Anda di halaman 1dari 28

Kasus

Seorang atlet bola voli bernama Hardi berumur 22 tahun. Dia mengalami cedera ankle
pada kaki kanannya. Ketika Hardi mengikuti pertandingan bola voli, Hardi melakukan
pemanasan tetapi belum maksimal sehingga di tengah pertandingan kaki kanannya keseleo.
Tetapi Hardi tetap melanjutkan pertandingannya sampai selesai. Hardi pun terjatuh di tengah
lapangan ketika pertandingan telah selesai dan pada saat itu dia merintih kesakitan, merengut,
dan tidak dapat menggerakkan kakinya.
Setelah kejadian itu, dibiarkan saja kakinya. Beberapa hari kemudian, Hardianto
melanjutkan aktivitas seperti biasa. Tetapi, rasa nyeri, dan bengkak masih terasa sehingga
Hardi sedikit cemas. Lama-kelamaan, kecemasan Hardi meningkat karena rasa sakit di
kakinya tidak sembuh-sembuh. Akhirnya Hardi membanya ke tukang urut. Ketika di urut,
Hardi merasa bahwa kecemasannya menurun seiring dengan nyeri dan bengkak yang sedikit
berkurang.
Setelah proses pengurutan selesai, Hardi merasa lebih baik dan proses berjalannya lebih
ringan. Dalam waktu satu minggu rasa sakit itu kembali lagi dan kecemasannya timbul
kembali. Kemudian Hardi mendapatkan informasi dari temannya untuk datang ke Klinik
Fisioterapi Pak D. Hardi pun merasa takut jika datang ke klinik. Hardi cemas jika terjadi hal
yang sama pada kejadian di tukang urut. Tetapi, Hardi tetap mencoba memberanikan diri
untuk datang ke klinik fisioterapi tersebut. Di dalam klinik ternyata kaki Hardi masih dalam
keadaan bengkak, maka penanganannya yang pertama adalah dengan RICE, yaitu Rest, Ice,
Compression, and elevation.

4.2 Pengkajian
I. Identitas Klien

Nama : Tn.H No. RM : 12051xxx


Umur : 22 tahun Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis : Laki-laki Status : Belum kawin
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 13 Maret 2017
Pendidikan : Perguruan Tinggi Tanggal : 13 Maret 2017
Pengkajian
Alamat : banyuwangi Sumber : Keluarga
Informasi
II. Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medik:
Cidera Ankle
2. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan Nyeri dan bengkak pada pergelangan kaki kanan.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Kesleo atau sprain
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami
Thypoid
b. Alergi (obat, makanan, plester,dll)
An. H tidak mempunyai alergi
c. Imunisasi:
Imunisasi dasar lengkap (hepatitis B, polio, BCG, DTP, dan campak)
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Hobby bermain sepak bola
e. Obat-obat yang digunakan
Klien sedang tidak mengkonsumsi obat penurun nyeri
5. Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada
Genogram:

Keterangan :

= Ayah
= Ibu

= Anak

III. Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Menganggap sakit yang dialami mampu diatasi atau diobatai oleh dukun pijat
sehingga awalnya orang tua An B tidak memiliki inisiatif untuk membawanya kepada
petugas kesehatan.
Interpretasi : persepsi tentang kesehatan masih rendah

2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)


- Antropometeri
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 160 cm
Berat Badan (kg)
IMT : Tinggi Badan (cm) 2
( )
100

50 (kg) 50 kg
: 160 (cm) 2 = = 19,53
( ) 2,56
100

Klasifikasi nilai IMT :

IMT Status Gizi Kategori


<17.0 Gizi kurang Sangat kurus
17.0-18.5 Gizi kurang Kurus
18.5-25.0 Gizi baik Normal
25.0-27.0 Gizi lebih Gemuk
>27.0 Gizi lebih Sangat gemuk

Interpretasi :

Dari hasil pengukuran tinggi dan berat badan status gizi klien dalam kategori rentang
normal.
- Biomedical sign :
Hb (Hemoglobin) 15 gr/dL

HMT (Hematokrit) 43 %

Leukosit 9.000/mL

Trombosit 350.000/mL

SGOT 32 unit/L

SGPT 38 unit/L

Ureum dan Kreatinin 30 mg/dL dan 1,00


mg/dL

Interpretasi :
Hasil laboratorium klien menunjukkan rentang nomal
- Clinical Sign :
Tidak terjadi penurunan berat badan, rambut berwarna hitam dengan beberapa
berwarna putih, kulit berwarna sawo matang dan bengkak hanya pada daerah
yang sakit
Interpretasi :
Tidak adanya gejala klinis yang menunjukkan kekurangan nutrisi
- Diet Pattern :
Pasien memilih pola makan dengan diet tinggi kalsium
Interpretasi :
Pola makan pasien dengan tinggi kalsium betujuan untuk pembentukan dan
penguatan tulang
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : 5-6 kali sehari
- Jumlah : 1,4 L/hari
- Warna : kekuningan
- Bau : Bau amoniak
- Karakter : Encer
- BJ :-
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : mandiri/dibantu
- Lain :-
BAB
- Frekuensi : 1-2 x sehari
- Jumlah : 150 cc
- Konsistensi : lembek
- Warna : Kekuningan
- Bau :
- Karakter :
- BJ : 1,1
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : mandiri/dibantu
- Lain :-
Interpretasi : Pola eliminasi klien normal

4. Pola aktivitas & latihan


Klien melakukan aktivitas seperti biasa meskipun dalam keadaan nyeri dan kondisi
kaki yang bengkak.

c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilitas di tempat tidur 

Berpindah 

Ambulasi / ROM 
Keterangan :
 Pola aktivitas klien untuk makan/ minum : klien dapat melakukan tanpa bantuan
alat apapun atau bantuan siapapun.
 Pola aktvitas klien untuk melakukan toileting : klien dapat melakukan dengan
bantuan orang lain serta harus dengan pengawasan orang lain.
 Pola aktivitas klien untuk berpakaian : klien dapat melakukan tanpa bantuan alat
apapun atau bantuan siapapun.
 Pola aktivitas klien untuk mobilitas di tempat tidur : klien dapat melakukan dengan
bantuan orang lain serta harus dengan pengawasan orang lain.
 Pola aktivitas klien untuk berpindah : klien membutuhkan bantuan orang lain
maupun alat bantuan seperti cruck.
 Pola aktivitas klien untuk melakukan ambulasi/ROM : klien dapat melakukan
dengan bantuan orang lain serta harus dengan pengawasan dan bimbingan orang
lain.
Status Oksigenasi : saturasi oksigen 98 %
Terapi oksigen : Klien tidak dilakukan terapi oksigen
Interpretasi : status kosigenasi klien dalam rentang normal

5. Pola tidur & istirahat


Durasi :
1 x 5 jam setiap hari
Gangguan tidur : Insomnia
Keadaan bangun tidur :
Klien merasa nyeri ketika bangun tidur dan menggerakkan kaki kananya
Lain-lain : -
Interpretasi : Klien mengalami susah tidur karena merasakan nyeri

6. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori :
Klien masih dapat mengingat identitas dirinya, anggota keluarganya dan aktivitas atau
kebiasaan sehari-hari.
Fungsi dan keadaan indera :
Klien masih dapat melihat, mendengar suara yang ada disekitarnya, meraba, dan
merasakan rangsangan.
Interpretasi : Pola kognitif dan persepsi masih berfungsi dengan normal

7. Pola persepsi diri


a. Gambaran diri :
Klien merasa mampu melakukan aktivitas sehari-hari meskipun telah beberapa kali
merasakan nyeri.
b. Identitas diri :
Klien dapat menyebut kan identitas dirinya berupa nama, usia, tempat dan tanggal
lahir, serta aktivitas seorang pelajar
c. Harga diri :
Klien tidak ragu mengungkapkan keluhannya pada perawat ketika ditanyai
d. Ideal Diri :
Klien merasa tidak produktif
e. Peran Diri :
Sebelum sakit klien melakukan aktivitasnya sebagai seorang atlet dengan baik.
Setelah sakit, aktifitas klien sebagai atlet terganggu.
Interpretasi : Klien mengalami gangguan pada ideal diri dan peran diri

8. Pola seksualitas & reproduksi


Pola seksualitas :
Klien tertarik pada lawan jenis
Fungsi reproduksi :
Interpretasi : Pola seksualitas dan reproduksi klien normal

9. Pola peran & hubungan


Klien tidak dapat mengikuti latihan sepak bola karena mengalami nyeri dan bengkak,
hubungan dengan keluarga baik
Interpretasi : Pola peran klien terganggu dan hubungan dengan keluarga baik

10. Pola manajemen koping-stress


Klien merasa cemas karena kakinya tidak segera sembuh, sehingga ia membawanya
ke tukang urut sehingga kecemasan menurun. Namun, setelah klien ke tukang pijat
cemasnya timbul lagi karena bengkak dan nyerinya timbul kembali.
Interpretasi : Belum bisa mengendalikan manajemen stress dengan baik.

11. Sistem nilai & keyakinan


System nilai : klien menilai bahwa sehat itu penting dan perlu dijaga
System keyakinan : klien meyakini bahwa sakit adalah pemberian dari Allah
Interpretasi : sistem nilai dan keyakinan klien masih terarah karena
meyakini bahwa segala sesuatu merupakan pemberian Allah
dan perlu dijaga.

IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:
Saat datang ke rumah sakit kondisi kaki klien terpasang bebat.
Kesadaran :
Komposmentis
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 120/60 mm/Hg
- Nadi : 70 X/mnt
- RR : 20X/mnt
- Suhu : 36,5 C

Interpretasi : TTV dalam rentang normal

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut warna hitam ada sedikit uban
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Conjungtiva merah muda, sclera putih
3. Telinga
Inspeksi : Telinga luar bersih, kedua telinga simetris, tidak ada lesi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa

4. Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris, tidak ada secret di lubang hidung, pasien
dapat mengidentifikasi bau dengan benar
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis
5. Mulut
Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi
6. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakkan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri tekan
7. Dada
Inspeksi : bentuk prekordium cembung, denyut di apeks jantung 4 cm, timbul
denyutan di sela iga 2 kanan: aneurisme aorta, bunyi denyutan disela
iga 2 kiri: dilatasi arteri pulmonalis), vena didada dan punggung tidak
tampak denyutan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun lesi.
Perkusi : tidak ada gesekan di pleura
8. Abdomen
Inspeksi : warna kulit merata, tidak ada retraksi, dan bentuk simetris
Auskultasi : bising usus 2-30 kali/menit, tiadak ada konstipasi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada tonjolan atau pembengkakkan di hati, lambung, dll.
9. Urogenital
Inspeksi : tidak ada pembengkakkan (infeksi)
Palpasi : tidak ada pembesaran di area eksternal
10. Ekstremitas
Atas : normal
Bawah : ada cedera pada bagian pergelangan kaki kanan
11. Kulit dan kuku
Inspeksi : tidak ada lesi dan jejas
Palpasi : normal
12. Keadaan lokal
Ekstremitas bawah :
Look : bengkak, merah
Feel : hangat
Move : meringis saat pergelangan kaki digerakkan

V. Terapi

No Nama Golongan Indikasi KontraIndikasi Efek samping Mekanisme


Obat Obat
1. Aspirin NSAID untuk  Tidak Gatal-gatal, Cara kerja obat
mengurangi diberikan gangguan ini adalah dengan
rasa nyeri, pada anak pernafasan, menghalangi
demam, maupun terjadi kerja enzim
serta saat remaja pembengkakan prostaglandin
terjadinya  Wanita hamil (pada wajah, (zat kimia yang
suatu  Gangguan lidah, bibir, dihasilkan tubuh
peradangan asma, maag, dan yang membuat
penyakit hati, tenggorokan), rasa nyeri,
jantung, mengalami demam, dan
ginjal, sakit perut peradangan)
hipertensi, seperti mulas, sehingga
polip mengantuk, menghasilkan
sakit kepala tingkatan yang
ringan. lebih rendah.
Akibatnya dapat
mengurangi
peradangan, rasa
nyeri, dan
demam itu
sendiri.

VI. Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium


Pemeriksaan yang digunakan adalah foto rongent yaitu pemeriksaan diagnostik
noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa. Hasil pemeriksaan di temukan kerusakan
pada ligamen dan sendi.
Gambar 4. Hasil foto Rongen pergelangan kaki kanan

4.3 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik trauma dan olah raga berlebih
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
5. Ansietas berhubungan dengan stressor
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera
7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terkait dengan sakit yang
dialami

4.4 Intervensi
TUJUAN DAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji sifat, intensitas, lokasi,
perawatan selama 3 x durasi, dan faktor pencetus
24 jam diharapkan dan pereda nyeri
nyeri berkurang 2. Gunakan skala penilaian
/terkontrol nyeri yang konsisten untuk
Kriteria Hasil : menetapkan nilai dasar dan
1. Mampu mengontrol deviasi yang
nyeri (tahu mengidentifikasi intervensi
penyebab nyeri, selanjutnya
mampu 3. Tentukan akibat dari
menggunakan tehnik pengalamna nyeri terhadap
non farmakologi kualitas hidup pasien
untuk mengurangi (misalnya ,tidur,
nyeri, mencari persaaan,performa kerja, dan
bntuan) tanggung jawab peran )
2. Menunjukkan 4. Kaji tanda nonverbal nyeri
penurunan atau khusus pada pasien
peredaan nyeri 5. Dapatkan informasi dari
3. Menyatakan rasa pasien mengenai pengalaman
nyaman setelah nyeri masa lalu dan metode
nyeri berkurang pereda nyeri yang digunakan
6. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
meningkatkan persepsi nyeri:
suhu, suara, pencahayaan
7. Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri yang akan
dirasaakan, dan ada antisipasi
dari ketidaknyamanan akibat
prosedur.
8. Bantu pasien untuk
mendapatkan posisi yang
nyaman
9. Bantu pasien untuk mencapai
kondisi ketegangan fisik
minimal melalui teknik-
teknik seperti relaksasi,
musik, visualisasi dan
pengalihan untuk mengurangi
kebutuhan akan medikasi
10. Berikan lingkungan yang
nyaman memberikan
kesempatan untuk istirahat
siang hari di periode tidur
yang tidak terganggu pada
malam hari
11. Kolaborasi dengan dokter,
berikan mediksi analgesik
sesuai kebutuhan, observasi
efek terapeutik dan efek
samping
12. Diskusikan dan mulai
tindakan pereda nyeri
nonivasif: relaksasi ,stimulasi
kutaneus, distraksi, terapi
panas / dingin
2. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Menentukan pola tidur atau
tidur perawatan selama 2 x24 aktifitas pasien.
jam diharapkan pola 2. Menentukan efek dari obat
tidur klien teratasi. yang dikonsumsi pasein
Kriteria Hasil : terhadap tidur.
1. Jumlah jam tidur 3. Membantu pasien atau
dalam batas normal keluarga mengidentifikasi
2. Pola tidur, kualitas faktor apa yang
tidur dalam batas meningkatakan rasa
normal keamanan
4. memfasilitasi untuk
mempertahankan kebisaan
tidur pasien
5. Mendorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman
6. Memonitor indicator akan
tidak adanya kondisi rileks,
misalnya pergerakan,
pernafasan yang sulit, nafas
sulit bicara, dan batuk
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Tentukan tujuan pasien dan
nyaman perawatan selama 2x24 keluarga dalam mengelola
jam diharapkan lingkungan dan
kebutuhan akan rasa kenyamanan yang optimal.
nyaman klien terpenuhi. 2. Cepat bertindak jika
Kriteria Hasil : terdapat panggilan bel,yang
1. Status kenyamanan harus selalu dalam
klien meningkat jangkauan
2. Tingkat kecemasan 3. Ciptakan lingkungan yang
klien menurun tenang dan mendukung
3.Kepuasan klien 4. Posisikan pasien untuk
terhadap lingkungan memfasilitasi kenyamanan
fisik meningkat (misalnya, gunakan prinsip
4. kualitas tidur pasien prinsip keselarasan tubuh,
meningkat sokong dengan bantal,
sokong sendi selama
pergerakan, elat syatan dan
imoilisasi bagian tubuh
yang nyeri)
5. Berikan sumer sumber
edukasi yang relevan dan
berguna megenai
manajemen penyakit dan
cederapada pasien dan
keluarga jika sesuai.
6. Pertimbangkan sumber
sumber ketidaknyamanan,
seperti balutan yang lemab,
posisi selang, alutan yang
tertekan , sprei kusut,
maupun lingkungan yang
mengganggu
7. Monitor kulit terutama
daerah tonjolan tubuh
terhadap adannya tanda
tanda tekanan atau iritasi
8. Beriakn atau singkirkan
selimut untuk
meningkatkan kenyamanan
terhadap suhu, seperti yang
diindikasikan.
9. Dorong pasien untuk terliat
dalam perubahan posisi
10. Posisikan (pasien)sesuai
dengan kesejajaran tubuh
yang tepat
11. Dorong latihan Range Of
Motion (ROM) aktif dan
pasif

4. Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitoring vital sign


mobilitas fisik perawatan selama 3x24 sebelum/sesudah latihan
jam diharapkan dan lihat respon pasien saat
gangguan mobilitas latihan
fisik klien dapat 2. Kaji kemampuan pasien
teratasi. dalam mobilisasi
Kriteria Hasil : 3. Instruksikan untuk
1. Klien mampu mengenali tanda dan gejala
beradaptasi terhadap latihan yang bisa atau tidak
disabilitas fisik bisa ditoleransi selama dan
2. Klien dapat setelah sesi latihan (
melakukan ROM misalnya nyeri sendi,
aktif dan pasif kelemahan,kelelahan)
3. Tingkat 4. Konsultasikan dengan
ketidaknyamanan terapi fisik tentang rencana
menurun ambulasi yang sesuai
4. Tingkat nyeri dengan kebutuhan
berkurang 5. Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan
6. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

5. Ansietas Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan yang


perawatan selama 1 x24 tenang dan meyakinkan
jam diharapkan rasa 2. Jelaskan semua prosedur
cemas klien berkurang. termasuk sensasi yang akan
Kriteria Hasil : dirasakan yang ungkin akan
1. Klien mampu di alami klien selama
menidentifikasi dan prosedur.
mengungkapkan 3. Bantu klien mengidentifikai
gejala cemas situasi yang memicu
2. Mengidentifikasi, kecemasan.
mengungkapkan dan 4. Dukung penggunaan
menunjukkan tehnik mekanisme koping yang
untuk mengontrol sesuai.
cemas 5. Berada disisi klien untuk
3. TTV dalam rentang meningkatkan rasa aman dan
normal mengurangiketakutan
4. Postur tubuh, 6. Beriakan penilaian mengenai
ekspresi wajah, dampak dari situasi
bahasa tubuh dan kehidupan pasein terhadap
tingkat aktivitas peran dan hubungan.
menunjukkan 7. Dukung pasien untuk
berkurangnya cemas mengidentifikasi kekuatan
dan kemampuan diri.
8. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi-
strategi positif untuk
mengatasi keterbatasan dan
mengelola kebutuhan gaya
hidup maupun perubahan
peran.

6. Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Tentukan harapan citra diri


tubuh perawatan selama 3x24 pasien didasarkan pada
jam diharapkan klien tahap perkembangannya
mampu meningkatkan 2. Tentukan jika terdapat
harga diri dan peran perasaan tidak suka
diri. terhadap karakteristik fisik
Kriteria Hasil : khusu yang menciptakan
1. Klien mampu disfungsi paralisis sosia
beradaptasi terhadap untuk remaja.
disabilitas fisik 3. Bntu pasien menentukan
2. Identitas klien keberlanjutan dari
meningkat perubahan peruahan actual
3. Harga diri klien dari tubuh atau tingkat
meningkat fungsinya.
4. Tingkat kecemasan 4. Bantu pasien untuk
sosial menurun menentukan pengaruh per
5. Klien mampu group terhadap
mengontrol diri persepsipasien mengenai
terhadap distrisi citra tubuh pasien saat ini.
pikiran 5. Bantu pasien untuk
mendiskusiakn stressor
yang mempengaruhi citra
diri terkait dengan cidera
atau pembedahan
6. Tentukan apakah perubahan
citra tuuh berkontribusi
pada peningkatan interaksi
sosial
7. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi tindakan
tindakan utk meningkatkan
penampilan
8. Tentukan kepercayaan diri
pasien dalam hal peilaian
diri .
9. Bantu pasien utuk
menemukan penerimaan
diri .
10. Bantu pasein untuk
mengidetifikasi dampak
dari kelompok sejawat
pada prasaat dan harga
11. Fasilitasi lingkungan dan
aktifitas yang akan
meningkatkan harga diri
12. Instruksikan orang tua
mengenai pentingnya minat
dan hubungan mereka
dalam mengembangkan
konsep diri negative

7. Defisit Setelah dilakukan 1. Gali pegetahuan dan


pengetahuan pendidikan kesehatan keterampilan pasien terkait
selama 3x24 jam perawatan kaki seperti apa
diharapkan pengetahua yang diketahui pasien
klien terhadap sakitnya 2. Sediakan informasi terkait
bertambah. dengan derajat resiko cidera
Kriteria Hasil : 3. Beritahu paisen cara
1. Klien mampu melakukan pemeriksaan
menerima informasi kaki sendi secara tepat
yang disampaikan untuk menemukan masalah
tenaga kesehatan kaki yang minor
2. Klien mampu 4. Ajarkan strategi yang dapat
melakukan aktivitas di gunakan untuk menolak
yang disarankan perilaku yang tidak sehat
oleh tenaga 5. Identifikasi faktor internal
kesehatan dan eksternal yang dapat
3. Klien mampu meningkatkan atau
mematuhi mengurangi motivasi untuk
pengobatan yang beperilaku sehat.
disarankan oleh 6. Kaji tingkat pengetahuan
tenaga kesehatan psien terkait dengan proses
penyakit yang spesifik.
7. Review pengetahuan pasien
mengenai kondisinya
8. Berikan informasi
mengenai pemeriksaan
diagnostic yang tersedia
sesuai dengan pengetahuan.
9. Instruksiakn pasien
menegani tindakan untuk
mencegah atau
meminimalkan efek
samping penanganan dari
penyakit.

4.5 Implementasi
NO Waktu DIAGNOSA IMPLEMENTASI TTd
1. 13 Maret Nyeri akut 1. Mengkaji sifat, intensitas, lokasi, Pj
2017, durasi, dan faktor pencetus dan
07.00 – 07.45 pereda nyeri
WIB 2. Menggunakan skala penilaian nyeri
yang konsisten untuk menetapkan
nilai dasar dan deviasi yang
mengidentifikasi intervensi
selanjutnya
3. Menentukan akibat dari
pengalamna nyeri terhadap kualitas
hidup pasien (misalnya ,tidur,
persaaan,performa kerja, dan
tanggung jawab peran )
4. Mengkaji tanda nonverbal nyeri
khusus pada pasien
5. Mendapatkan informasi dari pasien
mengenai pengalaman nyeri masa
lalu dan metode pereda nyeri yang
digunakan
6. Mengendalikan faktor lingkungan
yang dapat meningkatkan persepsi
nyeri: suhu, suara, pencahayaan
7. Memberikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri yang akan
dirasaakan, dan ada antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur.
8. Membantu pasien untuk
mendapatkan posisi yang nyaman
9. Membantu pasien untuk mencapai
kondisi ketegangan fisik minimal
melalui teknik-teknik seperti
relaksasi, musik, visualisasi dan
pengalihan untuk mengurangi
kebutuhan akan medikasi
10. Memberikan lingkungan yang
nyaman memberikan kesempatan
untuk istirahat siang hari di periode
tidur yang tidak terganggu pada
malam hari
11. Mengkolaborasi dengan dokter,
berikan mediksi analgesik sesuai
kebutuhan, observasi efek
terapeutik dan efek samping
12. Mendiskusikan dan mulai tindakan
pereda nyeri nonivasif: relaksasi
,stimulasi kutaneus, distraksi,
terapi panas / dingin
2. 13 Maret Gangguan 1. Menentukan pola tidur atau Pj
2017, pola tidur aktifitas pasien.
07.45-08.15 2. Menentukan efek dari obat yang
WIB dikonsumsi pasein terhadap tidur.
3. Membantu pasien atau keluarga
mengidentifikasi faktor apa yang
meningkatakan rasa keamanan
4. memfasilitasi untuk
mempertahankan kebisaan tidur
pasien
5. Mendorong klien untuk mengambil
posisi yang nyaman
6. Memonitor indicator akan tidak
adanya kondisi rileks, misalnya
pergerakan, pernafasan yang sulit,
nafas sulit bicara, dan batuk
3. 13 Maret Gangguan 1. Menentukan tujuan pasien dan Pj
2017, rasa nyaman keluarga dalam mengelola
08.15 – 08.50 lingkungan dankenyamanan yang
WIB optimal.
2. Mempercepat bertidak jika
terdapat panggilan bel,yang harus
selalu dalam jangkauan
3. Menciptakan lingkungan yang
tenang dan mendukung
4. Memposisikan pasien untuk
memfasilitasi kenyamanan
(misalnya, gunakan prinsip
prinsip keselarasan tubuh, sokong
dengan bantal, sokong sendi
selama pergerakan, elat syatan
dan imoilisasi bagian tubuh yang
nyeri)
5. Memberikan sumer sumber
edukasi yang relevan dan berguna
megenai manajemen penyakit dan
cederapada pasien dan keluarga
jika sesuai.
6. Mepertimbangkan sumber sumber
ketidaknyamanan, seperti balutan
yang lemab, posisi selang, alutan
yang tertekan , sprei kusut,
maupun lingkungan yang
mengganggu
7. Memonitor kulit terutama daerah
tonjolan tubuh terhadap adannya
tanda tanda tekanan atau iritasi
8. Memberikan atau singkirkan
selimut untuk meningkatkan
kenyamanan terhadap suhu,
seperti yang diindikasikan.
9. Mendorong pasien untuk terlihat
dalam perubahan posisi
10. Posisikan (pasien)sesuai dengan
kesejajaran tubuh yang tepat
11. Dorong latihan Range Of Motion
(ROM) aktif dan pasif

4. 13 Maret Gangguan 1. Monitoring vital sign Pj


2017, mobilitas sebelum/sesudah latihan dan lihat
08.50 – 09.20 fisik respon pasien saat latihan
WIB 2. Mengkaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
3. Menginstruksikan untuk
mengenali tanda dan gejala
latihan yang bisa atau tidak bisa
ditoleransi selama dan setelah sesi
latihan ( misalnya nyeri sendi,
kelemahan,kelelahan)
4. Mengkonsultasikan dengan terapi
fisik tentang rencana ambulasi
yang sesuai dengan kebutuhan
5. Mendampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan
6. Mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

5. 13 Maret Ansietas 1. Menggunakan pendekatan yang Pj


2017, tenang dan meyakinkan
09.20 – 09.50 2. Menjelaskan semua prosedur
WIB termasuk sensasi yang akan
dirasakan yang ungkin akan di
alami klien selama prosedur.
3. Membantu klien mengidentifikai
situasi yang memicu kecemasan.
4. Mendukung penggunaan
mekanisme koping yang sesuai.
5. Berada disisi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
6. Memberikan penilaian mengenai
dampak dari situasi kehidupan
pasein terhadap peran dan
hubungan.
7. Mendukung pasien untuk
mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan diri.
8. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi-strategi
positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola
kebutuhan gaya hidup maupun
perubahan peran.
6. 13 Maret Gangguan 1. Menentukan harapan citra diri Pj
2017, citra tubuh pasien didasarkan pada tahap
10.00 – 10.30 perkembangannya
2. Menentukan jika terdapat
perasaan tidak suka terhadap
karakteristik fisik khusu yang
menciptakan disfungsi paralisis
sosia untuk remaja.
3. Membantu pasien menentukan
keberlanjutan dari perubahan
peruahan actual dari tubuh atau
tingkat fungsinya.
4. Membantu pasien untuk
menentukan pengaruh per group
terhadap persepsipasien
mengenai citra tubuh pasien saat
ini.
5. Membantu pasien untuk
mendiskusiakn stressor yang
mempengaruhi citra diri terkait
dengan cidera atau pembedahan
6. Menentukan apakah perubahan
citra tuuh berkontribusi pada
peningkatan interaksi sosial
7. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi tindakan
tindakan utk meningkatkan
penampilan
8. Menentukan kepercayaan diri
pasien dalam hal peilaian diri .
9. Membantu pasien utuk
menemukan penerimaan diri .
10. Membantu pasein untuk
mengidetifikasi dampak dari
kelompok sejawat pada prasaat
dan harga
11. Memfasilitasi lingkungan dan
aktifitas yang akan meningkatkan
harga diri
12. Menginstruksikan orang tua
mengenai pentingnya minat dan
hubungan mereka dalam
mengembangkan konsep diri
negative

7. 13 Maret Defisit 1. Menggali pegetahuan dan Pj


2017, pengetahuan keterampilan pasien terkait
10.30 – 11.30 perawatan kaki seperti apa yang
WIB diketahui pasien
2. Menyediakan informasi terkait
dengan derajat resiko cidera
3. Memberitahu paisen cara
melakukan pemeriksaan kaki
sendi secara tepat untuk
menemukan masalah kaki yang
minor
4. Mengajarkan strategi yang dapat
di gunakan untuk menolak
perilaku yang tidak sehat
5. Mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal yang dapat
meningkatkan atau mengurangi
motivasi untuk beperilaku sehat.
6. Mengkaji tingkat pengetahuan
psien terkait dengan proses
penyakit yang spesifik.
7. Mereview pengetahuan pasien
mengenai kondisinya
8. Memberikan informasi mengenai
pemeriksaan diagnostic yang
tersedia sesuai dengan
pengetahuan.
9. Menginstruksiakan pasien
menegani tindakan untuk
mencegah atau meminimalkan
efek samping penanganan dari
penyakit.

4.6 Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
1. Nyeri akut S: Pasien mengatakan rasa nyerinya sudah
berkurang
O: Skala nyeri menurun dari 7 menjadi 5
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
 Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat meningkatkan persepsi nyeri.
 Bantu klien mencapai kondisi
ketegangan fisik minimal melalui
teknik relaksasi.
 Berikan lingkungan yang nyaman.
2. Gangguan pola tidur S: Pasien mengatakan dapat tidur dengan
nyenyak
O: tidak ada tanda-tanda cemas
A: Masalah sedikit teratasi
P: Lanjutkan intervensi
 Memfasilitasi untuk
mempertahankan kebiasaan tidur
klien
 Monitor indikator akan tidak adanya
kondisi rileks
3. Gangguan rasa nyaman S: Pasien mengatakan nyaman dengan
kondisinya
O: klien tampak tidak gelisah
A: Masalah sedikit teratasi
P: Lanjutkan intervensi

4. Gangguan mobilitas fisik S: Pasien mengatakan dapat menggerakkan


kakinya meskipun sedikit-sedikit.
O: klien terlihat menggerakkan kakinya
A: Masalah sedikit teratasi
P: Lanjutkan intervensi
 Monitoring TTV sesudah/sebelum
latihan dan lihat respon klien saat
latihan
 Dampingi dan bantu klien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan

5. Ansietas S: pasien mengatakan merasa tenang


O: terlihat tidak gelisah
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

6. Gangguan citra tubuh S: pasien mengatakan lebih percaya diri


dengan kondisinya
O: klien terlihat menerim keadaannya
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
7. Defisit pengetahuan S: pasien mengatakan memahami konsep
cedera sprain
O: klien mampu menjelaskan kembali
informasi yang disampaikan perawat
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai