Anda di halaman 1dari 18

1.

ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi fisiologi Apendisitis

a. Anatomi
Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10
cm dan berpangkal pada sekum. Apendiks pertama kali tampak saat
perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans
sekum. Pada saatantennal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih
akan menjadi appendiks yang akan berpindah dari medial menuju
katup ileocaecal.
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit ke
arah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens apendisitis pada usia
tersebut. Appendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar
pada bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga tanea coli yang menyatu di
persambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi appendiks. Gejala
klinik apendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiks
adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul)
31,01%, subcaecal (di bawah sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%,
dan postileal(di belakang usus halus) 0,4%.

b. Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid
Tissue(GALT) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah
imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta
mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun,
pengangkatan appendiks.

2. DEFINISI
Mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika
dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.Apendisitis adalah
peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu
sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendix vermicularis,


danmerupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak
maupundewasa. Appendisitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling
seringditemukan pada anak-anak dan remaja (NANDA, 2015)

Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radangmendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun
tidakdisertai rangsang peritoneum lokal. Gajala apendisitis akut talah nyeri samar-
samardan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar
umbilikus.Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu
makanmenurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc. Burney.
Disininyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
nyerisomatik setempat (Nugroho, 2011)
Apendisitis merupakan penyebab yang paling umum dari inflamasi akut kuadran
kanan bawah abdomen dan penyebab yang paling umum dari pembedahan abdomen
darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih banyak dari orang
dewasa; insiden tertinggi adalah mereka yang berusia 10 sampai 30 tahun
(Baughman dan Hackley, 2000).
3. ETIOLOGI
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri.Sumbatan lumenappendiks merupakan
faktor yang diajukansebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe,
fekalit, tumor appendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan.Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan appendisitis adalah
erosimukosaappendiks karena parasit seperti E.histolytica. Penelitian epidemiologi
menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi
terhadap timbulnya appendisitis.Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional appendiks da meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya appendisitis akut
(Nanda NIC-NOC 2015).
Menurut Klasifikasi :
1. Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsangan peritoneum lokal. Gejala apendisitis akut nyeri samar-samar
dan tumpul yang merupakan nyeri visceral didaerah epigastrium disekitar
umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu
makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney.
Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
nyeri somatic setempat.
2. Apendisitis kronis Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika
ditemukan adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik
apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial
maupun total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa
dan infiltasi sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik. Dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi.
3. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah
yang mendorog dilakukannya apendiktomi. Kelaianan ini terjadi bila serangan
apendesitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah
kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan perut.
4. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut
akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Apabila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan
ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut. Apabila kemudian aliran arteri
terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gengren. Stadium
disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus
yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling tepat adalah
apendiktomi, jika tidak dilakukan tindakan segera mungkin maka peradangan
apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Apendiks terinflamasi dan
mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit
(massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif,
dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus (Munir, 2013).

5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Baughman dan Hackley (2000), manifestasi klinis apendisitis meliputi:
a. Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual dan
seringkali muntah.
b. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari
ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot
rektus kanan.
c. Nyeri alih mungkin saja ada, letak apendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan,
spasm otot, dan konstipasi atau diare kambuhan.
d. Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah, yang
menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah).
e. Jika terjadi rupture apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih melebar; terjadi distensi
abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
Sedangkan menurut Grace dan Borley (2014), manifestasi klinis apendisitis meliputi
1. Nyeri abdomen periumbilikal, mual, muntah
2. Lokalisasi nyeri menuju fosa iliaka kanan.
3. Pereksia ringan.
4. Pasien menjadi kemerahan, takikardi, lidah berselaput, halitosis.
5. Nyeri tekan (biasanya saat lepas) di sepanjang titik McBurney).
6. Nyeri tekan pelvis sisi kanan pada pemeriksaan per rektal
7. Peritonitis jika apendiks mengalami perforasi.
8. Masa apendiks jika pasien datang terlampat.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Nuraruf dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang apendiks meliputi :
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
- Infeksi : akan tampak adanya pembengkalan (swelling) rongga perut diaman
dinding perut tampak mengencang (distensi)
- Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan
kunci dari diagnosis apendisitis akut.
- Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign)
- Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga
- Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu
- Para apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif dan tanda
perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak
dirongga pelvis maka obturator sign akan positif dan tanda perangsangan
peritoneum akan lebih menonjol.
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Pemeriksaan Radiologi
- Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu)
- Ultrasonografi (USG) dan CT Scan

