Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

DIVERTIKULITIS
Oleh: Jihan Rigel Fitrian/ 1006672592
A. DEFINISI
Divertikulitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada
divertikulum, yaitu suatu kantung yang abnormal pada dinding usus. Divertikulum paling
sering terjadi pada usus besar (kolon). Diverticulitis adalah suatu kondisi dimana
divertikuli pada kolon (usus besar) pecah. Pecahnya divertikuli berakibat pada terjadinya
infeksi pada jaringan-jaringan yang mengelilingi usus besar.

Kolon (usus besar) adalah suatu struktur seperti tabung yang panjang yang menyimpan
dan kemudian mengeliminasi material sisa. Tekanan didalam usus besar menciptakan
terbentuknya kantong-kantong dari jaringan pada dinding usus yang mengalami
penonjolan keluar. Suatu kantong yang menonjol yang terdorong keluar dari dinding usus
besar
disebut
dengan
divertikulum. Lebih dari
satu
kantong
yang
menonjol dirujuk sebagai
divertikula.
Divertikula
dapat terjadi di seluruh
usus besar namun yang
paling umum adalah berada
di dekat ujung dari usus
besar kiri yang disebut
dengan kolon sigmoid.
Kondisi yang mempunyai
divertikula ini pada usus
besar
disebut
dengan
divertikulosis.
Seorang

pasien dengan diverticulosis mungkin mempunyai sedikit atau tidak ada gejala. Ketika
suatu diverticulum pecah dan menjadi infeksi, kondisi ini disebut dengan diverticulitis.
Seorang pasien yang menderita dari diverticulitis akan mengalami gejala seperti nyeri
perut dan demam.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari diverticulitis masih dalam peninjauan medis. Namun para tenaga medis
meyakini bahwa pola makan yang kurang serat mungkin menjadi penyebab timbulnya
penyakit ini. Kurangnya asupan serat menyebabkan kolon harus bekerja lebih keras dari
biasanya untuk mendorong stool atau feses menuju rektum. Tekanan yang besar pada
kondisi tersebut bisa jadi menyebabkan terbentuknya kantong-kantong abnormal pada
bagian kolon yang mengalami kelemahan. Penyebab lainnya adalah proses penuaan.
Ketika dinding otot dari kolon menebal seiring dengan bertambahnya usia, kolon akan
mengerahkan tekanan yang lebih besar untuk mengeluarkan feses. Seiring berjalannya
waktu, tekanan yang besar pada kolon mendorong lapisan usus bagian dalam ke luar
melalui bagian yang lemah dari dinding otot, menyebabkan terbentuknya divertikulum.
C. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan divertikulosis biasanya tidak memiliki tanda dan gejala. Hal ini berbeda
pada pasien dengan diverticulitis.
1. Nyeri abdomen, biasanya dirasakan pada bagian kiri paling bawah abdomen, sensitif
terhadap rangsangan nyeri, dan akan terasa lebih nyeri pada saat digerakkan. Nyeri
perut adalah gejala yang paling umum terjadi pada diverticulitis
2. Kembung
3. Demam
4. Diare atau konstipasi
5. Mual
6. Muntah
7. Penurunan napsu makan
D. PATOFISIOLOGIS
Kurangnya asupan serat dan menebalnya dinding otot kolon pada proses penuaan
menyebabkan kolon harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mendorong stool atau
feses menuju rektum. Akibatnya kolon akan mengerahkan tekanan yang lebih besar untuk
mengeluarkan feses. Seiring berjalannya waktu, tekanan yang besar pada kolon
mendorong lapisan usus bagian dalam ke luar melalui bagian yang lemah dari dinding
otot, menyebabkan terbentuknya divertikulum. Jika terdapat lebih dari satu divertikulum,
maka disebut dengan divertikula. Kondisi kolon yang memiliki divertikula di dinding
ototnya disebut dengan divertikulosis. Divertikulitis terjadi ketika kantong-kantong
abnormal tersebut terobstruksi oleh stool yang melewati kolon untuk diabsorpsi. Stool
yang terperangkap menyebabkan terjadinya iritasi dan peradangan serta infeksi ketika
bakteri ikut mengambil peran. Proses infeksi dimulai, makrofag dan sel-sel darah putih
mulai melakukan fagositosis. Sel mast dan basofil mengeluarkan hormon histamine untuk
melebarkan pembuluh darah agar lebih permebael untuk dilalui oleh sel-sel darah putih,
plasma, dan protein. Campuran dari bakteri yang telah mati, leukosit, dan protein tersebut

disebut dengan pus. Kumpulan pus yang dibungkus oleh suatu membran pyogenik
disebut dengan abses. Pada divertikulitis yang lebih lanjut, abses umumnya dapat ditemui
di daerah pelvis. Area yang terinflamasi terbendung oleh darah dan dapat berdarah.
Divertikulitis dapat menimbulkan perforasi bila massa yang terperangkap di dalam
divertikulum mengikis dinding usus. Divertikulitis kronis dapat mengakibatkan
peningkatan jaringan parut, dan akhirnya penyempitan lumen usus, potensial
menimbulkan obstruksi. Pada kondisi-kondisi yang jarang, divertikulum dapat ruptur
secara bebas ke dalam rongga perut dan menyebabkan penyebaran bakteri dan terjadinya
infeksi umum pada rongga perut yang disebut dengan peritonitis.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
- Keluhan utama
Pada pasien dengan divertikulum datang dengan keluhan nyeri abdomen
bersifat kram dan tersering terlokalisasi atau diare, gangguan BAB, mual
muntah atau gejala urinarius menetap, distensi abdomen dan masa abdomen,
sampai dengan komplikasi serius seperti perforasi (asimtomatik) beberapa jam
sebelum dibawa ke Rumah Sakit.
- Riwayat kesehatan.
Selama mendapat riwayat kesehatan, pasien ditanya tentang awitan dan durasi
nyeri serta pola eliminasi saat ini dan masa lalu. Kebiasaan diet dikaji ulang
untuk menentukan asupan serat. Pasien ditanya tentang mengejan saat
defekasi,adanya konstipasi dengan periode diare, tenesmus (spasme sfingter
anal dengan nyeri dan dorongan untuk defekasi) terus-menerus, kembung
abdomen, dan distensi.
b. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi pehatikan apakah pasien tampak pucat, lesu, nyeri
abdomen, mual muntah, dan BAB pasien.
- Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi teraba nyeri tekan pada daerah divertikulisis pada
kuadran kiri bawah.
- Auskultasi
Pemeriksaan bising usus pasien. Pada kondisi diare, bising usus akan
meningkat, sedangkan sebaliknya pada kondisi konstipasi, bising usus akan
menurun
c. Pemeriksaan diagnostik
- Barium X-ray (enema Barium) untuk memberikan informasi diagnostik
dengan menandai sisi dan luasnya penyakit.
- Pemindai temografi computer (CT-Scan) perut dan pelvis untuk mendeteksi
abses
- Kolonoskopi atau sigmoidoskopi untuk mengobservasi divertikula dan
membedakannya untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit lain.
- Hitungan darah lengkap ( hitung sel darah putih akan meningkat)
- Laju sedimentasi (biasanya akan meningkat)

Enema barium

Kolonoskopi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi b.d. menurunnya gerakan peristaltik akibat dari pola makan kurang
serat, proses penuaan, penyumbatan oleh kantung-kantung divertikula
b. Nyeri akut b.d. iritasi dinding usus dan infeksi pada divertikula
c. Diare b.d. penurunan fungsi absorpsi kolon akibat infeksi pada divertikula
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual, muntah, dan
penurunan napsu makan
3. Intervensi Keperawatan
a. Konstipasi b.d. menurunnya gerakan peristaltik akibat dari pola makan kurang
serat, proses penuaan, penyumbatan oleh kantung-kantung divertikula
Tujuan
: Pencegahan dan penghilangan konstipasi/impaksi
Kriteria hasil
: Mendapatkan dan mempertahankan eliminasi normal
Intervensi
1 Pantau pergerakan defekasi,
meliputi :

Frekuensi

Konsistensi

Bentuk

Volume dan

Warna
2

Berikan makanan yang lunak tetapi


mempunyai serat tinggi

Rasional
1. Untuk mengetahui perkembangan proses
defekasi pasien

2. Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi

3 Berikan obat pelunak feses sesuai resep 3. Untuk melunakkan feses dan menurunkan
tingkat inflamasi
4. Tekankan penghindaran mengejan

4. Untuk mencegah perubahan pada tanda-tanda

selama defekasi

vital, sakit kepala atau perdarahan

b. Nyeri akut b.d. iritasi dinding usus dan infeksi pada divertikula
Tujuan
: Untuk mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil
: Nyeri dapat berkurang
Intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensip meliputi :

Lokasi

Karakteristik

Durasi

Frekuensi

Kualitas

Intensitas
2. Berikan analgesic
3. Tawarkan tehnik pengurang nyeri
seperti, tehnik relaksasi, dan
masase punggung
4. Bantu pasien untuk berfokus pada
aktivitas daripada nyeri dengan
melakukan pengalihan melalui
menonton
TV, mendengarkan musik, membaca
buku
5. Tingkatkan istirahat/tidur yang
adekuat

Rasional
1.Untuk mengetahui perkembangan nyeri pasien

2. Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa


nyeri
3. Untuk mengurangi nyeri
4. Untuk mengalihkan rasa nyeri

5.Untuk memfasilitasi pengurangan rasa


nyeri

c. Diare b.d. penurunan fungsi absorpsi kolon, infeksi pada divertikuli


Tujuan
: Meningkatkan kemampuan kolon untuk membentuk dan
mengeluarkan feses
Kriteria hasil : Diare dapat dikendalikan dan dihilangkan yang ditunjukkan
dengan eliminasi dan defekasi yang efektif
Intervensi

Rasional

1.

Kaji dan dokumentasikan :


1.Untuk mengontrol perkembangan
Frekuensi
kesehatan
Warna
pasien dan pola defekasi pasien
Konsistensi
Jumlah (ukuran) feses
Turgor kulit dan
Kondisi mukosa mulut sebagai indicator
2. Untuk mengetahui perubahan dan
dehidrasi
perkembangan
berat badan pasien
2.
Timbang berat badan pasien setiap hari
3. Untuk membantu memgembalikan
3.
Lakukan tindakan untuk
fungsi kerja usus
mengistirahatkan usus besar misalnya,
besar yang terganggu
puasa atau diet.
4.

Anjurkan pasien untuk makan dalam


porsi kecil, sering dan jumlah ditingkatkan
4. Untuk membantu memenuhi
secara bertahap
kebutuhan nutrisi

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual, muntah,


penurunan napsu makan
Tujuan
: Nafsu makan dan berat badan bertambah
Kriteria hasil
: Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan
peningkatan yang tepat.
Intervensi

Rasional

1. Berikan banyak minum (jus buahbuahan, sirup yang tidak memakai es).
2. Berikan susu porsi sedikit tetapi sering
(susu dibuat encer dan tidak terlalu
manis, dan berikan susu tersebut dalam
keadaan yang hangat ketika diminum).

1.

Untuk memberikan asupan cairan yang


seimbang

2.

Untuk membantu memenuhi kebutuhan


cairan

3. Berikan makanan lunak, misalnya bubur


3.
Agar kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
yang memakai kuah, sup atau bubur
kembali
santan memakai gula dengan porsi sedikir
tetapi dengan kuantitas yang sering.
4.

Timbang berat badan pasien setiap hari

4.

Untuk mengetahui perkembangan berat


bada pasien

Daftar Pustaka:
Cassoobhoy, A. 2014. Diverticulitis slideshow: causes, symptoms, and treatments.
http://www.webmd.com/digestive-disorders/ss/slideshow-diverticulitis-overview. (diakses
pada tanggal 8 Des 2014 pk. 20.00 WIB).
Doengoes, Marilynn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Smelzer, S C & Bare, B G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Trj. Agung Waluyo, dkk. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai