Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA ABDOMINAL

PAIN PADA Ny.B DI RUANGAN RINRA 1 RSUD HAJI KOTA MAKASSAR

OLEH:
HILDA ARISANDI

NIM: 70900122034

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
BAB I
LAPORAN PEDAHULUAN

I. Tinjauan pustaka
A. Definisi Nyeri Abdomen
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya rasa
tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan. (Diagnosa
keperawatan Lynda Juall 1998, yang dikutip oleh Smeltzer, Suzanne C).Nyeri
adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith
M. Wilkinson 2002, yang dikutip oleh Smeltzer, Suzanne C).

B. Etiologi (Penyebab)
Kegawatan abdomen yang datang kerumah sakit bisa berupa kegawatan bedah atau
kegawatan non bedah. Kegawatan non bedah antara lain pankreatitis akut, ileus, paralitik,
kolik abdomen. Kegawatan yang disebabkan oleh bedah antara lain peritonitis umum akibat
suatu proses dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu
trauma, sedang proses dari dalam misal karena apendisitis perforasi.
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain appendisitis, Appendiksitis
merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :
Hiperplasia dari folikel limfoid, Adanya fekalit dalam lumen appendiks, Tumor appendiks,
Adanya benda asing seperti cacing askariasis. Erosi mukosa appendiks karena parasit
seperti E. Histilitica.
Kolik bilier, kolisistitis, diverkulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis,
peritonitis, salpingitis, adenitis mesentrika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang
menyebabkan abdomen akut antara lain : nekrosis hepatoma, infark klien, pneumonia,
infark miokard, ketoasidosis diabetikum, inflamasi enurisma, volvulus sigmoid, caecum
atau lambung dan Herpes zoster.
Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat terjadi karena rangsangan
viseral, rangsangan somatik dan akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu dievaluasi
mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah nyeri yang disampaikan
terlokalisir, atau sukar ditentukan lokasinya. Kemudian adanya referred pain juga
membantu untuk mengetahui asal nyeri tersebut. Adanya nyeri tekan pada pemeriksaan
fisik seseorang juga menunjukan bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari
nyeri yang melibatkan serosa. Nyeri ini dapat terjadi akibat infeksi yang kontiyu (terus
menerus) serta ulkus lanjut. Nyeri somatik biasanya nyerinya terkolalisasi.

Tabel Penyebab Akut Abdomen

Sering Kurang Sering Jarang


Appendisitis Kolangitis Nekrosis
Kolik bilier Infark mesenterika Hepatoma
Kolisistitis Pielonefritis Infark lien
Divertikulitis Torsi kista ovarium, Pneumonia
Obstruksi usus testis, omentum Infark miokard
Perforasi Ruptur kista ovarium, Ketoasidosis
Viskus kehamilan ektopik, Diabetikum
Pankreatitis aneurisma ektopik, Inflamasi
Salpingitis aneurisma aorta Aneurisma
Adenitis mesenterika Prolaps diskus Volvulus sigmoid,
Kolik renal Abses caecum, lambung
Eksaserbasi ulkus Herpes zoster
Peptikum

Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau
diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa berakibat
fatal. Berikut adalah daftar beberapa kondisi yang mendasari akut abdomen yang sering
terlihat dalam komunitas (Kavanagh, 2004) :
1. Acute cholecystitis.
2. Acute appendicitis atau Meckel‟s diverticulitis.
3. Acute pancreatitis.
4. Ectopic pregnancy.
5. Diverticulitis.
6. Peptic ulcer disease.
7. Pelvic inflammatory disease.
8. Intestinal obstruction, including paralytic ileus (adynamic obstruction).
9. Gastroenteritis.
10. Acute intestinal ischaemia/infarction or vasculitis.
11. Gastrointestinal (GI) haemorrhage.
12. Renal colic or renal tract pain.
13. Acute urinary retention
14. Abdominal aortic aneurysm (AAA).
15. Testicular torsion.

C. Patofisiologi

Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat,


kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam,
terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang
terinflamasi berisi pus. (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).Bila sekresi mukus berlanjut,
tekanan akan terus meningkat menyebabkan peradanganyang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut
apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan gangren yang disebut apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua
proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan bergerak ke arah
apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis.
Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau menghilang. Dari timbulnya massa
lokal yang disebut infaltrat apendikularis menyebabkan nyeri hebat pada appendiks
yang berisi pus pada abdomen kuadran kanan bawah. Sehingga dilakukan tindakan
appendiktomy pengangkatan appendiks melalui insisi bedah, post operasi
appendiktomy dari insisi bedah : nyeri post op appendiktomy, kelemahan fisik
sehingga terjadi intoleransi aktivitas. Tindakan post operasi appendiktomy dilakukan
dari pembatasan makanan dan intake cairan karena pasien post op harus melakukan
puasa sebelum operasi dilakukan. Terjadinya nyeri hebat pada abdomen kuadran
bawah menyebabkan spasme abdomen penekanan pada bagian abdomen. Sehingga
menyebabkan distensi abdomen yang menekan gaster, distensi abdomen yang
menyebabkan penekanan pada gaster mengakibatkan peningkatan produksi HCL
pada lambung yang mengakibatkan mual muntah sehingga nafsu makan menjadi
berkurang : resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.

D. Manifestasi klinis
1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan

Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila
dilakukan tekanan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri
tekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat
konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila
appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah
lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada
pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat
dengan kandung kemih atau ureter.Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum
kanan dapat terjadi.Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di
belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada
pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahuipada pemeriksaan rektal. Nyeri pada
defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila
appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat
ileus paralitik dan kondisi klien memburuk.
Tanda-tanda Penting
 Rovsing’s sign
Continuous deep palpation dimulai dari atas left iliac fossa (berlawanan arah
jarum jam sepanjang colon) menyebabkan nyeri di right iliac fossa, dengan
mendorong isi usus terhadap ileocaecal valve dan dengan demikian meningkatkan
tekanan di sekitar appendix (Rovsing, 1907).
 Psoas sign
Psoas sign atau “Obraztsova‟s sign” adalah nyeri right lower quadrant yang
dihasilkan dengan passive extension dari right hip pasien (pasien berbaring pada sisi
kiri dengan lutut fleksi) atau dengan active flexion dari right hip saat berbaring
terlentang. Nyeri didapat karena terjadi inflamasi peritoneum yang melapisi
iliopsoas muscles dan inflamasi pada psoas muscles. Meluruskan kaki menyebabkan
nyeri karena meregangkan otot-otot ini, sementara memfleksikan hip meregangkan
iliopsoas dan menyebabkan nyeri.
 Obturator sign
Jika appendix yang meradang berada dalam kontak dengan obturatorius
internus, spasme otot dapat ditunjukkan oleh rotasi meregangkan dan internal
pinggul. Manuver ini akan menyebabkan nyeri di hypogastrium vagina.
 Dunphy’s sign
Nyeri bertambah saat batuk di right lower testicle quadrant (Small, 2008).
 Kocher (Kosher)’s sign
Nyeri pada epigastric region atau sekitar gaster dengan pergeseran nyeri di right
iliac region.
 Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign
Nyeri bertambah di right iliac region saat pasien berbaring pada salah satu sisi
tubuhnya.
 Bartomier-Michelson’s sign
Nyeri bertambah saat palpasi di right iliac region ketika pasien berbaring pada
salah satu sisi tubuhnya dibandingkan saat pasien berada pada posisi terlentang.
 Aure-Rozanova’s sign
Nyeri bertambah pada palpasi dengan jari di right Petit triangle (bisa menjadi
tanda positif Shchetkin-Bloomberg‟s sign). Khas untuk posisi appendix retrocecal.
 Blumberg sign
Juga disebut sebagai nyeri rebound. Palpasi mendalam visera atas appendix
meradang diduga diikuti dengan pelepasan tiba-tiba tekanan menyebabkan nyeri
menunjukkan tanda Blumberg positif dan peritonitis.
 McBurney sign
Tenderness pada 2/3 jarak antara umbilikus dan spina iliaka anterior superior.
 Murphy sign
Selama inspirasi, isi perut didorong ke bawah karena diafragma bergerak turun
(dan paru-paru membesar). Jika pasien berhenti bernapas (kantong empedu empuk
dan bergerak ke bawah, ada kontak dengan jari-jari pemeriksa) dan mengernyit
dengan „menangkap‟ napas, tes ini dianggap positif. Sebuah tes positif juga tidak
memerlukan rasa sakit pada melakukan manuver di sisi kiri pasien.
 Cullen sign
Perubahan warna kebiruan periumbilikalis.
 Grey-Turner sign
Perubahan warna pada area flank.
 Kehr sign
Nyeri berat pada bahu kiri.
 Chandelier sign
Manipulasi cervix menyebabkan pasien mengangkat panggulnya
E. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan nyeri
a. Prinsip dasar intervensi keperawatan pada nyeri meliputi
1) Mengidentifikasi tujuan dan penatalaksanaan nyeri
2) Membina hubungan perawat klien
3) Memberikan perawatan fisik
4) Mengatasi kecemasan pasien yang berhubungan dengan nyeri.
5) Melakukan intervensi farmakologis
6) Melakukan intervensi non farmakologi
7) Melakukan penyuluhan
8) Melakukan evaluasi keefektifan strategi intervensi nyeri.
b. Tindakan noninvasif untuk mengurangi nyeri dan alasannya.
Banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologis dan noninvasif yang
dapat membantu menghilangkan nyeri. Metode pereda nyeri
nonfarmakologis biasanya mempunyai risiko yang sangat rendah. Tindakan
nonfarmakologis bukan merupakan pengganti obat-obatan, tindakan tersebut
mungkin diperlukan, atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang
berlangsung hanya beberapa detik atau menit.
1) Stimulasi dan masase kutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik
menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama
seperti reseptor nyeri, tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem
kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
masase membuat relaksasi otot. Teori gate control telah menjelaskan,
bertujuan untuk menstimulasi serabutserabut yang menstransmisikan
sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri.
2) Terapi es (dingin) dan panas.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es harus
diletakkan pada tempat cedera segera setelah terjadi cedera, (Cohen,
1989 dalam Suddart dan Brunner, 1997). Penggunaan panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat
penyembuhan. Namun penggunaan panas kering dengan lampu
pemanas tidak seefektif penggunaan es. Diduga es dan panas bekerja
dengan menstimulasi reseptor. Diduga es dan panas bekerja dengan
menstimulasi reseptor tidak nyeri (non nosiseptor) dalam bidang
reseptor yang sama seperti pada cedera.
3) Stimulasi saraf elektris transkutan / Transcutan electric nerve
stimulation (TENS)
Tens menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektrode
yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan,
menggetar atau mendengung pada area nyeri. Tens digunakan baik
pada menghilangkan nyeri akut dan kronik. Tens diduga dapat
menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non
nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang
mentransmisi nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori nyeri gate
kontrol
4) Distraksi
Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain pada nyeri, misalnya dengan cara kunjungan dari keluarga dan
teman-teman pasien. Melihat film layar lebar dengan suara surround.
Tidak semua pasien mencapai peredaan nyeri melalui distraksi
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.
5) Tehnik relaksasi
Tehnik relaksasi terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan
dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap ekshalasi
dan inhalasi. Relaksasi otot skletal dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri.
6) Imajinasi terbimbing
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang
secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Imajinasi
terbimbing menyebabkan relaksasi otot dan pikiran dimana efeknya
hampir sama dengan penggunaan tehnik relaksasi dengan metode
yang berbeda.
7) Hipnosis
Tehnik ini mungkin membantu dalam memberikan peredaan nyeri
terutama dalam situasi sulit. Mekanisme bagaimana kerjanya hiposis
tidak jelas tetapi tidak jelas tetapi tidak tampak diperantaraioleh
sistem endorfin (Moret et.all, 1991 dalam Suddart and Brunner,
1997).
c. Macam-macam obat pengurang rasa nyeri, farmakodinamika,
farmakokinetika serta efek sampingnya.
1) Opioid (narkotika)
Opioid sangat efektif untuk menghilangkan nyeri pasca operatif dan
nyeri berat lainnya.
2) Farmakodinamika
Opioid menimbulkan efek primernya terhadap susunan saraf pusat dan
organ yang mengandung otot polos. Opioid menimbulkan analgesia, rasa
mengantuk eforia, depresi pernapasan terkait dosis, gangguan respons
adrenokorteks terhadap stres (pada dosis tinggi), dan penurunan tahanan
perifer (dilatasi arteriol dan venosa) dengan sedikit atau tanpa efek
terhadap indeks jantung. Efek terapiutik opioid pada edema paru
merupakan akibat sekunder dari peningkatan pada dasar kapasitansi.
Efek konstipasi opioid timbul akibat induksi dari kontraksi non propulsif
melalui traktus gastrointestinal. Opioid dapat menyebabkan spasme
traktus biliaris dan peningkatan tekanan duktus biliaris komunis diatas
kadar pra obat. Depresi reflek batuk adalah melalui efek langsung
terhadap pusat batuk dalam medula. Opioid mengurangi aliran darah ke
otak dan tekanan intra kranial.Dapat menimbulkan mual dan muntah
dengan mengaktifasi zona pemicu kemoreseptor. Opioid melepaskan
histamin dan dapat menyebabkan pruritus setelah pemberian oral atau
sistemik. Perubahan modulasi sensorik sebagai akibat sekunder
pengikatan langsung opioid pada reseptor opiatdalam medula oblongata
dapat merupakan mekanisme terjadinya pruritus setelah pemberian
epidural / intratekal. Analgesia intra artikuler terjasi sebagai akibat
sekunder pengikatan opioid dengan reseptor opiat dalam sinovium.
3) Farmakokinetika
Awitan aksi; IV < 1 menit, IM 1-5 menit, SK 15-30 menit, oral 15-60
menit dan epidural spinal 15-60 menit. Efek puncak; IV 5-20 menit, IM
30-60 menit, SK 50-90 menit, oral 30-60 menit dan epidural / spinal 90
menit. Lama aksi; IV, IM, SK, 2-7 jam, oral 6-12 jam dan epidural /
spinal 90 menit. Interaksi / toksisitas; efek depresi SSP dan sirkulasi
dipotensiasi oleh alkohol, sedatif, antihistamin, fenotiazin, butirofenon,
inhibitor MAO dan antidepresan trisiklik. Dapat mengurangi efek
diuretik pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Anelgesia
dipertinggi dan diperpanjang oleh agonis alfa-2. Penambahan epineprin
dan morpin intratekal / epidural menimbulkan peningkatan efek samping
dan perpanjangan blok motorik.
Efek samping
- Kardiovaskuler; Hipotensi, hipertensi, bradikardi, aritmia,
kekakuan dinding dada.
- Pulmoner; Bronkospame dan laringospasme.
- SSP; penglihatan kabur, sinkope, euforia dan disforia.
- Urinaria; retensi urine, efek anti diuretik dan spasme ureter.
- Gastrointestinal; spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia,
mual, muntah dan penundaan pengosongan lambung.
- Mata; miosis
- Muskuloskletal; kekakuan dinding dada.
- Alergi; pruritus dan urtikaria.

F. Pemeriksaan penunjang
G. Pemeriksaan fisik
H. Pemeriksaan DL
I. Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
J. β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
K. Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
L. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
M.EKG:Infark miokard
N. Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
O. Rotgen Abdomen :Usus iskemik(dilatasi,usus yang edema dan
menebal),Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas ’sentimel),Kolangitis(udara
dalam cabang bilier),Kolitis akut(Kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran
menghilang),obstruksi akut(Usus mengalami dilatasi,tanda ’string of pearl’) Batu
Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
P. Ultrasonografi
Q. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya
luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti,,pankreatitis,trauma hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
R. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal

Setelah data-data pemeriksaan fisik terkumpul diperlukan juga pemeriksaan


tambahan berupa Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan Hb
diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula
dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak terutama pada
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan
adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pads hepar. Pemeriksaan urine rutin menunjukkan adanya trauma
pads saluran kemih bila dijumpai hematuria. Urin yang jernih belum dapat menyingkirkan
adanya trauma pada saluran urogenital. Pemeriksaan radiologi foto thorak Selalu harus
diusahakan pembuatan foto thorak dalam posisi tegak untuk menyingkirkan adanya
kelainan pada thoraks atau trauma pads thoraks. Harus juga diperhatikan adanya udara
bebas di bawah diafragma atau adanya gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia
diafragmatika.
Plain abdomen akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara
bebas retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus.
Intravenous Pyelogram karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal. Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan Bereuna
sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan
adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum. Pemeriksaan khusus abdominal
paracentesis Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam
larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100-200 ml larutan
NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi. Pemasangan
nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen. Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan analisis data untuk memperoleh
diagnosis kerja dan masalah-masalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian
dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita dan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mencapai tujuan pengobatan (Sjamsuhidajat et all, 2004).
Setelah data-data pemeriksaan fisik terkumpul diperlukan juga pemeriksaan
tambahan berupa :
1. Pemeriksaan laboratorium
a.) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang
melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup
banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan
transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pads hepar.
b.) Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pads saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang
jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
2. Pemeriksaan radiologi
a.) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk
menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma pads thoraks. Harus juga
diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya gambaran usus
dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika.
b.) Plain abdomen
foto tegak Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus.
c.) IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal.
d.) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan Bereuna
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan
adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

3.Pemeriksaan khusus
a) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam
larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml
larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. b)
Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
c) Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi.
d) Pemasangan nasogastric tube (NGT)
Untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen. Dari data
yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan dan
pemeriksaan khusus dapat diadakan analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja
dan masalah-masalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian dapat
ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita dan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mencapai tujuan pengobatan.
S. Komplikasi
a. Perporasi gastrointestinal
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari
dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam
rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya
kontaminasi bakteri dalam rongga perut ( keadaan ini dikenal dengan istilah
peritonitis). Perforasi lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang
disebabkan karena kebocoran asam lambung kedlam rongga perut. Perforasi dalam
bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu kasus kegawatan
bedah.
Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan mikroorganisme lainnya
karena keasaman yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal
memiliki fungsi gaster yang normal dan tidak berada pada resiko kontaminasi bakteri
yang mengikuti perforasi gaster. Bagaimana pun juga mereka yang memiliki maslah
gaster sebelumnya berada pada resiko kontaminasi peritoneal pada perforasi gaster.
Kebocoran asam lambung kedalam rongga peritoneum sering menimbulkan
peritonitis kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mengenai
rongga peritoneum, peritonitis kimia akan diperparah oleh perkembangan yang
bertahap dari peritonitis bakterial. Pasien dapat asimptomatik untuk beberapa jam
antara peritonitis kimia awal dan peritonitis bakterial lanjut.
Mikrobiologi dari usus kecil berubah dari proksimal samapi ke distalnya.
Beberapa bakteri menempati bagian proksimal dari usus kecil dimana, pada bagian
distal dari usus kecil (jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob (E.Coli) dan
anaerob ( Bacteriodes fragilis (lebih banyak)). Kecenderungan infeksi intra
abdominal atau luka meningkat pada perforasi usus bagian distal.
Adanaya bakteri di rongga peritoneal merangsang masuknya sel-sel inflamasi
akut. Omentum dan organ-oragan viceral cenderung melokalisir proses peradangan,
mengahasilkan phlegmon ( biasa terjadi pada perforasi kolon). Hypoksia yang
diakibatkannya didaerah itu memfasilisasi tumbuhnya bakteri anaerob dan
menggangu aktifitas bakterisidal dari granulosit, yang mana mengarah pada
peningkatan aktifitas fagosit daripada granulosit, degradasi sel-sel, dan pengentalan
cairan sehingga membentuk abscess, efek osmotik, dan pergeseran cairan yang lebih
banyak ke lokasi abscess, dan diikuti pembesaran abscess pada perut. Jika tidak
ditangani terjadi bakteriemia, sepsis, multiple organ failure dan shock.
b. Obstruksi gastrointestinal
Obstruksi dapat diklasifikasikan sebagai obstruksi sederhana dan strangulasi.
Obstruksi sederhana menyebabkan kegagalan gerak maju aliran isi lumen menjauhi
mulut. Obstruksi strangulasi disertai dengan kerusakan aliran darah ke usus di
samping obstruksi aliran isi lumen, jika tidak cepat diperbaiki dapat menimbulkan
infark usus dan perforasi. Gejala-gejala klasih obstruksi adalah mual, muntah, perut
kembung, dan obstipasi. Obstruksi letak tinggi pada saluran usus melibatkan
duodenum atau jejunum proksimal mengakibatkan muntah yang banyak, sering dan
mengandung empedu. Nyerinya hilang timbul dan biasanya sembuh setelah muntah.
Nyeri terlokalisasi di daerah epigastrium atau daerah periumbilikalis dan perut sedikit
kembun. Obstruksi dibagian bawah distal usus halus menyebabkan kembung perut,
sedang atau berat, dengan emesis yang semakin kotor. Nyeri biasanya merata
diseluruh perut.
1. Obstruksi Duodenum
Atresia duodenum diduga timbul dari kegagalan rekanalisasi lumen setelah
fase padat pada perkembangan usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dam ke-
5. Insidens atresia duodenum adalah 1:10.000 kelahiran. Setengah dari penderita
dilahirkan prematur. Atresia duodenum mempunyai beberapa bentuk, yang
meliputi obstruksi lumen oleh membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan
dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-
ujung duodenum yang tidak bersambung. Penyebab obstruksi yang tidak lazim
adalah jaringan “windsock”, yakni suatu flap jaringan yang dapat mengembang
yang terjadi karena anomali saluran empedu. Bentuk atresia membranosa adalah
yang paling sering, obstruksinya terjadi di sebelah distal ampula Vateri pada
kebanyakan penderita. Obstruksi duodenum dapat juga disebabkan oleh kompresi
ekstrinsik seperti pankreas anulare atau oleh pita-pita Ladd pada penderita dengan
malrotasi. Sindrom down terjadi pada 20%-30% penderita atresia duodenum.
Anomali bawaan lain yang disertai atresia duodenum adalah malrotasi (20%),
atresia esofagus (10-20%), penyakit jantung bawaan (10-15%), dan anomali
anorektal serta ginjal (5%).
Manifestasi Klinis. Tanda obstruksi duodenum adalah muntah yang
mengandung empedu tanpa perut kembung, biasanya terjadi pada hari pertama
kelahiran. Gelombang peristaltik mungkin terlihat pada awal proses penyakit ini.
Ada riwayat polihidroamnion pada pertengahan kehamilan dan ini disebabkan
oleh kegagalan penyerapan cairan amnion di bagian distal usus. Ikterik tampak
pada sepertiga bayi. Diagnosis pada foto rontgen polos terlihat adanya gambaran
tanda gelembung ganda. Gambaran ini disebabkan oleh karena lambung dan
duodenum proksimal mengembang terisi udara.
Tatalaksana. Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi
dekompresi naso- atau orogastrik dengan penggantian cairan secara intravena.
Ekokardiogram dan foto rontgen dada serta tulang belakang harus dilakukan
untuk mengevaluasi anomali yang lain. Operasi perbaikan atresia duodenum yang
biasa adalah duodenoduodenostomi. Usus proksimal yang melebar dapat
diperkecil secara perlahan dalam upaya memperbaiki peristaltik. Pipa gastrostomi
dipasang untuk mengalirkan lambung dan melindungi jalan nafas. Dukungan
nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis diperlukan sampai bayi
mulai makan per oral. Prognosis terutama tergantung pada adanya anomali
penyerta.
II. Tinjauan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pasien mengeluh nyeri perut.
2. Nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. RR meningkat
5. Pasien tampak meringis.
6. Pasien mengatakan nyeri ringan – sedang
7. Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi
8. Pasien hanya minum < 8 gelas sehari
9. Pasien muntah-muntah
10. Pasien tampak lemah.
11. Lidah dan mukosa bibir pasien kering.
12. Turgor kulit tidak elastis.
13. Urine sedikit dan pekat.
14. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
15. Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan.
16. Berat badan pasien turun
17. Pasien tampak lemah dan kelelahan
18. Kekuatan otot
4444 4444
4444 4444
19. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.

 Pemeriksaan fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status
generalis) untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler dan
sistim saraf yang merupakan sistim vital untuk kelangsungan kehidupan.
Pemeriksaan keadaan lokal (status lokalis abdomen) pada penderita dilaksapakan
secara sistematis dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda
khusus pada akut abdomen tergantung pada penyebabnya seperti trauma,
peradangan, perforasi atau obstruksi.
 Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
- Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah
- abdomen. Penderita pucat, keringat dingin.
- Bekas-bekas trauma pads dinding abdomen, memar, luka,prolaps omentum
atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan
tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter
yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada
pemeriksaan fisik.
- Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah,
dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-
steifung).
 Palpasi
a) Akut abdomen memberikan rangsangan pads peritoneum melalui peradangan
atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang
terkena iritasi.
b) Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
1. Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah pads
waktu palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis
lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan pads penekanan dinding abdomen
di daerah lain.
B. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis diffusa yang karena
rangsangan palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.

 Perkusi
Perkusi pads akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal. 1) Perasaan nyeri oleh
ketokan pads jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok. 2) Bunyi timpani karena
meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas pads ileus obstruksi
rendah.
 Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi
perangsangan peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.
 Pemeriksaan rectal
Toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan
pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma pads rektum atau keadaan
ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor.
C. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan Pasien mengeluh
nyeri perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR meningkat, Pasien
tampak meringis dan pasien mengatakan slaka nyeri ringan - sedang.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi
bedah ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan mukosa bibir pasien
kering, turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, minum < 8 gelas.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah
ditandai dengan pasien lemah, tampak kelelahan.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah ditandai dengan Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan, pasien
hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan, dan berat badan pasien turun
D. Intervensi
1. Nyeri akut
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan nyeri dapat berkurang atau
terkontrol dengan kriteria hasil :
1. Nyeri pasien dapat berkurang
2. Skala intensitas nyeri berkurang 2 -3
3. Pasien tampak tenang
4. TTV tampak normal ( dalam batas normal )
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan
akan di lakukan. dapat mengikuti tindakan
yang akan di lakukan

2. lingkungan tenang akan


2. Manajemen lingkungan: lingkungan menurunkan stimulus nyeri
tenang, batasi pengunjung, dan eksternal dan pembatasan
istirahatkan klien pengunjung akan
membantu meningkatkan
kondisi okisigen (O2)
ruangan

3. Dengan tehnik relaksasi nyeri


3. Ajarkan dan dorong pasien tehnik
dapat mengurangi nyeri .
relaksasi napas dalam

4. untuk menurunkan ketegangan


atau spasme otot dan untuk
4. Bantu pasien untuk mendapatkan
mendistribusikan kembali
posisi yang nyaman, dan gunakan
tekanan pada bagian tubuh
bantal untuk membebat atau
menyokong daerah yang sakit bila
5. Kolaborasi dengan pemberian
diperlukan .
analgetik sesuai indikasi dapat
memblok lintasan nyeri,
5. Kolaborasi pemberian analgetik
sehingga nyeri dapat
berkurang.
6. Peningkatan nadi menunjukkan
adanya nyeri.
6. Observasi TTV
7. Untuk mengetahui intervensi
selanjutnya dan untuk melihat
7. Observasi skala nyeri
skala nyeri.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan volume cairan tetap adekuat
dengan kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital tetap stabil
2. Warna kulit dan suhu normal
3. Kadar elektrolit tetap dalam rentang normal
4. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membran mukosa lembab

Intervensi Rasional
1. Pantau dan catat tanda-tanda vital 1. Takikardia, dispnea, atau
setiap 2 jam atau sesering mungkin hipotensi dapat
sesuai keperluan sampai stabil. mengindikasikan
Kemudian pantau dan catat tanda- kekurangan volume cairan
tanda vital setiap 4 jam. atau ketidakseimbangan
elektrolit.

2. Untuk mencegah
2. Selimuti pasien hanya dengan kain
vasodilatasi, terkumpulnya
yang tipis. Hindari terlalu panas
darah di ektremitas, dan
berkurangnya volume
darah sirkulasi.

3. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 3. Haluaran urine yang


sampai 4 jam. Catat dan laporkan rendah dan berat jenis
perubahan yang signitifikan urine yang tinggi
termasuk urine, feses, muntahan, mengindikasikan
drainase luka. hopovolemia.

4. Untuk mengganti cairan


4. Berikan cairan, darah atau produk
dan kehilangan darah serta
darah, atau ekspander plasma
mempermudah pergerakan
cairan ke dalam ruang
intravaskular, pantau dan
catat keefektifan dan
semua efek yang tidak
diharapkan.

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah:


Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien akan menunjukkan tingkat peningkatan
aktivitas optimal dengan kriteria hasil :
1. Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas
2. Pasien mengindentifikasi faktor-faktor terkontrol yang menyebabkan kelemahan
3. Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi, tetap dalam batas yang ditetapkan
selama aktivitas
4. Pasien menyatakan rasa puas dengan setiap tingkat aktivitas baru yang dapat dicapai

Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang 1. Untuk
perlunya beraktifitas mengkomunikasikan
kepada pasien bahwa
aktivitas akan
meningkatkan
kesejahteraan fisik dan
psikososial

2. Untuk mrningkatkan
2. Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien
motivasinya agar lebih
yang diinginkan dan sangat berarti
aktif
baginya
3. Dorong pasien untuk membantu 3. Partisipasi pasien dalam
merencanakan kemajuan aktivitas perencanaan dapat
yang mencakup aktivitas yang membantu memperkuat
diyakini sangat penting oleh pasien keyakinan pasien

4. Untuk menurunkan
4. Intruksikan dan bantu pasien untuk
kebutuhan oksigen tubuh
beraktivitas diselingi istirahat
dan mencegah keletihan

5. Identifikasi dan minimalkan faktor- 5. Untuk membantu


faktor yang dapat menurunkan meningkatkan aktivitas
toleransi latihan pasien pasien

6. Pantau dan respons fisiologis


6. Untuk meyakinkan bahwa
terhadap peningkatan aktivitas
frekuensinya kembali
(termasuk respirasi, denyut dan
iramma jantung, tekanan darah)
E. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat tercukupi secara optimal dengan kriteria hasil :
1. Pasien makan secara mandiri tanpa di dorong
2. Berat badan pasien bertambah (kg) setiap minggu
3. Pasien dan anggota keluarga mengomunikasikan pemahaman kebutuhan diet khusus

Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan
akan di lakukan. dapat mengikuti
tindakan yang akan di
lakukan

2. untuk membantu
2. Beri kesempatan pasien mengkaji penyebab
mendiskusikan alasan untuk tidak gangguan makan
makan
3. untuk meningkatkan
3. Tentukan makanan kesukaan pasien
nafsu makan pasien
dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, tawarkan makanan
yang merangsang indra penciuman,
penglihatan dan taktil 4. untuk mengkaji zat gizi
yang di konsumsi dan
4. Observasi dan catat asupan pasien suplemen yang
diperlukan

5. Tindakan ini
memberikan data
akurat dan memberikan
5. Timbang berat badan pasien pada
pengendalian pada
jam yang sama setiap hari. Beri
pasien tentang
penguatan penambahan berat badan
makanan yang akan
dengan pujian atau penghargaan
dimakan dan pujian
atau penghargaan yang
di dapatkan

F. Implementasi
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme abdomen

IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.


2. Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
istirahatkan klien
3. Mengajarkan dan dorong pasien tehnik relaksasi napas dalam
4. Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan gunakan
bantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila diperlukan
5. Berkolaborasi pemberian analgetik
6. Mengobservasi TTV
7. Mengobservasi skala nyeri

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah

IMPLEMENTASI

1. Memantau dan mencatat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering


mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat
tanda-tanda vital setiap 4 jam.
2. Menyelimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Menghindari kain yang
terlalu panas
3. Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan
perubahan yang signitifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase
luka.
4. Memberikan cairan, darah atau produk darah, atau ekspander plasma
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri

IMPLEMENTASI

1. Mendiskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktifitas


2. mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat
berarti baginya
3. Mendorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas
yang mencakup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien
4. Mengintruksikan dan membantu pasien untuk beraktivitas diselingi
istirahat
5. Mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor yang dapat
menurunkan toleransi latihan pasien
6. Memantau dan merespons fisiologis terhadap peningkatan aktivitas
(termasuk respirasi, denyut dan iramma jantung, tekanan darah)

4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.


2. Memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
3. menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, tawarkan makanan yang merangsang indra penciuman,
penglihatan dan taktil
4. Mengobservasi dan catat asupan pasien
5. Menimbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari. Beri
penguatan penambahan berat badan dengan pujian atau penghargaan

G. Evaluasi
1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Volume cairan seimbang.
3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan tindakan
keperawatan
4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

HARI/TANGGAL : Senin, 10 April 2023

JAM PENGKAJIAN : 15:00

PENGKAJI : Hilda Arisandi

RUANG : Rinra Sayang 1

I. IDENTITAS

A. PASIEN

1. Nama : Ny.B

2. JenisKelamin : Perempuan

3. Umur : 62 tahun

4. Agama : Islam

5. StatusPerkawinan : Kawin

6. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

7. Pendidikan terakhir : SMA

8. Alamat : Jl. Andi tonro 2

9. No.RM : 302773

10. Diagnostik Medis : Abdominal Pain

11. Tgl masuk RS : 9 April 2023

B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Tn.K

2. Umur: : - Tahun

3. Pendidikan : SMA

4. Pekerjaan :-

5. Alamat : Jl. Andi tonro 2

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

A. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1. Riwayat Penyakit Sekarang

a. Keluhan utama

Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut

b. Kronologi penyakit saat ini (dimulai kapan klien sakit, riwayat

pengobatan,respon terhadap pengobatan, perjalanan pengobatan/perawatan

di RS saat ini).

Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sejak 10 hari lalu dan baru

dibawa ke IGD tanggal 8 april 2023, pasien mengatakan selalu minum obat

anti nyeri dan ada riwayat hipertensi dan kolesterol. Serta nyeri pada tulang

belakang atau LBP dan rutin melakukan fisioterapi di rumah sakit.

c. Pengaruh penyakit terhadap pasien

Klien mengatakan sakit yang dialaminya mengganggu aktivitasnya sehari-

hari karena sebelum dirawat di RS, klien mengatakan bebas melakukan

aktivitas sehari-hari tanpa perlu bantuan.

d. Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan

Klien mengatakan berharap agar kondisinya bisa seperti dulu lagi dan

sakitnya bisa segera hilang. Klien mengatakan ingin sembuh secepatnya.


2. Riwayat Penyakit Masa Lalu

e. Penyakit masa anak-anak

Pasien mengatakan tidak ingat riwayat penyakit saat anak-anak

f. Imunisasi

Pasien mengatakan bahwa ia lupa tentang riwayat imunisasinya

g. Alergi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

h. Pengalaman sakit/dirawat sebelumnya

klien mengatakan tidak pernah di rawat sebelumnya

i. Pengobatan terakhir

Keluarga pasien mengatakan rutin terapi LBP , dan sebelum sakit rutin

minum obat Kolesterol dan hipertensi, dan obat anti nyeri

B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

a. Genogram

? ? ?
? ? ?

: Perempuan : Klien : Garis keturunan


: Laki-laki : Meninggal : Garis perkawinan : Serumah

G1: Pasien mengatakan bahwa ayah dan ibunya meninggal karena sakit Klien mengatakan
tidak mengtahui pasti penyakit yang dialami ibu dan ayahnya

G2: Pasien mengatakan ia 5 bersaudara

G3: Pasien mengatakan bahwa ia memiliki 2 anak dan semuanya masih hidup
b. Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumah keluarga?

Pasien mengatakan bahwa ia tinggal bersama anaknya

c. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?

Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang menderita penyakit

serupa

d. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun?

Pasien mengatakan tidak mengetahui apakah ada keluarga yang mempunyai

penyakit menular atau menurun.

e. Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota keluarga

sakit?

Pasien mengatakan bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit maka ia

akan membawanya ke rumah sakit

C. PENGKAJIAN BIOLOGIS

1. RASA AMAN DAN NYAMAN

a. Apakah ada rasa nyeri?Dibagian mana?jelaskan secara rinci:PQRST.

-P: Pasien mengatakan nyeri pada perut

-Q: Pasien mengatakan nyeri seperti terbakar, memberat ketika digerakkan

-R: Pasien mengatakan nyeri sampai kebelakang


-S: Pasien mengatakan nyeri skala 4 NRS

-T: hilang timbul

-Pasien tampak lemah

b. Apakah mengganggu aktifitas?

Pasien mengatakan penyakit yang dialaminya mengganggu aktifitas akibat


nyeri yang dialami.

c. Apa yang dilakukan untuk mengurangi/menghilangkan nyeri?

Minum obat anti nyeri

d. Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?

Ya, tapi muncul kembali

e. Apakah ada riwayat pembedahan?

-Belum pernah

2. AKTIVITAS ISTIRAHAT-TIDUR

a. Aktivitas

1) Apakahklienselaluberolahraga?JenisOR?

Pasien mengatakan rutin olahraga senam lansia setiap jumat di

puskesmas dekat rumah

2) Apakah klien mengguanakan alat bantu dalam beraktifitas?

Tidak ada

3) Apakah ada gangguan aktifitas?

Selama di rumah sakit psien terlihat hanya berbaring saja

4) Berapa lama melakukan kegiatan perhari? Jam berapa mulai kerja?

Pasien mengatakan sebelum sakit ia melakukan kegiatan rumah namun

setelah sakit hanya berbaring saja


5) Apakah klien mampunyai keterampilan khusus?

Pasien mengatakan tidak mengetahui keahlian khususnya

6) Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarang ini?Apakah perlu bantuan?

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu oleh keluarga

b. Istirahat

1) Kapan dan berapa lama klien beristirahat?

Selama di RS beberapa hari yang lalu, pola istirahat baik

2) Apa kegiatan untuk mengisi waktu luang?

Sebelum sakit pasien mengatakan sering menonton TV untuk mengisi

waktu luangnya. Saat dirawat di RS, klien mengisi waktu luang dengan

beristirahat.

3) Apakah klien manyediakan waktu khusus untuk istirahat?

Klien mengatakan sebelum dirawat di RS, klien menyediakan waktu

beristirahat pukul 13.00 siang dan pukul 22.30 malam.

4) Apakah pengisian waktu luang sesuai hoby?

Ya. Pasien mengatakan suka menonton TV

5) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini?

Pasien mengatakan saat dirawat di RS lebih banyak beristirahat dari


biasanya.

c. Tidur

1) Bagaimana pola tidur klien? (jam,berapa lama,nyenyak/tidak?)

Lama Tidur Siang : Sebelum dirawat di RS, pasien mengatakan hanya

tidur pada siang hari ± 2 jam setiap hari. Saat dikaji, pasien mengatakan

lama tidur siangnya ± 3 jam. Lama Tidur Malam: pasien mengatakan

tidur malam kurang nyenyak hanya bisa tidur 2-3 jam dan selalu
terbangun dimalam hari.

2) Apakah klien terbiasa menggunakan obat penenang sebelum tidur?

Pasien mengatakan tidak pernah atau tidak terbiasa menggunakan obat

penenang sebelum tidur.

3) Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur?

Keluarga pasien mengatakan tidak ada

4) Bagaimana kebiasaan tidur?

Kebiasaan tidur :pasien mengatakan kurang baik selama di RS

5) Berapa jam klien tidur?Bagaimana kualitas tidurnya?

Lama Tidur Siang : Sebelum dirawat di RS, pasien mengatakan hanya

tidur pada siang hari ± 2 jam setiap hari. Saat dikaji, pasien mengatakan

lama tidur siangnya ± 3 jam. Lama Tidur Malam: pasien mengatakan

tidur mlam kurng nyenyak hnya bias tidur 2-3 jam dan selalu terbangun

dimalam hari.

6) Apakah klien sering terjaga saat tidur?

pasien mengatakan sering terbangun saat malam hari.

7) Pernahkah mengalami gangguan tidur? Jenisnya?

Pasien mengatakan selama sakit mengalami gangguan tidur

8) Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut?

Pasien mengatakan pola tidurnya tidak baik

3. CAIRAN

a. Berapa banyak klien minum perhari? Gelas?

Pasien mengatakan menghabiskan air putih sebanyak 1200 ml/hari.

b. Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
Pasien mengatakan suka minum teh. Pasien mengatakan rutin

mengonsumsi air putih sebelum sakit. Saat dirawat di RS, Pasien

mengonsumsi air mineral.

c. Apakah ada minuman yang disukai/dipantang?

Pasien mengatakan memiliki minuman kesukaan yaitu teh. Namun dokter


menganjurkan minum susu selama sakit

d. Apakan klien terbiasa minum alkohol?

Pasien mengatakan tidak pernah meminum alkohol

e. Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari?

Pasien mengatakan rutin mengonsumsi air putih sebelum dirawat di RS.

Begitu pula saat di rawat di rumah sakit.

f. Ada program pembatasan cairan?

Keluarga pasien mengatakan tidak ada pembatasan cairan.

g. Bagaimana balance cairan klien?

4. NUTRISI

a. Apa yang biasa di makan klien tiap hari?

Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari lauk, sayur bervariasi.

Saat dirawat di RS pasien mengatakan makan makanan dari rumah sakit.

b. Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien?Berapa kali perhari?

Pasien mengatakan pola pemenuhan nutrisi pasien sudah memenuhi 4 sehat

5 sempurna. pasien makan 3x/hari dan porsi makan selalu dihabiskan. Saat

dirawat di RS, Pasien makan makanan dari rumah sakit.

c. Apakah ada makanan kesukaan,makanan yang dipantang?

Pasien mengatakan dokter menganjurkan untuk mengurangi makanan

berlemak.
d. Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?

Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan apapun.

e. Apakah ada kesulitan menelan? Mengunyah?

Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam menelan dan mengunyah.

f. Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus.

Pasien terpasang infuse di tangan kiri

g. Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?

Pasien mengatakan lancar buang air besar

h. Bagaimana kondisi gigi geligi klien?Jumlah gigi?Gigi palsu?Kekuatan

gigi?

Gigi Pasien tampak lengkap. pasien mengatakan tidak menggunakan gigi

palsu. Gigi pasien tampak bersih.

i. Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaitan dengan

sistem pencernaan?

Pasien mengatakan tidak ada riwayat pembedahan dan pengobatan yang

berkaitan dengan sistem pencernaan.

j. Adakah program DIET bagi klien?Jenis?Bila ada,jelaskan secara RINCI

Pasien menagatakan tidak ada program diet

5. ELIMINASI: URINE DAN FESES

a. Eliminasi feses:

1) Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan,pola dan karakteristik

feses?

Pasien mengatakan pola ubang air besar baik satu kali dalam sehari.

2) Apakah terbiasa menggunakan obat pencahar?


Pasien mengatakan tidak menggunakan obat pencahar

3) Apakah ada kesulitan?

Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam BAB

4) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?

Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam BAB

5) Apakah klien mengguankan alat bantu untuk defeksi?

Pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu untuk defekasi

b. Eliminasi Urine:

1) Apakah BAK klien teratur?

Pasien mengatakan buang air kecil baik teratur.

2) Bagaimana pola frekuensi, waktu, karakteristik serta perubahan yang

terjadi dalam miksi?

Selama sakit pola BAK baik frekuensi 3 kali sehari berwarna kuning.

3) Bagaimana perubahan pola miksi klien?

Tidak ada perubahan pola miksi

4) Apakah ada riwayat pembedahan ,apakah menggunakan alat bantu

dalam miksi?

Pasien menagatakan tidak ada riwayat pembedahan. Tidak ada

menggunakan alat bantu saat miksi.

5) Berapa volume air kemih?

Keluarga pasien tidak mengetahui pasti volume air kemih

6) Bila menggunakan alat bantu sudah berapa lama?

Tidak menggunakan alat bantu.

6. KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONDIOKSIDA


a. Pernafasan

1) Apakah ada kesulitan dalam bernafas?Bunyi nafas?Dypsnue?

Tidak. Pernafasan 20 kali permenit, bunyi nafas vesikuler

2) Apakah yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?

Pasien mengatakan tidak ada masalah

3) Apakah klien mengguanakan alat bantu pernafasan?(Ya,jelaskan apa

jenisnya)

Pasien tidak menggunakan alat bantu pernafasan

4) Posisi yang nyaman bagi klien?

Terlentang, dan duduk bersandar.

5) Apakah klien terbiasa merokok?Obat–obatan untuk melancarkan

pernafasan?

Pasien mengatakan tidak merokok

6) Apakah ada alergi terhadap debu, obat-obatan dll?

Pasien mengatakan tidak ada alergi

7) Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan pernafasan?

Pasien mengatakan tidak pernah dirawat karena gangguan pernafasan

8) Apakah klien pernah punya riwayat gangguan pernafasan dan mendapat

pengobatan?(Ya,apa jenisobat,beparalama pemberiannya?Kapan?)

Pasien mengatakan tidak ada riwayat gangguan pernafasan dan tidak

pernah mendapat pengobatan

b. Kardiovaskuler

1) Apakah klien cepat lelah?

Pasien mengatakan ya cepat lelah


2) Apakah ada keluhan berdebar- debar ?Nyeri dada yang menyebar ?

Pusing ?Rasa berat didada?

Pasien mengatakan tidak ada keluhan.

3) Apakah klien mengguankaan alat pacu jantung?

Pasien tidak menggunakan alat pacu jantung

7. PERSONAL HYGIENE

a. Bagaimana pola personal hygiene?Berapa kali mandi,gosok gigi dll?

Sebelum sakit, pasien mengatakan mandi 2x sehari. pasien mengatakan

klien mandi pagi dan mandi sore secara teratur tiap hari.Saat sakit, pasien

mengatakan dilap basah menggunakan tisu basah, sabun dan waslap.

Keluarga pasien menggosok gigi pasien dan membersihkan area mulut

pasien tiap hari.

b. Berapa hari klien terbiasa cuci rambut?

Sebelum sakit, pasien mengatakan mencuci rambut menggunakan sampo

1x dalam 2 hari tiap mandi pagi. Selama dirawat di RS pasien belum

pernah cuci rambut.

c. Apakah klien memerlukan bantuan dalam melakukan personal hygiene?

-Ya. Pasien dibantu oleh anak dan keluarganya

8. SEX

a. Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?

Pasien mengatakan suami telah meninggal.

D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL

1. Psikologi

a. Status Emosi.
1) Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya?

Ya. Saat dikaji pasien tampak senang karena pemyakit yang dialami

berangsur membaik.

2) Bagaimana suasana hati klien?

Saat dikaji pasien tampak senang karena pemyakit yang dialami

berangsur membaik

3) Bagaimana perasaan klien saat ini?

Pasien mengatakan agak cemas karena belum mengetahui penyakitnya

4) Apa yang dilakukan bila suasana hati sedih,marah,gembira?

Mengobrol dengan keluarga

b. Konsep diri:

1) Bagaimana klien memandang dirinya?

Pasien mengatakan walaupun dalam keadaan sakit, tetapi tetap harus

disyukuri karena itu adalah pemberian Allah

2) Hal-hal apa yang disukai klien?

Pasien suka berkumpul dengan keluarga

3) Bagaimana klien memandang diri sendiri?

Pasien mengatakan walaupun kondisi kesehatanya sperti itu, tetapi

tetap harus disyukuri karena itu adalah pemberian Allah

4) Apakah klien mampu mengidentifikasi kekuatan ,kelemahan yang ada

pada dirinya?

Pasien mengatakan keluarga menjadi kekuatannya untuk sembuh.

5) Hal-hal apa yang dapat dilakukan klien saat ini?

Pasien mengatakan walaupun gerakannya terbatas tetapi ia masih bisa


melakukan sesuatu dengan tangannya

2. Hubungan Sosial

a. Apakah klien mempunyai teman dekat?

Ya. Pasien mempunyai sahabat seumurannya

b. Siapa yang dipercaya klien?

Anak dan keluarga

c. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat?

Ya. Sebelum sakit, pasien sering ikut senam lansia di puskesmas dekat

rumahnya.

3. Spiritual

a. Apakah klien menganut satu agama?

Ya. Agama Islam

b. Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah?

Pasien mengatakan tidak esulitan dalam menjalankan shalat.

c. Bagaimana hubungan antara manusia dan Tuhan dalam agama

Pasien mengatakan selalu berdoa untuk meminta kesembuhan .

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. KEADAAN UMUM

1. Kesadaran: CM, GCS: E4M6V5

2. Kondi fisik klien secara umum

Pasien tampak baik

3. Tanda-tandavital

- TD: 140/80 mmHg


- N: 120 x/i

- RR: 20 x/i

- S: 36˚C

4. Pertumbuhan fisik:TB,BB,postur tubuh.antropometri

-TB: 150 cm

-BB: 67 kg

5. Keadaan kulit:wana,tekstur,kelaianan kulit.

-Turgor kulit kering

-Warna coklat kehitaman

-Tidak ada kelainan kulit

B. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL

1. Kepala

a. Bentuk,keadaan kulit,pertumbuhan rambut.

-Bentuk kepala bulat merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak

ada lesi atau kotoran

-Keadaan kulit kepala bersih dan tidak ada ketombe

-Rambut tipis, agak kasar, berwarn hitam

b. Mata: kebersihan,penglihatan,pupil,reflek,sklera,konjungtiva

-Tidak ada massa atau pembengkakan

-Pupil isokor, refleks kanan kiri mengikuti cahaya, ukuran 2,5 cm kanan

kiri

-Konjungtiva tidak anemis

-Sklera tidak ikterik

c. Telinga:bentuk, kebersihan,sekret,fungsi dan nyeri telinga?


- Simetris

- Bersih dan tidak ada serumen atau cairan telinga

- Fungsi telinga baik

d. Hidung:fungsi,polip,sekret,nyeri?

Penciuman baik, tidak ada polip atau sumbatan, tidak ada secret

e. Mulut:kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna lidah,

gigi (letak,kondisigigi), oropharing (baunafas,suaraparau,dahak)

-Kemampuan bicara baik dan lancar

-Keadaan bibir normal dan tidak ada kelainan

-Membrane mukosa lembab

2. Leher

Bentuk,gerakan,pembesaran thyroid,kelenjar getah bening,tonsil,JVP,Nyeri

telan?

- Refleks menelan

-Tidak ada pembesaran thyroid

-Tidak ada kelenjar getah bening

-Tidak ada distensi vena jugularis

-Tonsil normal, berwarna merah muda dan tidak bengkak

-Tidak ada nyeri tekan

3. Dada

a. Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada ,pergerakan

selama pernafasan, jenis pernafasan.

Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada retraksi

dinding dada, jenis pernafasan dada


Palpasi:simetris, tidak terdapat nyeri tekan dan massa

Perkusi:batas jantung dan paru ditandai dengan jantung saat diperkusi

terdengar redup dan paru terdengar sonor

Auskultasi:Suara pernapasan vesicular, bunyi jantung I ditemukan saat

meletakkan stetoskop di area ICS 2 parasternal kanan (aorta) dan ICS 2

parasternal kiri (pulmonalis), tidak terdengar suara abnormal.

4. Abdomen

a. Inspeksi:simetris, contour,warnakulit,vena,ostomy.

Simetris, tidak ada lesi, tidak ada massa, warna kulit kecoklatan

b. Auskultasi: frekuensi dan intensitas peristaltic

c. Perkusi:Udara.Cairan,massa/tumor?

Tidak terdapat massa/tumor, timpani

d. Palpasi:tonusotot,kekenyalan,ukuranorgan,massa,hernia,hepar,lien?

Nyeri tekan pada abdomen, ada massa atau pembengkakan abdomen,

ginjal teraba keras

e. Genitalia, Anus dan Rektum

Tidak dikaji

5. Ekstermitas

kelengkapan, kelainan jari, tonus otot, kesimetrisan gerak, ada yang

menggganggu gerak?, kekuatan otot, gerakan otot, gerakan bahu,

siku,pergelangan tangan dan jari-jari

1) Ekstermitas atas lengkap, tidak ada kelainan jari, tonus otot normal, gerak

simetris, tidak ada yang mengganggu gerak

Kekuatan otot 5 kiri dan kanan

2) Ekstermitas bawah lengkap, tidak ada kelainan jari, lemah


pada tungkai kiri dan kanan

-pergerakan terbatas

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan labolatorium

Tanggal Test Hasil Hasil Normal Satuan

30-03-2022HEMATOLOGI
WBC 8,96 4.00-10.0 10^3/UI
NEUT# 4,98 2.00-7,0 10^3/UI
LYMPH# 2,50 1,00-4,00 10^3/UI
MONO# 1,06 0,20-1,00 10^3/UI
EO# 0,38 0,00-0,50 10^3/UI
BASO# 0,04 0,00-0,20 10^3/UI
IG# 0,02 0,00-7,00 10^3/UI
NEUT% 55,7 50,0-70,0 %
LYMPH% 27,9 25,0-40,0 %
MONO% 11,8 2,0-8,0 %
EO% 4,2 2,0-4,0 %
BASO% 0,4 0,0-1,0 %
IG% 0,2 0,0-72,0 %

RBC 4,83 4,00-5,00 10^6/UI


HGB 14,3 12,0-16,0 g/dl
HCT 40,6 36,0-48,0 %
MCV 84,1 84,0-96,0 fL
MCH 29,6 28,0-34,0 pg
MCHC 35,2 32,0-36,0 g/dl
RDW-SD 38,1 39,0-52,0 fL
RDW-CV 12,2 11,0-14,5 %

PLT 309 150-450 10^3/UI


PDW 10,8 11,0-18,0 fL
MPV 9,7 7,4-10,4 fL
P-LCR 0,30 13,0-43,0 %
PCT 0,38 0,15-0,50 %

Glukosa sewaktu 109 <140 Mg/dL


kreatinin 0,96 L:0,7-1,3 P0,6-1,1 Mg/dl
ureum 26 10-50 Mg/dl

b. Pemeriksaan radiologi
- Hepar tidak membesa, permukaan rata, Echotexture meninggi, vasculature& bile ducts
tidak dilatasi.
- Lien tidak membesar, echo homogen
- Pancreas echo normal ductus tidak dilatasi.
- GB dinding baik, tak tampak echo batu
- Kedua ren ukuran normal, echo cortex normal. System calyses tidak dilatasi, tak tampak
batu. Tampak kista kecil pada ren kiri, ukuran 2,4x 2 cm
- Vesicaurinarisa normal, tak tampak batu..
Kesan
- Fatty Liver
- Kista ren sinistra, small cyet

TERAPI YANG DIBERIKAN


Obat Dosis Rute Tujuan
Santagesik - Intravena Untuk mengatasi nyeri akut
omeprazol - Intravena Untuk mengatasi asam
lambung berlebihan
neurosanbe - Intravena Untuk suplemen pada saraf

Sucralfat 3x1 Oral Untuk mengatasi tukak


lambung
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
-P: Pasien mengatakan nyeri -Pasien tampak lemah
-Q: Pasien mengatakan nyeri tumpul - Pasien tampak gelisah
-R: Pasien mengatakan nyeri pada perut - Selama di RS pasien terlihat hanya
berbaring saja
menjalar sampai ke belakang
-S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 NRS
TD: 140/80 mmHg
-T: nyeri hilang timbul
- Pasien mengatakan nyeri perut saat banyak - N: 120 x/i
bergerak
- RR: 20 x/i
- Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak
sering terbangun dimalam hari - S: 36˚C
- Pasien mengatakan hanya tidur 2-3 jam
dimalam hari 1
2
- Pasien mengatakan dibantu oleh keluarga
saat ke wc

KATEGORISASI DATA
KATEGORI DAN SUB KATEGORI DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
FISIOLOGI RESPIRASI - RR: 20 x/i

SIRKULASI - N: 120 x/i

- TD: 140/80 mmHg


NUTRISI DAN CAIRAN -
ELIMINASI -
AKTIVITAS DAN DS :
ISTIRAHAT - Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak
sering terbangun dimalam hari

- Pasien mengatakan hanya tidur 2-3 jam


dimalam hari

- Pasien mengatakan nyeri saat banyak


bergerak

- Pasien mengatakan dibantu keluarga saat


ke wc

DO:
- Pasien tampak lemah
- pasien tampakgelisah
- Selama di RS pasien terlihat hanya
berbaring saja
-

NEUROSENSORY -
REPRODUKSI DAN -
SEKSUALITAS
PSOKOLOGIS NYERI DAN DS:
KENYAMANAN -P: Pasien mengatakan nyeri
-Q: Pasien mengatakan nyeri tumpul
-R: Pasien mengatakan nyeri pada perut
menjalar sampai ke belakang
-S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 NRS
-T: nyeri hilang timbul
DO:
- Pasien tampak lemah
- pasien tampakgelisah
TTV
TD: 140/80 mmHg

- N: 120 x/i

- RR: 20 x/i

- S: 36˚C
INTEGRITAS EGO -
PERTUMBUHAN DAN -
PERKEMBANGAN
PERILAKU KEBERSIHAN DIRI -
PENYULUHAN DAN -
PEMBELAJARAN
RELASIONAL INTERAKSI SOSIAL -
LINGKUNGAN KEAMANAN DAN -
PROTEKSI

ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS: Nyeri Akut
P: Pasien mengatakan nyeri Kista ren sinistra
-Q: Pasien mengatakan nyeri tumpul
-R: Pasien mengatakan nyeri pada perut Tekanan intraluminal
menjalar sampai ke belakang
-S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 NRS penghambatan aliran limfe
-T: nyeri hilang timbul
DO:
Edema
-
- Pasien tampak gelisah
TTV
TD: 140/80 mmHg Nyeri Akut

- N: 120 x/i

- RR: 20 x/i

- S: 36˚C

DS : Kista ren sinistra Gangguan mobilitas


- Pasien mengatakan nyeri saat banyak fisik
bergerak
Tekanan intraluminal
- Pasien mengatakan dibantu keluarga saat
ke wc penghambatan aliran limfe

DO Edema
- Selama di RS pasien terlihat hanya
berbaring saja
Nyeri abdomen
- Pasin tampak lemah

Gangguan mobilitas fisik


DS: Kista ren sinistra Gangguan pola tidur
-Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak
sering terbangun dimalam hari Tekanan intraluminal
-Pasien mengatakan hanya tidur 2-3 jam
dimalam hari penghambatan aliran limfe

DO:
- Pasien tampak lemah Edema
- Selama di RS pasien terlihat hanya
berbaring saja
Perasaan tidak nyaman
-

Gangguan pola tidur

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di buktikan dengan
-DS:
P: Pasien mengatakan nyeri
-Q: Pasien mengatakan nyeri tumpul
-R: Pasien mengatakan nyeri pada perut menjalar sampai ke belakang
-S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 NRS
-T: nyeri hilang timbul
DO:
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak gelisah
TTV
TD: 140/80 mmHg

- N: 120 x/i

- RR: 20 x/i

- S: 36˚C
2. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan:

DS :
- Pasien mengatakan nyeri saat banyak bergerak
- Pasien mengatakan dibantu keluarga saat ke wc

DO
- Selama di RS pasien terlihat hanya berbaring saja
- Pasin tampak lemah

3. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan :


DS:
-Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak sering terbangun dimalam hari

-Pasien mengatakan hanya tidur 2-3 jam dimalam hari

DO:
- Pasien tampak lemah
- Selama di RS pasien terlihat hanya berbaring saja
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosis keperawatan Luaran keperawatan Intervensi Rasional


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri Manajemen nyeri
dengan agen pencedera keperawatan selama 2x24 jam Observasi Observasi
fisiologis di buktikan dengan maka, tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi, - Agar mengetahui
DS: dengan kriteri hasil: karakteristik, durasi, lokasi, derajat
P: Pasien mengatakan nyeri - Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, dan tingkat nyeri
-Q: Pasien mengatakan menurun intensitas nyeri yang dialami dan
- Gelisah menurun - Identifikasi skala nyeri untuk dapat
nyeri tumpul
- Kesulitan tidur - Identifikasi faktor melakukan
-R: Pasien mengatakan menurun yang memperberat dan intervensi
nyeri pada perut menjalar - Tekanan darah memperingan nyeri selanjutnya
sampai ke belakang membaik - Monitor efek samping - Agar mengetahui
-S: Pasien mengatakan - Pola tidur penggunaan analgetik keefektifan
membaik Teraupeutik manajemen nyeri
nyeri skala 5 NRS
- Berikan teknik non - Untuk
-T: nyeri hilang timbul farmakologis untuk menghindari
DO: mengurangi rasa nyeri faktor pemberat
--Pasien tampak lemah (aromaterapi) - Analgetik
-Pasien tampak gelisah Edukasi membentu
TTV - Jelaskan strategi mengurangi
TD: 140/80 mmHg meredakan nyeri nyeri
- Anjurkan memonitor
Teraupeutik
- N: 120 x/i nyeri secara mandiri
- Untuk
- Ajarkan tekhnik non
menurunksn dan
- RR: 20 x/i farmakologis untuk
mengalihkan
meredakan nyeri
perhatian klien
- S: 36˚C ( aromaterapi dan
dari nyeri nya
relaksasi nafas dalam)
Edukasi
- Agar klien
mengetahui
strategi yang
diberikan
- Agar dapat
mengetahui
intensitas nyeri
- Teknik
nonfarmakologis
dapat membantu
mengurangi
nyeri
2. Gangguan Mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi Dukungan mobilisasi Dukungan Mobilisasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam Observasi Observasi
penurunan kekuatan otot maka, kekuatan otot - identifiksi adanya nyeri atau - Untuk mengetahui
dibuktikan dengan: meningkat dengan kriteri keluhan fisik lainnya frekuensi jantung dan
hasil: - Identifikasi toleransi fisik tekanan darah saat akan
- nyeri menurun melakukan pergera kan melakukan mobilitas
DS : - kaku sendi - Monitor kondisi umum selama fisik
- Pasien mengatakan nyeri menurun - untuk mengetahui
melakukan mobilisasi
saat banyak bergerak - gerakan terbatas Teraupeutik kondisi umum saat
menurun - Libatkan keluarga untuk melakukan mobilisasi
- Pasien mengatakan dibantu kelmahan fisik membantu pasien dalam teraupeutik
keluarga saat ke wc menurun meningkatkan pergerakan - untuk membantu pasien
Edukasi dalam meningkatkan
- Jelaskan tujuan prosedur pergerakan
DO
mobilisasi
- Selama di RS pasien
- Ajarkan mobilisasi sederhana Edukasi
terlihat hanya - memberikan
berbaring saja
yang harus dilakukan
pemahaman mengenai
- Pasin tampak lemah manfaaat tindakan yang
akan dilakukan
- untuk mempertahankan
dan memelihara
kekuatan otot dan
merangsang sirkulasi
darah.

3. Gangguan pola tidur Setelah diberikan tindakan Terapi murattal Terapi murattal
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam Observasi a) Observasi
dibuktikan dengan: pola tidur membaik dengan - Identifikasi aspek yang akan - Memudahkan dalam
kriteria hasil : mengatasi masalah
difokuskan dalam terapi
DS: - keluhan sulit tidur
(relaksasi) - Untuk menyeuaikan
-Pasien mengatakan tidur menurun
- Identifikasi jenis terapi yang kondisi pasien
tidak nyenyak sering - keluhan sering - Media berguna untuk
digunakan berdasarkan keadaan
terbangun dimalam hari terjaga menurun
dan kemampuan pasien memudahkan terapi
- keluhan istirahat
- Identifikasi media yang - Lama durasi agar klien
-Pasien mengatakan hanya tidak cukup
dipergunakan tidak jenuh dan bosan
tidur 2-3 jm dimalam hari menurun
- Identifikasi lama durasi - Untuk mengetahui
pemberian sesuai kondisi pasien keefektifan terapi
DO:
- Monitor perubahan yang b) Teraupeutik
- Pasien tampak lemah
difokuskan - Muntuk menjaga
- Selama di RS pasien
Teraupeutik keamanan dan
terlihat hanya berbaring saja
- Posisikan dalam posisi dan kenyamanan pasien
lingkungan yang nyaman - Volume penting untuk
- Yakinkan volume yang mengatur tingkat rileks
digunakan sesuai dengan - Murattal surah yang telah
keinginan pasien dipilih yang merangsang
- Putar rekaman yang telah rileks pasien
ditetapkan
Edukasi c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan manfaat Aar pasien paham
terapi maksud dan tujuan
dilaksanakan terapi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Waktu Implementasi Tindakan Keperawatan Nama Jelas


Diagnosis
1. Nyeri akut berhubungan Senin Manajemen nyeri Hilda Arisandi
dengan agen pencedera 10/04/2023
fisiologis di buktikan dengan 15.00 Observasi
DS: - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
P: Pasien mengatakan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
hasil:
-Q: Pasien mengatakan nyeri P: Pasien mengatakan nyeri
tumpul
-Q: Pasien mengatakan nyeri tumpul
-R: Pasien mengatakan nyeri
-R: Pasien mengatakan nyeri pada perut menjalar
pada perut menjalar sampai ke
sampai ke belakang
belakang
15.05 -S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 NRS
-S: Pasien mengatakan nyeri
-T: nyeri hilang timbul
skala 5 NRS - Mengidentifikasi skala nyeri
-T: nyeri hilang timbul 15.15 hasil: skala nyeri 5 (NRS)
DO: Teraupeutik
--Pasien tampak lemah - Memberikan teknik non farmakologis
-Pasien tampak gelisah untuk mengurangi rasa nyeri
15.20
TTV (aromaterapi)
TD: 140/80 mmHg Edukasi
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- N: 120 x/i Hasil: klien memahami teknik non
farmakologis
- RR: 20 x/i
- Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- S: 36˚C
Hasil : nyeri hilang timbul
- Mengajarkan tekhnik non
farmakologis untuk meredakan nyeri
( aromaterapi dan relaksasi nafas
dalam)
Hasil : klien memberikan aromaterapi
pada bagian perut

2 Gangguan Mobilitas fisik Senin Dukungan mobilisasi Hilda Arisandi


berhubungan dengan 10/04/2023 Observasi
penurunan kekuatan otot 15.35 - Mengidentifiksi adanya nyeri atau keluhan fisik
dibuktikan dengan: lainnya
Hasil :
Pasien mengatakan nyeri saat banyak bergerak
DS : 15.50
- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
- Pasien mengatakan nyeri saat pergerakan
banyak bergerak Hasil : selama di RS pasien terlihat berbaring
16.05 - Memonitor kondisi umum selama melakukan
- Pasien mengatakan dibantu mobilisasi
keluarga saat ke wc Hasil : pasien tampak lemah
Teraupeutik
- Meliibatkan keluarga untuk membantu pasien
DO dalam meningkatkan pergerakan
- Selama di RS pasien 16.08 Hasil : keluarga membantu pasien ke kamar
terlihat hanya berbaring mandi
saja Edukasi
- Pasin tampak lemah - Menjelaskan tujuan prosedur mobilisasi
Hasil: pasien memahami mbilisasi
- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
Hasil: klien duduk ditempat tidur
3 Gangguan pola tidur Senin Terapi murattal Hilda Arisandi
berhubungan dengan 10/04/2023 Observasi
dibuktikan dengan: 16.10 - Mengidentifikasi aspek yang akan difokuskan
dalam terapi.
DS: 16.15
Hasil : memfokuskan aspek relaksasi
-Pasien mengatakan tidur tidak - Mengidentifikasi jenis terapi yang digunakan
16.25
nyenyak sering terbangun dimalam berdasarkan keadaan dan kemampuan pasien
hari Hasil : mendengarkan murottal Quran
- Mengidentifikasi media yang dipergunakan
-Pasien mengatakan hanya tidur 2- 16.30 Hasil : menggunakan hp anak
3 jam dimalam hari - Mengidentifikasi lama durasi pemberian sesuai
16.32
16.37 kondisi pasien
DO:
Hasil : Surah Ar-Rahman 10- 15 menit
- Pasien tampak lemah
16.42 - Memonitor perubahan yang difokuskan
- Selama di RS pasien terlihat Hasil : klien lebih rileks
hanya berbaring saja 16.45 Teraupeutik
- Memposisikan dalam posisi dan lingkungan
yang nyaman
Hasil : klien sambil berbaring
- Meyakinkan volume yang digunakan sesuai
dengan keinginan pasien
Hasil : anak mengatur volume sesuai keinginan
klien
- Memutar rekaman yang telah ditetapkan
Hasil : Surah Ar-Rahman 78 ayat
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan manfaat terapi
Hasil : klien mengetahui tujuan terapi
4 Nyeri akut berhubungan Selasa Observasi Hilda Arisandi
dengan agen pencedera 11/04/2023 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis di buktikan dengan 14.15 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
DS: hasil:
P: Pasien mengatakan nyeri P: Pasien mengatakan nyeri
14.18
-Q: Pasien mengatakan nyeri -Q: Pasien mengatakan nyeri tumpul
tumpul -R: Pasien mengatakan nyeri pada perut menjalar
-R: Pasien mengatakan nyeri 14.20 sampai ke belakang
pada perut menjalar sampai ke -S: Pasien mengatakan nyeri skala 3 NRS
belakang -T: nyeri hilang timbul
-S: Pasien mengatakan nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri
hasil: skala nyeri 3 (NRS)
skala 5 NRS
Teraupeutik
-T: nyeri hilang timbul - Memberikan teknik non farmakologis untuk
DO: mengurangi rasa nyeri (aromaterapi)
--Pasien tampak lemah
Edukasi
-Pasien tampak gelisah
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
TTV
Hasil: klien memahami teknik non
TD: 140/80 mmHg
farmakologis
- Menganjurkan memonitor nyeri secara
- N: 120 x/i
mandiri
Hasil : nyeri berkurang
- RR: 20 x/i
- Mengajarkan tekhnik non farmakologis
untuk meredakan nyeri ( aromaterapi dan
- S: 36˚C
relaksasi nafas dalam)
Hasil : klien memberikan aromaterapi pada
bagian perut
5 Gangguan Mobilitas fisik Selasa Dukungan mobilisasi Hilda Arisandi
berhubungan dengan 11/04/2023 Observasi
penurunan kekuatan otot 14.25 - Mengidentifiksi adanya nyeri atau keluhan fisik
dibuktikan dengan: lainnya
Hasil : pasen mengatakan nyeri saat banyak
bergerak
DS :
- Pasien mengatakan nyeri saat - Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
banyak bergerak
Hasil : selama di RS pasien terlihat berbaring
- Pasien mengatakan dibantu - Memonitor kondisi umum selama melakukan
14.28 mobilisasi
keluarga saat ke wc
Hasil : pasien tampak lemah
Teraupeutik
14.25
DO - Meliibatkan keluarga untuk membantu pasien
- Selama di RS pasien
dalam meningkatkan pergerakan
terlihat hanya berbaring Hasil : keluarga membantu pasien ke kamar
saja mandi
Edukasi
- Pasin tampak lemah
- Menjelaskan tujuan prosedur mobilisasi
Hasil: pasien memahami mbilisasi
- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
Hasil: klien dibantu ke kamar kecil
6 Gangguan pola tidur Selasa Terapi murattal Hilda Arisandi
berhubungan dengan 11/04/2023 Observasi
dibuktikan dengan: 14.30 - Mengidentifikasi aspek yang akan difokuskan
dalam terapi.
DS: Hasil : memfokuskan aspek relaksasi
-Pasien mengatakan tidur tidak - Mengidentifikasi jenis terapi yang digunakan
nyenyak sering terbangun dimalam 14.35 berdasarkan keadaan dan kemampuan pasien
hari Hasil : mendengarkan murottal Quran
14.37 - Mengidentifikasi media yang dipergunakan
-Pasien mengatakan hanya tidur 2- Hasil : menggunakan hp anak
3 jm dimalam hari - Mengidentifikasi lama durasi pemberian sesuai
kondisi pasien
DO:
Hasil : Surah Ar-Rahman 10- 15 menit
- Pasien tampak lemah - Memonitor perubahan yang difokuskan
- Selama di RS pasien terlihat Hasil : klien lebih rileks
hanya berbaring saja
Teraupeutik
-
- Memposisikan dalam posisi dan lingkungan
yang nyaman
Hasil : klien sambil berbaring
- Meyakinkan volume yang digunakan sesuai
dengan keinginan pasien
Hasil : anak mengatur volume sesuai keinginan
klien
- Memutar rekaman yang telah ditetapkan
Hasil : Surah Ar-Rahman 78 ayat
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan manfaat terapi
Hasil : klien mengetahui tujuan terapi
7 Nyeri akut berhubungan Rabu Manajemen nyeri Hilda Arisandi
dengan agen pencedera 12/04/2023
fisiologis di buktikan dengan 10.15 Observasi
DS: - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
P: Pasien mengatakan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
hasil:
-Q: Pasien mengatakan nyeri
P : pasien mengatakan nyeri
tumpul Q : pasien mengatakan nyeri terasa tertusuk
-R: Pasien mengatakan nyeri tusuk
pada perut menjalar sampai ke R : pasien mengatakan nyeri yang dirasa
belakang pada punggung belakang
10.18 T : pasien mengatakan sakit yang dirasa
-S: Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul
skala 5 NRS - Mengidentifikasi skala nyeri
-T: nyeri hilang timbul hasil: skala nyeri 2 (NRS)
DO: 10.20 Teraupeutik
--Pasien tampak lemah - Memberikan teknik non farmakologis untuk
-Pasien tampak gelisah mengurangi rasa nyeri
TTV hasil: skala nyeri 2
TD: 140/80 mmHg

- N: 120 x/i

- RR: 20 x/i

- S: 36˚C
8 Gangguan Mobilitas fisik Rabu Dukungan mobilisasi Hilda Arisandi
berhubungan dengan 12/04/2023 Observasi
penurunan kekuatan otot 10.25 - Mengidentifiksi adanya nyeri atau keluhan fisik
dibuktikan dengan: lainnya
Hasil :
10.28
- Pasien mengatakan nyeri saat bergerak
DS : - Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
- Pasien mengatakan nyeri saat pergerakan
banyak bergerak Hasil : selama di RS pasien terlihat berbaring
- Memonitor kondisi umum selama melakukan
- Pasien mengatakan dibantu mobilisasi
keluarga saat ke wc Hasil : pasien tampak lemah
Teraupeutik
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien
DO dalam meningkatkan pergerakan
- Selama di RS pasien Hasil : keluarga membantu pasien ke kamar
terlihat hanya berbaring mandi
saja Edukasi
- Pasin tampak lemah - Menjelaskan tujuan prosedur mobilisasi
Hasil: pasien memahami mbilisasi
- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
Hasil: klien duduk ditempat tidur

9 Gangguan pola tidur Rabu, Terapi murattal Hilda Arisandi


berhubungan dengan 12/04/2023 Observasi
dibuktikan dengan: 10.35 - Mengidentifikasi aspek yang akan difokuskan
dalam terapi.
DS: Hasil : memfokuskan aspek relaksasi
10.37
-Pasien mengatakan tidur tidak - Mengidentifikasi jenis terapi yang digunakan
nyenyak sering terbangun dimalam berdasarkan keadaan dan kemampuan pasien
hari Hasil : mendengarkan murottal Quran
- Mengidentifikasi media yang dipergunakan
-Pasien mengatakan hanya tidur 2- Hasil : menggunakan hp anak
3 jm dimalam hari - Mengidentifikasi lama durasi pemberian sesuai
kondisi pasien
DO: Hasil : Surah Ar-Rahman 10- 15 menit
- Pasien tampak lemah - Memonitor perubahan yang difokuskan
- Selama di RS pasien terlihat Hasil : klien lebih rileks
hanya berbaring saja Teraupeutik
- - Memposisikan dalam posisi dan lingkungan
yang nyaman
Hasil : klien sambil berbaring
- Meyakinkan volume yang digunakan sesuai
dengan keinginan pasien
Hasil : anak mengatur volume sesuai keinginan
klien
- Memutar rekaman yang telah ditetapkan
Hasil : Surah Ar-Rahman 78 ayat
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan manfaat terapi
- Hasil : klien mengetahui tujuan
terapi
EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosis Waktu Evaluasi (SOAP) Nama Jelas

Nyeri akut berhubungan Senin, S: : Hilda Arisandi


dengan agen pencedera 10/04/2023
P: Pasien mengatakan nyeri
fisiologis di buktikan 15.30
dengan -Q: Pasien mengatakan nyeri
DS: tumpul
P: Pasien mengatakan -R: Pasien mengatakan nyeri pada
nyeri perut menjalar sampai ke
-Q: Pasien mengatakan belakang
nyeri tumpul -S: Pasien mengatakan nyeri skala
-R: Pasien mengatakan 5 NRS
nyeri pada perut -T: nyeri hilang timbul
menjalar sampai ke
-Skala nyeri 5 NRS
belakang O:
-S: Pasien mengatakan - Pasien tampak lemah
nyeri skala 5 NRS -Pasien tampak gelisah
-T: nyeri hilang timbul A: Nyeri Akut
DO: P: intervensi dilanjutkan
-Pasien tampak lemah
-Pasien tampak gelisah Observasi
TTV - Mengidentifikasi lokasi,
TD: 140/80 mmHg karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
- N: 120 x/i intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala
- RR: 20 x/i nyeri
Teraupeutik
- S: 36˚C - Memberikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-
Gangguan Mobilitas fisik Senin, S : pasien mengatakan nyeri saat Hilda Arisandi
berhubungan dengan 10/04/2023 banyak bergerak
penurunan kekuatan otot 15.30 O : pasien nampak hanya
dibuktikan dengan: berbaring di tempat tidur
A : gangguan mobilitas fisik
DS :
P : intervensi dilanjutkan
-P: Pasien mengatakan Dukungan mobilisasi
nyeri Observasi
-Q: Pasien mengatakan - Mengidentifiksi adanya
nyeri tumpul nyeri atau keluhan fisik
lainnya
-R: Pasien mengatakan - Memonitor kondisi umum
nyeri pada perut selama melakukan
menjalar sampai ke mobilisasi
belakang
Teraupeutik
-S: Pasien mengatakan - Melibatkan keluarga untuk
nyeri skala 5 NRS membantu pasien
-T: nyeri hilang timbul

DO
Selama di RS pasien terlihat
hanya berbaring saja
Gangguan pola tidur Senin, S: pasien mengatakan tidur tidak Hilda Arisandi
berhubungan dengan 10/04/2023 nyenyak
dibuktikan dengan: 15.30
O: pasien tampak lemah
DS: A: gangguan pola tidur
-Pasien mengatakan tidur
P: intervensi dilanjutkan
tidak nyenyak sering
terbangun dimalam hari Terapi murattal
Observasi
-Pasien mengatakan hanya - Mengidentifikasi aspek yang
tidur 2-3 jam dimalam hari akan difokuskan dalam terapi.
- Mengidentifikasi jenis terapi
DO: yang digunakan berdasarkan
- Pasien tampak lemah keadaan dan kemampuan
- Selama di RS pasien pasien
terlihat hanya berbaring - Mengidentifikasi media yang
saja dipergunakan
- - Mengidentifikasi lama durasi
pemberian sesuai kondisi
pasien
- Memonitor perubahan yang
difokuskan
Teraupeutik
- Memposisikan dalam posisi
dan lingkungan yang nyaman
- Meyakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
keinginan pasien
- Memutar rekaman yang telah
ditetapkan
Nyeri akut berhubungan Rabu S: : Hilda Arisandi
dengan agen pencedera 12/04/2023 - P: Pasien mengatakan nyeri
fisiologis di buktikan 15.30
-Q: Pasien mengatakan nyeri seperti
dengan
tertusuk-tusuk,memberat ketika
DS:
digerakkan
P: Pasien mengatakan -R: Pasien mengatakan nyeri pada area
nyeri belakang dan punggung
-Q: Pasien mengatakan -S: Pasien mengatakan nyeri skala 2
nyeri tumpul NRS
-T: hilang timbul
-R: Pasien mengatakan
-Skala nyeri 2 NRS
nyeri pada perut O:
menjalar sampai ke Pasien tampak lemah
belakang -Pasien tampak gelisah
-S: Pasien mengatakan A: Nyeri Akut
nyeri skala 5 NRS P: intervensi dilanjutkan
-T: nyeri hilang timbul Manajemen nyeri
DO: Observasi
-Pasien tampak lemah - Mengidentifikasi lokasi,
-Pasien tampak gelisah karakteristik, durasi,
TTV frekuensi, kualitas,
TD: 140/80 mmHg intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala
- N: 120 x/i nyeri
Teraupeutik
- RR: 20 x/i - Memberikan teknik non
farmakologis untuk
- S: 36˚C mengurangi rasa nyeri

Gangguan Mobilitas fisik Rabu Hilda Arisandi


berhubungan dengan 12/04/2023 S : pasien dibantu keluarga ke kamar
penurunan kekuatan otot 10.30 kecil
dibuktikan dengan: O : pasien nampak hanya berbaring di
tempat tidur
DS : A : gangguan mobilitas fisik
-P: Pasien mengatakan P : intervensi dilanjutkan
Dukungan mobilisasi
nyeri
Observasi
-Q: Pasien mengatakan - Mengidentifiksi adanya
nyeri tumpul nyeri atau keluhan fisik
-R: Pasien mengatakan lainnya
nyeri pada perut - Memonitor kondisi umum
selama melakukan
menjalar sampai ke mobilisasi
belakang
Teraupeutik
-S: Pasien mengatakan - Melibatkan keluarga untuk
nyeri skala 5 NRS membantu pasien
-T: nyeri hilang timbul

DO
Selama di RS pasien
terlihat hanya berbaring
saja
Gangguan pola tidur Rabu Hilda Arisandi
berhubungan dengan 12/04/2023 S: pasien mengatakan hanya tidur
dibuktikan dengan: 10.30 2-3 jam di malam hari
DS: O: pasien tampak hanya berbaring
-Pasien mengatakan tidur A: gangguan pola tidur
tidak nyenyak sering
terbangun dimalam hari P: intervensi dilanjutkan

Terapi murattal
-Pasien mengatakan hanya
Observasi
tidur 2-3 jam dimalam hari - Mengidentifikasi aspek yang
DO:
akan difokuskan dalam terapi.
- Mengidentifikasi jenis terapi
- Pasien tampak lemah
yang digunakan berdasarkan
- Selama di RS pasien
terlihat hanya berbaring keadaan dan kemampuan
saja pasien
- Mengidentifikasi media yang
dipergunakan
- Mengidentifikasi lama durasi
pemberian sesuai kondisi
pasien
- Memonitor perubahan yang
difokuskan
Teraupeutik
- Memposisikan dalam posisi
dan lingkungan yang nyaman
- Meyakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
keinginan pasien
- Memutar rekaman yang telah
ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA

Smelter, S. . (2011). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah (terjemahan). EGC.


https://doi.org/Volume 2 Nomor 2
PPNI, D. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat.
PPNI, D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Defenisi dan Tindakan
Keperawatan (edisi 1).
PPNI, D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (Edisi 1).
Sari, Marrita dan Ramadhan , aulia. (2022) . Asuhan Keperawatan Gangguan Pola Tidur
Melalui Terapi Audio Murattal dengan Sleep Quality Indeks pada Lansia.

Anda mungkin juga menyukai