OLEH:
HILDA ARISANDI
NIM: 70900122034
( ) ( )
I. Tinjauan pustaka
A. Definisi Nyeri Abdomen
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya rasa
tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan. (Diagnosa
keperawatan Lynda Juall 1998, yang dikutip oleh Smeltzer, Suzanne C).Nyeri
adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith
M. Wilkinson 2002, yang dikutip oleh Smeltzer, Suzanne C).
B. Etiologi (Penyebab)
Kegawatan abdomen yang datang kerumah sakit bisa berupa kegawatan bedah atau
kegawatan non bedah. Kegawatan non bedah antara lain pankreatitis akut, ileus, paralitik,
kolik abdomen. Kegawatan yang disebabkan oleh bedah antara lain peritonitis umum akibat
suatu proses dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu
trauma, sedang proses dari dalam misal karena apendisitis perforasi.
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain appendisitis, Appendiksitis
merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :
Hiperplasia dari folikel limfoid, Adanya fekalit dalam lumen appendiks, Tumor appendiks,
Adanya benda asing seperti cacing askariasis. Erosi mukosa appendiks karena parasit
seperti E. Histilitica.
Kolik bilier, kolisistitis, diverkulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis,
peritonitis, salpingitis, adenitis mesentrika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang
menyebabkan abdomen akut antara lain : nekrosis hepatoma, infark klien, pneumonia,
infark miokard, ketoasidosis diabetikum, inflamasi enurisma, volvulus sigmoid, caecum
atau lambung dan Herpes zoster.
Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat terjadi karena rangsangan
viseral, rangsangan somatik dan akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu dievaluasi
mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah nyeri yang disampaikan
terlokalisir, atau sukar ditentukan lokasinya. Kemudian adanya referred pain juga
membantu untuk mengetahui asal nyeri tersebut. Adanya nyeri tekan pada pemeriksaan
fisik seseorang juga menunjukan bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari
nyeri yang melibatkan serosa. Nyeri ini dapat terjadi akibat infeksi yang kontiyu (terus
menerus) serta ulkus lanjut. Nyeri somatik biasanya nyerinya terkolalisasi.
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau
diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa berakibat
fatal. Berikut adalah daftar beberapa kondisi yang mendasari akut abdomen yang sering
terlihat dalam komunitas (Kavanagh, 2004) :
1. Acute cholecystitis.
2. Acute appendicitis atau Meckel‟s diverticulitis.
3. Acute pancreatitis.
4. Ectopic pregnancy.
5. Diverticulitis.
6. Peptic ulcer disease.
7. Pelvic inflammatory disease.
8. Intestinal obstruction, including paralytic ileus (adynamic obstruction).
9. Gastroenteritis.
10. Acute intestinal ischaemia/infarction or vasculitis.
11. Gastrointestinal (GI) haemorrhage.
12. Renal colic or renal tract pain.
13. Acute urinary retention
14. Abdominal aortic aneurysm (AAA).
15. Testicular torsion.
C. Patofisiologi
D. Manifestasi klinis
1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila
dilakukan tekanan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri
tekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat
konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila
appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah
lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada
pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat
dengan kandung kemih atau ureter.Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum
kanan dapat terjadi.Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di
belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada
pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahuipada pemeriksaan rektal. Nyeri pada
defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila
appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat
ileus paralitik dan kondisi klien memburuk.
Tanda-tanda Penting
Rovsing’s sign
Continuous deep palpation dimulai dari atas left iliac fossa (berlawanan arah
jarum jam sepanjang colon) menyebabkan nyeri di right iliac fossa, dengan
mendorong isi usus terhadap ileocaecal valve dan dengan demikian meningkatkan
tekanan di sekitar appendix (Rovsing, 1907).
Psoas sign
Psoas sign atau “Obraztsova‟s sign” adalah nyeri right lower quadrant yang
dihasilkan dengan passive extension dari right hip pasien (pasien berbaring pada sisi
kiri dengan lutut fleksi) atau dengan active flexion dari right hip saat berbaring
terlentang. Nyeri didapat karena terjadi inflamasi peritoneum yang melapisi
iliopsoas muscles dan inflamasi pada psoas muscles. Meluruskan kaki menyebabkan
nyeri karena meregangkan otot-otot ini, sementara memfleksikan hip meregangkan
iliopsoas dan menyebabkan nyeri.
Obturator sign
Jika appendix yang meradang berada dalam kontak dengan obturatorius
internus, spasme otot dapat ditunjukkan oleh rotasi meregangkan dan internal
pinggul. Manuver ini akan menyebabkan nyeri di hypogastrium vagina.
Dunphy’s sign
Nyeri bertambah saat batuk di right lower testicle quadrant (Small, 2008).
Kocher (Kosher)’s sign
Nyeri pada epigastric region atau sekitar gaster dengan pergeseran nyeri di right
iliac region.
Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign
Nyeri bertambah di right iliac region saat pasien berbaring pada salah satu sisi
tubuhnya.
Bartomier-Michelson’s sign
Nyeri bertambah saat palpasi di right iliac region ketika pasien berbaring pada
salah satu sisi tubuhnya dibandingkan saat pasien berada pada posisi terlentang.
Aure-Rozanova’s sign
Nyeri bertambah pada palpasi dengan jari di right Petit triangle (bisa menjadi
tanda positif Shchetkin-Bloomberg‟s sign). Khas untuk posisi appendix retrocecal.
Blumberg sign
Juga disebut sebagai nyeri rebound. Palpasi mendalam visera atas appendix
meradang diduga diikuti dengan pelepasan tiba-tiba tekanan menyebabkan nyeri
menunjukkan tanda Blumberg positif dan peritonitis.
McBurney sign
Tenderness pada 2/3 jarak antara umbilikus dan spina iliaka anterior superior.
Murphy sign
Selama inspirasi, isi perut didorong ke bawah karena diafragma bergerak turun
(dan paru-paru membesar). Jika pasien berhenti bernapas (kantong empedu empuk
dan bergerak ke bawah, ada kontak dengan jari-jari pemeriksa) dan mengernyit
dengan „menangkap‟ napas, tes ini dianggap positif. Sebuah tes positif juga tidak
memerlukan rasa sakit pada melakukan manuver di sisi kiri pasien.
Cullen sign
Perubahan warna kebiruan periumbilikalis.
Grey-Turner sign
Perubahan warna pada area flank.
Kehr sign
Nyeri berat pada bahu kiri.
Chandelier sign
Manipulasi cervix menyebabkan pasien mengangkat panggulnya
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan nyeri
a. Prinsip dasar intervensi keperawatan pada nyeri meliputi
1) Mengidentifikasi tujuan dan penatalaksanaan nyeri
2) Membina hubungan perawat klien
3) Memberikan perawatan fisik
4) Mengatasi kecemasan pasien yang berhubungan dengan nyeri.
5) Melakukan intervensi farmakologis
6) Melakukan intervensi non farmakologi
7) Melakukan penyuluhan
8) Melakukan evaluasi keefektifan strategi intervensi nyeri.
b. Tindakan noninvasif untuk mengurangi nyeri dan alasannya.
Banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologis dan noninvasif yang
dapat membantu menghilangkan nyeri. Metode pereda nyeri
nonfarmakologis biasanya mempunyai risiko yang sangat rendah. Tindakan
nonfarmakologis bukan merupakan pengganti obat-obatan, tindakan tersebut
mungkin diperlukan, atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang
berlangsung hanya beberapa detik atau menit.
1) Stimulasi dan masase kutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik
menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama
seperti reseptor nyeri, tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem
kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
masase membuat relaksasi otot. Teori gate control telah menjelaskan,
bertujuan untuk menstimulasi serabutserabut yang menstransmisikan
sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri.
2) Terapi es (dingin) dan panas.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es harus
diletakkan pada tempat cedera segera setelah terjadi cedera, (Cohen,
1989 dalam Suddart dan Brunner, 1997). Penggunaan panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat
penyembuhan. Namun penggunaan panas kering dengan lampu
pemanas tidak seefektif penggunaan es. Diduga es dan panas bekerja
dengan menstimulasi reseptor. Diduga es dan panas bekerja dengan
menstimulasi reseptor tidak nyeri (non nosiseptor) dalam bidang
reseptor yang sama seperti pada cedera.
3) Stimulasi saraf elektris transkutan / Transcutan electric nerve
stimulation (TENS)
Tens menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektrode
yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan,
menggetar atau mendengung pada area nyeri. Tens digunakan baik
pada menghilangkan nyeri akut dan kronik. Tens diduga dapat
menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non
nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang
mentransmisi nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori nyeri gate
kontrol
4) Distraksi
Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain pada nyeri, misalnya dengan cara kunjungan dari keluarga dan
teman-teman pasien. Melihat film layar lebar dengan suara surround.
Tidak semua pasien mencapai peredaan nyeri melalui distraksi
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.
5) Tehnik relaksasi
Tehnik relaksasi terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan
dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap ekshalasi
dan inhalasi. Relaksasi otot skletal dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri.
6) Imajinasi terbimbing
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang
secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Imajinasi
terbimbing menyebabkan relaksasi otot dan pikiran dimana efeknya
hampir sama dengan penggunaan tehnik relaksasi dengan metode
yang berbeda.
7) Hipnosis
Tehnik ini mungkin membantu dalam memberikan peredaan nyeri
terutama dalam situasi sulit. Mekanisme bagaimana kerjanya hiposis
tidak jelas tetapi tidak jelas tetapi tidak tampak diperantaraioleh
sistem endorfin (Moret et.all, 1991 dalam Suddart and Brunner,
1997).
c. Macam-macam obat pengurang rasa nyeri, farmakodinamika,
farmakokinetika serta efek sampingnya.
1) Opioid (narkotika)
Opioid sangat efektif untuk menghilangkan nyeri pasca operatif dan
nyeri berat lainnya.
2) Farmakodinamika
Opioid menimbulkan efek primernya terhadap susunan saraf pusat dan
organ yang mengandung otot polos. Opioid menimbulkan analgesia, rasa
mengantuk eforia, depresi pernapasan terkait dosis, gangguan respons
adrenokorteks terhadap stres (pada dosis tinggi), dan penurunan tahanan
perifer (dilatasi arteriol dan venosa) dengan sedikit atau tanpa efek
terhadap indeks jantung. Efek terapiutik opioid pada edema paru
merupakan akibat sekunder dari peningkatan pada dasar kapasitansi.
Efek konstipasi opioid timbul akibat induksi dari kontraksi non propulsif
melalui traktus gastrointestinal. Opioid dapat menyebabkan spasme
traktus biliaris dan peningkatan tekanan duktus biliaris komunis diatas
kadar pra obat. Depresi reflek batuk adalah melalui efek langsung
terhadap pusat batuk dalam medula. Opioid mengurangi aliran darah ke
otak dan tekanan intra kranial.Dapat menimbulkan mual dan muntah
dengan mengaktifasi zona pemicu kemoreseptor. Opioid melepaskan
histamin dan dapat menyebabkan pruritus setelah pemberian oral atau
sistemik. Perubahan modulasi sensorik sebagai akibat sekunder
pengikatan langsung opioid pada reseptor opiatdalam medula oblongata
dapat merupakan mekanisme terjadinya pruritus setelah pemberian
epidural / intratekal. Analgesia intra artikuler terjasi sebagai akibat
sekunder pengikatan opioid dengan reseptor opiat dalam sinovium.
3) Farmakokinetika
Awitan aksi; IV < 1 menit, IM 1-5 menit, SK 15-30 menit, oral 15-60
menit dan epidural spinal 15-60 menit. Efek puncak; IV 5-20 menit, IM
30-60 menit, SK 50-90 menit, oral 30-60 menit dan epidural / spinal 90
menit. Lama aksi; IV, IM, SK, 2-7 jam, oral 6-12 jam dan epidural /
spinal 90 menit. Interaksi / toksisitas; efek depresi SSP dan sirkulasi
dipotensiasi oleh alkohol, sedatif, antihistamin, fenotiazin, butirofenon,
inhibitor MAO dan antidepresan trisiklik. Dapat mengurangi efek
diuretik pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Anelgesia
dipertinggi dan diperpanjang oleh agonis alfa-2. Penambahan epineprin
dan morpin intratekal / epidural menimbulkan peningkatan efek samping
dan perpanjangan blok motorik.
Efek samping
- Kardiovaskuler; Hipotensi, hipertensi, bradikardi, aritmia,
kekakuan dinding dada.
- Pulmoner; Bronkospame dan laringospasme.
- SSP; penglihatan kabur, sinkope, euforia dan disforia.
- Urinaria; retensi urine, efek anti diuretik dan spasme ureter.
- Gastrointestinal; spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia,
mual, muntah dan penundaan pengosongan lambung.
- Mata; miosis
- Muskuloskletal; kekakuan dinding dada.
- Alergi; pruritus dan urtikaria.
F. Pemeriksaan penunjang
G. Pemeriksaan fisik
H. Pemeriksaan DL
I. Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
J. β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
K. Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
L. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
M.EKG:Infark miokard
N. Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
O. Rotgen Abdomen :Usus iskemik(dilatasi,usus yang edema dan
menebal),Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas ’sentimel),Kolangitis(udara
dalam cabang bilier),Kolitis akut(Kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran
menghilang),obstruksi akut(Usus mengalami dilatasi,tanda ’string of pearl’) Batu
Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
P. Ultrasonografi
Q. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya
luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti,,pankreatitis,trauma hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
R. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal
3.Pemeriksaan khusus
a) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam
larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml
larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. b)
Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
c) Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi.
d) Pemasangan nasogastric tube (NGT)
Untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen. Dari data
yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan dan
pemeriksaan khusus dapat diadakan analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja
dan masalah-masalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian dapat
ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita dan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mencapai tujuan pengobatan.
S. Komplikasi
a. Perporasi gastrointestinal
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari
dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam
rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya
kontaminasi bakteri dalam rongga perut ( keadaan ini dikenal dengan istilah
peritonitis). Perforasi lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang
disebabkan karena kebocoran asam lambung kedlam rongga perut. Perforasi dalam
bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu kasus kegawatan
bedah.
Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan mikroorganisme lainnya
karena keasaman yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal
memiliki fungsi gaster yang normal dan tidak berada pada resiko kontaminasi bakteri
yang mengikuti perforasi gaster. Bagaimana pun juga mereka yang memiliki maslah
gaster sebelumnya berada pada resiko kontaminasi peritoneal pada perforasi gaster.
Kebocoran asam lambung kedalam rongga peritoneum sering menimbulkan
peritonitis kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mengenai
rongga peritoneum, peritonitis kimia akan diperparah oleh perkembangan yang
bertahap dari peritonitis bakterial. Pasien dapat asimptomatik untuk beberapa jam
antara peritonitis kimia awal dan peritonitis bakterial lanjut.
Mikrobiologi dari usus kecil berubah dari proksimal samapi ke distalnya.
Beberapa bakteri menempati bagian proksimal dari usus kecil dimana, pada bagian
distal dari usus kecil (jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob (E.Coli) dan
anaerob ( Bacteriodes fragilis (lebih banyak)). Kecenderungan infeksi intra
abdominal atau luka meningkat pada perforasi usus bagian distal.
Adanaya bakteri di rongga peritoneal merangsang masuknya sel-sel inflamasi
akut. Omentum dan organ-oragan viceral cenderung melokalisir proses peradangan,
mengahasilkan phlegmon ( biasa terjadi pada perforasi kolon). Hypoksia yang
diakibatkannya didaerah itu memfasilisasi tumbuhnya bakteri anaerob dan
menggangu aktifitas bakterisidal dari granulosit, yang mana mengarah pada
peningkatan aktifitas fagosit daripada granulosit, degradasi sel-sel, dan pengentalan
cairan sehingga membentuk abscess, efek osmotik, dan pergeseran cairan yang lebih
banyak ke lokasi abscess, dan diikuti pembesaran abscess pada perut. Jika tidak
ditangani terjadi bakteriemia, sepsis, multiple organ failure dan shock.
b. Obstruksi gastrointestinal
Obstruksi dapat diklasifikasikan sebagai obstruksi sederhana dan strangulasi.
Obstruksi sederhana menyebabkan kegagalan gerak maju aliran isi lumen menjauhi
mulut. Obstruksi strangulasi disertai dengan kerusakan aliran darah ke usus di
samping obstruksi aliran isi lumen, jika tidak cepat diperbaiki dapat menimbulkan
infark usus dan perforasi. Gejala-gejala klasih obstruksi adalah mual, muntah, perut
kembung, dan obstipasi. Obstruksi letak tinggi pada saluran usus melibatkan
duodenum atau jejunum proksimal mengakibatkan muntah yang banyak, sering dan
mengandung empedu. Nyerinya hilang timbul dan biasanya sembuh setelah muntah.
Nyeri terlokalisasi di daerah epigastrium atau daerah periumbilikalis dan perut sedikit
kembun. Obstruksi dibagian bawah distal usus halus menyebabkan kembung perut,
sedang atau berat, dengan emesis yang semakin kotor. Nyeri biasanya merata
diseluruh perut.
1. Obstruksi Duodenum
Atresia duodenum diduga timbul dari kegagalan rekanalisasi lumen setelah
fase padat pada perkembangan usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dam ke-
5. Insidens atresia duodenum adalah 1:10.000 kelahiran. Setengah dari penderita
dilahirkan prematur. Atresia duodenum mempunyai beberapa bentuk, yang
meliputi obstruksi lumen oleh membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan
dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-
ujung duodenum yang tidak bersambung. Penyebab obstruksi yang tidak lazim
adalah jaringan “windsock”, yakni suatu flap jaringan yang dapat mengembang
yang terjadi karena anomali saluran empedu. Bentuk atresia membranosa adalah
yang paling sering, obstruksinya terjadi di sebelah distal ampula Vateri pada
kebanyakan penderita. Obstruksi duodenum dapat juga disebabkan oleh kompresi
ekstrinsik seperti pankreas anulare atau oleh pita-pita Ladd pada penderita dengan
malrotasi. Sindrom down terjadi pada 20%-30% penderita atresia duodenum.
Anomali bawaan lain yang disertai atresia duodenum adalah malrotasi (20%),
atresia esofagus (10-20%), penyakit jantung bawaan (10-15%), dan anomali
anorektal serta ginjal (5%).
Manifestasi Klinis. Tanda obstruksi duodenum adalah muntah yang
mengandung empedu tanpa perut kembung, biasanya terjadi pada hari pertama
kelahiran. Gelombang peristaltik mungkin terlihat pada awal proses penyakit ini.
Ada riwayat polihidroamnion pada pertengahan kehamilan dan ini disebabkan
oleh kegagalan penyerapan cairan amnion di bagian distal usus. Ikterik tampak
pada sepertiga bayi. Diagnosis pada foto rontgen polos terlihat adanya gambaran
tanda gelembung ganda. Gambaran ini disebabkan oleh karena lambung dan
duodenum proksimal mengembang terisi udara.
Tatalaksana. Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi
dekompresi naso- atau orogastrik dengan penggantian cairan secara intravena.
Ekokardiogram dan foto rontgen dada serta tulang belakang harus dilakukan
untuk mengevaluasi anomali yang lain. Operasi perbaikan atresia duodenum yang
biasa adalah duodenoduodenostomi. Usus proksimal yang melebar dapat
diperkecil secara perlahan dalam upaya memperbaiki peristaltik. Pipa gastrostomi
dipasang untuk mengalirkan lambung dan melindungi jalan nafas. Dukungan
nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis diperlukan sampai bayi
mulai makan per oral. Prognosis terutama tergantung pada adanya anomali
penyerta.
II. Tinjauan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pasien mengeluh nyeri perut.
2. Nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. RR meningkat
5. Pasien tampak meringis.
6. Pasien mengatakan nyeri ringan – sedang
7. Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi
8. Pasien hanya minum < 8 gelas sehari
9. Pasien muntah-muntah
10. Pasien tampak lemah.
11. Lidah dan mukosa bibir pasien kering.
12. Turgor kulit tidak elastis.
13. Urine sedikit dan pekat.
14. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
15. Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan.
16. Berat badan pasien turun
17. Pasien tampak lemah dan kelelahan
18. Kekuatan otot
4444 4444
4444 4444
19. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.
Pemeriksaan fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status
generalis) untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler dan
sistim saraf yang merupakan sistim vital untuk kelangsungan kehidupan.
Pemeriksaan keadaan lokal (status lokalis abdomen) pada penderita dilaksapakan
secara sistematis dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda
khusus pada akut abdomen tergantung pada penyebabnya seperti trauma,
peradangan, perforasi atau obstruksi.
Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
- Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah
- abdomen. Penderita pucat, keringat dingin.
- Bekas-bekas trauma pads dinding abdomen, memar, luka,prolaps omentum
atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan
tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter
yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada
pemeriksaan fisik.
- Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah,
dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-
steifung).
Palpasi
a) Akut abdomen memberikan rangsangan pads peritoneum melalui peradangan
atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang
terkena iritasi.
b) Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
1. Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah pads
waktu palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis
lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan pads penekanan dinding abdomen
di daerah lain.
B. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis diffusa yang karena
rangsangan palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.
Perkusi
Perkusi pads akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal. 1) Perasaan nyeri oleh
ketokan pads jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok. 2) Bunyi timpani karena
meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas pads ileus obstruksi
rendah.
Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi
perangsangan peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.
Pemeriksaan rectal
Toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan
pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma pads rektum atau keadaan
ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor.
C. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan Pasien mengeluh
nyeri perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR meningkat, Pasien
tampak meringis dan pasien mengatakan slaka nyeri ringan - sedang.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi
bedah ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan mukosa bibir pasien
kering, turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, minum < 8 gelas.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah
ditandai dengan pasien lemah, tampak kelelahan.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah ditandai dengan Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan, pasien
hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan, dan berat badan pasien turun
D. Intervensi
1. Nyeri akut
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan nyeri dapat berkurang atau
terkontrol dengan kriteria hasil :
1. Nyeri pasien dapat berkurang
2. Skala intensitas nyeri berkurang 2 -3
3. Pasien tampak tenang
4. TTV tampak normal ( dalam batas normal )
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan
akan di lakukan. dapat mengikuti tindakan
yang akan di lakukan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan volume cairan tetap adekuat
dengan kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital tetap stabil
2. Warna kulit dan suhu normal
3. Kadar elektrolit tetap dalam rentang normal
4. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membran mukosa lembab
Intervensi Rasional
1. Pantau dan catat tanda-tanda vital 1. Takikardia, dispnea, atau
setiap 2 jam atau sesering mungkin hipotensi dapat
sesuai keperluan sampai stabil. mengindikasikan
Kemudian pantau dan catat tanda- kekurangan volume cairan
tanda vital setiap 4 jam. atau ketidakseimbangan
elektrolit.
2. Untuk mencegah
2. Selimuti pasien hanya dengan kain
vasodilatasi, terkumpulnya
yang tipis. Hindari terlalu panas
darah di ektremitas, dan
berkurangnya volume
darah sirkulasi.
Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang 1. Untuk
perlunya beraktifitas mengkomunikasikan
kepada pasien bahwa
aktivitas akan
meningkatkan
kesejahteraan fisik dan
psikososial
2. Untuk mrningkatkan
2. Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien
motivasinya agar lebih
yang diinginkan dan sangat berarti
aktif
baginya
3. Dorong pasien untuk membantu 3. Partisipasi pasien dalam
merencanakan kemajuan aktivitas perencanaan dapat
yang mencakup aktivitas yang membantu memperkuat
diyakini sangat penting oleh pasien keyakinan pasien
4. Untuk menurunkan
4. Intruksikan dan bantu pasien untuk
kebutuhan oksigen tubuh
beraktivitas diselingi istirahat
dan mencegah keletihan
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan
akan di lakukan. dapat mengikuti
tindakan yang akan di
lakukan
2. untuk membantu
2. Beri kesempatan pasien mengkaji penyebab
mendiskusikan alasan untuk tidak gangguan makan
makan
3. untuk meningkatkan
3. Tentukan makanan kesukaan pasien
nafsu makan pasien
dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, tawarkan makanan
yang merangsang indra penciuman,
penglihatan dan taktil 4. untuk mengkaji zat gizi
yang di konsumsi dan
4. Observasi dan catat asupan pasien suplemen yang
diperlukan
5. Tindakan ini
memberikan data
akurat dan memberikan
5. Timbang berat badan pasien pada
pengendalian pada
jam yang sama setiap hari. Beri
pasien tentang
penguatan penambahan berat badan
makanan yang akan
dengan pujian atau penghargaan
dimakan dan pujian
atau penghargaan yang
di dapatkan
F. Implementasi
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme abdomen
IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI
G. Evaluasi
1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Volume cairan seimbang.
3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan tindakan
keperawatan
4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama : Ny.B
2. JenisKelamin : Perempuan
3. Umur : 62 tahun
4. Agama : Islam
5. StatusPerkawinan : Kawin
9. No.RM : 302773
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Tn.K
2. Umur: : - Tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan :-
a. Keluhan utama
di RS saat ini).
Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sejak 10 hari lalu dan baru
dibawa ke IGD tanggal 8 april 2023, pasien mengatakan selalu minum obat
anti nyeri dan ada riwayat hipertensi dan kolesterol. Serta nyeri pada tulang
Klien mengatakan berharap agar kondisinya bisa seperti dulu lagi dan
f. Imunisasi
g. Alergi
i. Pengobatan terakhir
Keluarga pasien mengatakan rutin terapi LBP , dan sebelum sakit rutin
a. Genogram
? ? ?
? ? ?
G1: Pasien mengatakan bahwa ayah dan ibunya meninggal karena sakit Klien mengatakan
tidak mengtahui pasti penyakit yang dialami ibu dan ayahnya
G3: Pasien mengatakan bahwa ia memiliki 2 anak dan semuanya masih hidup
b. Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumah keluarga?
serupa
e. Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota keluarga
sakit?
Pasien mengatakan bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit maka ia
C. PENGKAJIAN BIOLOGIS
-Belum pernah
2. AKTIVITAS ISTIRAHAT-TIDUR
a. Aktivitas
1) Apakahklienselaluberolahraga?JenisOR?
Tidak ada
b. Istirahat
waktu luangnya. Saat dirawat di RS, klien mengisi waktu luang dengan
beristirahat.
c. Tidur
tidur pada siang hari ± 2 jam setiap hari. Saat dikaji, pasien mengatakan
tidur malam kurang nyenyak hanya bisa tidur 2-3 jam dan selalu
terbangun dimalam hari.
tidur pada siang hari ± 2 jam setiap hari. Saat dikaji, pasien mengatakan
tidur mlam kurng nyenyak hnya bias tidur 2-3 jam dan selalu terbangun
dimalam hari.
3. CAIRAN
b. Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
Pasien mengatakan suka minum teh. Pasien mengatakan rutin
4. NUTRISI
5 sempurna. pasien makan 3x/hari dan porsi makan selalu dihabiskan. Saat
berlemak.
d. Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?
gigi?
sistem pencernaan?
a. Eliminasi feses:
feses?
Pasien mengatakan pola ubang air besar baik satu kali dalam sehari.
b. Eliminasi Urine:
Selama sakit pola BAK baik frekuensi 3 kali sehari berwarna kuning.
dalam miksi?
jenisnya)
pernafasan?
b. Kardiovaskuler
7. PERSONAL HYGIENE
klien mandi pagi dan mandi sore secara teratur tiap hari.Saat sakit, pasien
8. SEX
1. Psikologi
a. Status Emosi.
1) Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya?
Ya. Saat dikaji pasien tampak senang karena pemyakit yang dialami
berangsur membaik.
berangsur membaik
b. Konsep diri:
pada dirinya?
2. Hubungan Sosial
Ya. Sebelum sakit, pasien sering ikut senam lansia di puskesmas dekat
rumahnya.
3. Spiritual
A. KEADAAN UMUM
3. Tanda-tandavital
- RR: 20 x/i
- S: 36˚C
-TB: 150 cm
-BB: 67 kg
1. Kepala
-Bentuk kepala bulat merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak
b. Mata: kebersihan,penglihatan,pupil,reflek,sklera,konjungtiva
-Pupil isokor, refleks kanan kiri mengikuti cahaya, ukuran 2,5 cm kanan
kiri
d. Hidung:fungsi,polip,sekret,nyeri?
Penciuman baik, tidak ada polip atau sumbatan, tidak ada secret
2. Leher
telan?
- Refleks menelan
3. Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada retraksi
4. Abdomen
a. Inspeksi:simetris, contour,warnakulit,vena,ostomy.
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada massa, warna kulit kecoklatan
c. Perkusi:Udara.Cairan,massa/tumor?
d. Palpasi:tonusotot,kekenyalan,ukuranorgan,massa,hernia,hepar,lien?
Tidak dikaji
5. Ekstermitas
1) Ekstermitas atas lengkap, tidak ada kelainan jari, tonus otot normal, gerak
-pergerakan terbatas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan labolatorium
30-03-2022HEMATOLOGI
WBC 8,96 4.00-10.0 10^3/UI
NEUT# 4,98 2.00-7,0 10^3/UI
LYMPH# 2,50 1,00-4,00 10^3/UI
MONO# 1,06 0,20-1,00 10^3/UI
EO# 0,38 0,00-0,50 10^3/UI
BASO# 0,04 0,00-0,20 10^3/UI
IG# 0,02 0,00-7,00 10^3/UI
NEUT% 55,7 50,0-70,0 %
LYMPH% 27,9 25,0-40,0 %
MONO% 11,8 2,0-8,0 %
EO% 4,2 2,0-4,0 %
BASO% 0,4 0,0-1,0 %
IG% 0,2 0,0-72,0 %
b. Pemeriksaan radiologi
- Hepar tidak membesa, permukaan rata, Echotexture meninggi, vasculature& bile ducts
tidak dilatasi.
- Lien tidak membesar, echo homogen
- Pancreas echo normal ductus tidak dilatasi.
- GB dinding baik, tak tampak echo batu
- Kedua ren ukuran normal, echo cortex normal. System calyses tidak dilatasi, tak tampak
batu. Tampak kista kecil pada ren kiri, ukuran 2,4x 2 cm
- Vesicaurinarisa normal, tak tampak batu..
Kesan
- Fatty Liver
- Kista ren sinistra, small cyet
KATEGORISASI DATA
KATEGORI DAN SUB KATEGORI DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
FISIOLOGI RESPIRASI - RR: 20 x/i
DO:
- Pasien tampak lemah
- pasien tampakgelisah
- Selama di RS pasien terlihat hanya
berbaring saja
-
NEUROSENSORY -
REPRODUKSI DAN -
SEKSUALITAS
PSOKOLOGIS NYERI DAN DS:
KENYAMANAN -P: Pasien mengatakan nyeri
-Q: Pasien mengatakan nyeri tumpul
-R: Pasien mengatakan nyeri pada perut
menjalar sampai ke belakang
-S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 NRS
-T: nyeri hilang timbul
DO:
- Pasien tampak lemah
- pasien tampakgelisah
TTV
TD: 140/80 mmHg
- N: 120 x/i
- RR: 20 x/i
- S: 36˚C
INTEGRITAS EGO -
PERTUMBUHAN DAN -
PERKEMBANGAN
PERILAKU KEBERSIHAN DIRI -
PENYULUHAN DAN -
PEMBELAJARAN
RELASIONAL INTERAKSI SOSIAL -
LINGKUNGAN KEAMANAN DAN -
PROTEKSI
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS: Nyeri Akut
P: Pasien mengatakan nyeri Kista ren sinistra
-Q: Pasien mengatakan nyeri tumpul
-R: Pasien mengatakan nyeri pada perut Tekanan intraluminal
menjalar sampai ke belakang
-S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 NRS penghambatan aliran limfe
-T: nyeri hilang timbul
DO:
Edema
-
- Pasien tampak gelisah
TTV
TD: 140/80 mmHg Nyeri Akut
- N: 120 x/i
- RR: 20 x/i
- S: 36˚C
DO Edema
- Selama di RS pasien terlihat hanya
berbaring saja
Nyeri abdomen
- Pasin tampak lemah
DO:
- Pasien tampak lemah Edema
- Selama di RS pasien terlihat hanya
berbaring saja
Perasaan tidak nyaman
-
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di buktikan dengan
-DS:
P: Pasien mengatakan nyeri
-Q: Pasien mengatakan nyeri tumpul
-R: Pasien mengatakan nyeri pada perut menjalar sampai ke belakang
-S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 NRS
-T: nyeri hilang timbul
DO:
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak gelisah
TTV
TD: 140/80 mmHg
- N: 120 x/i
- RR: 20 x/i
- S: 36˚C
2. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan:
DS :
- Pasien mengatakan nyeri saat banyak bergerak
- Pasien mengatakan dibantu keluarga saat ke wc
DO
- Selama di RS pasien terlihat hanya berbaring saja
- Pasin tampak lemah
DO:
- Pasien tampak lemah
- Selama di RS pasien terlihat hanya berbaring saja
RENCANA KEPERAWATAN
3. Gangguan pola tidur Setelah diberikan tindakan Terapi murattal Terapi murattal
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam Observasi a) Observasi
dibuktikan dengan: pola tidur membaik dengan - Identifikasi aspek yang akan - Memudahkan dalam
kriteria hasil : mengatasi masalah
difokuskan dalam terapi
DS: - keluhan sulit tidur
(relaksasi) - Untuk menyeuaikan
-Pasien mengatakan tidur menurun
- Identifikasi jenis terapi yang kondisi pasien
tidak nyenyak sering - keluhan sering - Media berguna untuk
digunakan berdasarkan keadaan
terbangun dimalam hari terjaga menurun
dan kemampuan pasien memudahkan terapi
- keluhan istirahat
- Identifikasi media yang - Lama durasi agar klien
-Pasien mengatakan hanya tidak cukup
dipergunakan tidak jenuh dan bosan
tidur 2-3 jm dimalam hari menurun
- Identifikasi lama durasi - Untuk mengetahui
pemberian sesuai kondisi pasien keefektifan terapi
DO:
- Monitor perubahan yang b) Teraupeutik
- Pasien tampak lemah
difokuskan - Muntuk menjaga
- Selama di RS pasien
Teraupeutik keamanan dan
terlihat hanya berbaring saja
- Posisikan dalam posisi dan kenyamanan pasien
lingkungan yang nyaman - Volume penting untuk
- Yakinkan volume yang mengatur tingkat rileks
digunakan sesuai dengan - Murattal surah yang telah
keinginan pasien dipilih yang merangsang
- Putar rekaman yang telah rileks pasien
ditetapkan
Edukasi c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan manfaat Aar pasien paham
terapi maksud dan tujuan