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Appendiktomi merupakan pembedahan untuk mengangkat appendik yangdilakukan
untuk meurunkan perforasi.Appendiktomi dapat dilakukan secara terbuka atau
laparoskopi. Appendiktomi terbuka dillakukan insisiMc. Burnneyyang biasanya
dilakukan oleh para ahli. Pada appendisitis yang tanpa komplikasi maka tidak perlu
diberikan antibiotik, kecuali pada appendisitis perforata.Penundaan tindakan bedah
yang diberikan antibiotik dapat menimbulkan atau perforasi Terapi Farmakologis
preoperatif antibiotik untuk menurunkan resikoinfeksi pasca bedah (Ariawan, 2014).

8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penetuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cairan tervensi, observasi, pemeriksaan
fisik.
1. Identitas klien
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan / penyakit sekarang
c. Riwayat kesehatan / penyakit dahulu
d. Riwayat kesehatan / penyakit keluarga
e. Riwayat tumbuh kembang ( usia 2 tahun)
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan tumbuh kembang
5. Pemeriksaan Penunjang

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertemia b.d respon sistemik dari inflamsi gastrointestina.
2. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi .
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif, mekanisme kerja
peristaltik usus menurun.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis,
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
5. Kerusakan integritas jaringan b.d
6. Ngangguan rasa nyaman b.d
7. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

10. INTERVENSI KEPERAWATAN


( Nanda NIC-NOC Jilid 1 2015)

No Dx Keperawatan Tujuan /Kriteria hasil Intervensi


1. Hipertimia b.d anastesia, NOC NIC :
penurunan respirasi, Thermoregulen -Monitor suhu sesering
dehidrasi, pemajanan Kriteria Hasil : mungkin
lingkungan yang panas, - Suhu tubuh dalam - Monitor warna dan
penyakit, pemakaian rentang normal suhu kulit
pakaian yang tidak sesuai - Nadi dan RR dalam - Monitor tekanan
dengan suhu lingkungan, rentang normal darah, nadi dan RR
peningkatan laju - Tidak ada perubahan - Monitor penurunan
metabolisme, medikasi, warna kulit dan tidak kesadaran
trauma, aktivitas ada pusing - Monitor WBC, HB,
berlebihan dan HCT
DO/DS: - Monitor intake dan
- konvulsi output
- kulit kemerahan - Berikan anti piretik
- peningkatan suhu tubuh - Kolobarasi
diatas rentang normal pemberian antibiotik
- kejang - Selimuti pasien
- Takikardi - Berikan ciairan
- Takipnea intravena
- kulit terasa hangat - Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
- Tingkatkan sirkulasi
udara
- Tingkatkan sirkulasi
udara
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
- Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembapan membran
mukosa
2. Nyeri Akut b.d : NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, - Pain Level, -Lakukan pengkajian
kimia, fisik, psikologis), - pain control, nyeri secara
kerusakan jaringan - comfort level komprehensif
Ds : Setelah dilakukan termasuk lokasi,
-Laporan secara verbal tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
Do : Pasien tidak mengalami frekuensi, kualitas
-Posisi untuk menahan nyeri, dengan kriteria dan faktor presipitasi
nyeri hasil: - Observasi reaksi
- Tingkah laku berhati-hati - Mampu mengontrol nonverbal dari
- Gangguan tidur ( mata nyeri(tahu penyebab ketidak nyamanan
sayu, tampak capek, sulit nyeri,mampu - Bantu pasien dan
atau gerakan kacau, menggunakan teknik keluarga untuk
menyeringai) nonfarmakologiuntuk mencari dan
- Terfokus pada diri mengurangi menemukan dukunga
sendiri nyeri,mencari bantuan) - Kontrol lingkungan
- Fokus - Melaporkan bahwa yang dapat
menyempit(penurunan nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
persepsi waktu,kerusakan dengan menggunakan seperti suhu
proses berpikir, manajemen nyeri ruangan,pencahayaan
penurunan interaksi - Mampu mengenali dan kebisingan
denganorang dan nyeri(skala, - Kurangi factor
lingkungan) intensitas,frekuensi presipitasi nyeri
- Tingkah laku dan tanda nyeri) - Kaji tipe dan sumber
distraksi,mcontoh : jalan - Menyatakan rasa nyeri untuk
jalan,menemui orang nyaman setelah nyeri Menentukan
laindan/atau aktivitas, berkurang intervensi
aktivitas berulang-ulang) - Tanda vital dalam - Ajarkan tentang
- Respon autonom (seperti rentang normal teknik non
dia phoresis, perubahan - Tidak mengalami farmakologi:napas
tekanan darah, perubahan gangguan tidur dala, relaksasi,
nafas, nadi dan dilatasi distraksi, kompres
pupil) hangat/ dingin
- Perubahan autonomi - Berikan analgetik
dalam tonus otot untuk mengurangi
(mungkin dalam rentang nyeri
dari lemah ke kaku) - Tingkatkan istirahat
- Tingkah laku ekspresif - Berikan informasi
(contoh : gelisah, tentang nyeri seperti
merintih,menangis, penyebab nyeri,
waspada,iritabel, nafas berapa lama nyeri
panjang/berkeluh kesah) akan berkurang dan
Perubahan dalam nafsu antisipasi
makan dan minum ketidaknyamanan
dari prosedur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
3. Kekurangan volume NOC NIC :
cairan b.d : -Flud balance Fluid management
-Kehilangan cairan aktif -Hydration -Timbang
-Kegagalan mekanisme -Nutritional status : food popok/pembalut jika
regulasi dan fluid intake diperlukan
Do/Ds : Kriteria Hasil : -Pertahankan catatan
-Perubahan status mental -Mempertahankan urine intake dan output yang
-Penurunan tekanan darah output sesuai dengan akurat
-Penurunan tekanan nadi usia dan BB, BJ urine -Monitor status hidrasi
-Penurunan volume nadi normal, HT normal (kelembaban membran
-Penurunan turgor kulit -Tindakan darah nadi, mukosa, nadi adekuat,
-Penurunan turgor lidah suhu tubuh dalam batas tekanan darah
-Penururunan haluaran normal ortostatik)
urin -Tidak ada tanda tanda -Monitor vital sign
-Penurunan haluaran urin dehidrasi, Elatisitas -Monitor masukan
-Penurunan pengisian vena turgor kulit baik, makanan/cairan dan
-Membran mukosa kering membran mukosa hitung intake kalori
-Kulit kering lembab, tidak ada rasa harian
-Peningkatan hematokrit haus yang berlebihan -Kolaborasikan
-Peningkatan suhu tubuh pemberian cairan IV
-Peningkatan frekuensi -Monitor status nutrisi
nadi -Berikan ciairan IV
-Peningkatan kosentrasi pada suhu ruangan
urin -Dorong masukan oral
-Penurunan berat badan -Berikan penggantian
-Tiba-tiba (kecuali pada nesogatrik sesuai
ruang ketiga) output \
-Haus -Dorong keluarga
-Kelemahan untuk membantu
pasien makan
-Tawarkan snack
-Koloborasi dengan
dokter
-Atur kemungkinan
tranfusi
-Persiapan untuk
tranfusi
Hypovolemia
Management
-Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
-Pelihara IV line
-Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
-Monitor tanda vital
-Monitor berat badan
-Dorong pasien untuk
menambah intake oral
-Monitor adanya tanda
gagal ginjal
4 Ketidakseimbangan NOC: NIC :
nutrisi kurang dari - Nutritional status: - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh Adequacy of makanan
Berhubungan dengan : nutrient. - Kolaborasi dengan
Ketidak mampuan untuk - Nutritional Status : ahli gizi untuk
memasukkan atau foodand Fluid Intake menentukan jumlah
mencerna nutrisi oleh - Weight Control kalori dan nutrisi
karena factor biologis, Setelah dilakukan yang dibutuhkan
psikologis atau ekonomi. tindakan keperawatan pasien
DS: nutrisi kurang - Yakinkan diet yang
- Nyeri abdomen teratasi dengan dimakan
- Muntah indikator: mengandung tinggi
- Kejang perut - Albumin serum serat untuk
- Rasa penuh tiba – tiba - Pre albumin serum mencegah
setelah makan - Hematokrit konstipasi
- Hemoglobin - Ajarkan pasien
DO: - Total iron binding bagaimana
- Diare capacity membuat catatan
- Rontok rambut yang - Jumlah limfosit makanan harian.
berlebih - Monitor adanya
- Kurang nafsu makan penurunan BB dan
- Bising usus berlebih gula darah
- Konjungtiva pucat - Monitor lingkungan
- Denyut nadi lemah selama makan
- Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor turgor
kulit
- Monitor
kekeringan, rambut
kusam, total
- protein, Hb dan
kadar Ht
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringanjaringan
konjungtiva
- Monitor intake
nuntrisi
- Informasikan pada
klien dan keluarga
- tentang manfaat
nutrisi
- Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT/ TPN
sehingga intake
cairan yang dekuat
dapat
dipertahankan.
- Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama
makan
- Kolaborasi
pemberan anti
emetic
- Anjurkan banyak
minum
- Pertahankan terapi
IV line
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oval
5 Kerusakan integritas NOC NIC
jaringan -Tissue integrity : skin Prssure ulcer
Berhubungan dengan : and mucous -anjurkan pasien untuk
-Gangguan sirkulasi -Wound healing : menggunakan pakaian
-Iritan zat kimia primary and secondary yang longgar
-Defist cairan intention -jaga kulit agar tetap
-Kelebihan cairan Kriteria Hasil : bersih dan kering
-Hambatan mobilitas fisik -Perfusi jaringan normal -mobilisasi pasien
-Kurang pengetahuan -Tidak ada tanda-tanda (ubah posisi pasien)
-Radiasi infeksi setiap 2jam sekali
-Suhu ekstrem -Ketebalan dan tekstur -monitor kulit akan
jsringan normal adanya kemerahan
-Menunjukkan -oleskan lotion atau
pemahaman dalam minyak babby oil pada
proses perbaikan kulit daerah daerah yang
dan mencegah tertekan
terjadinya cedera -monitor aktivitas dan
berulang mobilisasi pasien
-Menjukkan terjadinya -monitir status nutrisi
proses penyembuhan pasien
luka -memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
-observasi luka :
lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi
lokal, formasi traktus
-ajarkan keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
-kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP
(tinggi kalori tinggi
protein)
-cegah
kontaminasifase dan
urin
-lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
-berikan posisi yang
menggurangi tekanan
pada luka
-Hindarkan kerutan
pada tempat tidur
6. Gangguan rasa nyaman NOC NIC
berhubungan dengan : -Ansiety Anxiety Reduction
-Gejala terkait penyakit -Fear Leavel (penurunan
-Sumber yang tidak - Sleep Deprivation kecemasan)
adekuat - Comfort Readines for -gunakan pendekan
-Kurang pengendalian Endchanced yang menenangkan
lingkungan Kriteria hasil : -nyatakan dengan jelas
-Kurang privasi -Mampu mengontrol harapan terhadap
-Kurang kontrol kecemasan pelaku pasien
situasional -Status lingkungan yang -jelaskan semua
-Stimulasi lingkungan nyaman prosuder dan apa yang
yang menganggu -Mengontrol nyeri dirasakan selama
Do/Ds : -Kualitas tidur dan prosuder
-Ansietas istirahat adekuat -pahami prespektif
-Menangis -Agresi pengendalian pasien terhadap situasi
-Gangguan pola tidur diri stres
-Takut -Respon terhadap -temani pasien untuk
-Ketidakmampuan untuk pengobatan memberikan
rileks -Control gejala keamanan dan
-Iritabilitas -Status kenyamanan mengurangi takut
-Gelisah meningkat -dorong keluarga
-Merintih -dapat mengontrol untuk menemani anak
-Berkeluh kesah ketakutan -lakukan back/neck
-Melaporkan rasa gatal -support sosial rub
-Melaporkan gejala -keinginan untuk hidup -dengarkan dengan
distress penuh perhatian
-Melaporkan perasaan -identifikasi tingkat
tidak nyaman kecemasan
-Melaporkan rasa dingin -bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
-instruksikan pasien
menggunakan technik
relaksasi
-berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
Enpironmen
manajemen confort
Pain manajemen

7. Resiko infeksi b.d tidak NOC NIC


adekuatnya pertahanan -Immune Status Infection control
tubuh -Knowledge : infection (kontrol infeksi)
Faktor resiko : control -Bersihkan lingkungan
Penyakit kronis -Risk control setelah dipakai pasien
-Diabetes melitus Kriteria Hasil : lain
-Obesitas -Klien bebas dari tanda -Pertahankan teknik
Pengetahuan yang tidak dan gejala infeksi isolasi
cukup untuk menghindari -Mendeskripsikan -Batasi pengunjung
pemanjanan patogen proses penularan bila perlu
Pertahankan tubuh primer penyakit, faktor yang -Instruksikan pada
yang tidak adekuat mempengaruhi pengunjung untuk
-Gangguan peritalsis penularan sertas mencuci tangan saat
-Kerusakan integritas kulit penatalaksanaannya, berkunjung
(pemasangan kateter meninggalkan pasien
intravena, prosedur -Gunakan sabun
invasif) antimikroba untuk
-Perubahan sekresi PH cuci tangan
-Penurunan kerja silirasis -Cuci tangan setiap
-Pecah ketuban dini sebelum dan sesudah
-Pecah ketuban lama tindakan keperawatan
-Merokok -Gunakan baju, sarung
-Statis cairan tubuh tangan sebagai alat
-Trauma jaringan pelindung
Ketidak adekuatan -Pertahankan
pertahanan sekunder lingkungan aseptik
-Penurunan hemoglobin selama pemasangan
-Imunosupresi (mis, alat
imunitas didapat tidak -Ganti letak IV perifer
adekuat, agen dan line central dan
farmaseutikal termasuk dressing sesuai dengan
imunosupresan, steroid, petunjuk umum
antibodi monoklonal, -Gunakana kateter
imunomudulator) intermiten untuk
-Supresi respon inflamasi menuurukan infeksi
-Vaksinasi tidak adekuat kandung kencing
-Pemajanan terhadap -Tingkatkan intake
patogen lingkungan nutrisi
meningkat -Berikan terapi
-Wabah antibiotik bila perlu
-Prosedur invasif infection protection
-Malnutrisi (proteksi terhadap
infeksi)
-Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistematik dan lokal
-Monitor hitung
granulosit, WBC
-Dorong masukana
cairan
-Dorong istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda. Yogyakarta : Mediaction.

Nurarif, Huda Amin & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC Jilid 1. Mediaction: Jogjakarta

Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Dan Penyakit Dal

am. Nuha Medika: Yogyakarta

Nainggolan, E. (2013). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Lamanya Penyembuhan Luka

Pasca Operasi Apendiktomi Di Zaal C Rumah Sakit HKBP Balige Tahun


2013. Jurnal Keperawatan HKBP Balige, Vol. 1 No. 2.

Nurarif, A. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda. Yogyakarta : Mediaction.

Pramono, A. (2014). Buku Kuliah Anestesi. Jakarta : EGC

Sjamushidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai