Anda di halaman 1dari 47

GANGGUAN PADA USUS

BESAR (COLON)

OLEH :Ervina Hanif Anugra Akbar


OBSTRUKSI USUS BESAR

Menurut Kahan & Raves


(2011) “Obstruksi usus
besar merupakan
gangguan aliran isi usu
besar yang dapat
terjadi secara parsial
ataupun secara total.
Obstruksi pada daerah
ini biasanya disebabkan
oleh kanker kolon.”
Etiologi
Etiologi Obstruksi Usus Besar menurut Burner & Suddarth
(2011):
1. Kanker usus besar
2. Divertikulum Meckel
3. Sembelit
4. Strikur
5. Adhesi atau perlengketan pasca bedah
6. Intususepsin
7. Volvulus
8. Hernia
9. Penyakit Crohn
Patofisiologi
Seperti pada obstruksi usus halus obstruksi usus besar
mengakibatkan isi usus, cairan dan gas berada di proksimal sebelah
lokasi obstruksi. Obstruksi pada usus besar dapat menimbulkan
distensi hebat dan perforasi kecuali gas dan cairan yang masih
dapat mengalir balik melalui katup ileal.
Pada obstruksi usus besar, meskipun menutup seluruhnya
biasanya tidak terlalu berbahaya asalkan suplai darah ke kolon
tidak terhambat. Apabila suplai darah berhenti maka akan terjadi
strangulasi dan nekrosis atau kematian jaringan. Kondisi ini dapat
menancam hidup. Pada usus besar, proses dehidrasi akan berjalan
lebih lambat dibandingkan dengan obstruksi pada usus halus, hal ini
dikarenakan kolon mampu mengabsorbsi isi cairanya dan dapat
melebar sampai ukuran diatas kapasitas ukuran normalnya
Manifestasi Klinis
Berdasarkan Kahan & Raves (2011), manifestasi klinis
dari obstruksi usus besar meliputi:
 Nyeri kolik abdomen dan distensi abdomen

 Tidak dapat buang air besar atau flatus

 Emesis fekulen jika katup ileosekal mengalami


gangguan fungsi
 Dapat ditemukan diare sekalipun terdapat

obstruksi.
Prognosis
Pasien obstruksi usus besar dengan kanker pada saat diagnosis
mempunyai prognosis yang lebih buruk. Angka mortalitas meningkat
dramatis (20%) jika iskemia atau perforasi terjadi. Pada obstruksi
usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15-30 %.
Perforasi sekum merupakan penyebab utama kematian yang masih
dapat dihindarkan (Kahan & Ravers, 2011).
Komplikasi
 Perforasi (lubang pada usus)
 Infeksi
 Nekrosis
 Komplikasi pasca pembedahan
Penatalaksanaan
 Pembedahan (Kolostomi)
 Pengobatan medis :
a. Terapi Ajufan
b. Terapi Radiasi
Prosedur Diagnostik
 X-ray dan CT Scan
 Pemeriksaan laboratorium mencakup jumlah sel darah lengkap
serta elektrolit.
 Enema gastrografin
 Enema kontras
 Kolonoskopi
 MRI
APENDISITIS
Definisi

Apendisitis adalah peradangan dari


apendiks dan merupakan penyebab
penyakit di daerah perut akut yang paling
sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan,
tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia 10-30 tahun (Librianti, 2015).
Etiologi
Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang
disebabkan oleh obstruksi atau
penyumbatan akibat:
 Hiperplasia dari folikel limfoid.
 Adanya fekalit dalam lumen appendiks.
 Tumor appendiks.
 Adanya benda asing seperti cacing
askariasi.
 Erosi mukosa appendiks karena parasit
seperti E. Histilica.
Patofisiologi
Penyumbatan lumen
apendiks Obstruksi
menyebabkan
mucus di produksi
mukosa lendir Elastisitas dinding
apendiks terbatas
Apendisitis
Akut

Tekanan darah
intralumen naik

Ulserasi
mukosa &
edema Menghambat
aliran limfe
Faktor Resiko

Faktor sumbatan
Faktor bakteri
Kecenderungan familiar
Faktor ras dan diet
Faktor infeksi saluran
pernapasan
Manifestasi Klinis
 Nyeri kuadran bawah
 demam derajat rendah
 Mual, dan seringkali muntah.
 Pada titik McBurney (terletak
dipertengahan antara umbilikus dan spina
antrior dari ilium) nyeri tekan setempat
karena tekanan dan sedikit kaku dari
bagian bawah otot rektus kanan.
 Tanda rovsing
 Terjadi distensi abdomen akibat ileus
paralitik dan kondisi memburuk
Komplikasi

Peritonitis adalah
peradangan peritoneum,
merupakan komplikasi
berbhaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut
maupun kronis.

Abses merupakan peradangan appendiks


yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis.
Penatalaksanaan

 Pembedahan apendektomi
 Berikan antibiotik dan cairan
IV sampai pembedahan
dilakukan.
 Analgesik dapat diberikan
setelah diagnosa ditegakkan.
Pemeriksaan Diagnostik

 Hitung sel darah komplet

 C-Reactive protein (CRP)

 Pemeriksaan USG

 Pemeriksaan CT Scan
DIVERTIKULAR
Definisi
Divertikular
Penyakit divertikular terjadi ketika
area kecil dari lapisan usus melemah
dan terbentuk tonjolan atau kantong
selama bertahun-tahun.

Diverticulosis
Divertikular tanpa gejala

Diverticulitis
Terjadi bila makanan dan bakteri tertahan di suatu
divertikulum yang menghasilkan infeksi dan
inflamasi yang dapat membentuk drainase dan
akhirnya menimbulkan perforasi atau
pembentukan abses
Etiologi

Penyebab pasti penyakit divertikulum


masih pelum diketahui, tetapi penyakit
divertikulum diprediksi berhubungan
dengan diet dan proses penuaan
(Joffe, 2009).
Faktor Resiko

 Diet rendah serat.


 Diet tinggi lemak dan daging.
 Proses penuaan.
 Faktor genetik.
 Gangguan motilitas usus besar
memberikan predisposisi terbentuknya
formasi divertikulum ( Bassotti, 2003)
 Terapi kortikosteroid, tetapi bukan
OAINS ( obat anti-inflamasi non-steroid)
 Defek kongenital
Patofisiologi
Faktor pencetus: diet
rendah serat, tinggi
lemak, usis Faktor genetik

Mortilias menurun
Perubahan structural
dinding kolon
Penebalan otot
sirkular
Perubahan tegangan DIVERTIKULITIS
Peningkatan tekanan dinding otot
luminal kolon

Inflamasi pada
Herniasi Sub Mukosa diverticular

Obstruksi kolon, Infeksi pada


Divertikulosis
fekal terhambat divertikula
di divertikula
Klasifikasi

Divertikulitis Kronis
Divertikulitis Akut
Sedangkan pada
Pada divertikulisis akut,
divertikulisis kronik
terdapat demam,
menyebabkan usus
leukositosis, nyeri tekan
mudah mengalami
pada kuadran kiri
serangan
bawah dan abdomen.
peradangan berulang.
Manifestasi Klinis
Divertikular :
 Tidak menunjukkan gejala yang serius.

 Nyeri intermitten di kuadran kiri-bawah yang

disertai konstipasi dan diare yang bergantian,


dan sembuh ketika defekasi atau flatus keluar.
 Kemungkinan hemoragi dari divertikula kolonik di

kolon kanan (pada pasien yang lebih tua).


Divertikulitis
 Nyeri sedang di abdomen kiri bawah.

 Mual ringan.

 Flatus.

 Habitus usus tidak teratur (konstipasi maupun tinja encer).

 Demam tingkat rendah leukositosis.

 Sepsis dan syok (demam tinggi, menggigil, dan hipotensi) yang


mengikuti peritonitis.
 Kemungkinan terjadi hemoragi mikroskopis atau raksasa disertai
perforasi divertikulum dekat pembuluh.
 Obstruksi parsial : konstipasi, tinja encer, diare intermitten, dan
distensi abdominal.
 Obstruksi menyeluruh: rigiditas dan nyeri abdominal, bunyi usus
berkurang atau hilang, mual dan muntah
penatalaksanaan
Divertikulosis Divertikulitis
 Diit tinggi serat diharuskan • Usus diistirahatkan: tunda
untuk mencegah konstipasi. masukan cairan per oral,
memberikan cairan IV, lakukan
penghisapan saluran NG
• Diit rendah serat
• Untuk nyeri spastik,
antispasmodik diberikan sebelum
makan dan pada saat jam tidur,
sedatif dan tranquilizer serta
antimikrobial usus.
• Pelunak feses, enema minyak
hangat, dan supositoeia
evakuan untuk normalisasi feses.
• Pembedahan jika terjadi
hemoragi berat.
Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan fungsi ginjal (BUN/Kreatinin) dan hati
(SGOT/PT)
 Pemeriksaan urin
 Pemeriksaan serum elektrolit
 Pemeriksaan barium edema
 Pemeriksaan rontgen abdomen
 CT Scan
 Pemeriksaan edoskopik
Komplikasi
Obstruksi usus

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran


normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001).

Terbentuknya fistula

Komplikasi peradangan pada divertikula bisa


menyebabkan terjadinya hubungan abnormal
(fistula) antara usus besar dan organ lain

Hemorage

Pendarahan divertikular terjadi ketika


diverticulum memperluas mengikis ke
dalam pembuluh darah di dalam
divertikulum tersebut.
CHRONS (chrons disease)
Penyakit crohn merupakan salah satu penyakit usus
inflamatorik, yang dapat menyerang seluruh bagian
saluran gastrointestinal , mulai dari mulut (berupa
stomatitis) sampai lesi pada anus.
Etiologi
Faktor Predisposisi
1. Genetik pertahanan tubuh
2. Infeksi bakteri
3. Lingkungan polusi
4. Diet hyegene, lifestyle
Menifestasi klinis
 Awitan gejala biasanya tersembunyi dan membahayakan,
tanda nyeri abdomen yang menonjol, dan diare tak sembuh
dengan defekasi.
 Diare terdapat pada 90% pasien penderita penyakit ini.
 Nyeri kram terjadi setelah makan; pasien cenderung untuk
mengurangi masukan makanan; menyebabkan penurunan
berat badan, malnutrisi, dan anemia sekunder.
 Mungkin terjadi diare kronis, mengakibatkan rasa sangan
tidak nyaman pada individu yang kurus dan kering akibat
masukan makanan yang tidak adekuat serta kehilangan
cairan. Usus yang mengalami inflamasi dapat mengalami
perforasi dan membentuk abses intraabdominal dan anal.
 Terjadi demam dan leukositosis. Abses, fistula, dan fisura
merupakan hal yang umum terjadi
Patofisiologi
Secara mikroskopis, lesi awal dimulai sebagai
fokus peradangan diikuti dengan ulserasi mukosa yang
dangkal. Kemudian, menyerang sel-sel inflamasi dalam
lapisan mukosa dan dalam proses mulai membentuk
granuloma. Granuloma menyelimuti semua lapisan
dinding usus dan masuk ke dalam mesenterium dan
kelenjar getah bening regional. Infiltrasi neutrofil ke
dalam bentuk abses yang dalam, menyebabkan kerusakan
pada lapisan dalam dan atrofi dari usus besar. Kerusakan
kronis dapat dilihat dalam bentuk penumpukan vili di
usus kecil. Terbentuknya ulkus menjadi kondisi umum
dan sering terlihat (Thoreson, 2007).
Penatalaksanaan
 Penurunan respons diare :
-Pemberian antidiare
-Pemberian diet rendah lemak
-Kram perut dapat dikurangi dengan propantheline
(0,125 mg), dicyclomine (10-20 mg), atau
hyoscyamine (0,125 mg)
 Terapi Medikamentosa
 Terapi Imunosupresan
 Terapi Bedah
 Diet
Komplikasi
1. Megakolon toksik (lebih lazim pada kolitis ulseratif).
2. Dehidrasi dan malnutrisi akibat diare dan
malabsorpsi. Vitamin yang larut dalam lemak dan
vitamin B12 yang terutama cenderung terpengaruh.
3. Perforasi usus dan pembentukan abses.
4. Kanker usus (lima kali lipat dari kontrol yang sama
usianya).
5. Penyakit ginjal antara lain urolitiasis (tidak ditemukan
pada kolitis ulseratif).
6. Hemoragi.
7. Abses hati dan penyakit hati.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
 Anemia mungkin disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk
peradangan kronis, malabsorpsi besi, kehilangan darah kronis,
dan malabsorpsi vitamin B12 atau folat.
 Hipoalbuminemia, hipokolesterolemia, hipokalsemia,
hipomagnesemia, dan hipoprothrombinemia mungkin
mencerminkan malabsorpsi.
 Leukositosis mungkin disebabkan oleh peradangan kronis, abses,
atau pengobatan steroid.
 Marker inflamasi akut, seperti C-reactive protein (CRP) dan
orosomucoid, berkorelasi erat dengan aktivitas penyakit. Laju
endap darah/eritrosit sedimentation rate (ESR) dianggap lebih
bermanfaat dalam menilai aktivitas enteritis regional daripada
kolitis ileitis.
2. Pemeriksaan Radiografik
 Studi kontras barium

 Computed Tomography Scan

 Magnetic Resonance Imaging

3. Pemeriksaan Ultranosonography
4. Kolonoskopi
5. Endoscopic retograde cholangiopancreatography
(ERCP)
KOLIKITIS ULSERATIF
Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus karena penyebab yang tidak
diketahui, biasanya mengenai lapisan mukosa kolon, dapat ringan, kronis,
atau akut. Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronis pada kolon.
Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang
umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksasorbasi yang
berganti-ganti
Klasifikasi Kolikitis Ulseratif
Berdasarkan tempat terinfeksi
Klasifikasi Kolikitis Ulseratif

Berdasarkan Penyebab Berdasarkan Tipe Klinis

1. Kolitis infeksi 1. Kolitis Ulseratif akut


2. Kolitis non-infeksi 2. Kolitis Ulseratif Kronis
3. Kolitis ulseratif Kronik Kontinyu
Etiologi
Beberapa etiologi:
 Hipersensitifitas terhadap faktor lingkungan dan makanan

 Interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal


terbentuknya ulkus)
 Stress pada peningkatan asam lambung.

 Polyps rektokolon

 Intususepsi ileokolon

 Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic,


granulopmatous, histiocytic
 Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma

 Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)


Manifestasi Klinis
Kolon Sistemik
Perdarahan rektum Kelelahan
Diare Demam
Tenesmus Anoreksia
Inkontinensia fekal Ketidakseimbangan elektrolit
Kram perut bagian bawah Penurunan berat badan
Nyeri pada saat defekasi nyeri (kehilangan berat badan 5-10
hilang setelah defekasi kg dalam 2 bulan)
Iritasi peritoneum Takikardia
Anemia
Peningkatan LED
Leukositosis
Flatulensi
Retardasi pertumbuhan
Tingkatan gangguan pada kolon berhubungan dengan manifestasi klinik dari
kolitis ulseratif.

Ringan (mild) Sedang-berat Fulminan


(moderate/severe)
Buang air besar 4 Buang air besar ≥ 5 Perdarahan lebih jelas
kali per hari kali per hari tiap hari
Adanya darah Adanya darah dalam Demam lebih dari 38º
dalam feses setiap feses setiap hari C
hari Dengan atau tanpa Takikardi
Tidak ada gejala gangguan sistemik Hemoglobin ≤ 8 gr/dl
sistemik Serum albumin ≤ 3,0
gr/dl
Patofisiologi
Makroskopik: Hanya mukosa yang terlibat dengan
ulserasi superfisial, eksudasi dan pseudopoliposis.

Histologis: Abses kriptus, polip yang meradang dan


jaringan granulasi yang kaya vaskularisasi. Displasia
epitel pada penyakit lama.
Penatalaksanaan
TERAPI OBAT
 Aminosalicylates

 Kortikosteroid

 Immunomodulator

PEMBEDAHAN
 Ileostomy

 Ileonal Anastomy
Komplikasi
Prognosis

Kolitis ulseratif merupakan masalah kronis yang


membutuhkan pemantauan konstan kecuali
dilakukan pembedahan, yang drastis tapi kuratif.
Kolitis ulseratif biasanya ditemukan pada
kelompok usia 20-40 tahun, namun bisa terjadi
di semua usia. Usia diatas 65 tahun
mortalitasnya lebih tinggi. Saat datang, 30%
pasien memiliki penyakit terbatas pada rektum,
dan 20% memiliki penyakit meluas.

Anda mungkin juga menyukai