Seorang atlet bola voli bernama Hardi berumur 22 tahun. Dia mengalami cedera ankle
pada kaki kanannya. Ketika Hardi mengikuti pertandingan bola voli, Hardi melakukan
pemanasan tetapi belum maksimal sehingga di tengah pertandingan kaki kanannya keseleo.
Tetapi Hardi tetap melanjutkan pertandingannya sampai selesai. Hardi pun terjatuh di tengah
lapangan ketika pertandingan telah selesai dan pada saat itu dia merintih kesakitan, merengut,
dan tidak dapat menggerakkan kakinya.
Setelah kejadian itu, dibiarkan saja kakinya. Beberapa hari kemudian, Hardianto
melanjutkan aktivitas seperti biasa. Tetapi, rasa nyeri, dan bengkak masih terasa sehingga
Hardi sedikit cemas. Lama-kelamaan, kecemasan Hardi meningkat karena rasa sakit di
kakinya tidak sembuh-sembuh. Akhirnya Hardi membanya ke tukang urut. Ketika di urut,
Hardi merasa bahwa kecemasannya menurun seiring dengan nyeri dan bengkak yang sedikit
berkurang.
Setelah proses pengurutan selesai, Hardi merasa lebih baik dan proses berjalannya lebih
ringan. Dalam waktu satu minggu rasa sakit itu kembali lagi dan kecemasannya timbul
kembali. Kemudian Hardi mendapatkan informasi dari temannya untuk datang ke Klinik
Fisioterapi Pak D. Hardi pun merasa takut jika datang ke klinik. Hardi cemas jika terjadi hal
yang sama pada kejadian di tukang urut. Tetapi, Hardi tetap mencoba memberanikan diri
untuk datang ke klinik fisioterapi tersebut. Di dalam klinik ternyata kaki Hardi masih dalam
keadaan bengkak, maka penanganannya yang pertama adalah dengan RICE, yaitu Rest, Ice,
Compression, and elevation.
4.2 Pengkajian
I. Identitas Klien
1. Diagnosa Medik:
Cidera Ankle
2. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan Nyeri dan bengkak pada pergelangan kaki kanan.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Kesleo atau sprain
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami
Thypoid
b. Alergi (obat, makanan, plester,dll)
An. H tidak mempunyai alergi
c. Imunisasi:
Imunisasi dasar lengkap (hepatitis B, polio, BCG, DTP, dan campak)
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Hobby bermain sepak bola
e. Obat-obat yang digunakan
Klien sedang tidak mengkonsumsi obat penurun nyeri
5. Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada
Genogram:
Keterangan :
= Ayah
= Ibu
= Anak
50 (kg) 50 kg
: 160 (cm) 2 = = 19,53
( ) 2,56
100
Interpretasi :
Dari hasil pengukuran tinggi dan berat badan status gizi klien dalam kategori rentang
normal.
- Biomedical sign :
Hb (Hemoglobin) 15 gr/dL
HMT (Hematokrit) 43 %
Leukosit 9.000/mL
Trombosit 350.000/mL
SGOT 32 unit/L
SGPT 38 unit/L
Interpretasi :
Hasil laboratorium klien menunjukkan rentang nomal
- Clinical Sign :
Tidak terjadi penurunan berat badan, rambut berwarna hitam dengan beberapa
berwarna putih, kulit berwarna sawo matang dan bengkak hanya pada daerah
yang sakit
Interpretasi :
Tidak adanya gejala klinis yang menunjukkan kekurangan nutrisi
- Diet Pattern :
Pasien memilih pola makan dengan diet tinggi kalsium
Interpretasi :
Pola makan pasien dengan tinggi kalsium betujuan untuk pembentukan dan
penguatan tulang
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : 5-6 kali sehari
- Jumlah : 1,4 L/hari
- Warna : kekuningan
- Bau : Bau amoniak
- Karakter : Encer
- BJ :-
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : mandiri/dibantu
- Lain :-
BAB
- Frekuensi : 1-2 x sehari
- Jumlah : 150 cc
- Konsistensi : lembek
- Warna : Kekuningan
- Bau :
- Karakter :
- BJ : 1,1
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : mandiri/dibantu
- Lain :-
Interpretasi : Pola eliminasi klien normal
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / ROM
Keterangan :
Pola aktivitas klien untuk makan/ minum : klien dapat melakukan tanpa bantuan
alat apapun atau bantuan siapapun.
Pola aktvitas klien untuk melakukan toileting : klien dapat melakukan dengan
bantuan orang lain serta harus dengan pengawasan orang lain.
Pola aktivitas klien untuk berpakaian : klien dapat melakukan tanpa bantuan alat
apapun atau bantuan siapapun.
Pola aktivitas klien untuk mobilitas di tempat tidur : klien dapat melakukan dengan
bantuan orang lain serta harus dengan pengawasan orang lain.
Pola aktivitas klien untuk berpindah : klien membutuhkan bantuan orang lain
maupun alat bantuan seperti cruck.
Pola aktivitas klien untuk melakukan ambulasi/ROM : klien dapat melakukan
dengan bantuan orang lain serta harus dengan pengawasan dan bimbingan orang
lain.
Status Oksigenasi : saturasi oksigen 98 %
Terapi oksigen : Klien tidak dilakukan terapi oksigen
Interpretasi : status kosigenasi klien dalam rentang normal
Keadaan umum:
Saat datang ke rumah sakit kondisi kaki klien terpasang bebat.
Kesadaran :
Komposmentis
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 120/60 mm/Hg
- Nadi : 70 X/mnt
- RR : 20X/mnt
- Suhu : 36,5 C
1. Kepala
Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut warna hitam ada sedikit uban
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Conjungtiva merah muda, sclera putih
3. Telinga
Inspeksi : Telinga luar bersih, kedua telinga simetris, tidak ada lesi.
4. Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris, tidak ada secret di lubang hidung, pasien
dapat mengidentifikasi bau dengan benar
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis
5. Mulut
Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi
6. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakkan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri tekan
7. Dada
Inspeksi : bentuk prekordium cembung, denyut di apeks jantung 4 cm, timbul
denyutan di sela iga 2 kanan: aneurisme aorta, bunyi denyutan disela
iga 2 kiri: dilatasi arteri pulmonalis), vena didada dan punggung tidak
tampak denyutan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun lesi.
Perkusi : tidak ada gesekan di pleura
8. Abdomen
Inspeksi : warna kulit merata, tidak ada retraksi, dan bentuk simetris
Auskultasi : bising usus 2-30 kali/menit, tiadak ada konstipasi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada tonjolan atau pembengkakkan di hati, lambung, dll.
9. Urogenital
Inspeksi : tidak ada pembengkakkan (infeksi)
Palpasi : tidak ada pembesaran di area eksternal
10. Ekstremitas
Atas : normal
Bawah : ada cedera pada bagian pergelangan kaki kanan
11. Kulit dan kuku
Inspeksi : tidak ada lesi dan jejas
Palpasi : normal
12. Keadaan lokal
Ekstremitas bawah :
Look : bengkak, merah
Feel : hangat
Move : meringis saat pergelangan kaki digerakkan
V. Terapi
4.3 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik trauma dan olah raga berlebih
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
5. Ansietas berhubungan dengan stressor
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera
7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terkait dengan sakit yang
dialami
4.4 Intervensi
TUJUAN DAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji sifat, intensitas, lokasi,
perawatan selama 3 x durasi, dan faktor pencetus
24 jam diharapkan dan pereda nyeri
nyeri berkurang 2. Gunakan skala penilaian
/terkontrol nyeri yang konsisten untuk
Kriteria Hasil : menetapkan nilai dasar dan
1. Mampu mengontrol deviasi yang
nyeri (tahu mengidentifikasi intervensi
penyebab nyeri, selanjutnya
mampu 3. Tentukan akibat dari
menggunakan tehnik pengalamna nyeri terhadap
non farmakologi kualitas hidup pasien
untuk mengurangi (misalnya ,tidur,
nyeri, mencari persaaan,performa kerja, dan
bntuan) tanggung jawab peran )
2. Menunjukkan 4. Kaji tanda nonverbal nyeri
penurunan atau khusus pada pasien
peredaan nyeri 5. Dapatkan informasi dari
3. Menyatakan rasa pasien mengenai pengalaman
nyaman setelah nyeri masa lalu dan metode
nyeri berkurang pereda nyeri yang digunakan
6. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
meningkatkan persepsi nyeri:
suhu, suara, pencahayaan
7. Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri yang akan
dirasaakan, dan ada antisipasi
dari ketidaknyamanan akibat
prosedur.
8. Bantu pasien untuk
mendapatkan posisi yang
nyaman
9. Bantu pasien untuk mencapai
kondisi ketegangan fisik
minimal melalui teknik-
teknik seperti relaksasi,
musik, visualisasi dan
pengalihan untuk mengurangi
kebutuhan akan medikasi
10. Berikan lingkungan yang
nyaman memberikan
kesempatan untuk istirahat
siang hari di periode tidur
yang tidak terganggu pada
malam hari
11. Kolaborasi dengan dokter,
berikan mediksi analgesik
sesuai kebutuhan, observasi
efek terapeutik dan efek
samping
12. Diskusikan dan mulai
tindakan pereda nyeri
nonivasif: relaksasi ,stimulasi
kutaneus, distraksi, terapi
panas / dingin
2. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Menentukan pola tidur atau
tidur perawatan selama 2 x24 aktifitas pasien.
jam diharapkan pola 2. Menentukan efek dari obat
tidur klien teratasi. yang dikonsumsi pasein
Kriteria Hasil : terhadap tidur.
1. Jumlah jam tidur 3. Membantu pasien atau
dalam batas normal keluarga mengidentifikasi
2. Pola tidur, kualitas faktor apa yang
tidur dalam batas meningkatakan rasa
normal keamanan
4. memfasilitasi untuk
mempertahankan kebisaan
tidur pasien
5. Mendorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman
6. Memonitor indicator akan
tidak adanya kondisi rileks,
misalnya pergerakan,
pernafasan yang sulit, nafas
sulit bicara, dan batuk
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Tentukan tujuan pasien dan
nyaman perawatan selama 2x24 keluarga dalam mengelola
jam diharapkan lingkungan dan
kebutuhan akan rasa kenyamanan yang optimal.
nyaman klien terpenuhi. 2. Cepat bertindak jika
Kriteria Hasil : terdapat panggilan bel,yang
1. Status kenyamanan harus selalu dalam
klien meningkat jangkauan
2. Tingkat kecemasan 3. Ciptakan lingkungan yang
klien menurun tenang dan mendukung
3.Kepuasan klien 4. Posisikan pasien untuk
terhadap lingkungan memfasilitasi kenyamanan
fisik meningkat (misalnya, gunakan prinsip
4. kualitas tidur pasien prinsip keselarasan tubuh,
meningkat sokong dengan bantal,
sokong sendi selama
pergerakan, elat syatan dan
imoilisasi bagian tubuh
yang nyeri)
5. Berikan sumer sumber
edukasi yang relevan dan
berguna megenai
manajemen penyakit dan
cederapada pasien dan
keluarga jika sesuai.
6. Pertimbangkan sumber
sumber ketidaknyamanan,
seperti balutan yang lemab,
posisi selang, alutan yang
tertekan , sprei kusut,
maupun lingkungan yang
mengganggu
7. Monitor kulit terutama
daerah tonjolan tubuh
terhadap adannya tanda
tanda tekanan atau iritasi
8. Beriakn atau singkirkan
selimut untuk
meningkatkan kenyamanan
terhadap suhu, seperti yang
diindikasikan.
9. Dorong pasien untuk terliat
dalam perubahan posisi
10. Posisikan (pasien)sesuai
dengan kesejajaran tubuh
yang tepat
11. Dorong latihan Range Of
Motion (ROM) aktif dan
pasif
4.5 Implementasi
NO Waktu DIAGNOSA IMPLEMENTASI TTd
1. 13 Maret Nyeri akut 1. Mengkaji sifat, intensitas, lokasi, Pj
2017, durasi, dan faktor pencetus dan
07.00 – 07.45 pereda nyeri
WIB 2. Menggunakan skala penilaian nyeri
yang konsisten untuk menetapkan
nilai dasar dan deviasi yang
mengidentifikasi intervensi
selanjutnya
3. Menentukan akibat dari
pengalamna nyeri terhadap kualitas
hidup pasien (misalnya ,tidur,
persaaan,performa kerja, dan
tanggung jawab peran )
4. Mengkaji tanda nonverbal nyeri
khusus pada pasien
5. Mendapatkan informasi dari pasien
mengenai pengalaman nyeri masa
lalu dan metode pereda nyeri yang
digunakan
6. Mengendalikan faktor lingkungan
yang dapat meningkatkan persepsi
nyeri: suhu, suara, pencahayaan
7. Memberikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri yang akan
dirasaakan, dan ada antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur.
8. Membantu pasien untuk
mendapatkan posisi yang nyaman
9. Membantu pasien untuk mencapai
kondisi ketegangan fisik minimal
melalui teknik-teknik seperti
relaksasi, musik, visualisasi dan
pengalihan untuk mengurangi
kebutuhan akan medikasi
10. Memberikan lingkungan yang
nyaman memberikan kesempatan
untuk istirahat siang hari di periode
tidur yang tidak terganggu pada
malam hari
11. Mengkolaborasi dengan dokter,
berikan mediksi analgesik sesuai
kebutuhan, observasi efek
terapeutik dan efek samping
12. Mendiskusikan dan mulai tindakan
pereda nyeri nonivasif: relaksasi
,stimulasi kutaneus, distraksi,
terapi panas / dingin
2. 13 Maret Gangguan 1. Menentukan pola tidur atau Pj
2017, pola tidur aktifitas pasien.
07.45-08.15 2. Menentukan efek dari obat yang
WIB dikonsumsi pasein terhadap tidur.
3. Membantu pasien atau keluarga
mengidentifikasi faktor apa yang
meningkatakan rasa keamanan
4. memfasilitasi untuk
mempertahankan kebisaan tidur
pasien
5. Mendorong klien untuk mengambil
posisi yang nyaman
6. Memonitor indicator akan tidak
adanya kondisi rileks, misalnya
pergerakan, pernafasan yang sulit,
nafas sulit bicara, dan batuk
3. 13 Maret Gangguan 1. Menentukan tujuan pasien dan Pj
2017, rasa nyaman keluarga dalam mengelola
08.15 – 08.50 lingkungan dankenyamanan yang
WIB optimal.
2. Mempercepat bertidak jika
terdapat panggilan bel,yang harus
selalu dalam jangkauan
3. Menciptakan lingkungan yang
tenang dan mendukung
4. Memposisikan pasien untuk
memfasilitasi kenyamanan
(misalnya, gunakan prinsip
prinsip keselarasan tubuh, sokong
dengan bantal, sokong sendi
selama pergerakan, elat syatan
dan imoilisasi bagian tubuh yang
nyeri)
5. Memberikan sumer sumber
edukasi yang relevan dan berguna
megenai manajemen penyakit dan
cederapada pasien dan keluarga
jika sesuai.
6. Mepertimbangkan sumber sumber
ketidaknyamanan, seperti balutan
yang lemab, posisi selang, alutan
yang tertekan , sprei kusut,
maupun lingkungan yang
mengganggu
7. Memonitor kulit terutama daerah
tonjolan tubuh terhadap adannya
tanda tanda tekanan atau iritasi
8. Memberikan atau singkirkan
selimut untuk meningkatkan
kenyamanan terhadap suhu,
seperti yang diindikasikan.
9. Mendorong pasien untuk terlihat
dalam perubahan posisi
10. Posisikan (pasien)sesuai dengan
kesejajaran tubuh yang tepat
11. Dorong latihan Range Of Motion
(ROM) aktif dan pasif
4.6 Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
1. Nyeri akut S: Pasien mengatakan rasa nyerinya sudah
berkurang
O: Skala nyeri menurun dari 7 menjadi 5
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat meningkatkan persepsi nyeri.
Bantu klien mencapai kondisi
ketegangan fisik minimal melalui
teknik relaksasi.
Berikan lingkungan yang nyaman.
2. Gangguan pola tidur S: Pasien mengatakan dapat tidur dengan
nyenyak
O: tidak ada tanda-tanda cemas
A: Masalah sedikit teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Memfasilitasi untuk
mempertahankan kebiasaan tidur
klien
Monitor indikator akan tidak adanya
kondisi rileks
3. Gangguan rasa nyaman S: Pasien mengatakan nyaman dengan
kondisinya
O: klien tampak tidak gelisah
A: Masalah sedikit teratasi
P: Lanjutkan intervensi