnya
 Alat
dihisap ke dalam tabung kapiler
dengan memanfaatkan daya
. Lanset kapilaritas tabung.
. Objek glass  Tiap 30 detik tabung kapiler
dipatahkan pada goresan yang
. Stopwatch telah dibuat.
. Jarum / tusuk gigi  Masa pembekuan ialah saat
terlihatnya benang fibrin pada
 Bahan pematahan kapiler terhitung mulai
. Kapas dari stopwatch dijalankan.
. Alkohol Swab
Nilai Normal
Nilai normal masa pembekuan darah untuk
metode tabung kapiler adalah 2 – 6 menit

Catatan
 Cara yang menggunakan darah kapiler
kurang dapat diandalkan karena relative
banyak cairan jaringan berisikan tromboplastin
jaringan bercampur dengan darah yang
keluar.
 Pemeriksaan dengan metode ini sebaiknya
dilakukan secara duplo.

Anda mungkin juga menyukai