dilaksanakan terapi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
- N: 120 x/i
- RR: 20 x/i
- S: 36˚C
8 Gangguan Mobilitas fisik Rabu Dukungan mobilisasi Hilda Arisandi
berhubungan dengan 12/04/2023 Observasi
penurunan kekuatan otot 10.25 - Mengidentifiksi adanya nyeri atau keluhan fisik
dibuktikan dengan: lainnya
Hasil :
10.28
- Pasien mengatakan nyeri saat bergerak
DS : - Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
- Pasien mengatakan nyeri saat pergerakan
banyak bergerak Hasil : selama di RS pasien terlihat berbaring
- Memonitor kondisi umum selama melakukan
- Pasien mengatakan dibantu mobilisasi
keluarga saat ke wc Hasil : pasien tampak lemah
Teraupeutik
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien
DO dalam meningkatkan pergerakan
- Selama di RS pasien Hasil : keluarga membantu pasien ke kamar
terlihat hanya berbaring mandi
saja Edukasi
- Pasin tampak lemah - Menjelaskan tujuan prosedur mobilisasi
Hasil: pasien memahami mbilisasi
- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
Hasil: klien duduk ditempat tidur
DO
Selama di RS pasien terlihat
hanya berbaring saja
Gangguan pola tidur Senin, S: pasien mengatakan tidur tidak Hilda Arisandi
berhubungan dengan 10/04/2023 nyenyak
dibuktikan dengan: 15.30
O: pasien tampak lemah
DS: A: gangguan pola tidur
-Pasien mengatakan tidur
P: intervensi dilanjutkan
tidak nyenyak sering
terbangun dimalam hari Terapi murattal
Observasi
-Pasien mengatakan hanya - Mengidentifikasi aspek yang
tidur 2-3 jam dimalam hari akan difokuskan dalam terapi.
- Mengidentifikasi jenis terapi
DO: yang digunakan berdasarkan
- Pasien tampak lemah keadaan dan kemampuan
- Selama di RS pasien pasien
terlihat hanya berbaring - Mengidentifikasi media yang
saja dipergunakan
- - Mengidentifikasi lama durasi
pemberian sesuai kondisi
pasien
- Memonitor perubahan yang
difokuskan
Teraupeutik
- Memposisikan dalam posisi
dan lingkungan yang nyaman
- Meyakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
keinginan pasien
- Memutar rekaman yang telah
ditetapkan
Nyeri akut berhubungan Rabu S: : Hilda Arisandi
dengan agen pencedera 12/04/2023 - P: Pasien mengatakan nyeri
fisiologis di buktikan 15.30
-Q: Pasien mengatakan nyeri seperti
dengan
tertusuk-tusuk,memberat ketika
DS:
digerakkan
P: Pasien mengatakan -R: Pasien mengatakan nyeri pada area
nyeri belakang dan punggung
-Q: Pasien mengatakan -S: Pasien mengatakan nyeri skala 2
nyeri tumpul NRS
-T: hilang timbul
-R: Pasien mengatakan
-Skala nyeri 2 NRS
nyeri pada perut O:
menjalar sampai ke Pasien tampak lemah
belakang -Pasien tampak gelisah
-S: Pasien mengatakan A: Nyeri Akut
nyeri skala 5 NRS P: intervensi dilanjutkan
-T: nyeri hilang timbul Manajemen nyeri
DO: Observasi
-Pasien tampak lemah - Mengidentifikasi lokasi,
-Pasien tampak gelisah karakteristik, durasi,
TTV frekuensi, kualitas,
TD: 140/80 mmHg intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala
- N: 120 x/i nyeri
Teraupeutik
- RR: 20 x/i - Memberikan teknik non
farmakologis untuk
- S: 36˚C mengurangi rasa nyeri
DO
Selama di RS pasien
terlihat hanya berbaring
saja
Gangguan pola tidur Rabu Hilda Arisandi
berhubungan dengan 12/04/2023 S: pasien mengatakan hanya tidur
dibuktikan dengan: 10.30 2-3 jam di malam hari
DS: O: pasien tampak hanya berbaring
-Pasien mengatakan tidur A: gangguan pola tidur
tidak nyenyak sering
terbangun dimalam hari P: intervensi dilanjutkan
Terapi murattal
-Pasien mengatakan hanya
Observasi
tidur 2-3 jam dimalam hari - Mengidentifikasi aspek yang
DO:
akan difokuskan dalam terapi.
- Mengidentifikasi jenis terapi
- Pasien tampak lemah
yang digunakan berdasarkan
- Selama di RS pasien
terlihat hanya berbaring keadaan dan kemampuan
saja pasien
- Mengidentifikasi media yang
dipergunakan
- Mengidentifikasi lama durasi
pemberian sesuai kondisi
pasien
- Memonitor perubahan yang
difokuskan
Teraupeutik
- Memposisikan dalam posisi
dan lingkungan yang nyaman
- Meyakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
keinginan pasien
- Memutar rekaman yang telah
ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA