Anda di halaman 1dari 32

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN

DIAGNOSA MEDIS POST OP APENDISITIS

DI RUANG MELATI RSU ABUNAWAS

Disusun Oleh :

Asri Rahmawati
Nim.P003200018058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI

PRODI DIII KEPERAWATAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
APENDISITIS
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing ( apendiks ). Usus
buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. (Wim de
Jong et al, 2010).
Peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ, dimana patogenis utamanya
diduga karena obstruksi pada lumen yang disebabkan oleh fekalit (feses keras yang terutama disebabkan
oleh serat) (Wim de Jong et al, 2010).
Usus buntu atau apendis merupakan bagian usus yang terletak dalam pencernaan. Untuk fungsinya
secara ilmiah belum diketahui secara pasti, namun usus buntu ini terkadang banyak sekali sel-sel yang
berfungsi untuk mempertahankan atau imunitas tubuh. dan bila bagian usus ini mengalami infeksi akan
sangat terasa sakit yang luar biasa bagi penderitanya (Saydam Gozali, 2011).
Jadi,dari referensi diatas yang di maksud dengan apendisitis merupakan suatu peradangan pada
bagian usus (Caecum) yang disebabkan karena ada obstruksi yang mengharuskan dilakukannya
tindakan bedah.

2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan keras yang masuk ke dalam
usus buntu dan tidak bisa keluar lagi. Setelah isi usus tercemar dan usus meradang timbulah kuman-
kuman yang dapat memperparah keadaan tadi (Saydam Gozali, 2011). Apendisitis akut merupakan
infeksi bakteri. berbagai hal sebagai faktor pencetusnya:
1. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping
hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan cacing askaris.
2. Penyebab lain penyebab apendiks karena parasit seperti E. hystolitica.
3. Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan makanan yang rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menarik bagian intrasekal,
yang berakibat timbulnya tekanan intrasekal dan terjadi penyumbatan sehingga meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon (R Tsamsuhidajat & Wim De jong, 2010).
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi yaitu:
1) Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya fekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktur lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus.
3) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja dewasa). Ini
disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4) Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendiks yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks (Krismanuel, H., 2012).
Jadi, berdasarkan referensi diatas yang menyebabkan terjadinya apendisitis yaitu disebabkan oleh
adanya obstruksi yang diakibatkan juga karena gaya hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi
makanan tinggi serat.

3. MANISFESTASI KLINIS
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang di dasari dengan radang mendadak umbai
cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal.
Gejala klasik apendisitis adalah:
1. Nyeri visceral epigastrium.
2. Nafsu makan menurun.
3. Dalam beberapa jam nyeri pindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney.
4. Kadang tidak terjadi nyeri tapi konstipasi.
5. Pada anak biasanya rewel, nafsu makan turun karena focus pada nyerinya, muntah-muntah,
lemah, latergik, pada bayi 80-90% apendisitis terjadi perforasi (Tsamsuhidajat & Wong de jong,
2010).
Manisfestasi klinis lainya adalah:
1. Nyeri dikuadran kanan bawah disertai dengan demam ringan, dan terkadang muntah kehilangan
nafsu makan kerap dijumpai konstipasi dapat terjadi.
2. Pada titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilicus dan spina anterior ileum), terasa
nyeri tekan local dan kekakuan otot bagian bawah rektus kanan.
3. Nyeri pantul dapat dijumpai lokasi apendiks menentukan kekuatan nyeri tekan, spasme otot dan
adanya diare atau konstipasi.
4. Jika apendiks pecah, nyeri lebih menyebar abdomen menjadi lebih terdistensi akibat ileus
paralitik dan kondisi memburuk. (Brunner & Suddarth, 2014).
Jadi berdasarkan referensi diatas, manisfestasi yang sering muncul pada kasus apendisitis adalah
nyeri namun kadang bisa juga tanpa nyeri namun terjadinya konstipasi. Pada anak-anak biasanya
ditemukan data yaitu nafsu makan menurun, terjadinya penurunan kesadaran hingga terjadinya
perforasi.
4. PATOFISIOLOGI
Appendiks terimflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan
oleh fekalit (massa dank eras dan fases), tumor, atau benda asing. Proses imflamasi meninggkatkan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa
jamterlokalisasi di kuadrat kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terimflamasi menjadi
pus. Setelah dilihat penyebab dari appediksitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh
apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris fekal ) atau
parasit (Katz ,2009 ).
Kondisi obtruksi akan meningkat kan tekanan intraluminal dan peningkatan perkembangan bakteri.
Hal lain akan terjadi peningkatan kogesif dan penuruna pada perfusi pada dinding apendiks yang
berkelanjutan pada nekrosis dan imflamasi, maka permukaan eksudat terjadi pada permukaan serosa
apendiks (santacroce,2009) Dengan selanjutnya proses obtruksi, bakteri akan berproliferasi dan
meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrate pada mukosa dinding apendiks yang
disebut dengan apendisitis mukosa, dengan manifestasi ketidak nyamanan abdomen.
Sebenarnya tubuh manusia juga melakukan usaha pertahanan untuk membtasi proses peradangan ini
dengan cara menutupi apendiks dengan omentum dan usus halus sehingga terbentuk massa
periapendikular yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrate apendiks berlanjut kondisi apendiks
akan meningkat risiko terjadinya perforasi dan pembentukan massa periapendikular. perforasi dengan
cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respon imflamasi berbentuk
periotenum atau terjadi pada peritonitis. (Tzanakis, 2005).

5. KLASIFIKASI
Sedangkan menurut Sjamsuhidayat dan De (2005), apendisitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai
cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum
lokal. Gejala apendisitis akut nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral
didaerah epigastrium disekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah.
Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney.
Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic
setempat.
2. Apendisitis kronis
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya riwayat nyeri perut
kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik.
Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan
parsial maupun total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan adanya
sel 17 inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi apabila terjadi keterlambatan penanganan. Faktor keterlambatan dapat
terjadi dari pasien ataupun tenaga medis. Faktor penderita dapat berasal dari pengetahuan dan biaya.
Faktor tenaga medis dapat berupa kesalahan dalam mendiagnosa, keterlambatan mengangani maslah
dan keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit dan penangggulangan. Hal ini dapat memacu
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi yang sering adalah terjadi pada anak kecil dan
orang tua.
Komplikasi 93% lebih sering terjadi pada anak kecil dibawah usia 2 tahun dan 40-75%% terjadi pada
orang tua. Pada anak-anak dinding apendiks masih sangat tips, omentum lebh pendek, dan belum
berkembang secara sempurna sehingga mudah terjadi apendisitis. Sedangkan pada orang tua, terjadi
gangguan pada pembuluh darah.Adapun jenis omplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan
bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga
yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut.
Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam 13 pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah
24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul
lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut,
dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritontis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah,
nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. (Mansjoer, 2009)

Komplikasi menurut (Brunner&Suddarth, 2014):


1) Komplikasi utama adalah perforasi apendiks yang dapat menyebabkan peritonitis
pembentukan abses (tertampungnya materi purulen), atau flebilitis portal.
2) Perforasi biasanya terjadi setelah 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala yang muncul antara
lain: Demam 37,7’C, nyeri tekan atau nyeri abdomen.
Berdasarkan penjelasan diatas, hal yang bisa mengakibatkan keparahan/komplikasi penyakit
apendisitis dikarenakan dua hal yaitu faktor ketidaktahuan masyarakat dan keterlambatan tenaga medis
dalam menentukan tindakan sehingga dapat menyebabkan abses, perforasi dan peritonitis.

7. PENATALAKSAAN APENDISITIS
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose apendisitis telah ditegakan dan
harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi
2) Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pemebedahan dilakukan.
3) Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
4) Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus dilakukan adalah operasi
membuang apendiks (apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara pemberian antibiotik
dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks dilakukan drainage. (Brunner
& Suddarth, 2014).

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah defisit volume cairan,
mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh gangguan potensial atau
aktual pada saluran gastrointestinal, mempertahankan integritas kulit dan mencapai nutris
yang optimal.
2) Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai jalur Intra Vena berikan
antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila terbukti ada ileus paralitik), jangan berikan
laksatif
3) Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik narkotik sesuai program,
berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi.
4) Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tandatanda obstruksi usus halus,
hemoragi sekunder atau abses sekunder (Brunner & Suddarth, 2014).
Jadi berdasarkan pembahasan diatas, tindakan yang dapat dilakukan terbagi dua yaitu tindakan medis
yang mengacu pada tindakan pembedahan/apendictomy dan pemberian analgetik, dan tindakan
keperawatan yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan kebutuhan klien untuk
menunjang proses pemulihan.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling), rongga perut dimana dinding
perut tampak mengencang (distensi).
b. Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng Sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosis apendsitis akut.
c. Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di angkat tingi-tinggi, maka
rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila pemeriksaan dubur dan
vagina terasa nyeri
e. Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang
usus buntu.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. jika terjadi peningkatan lebih
dari itu, maka kemungkinan apendiks telah mengalami perforasi (pecah).
3) Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu)
b. Ultrasonografi USG
c. CT-Scan.
Berdasarkan referensi diatas, yang menjadi kunci tata laksana penentuan diagnosa apendisitis yaitu
dengan dilakukan pemeriksaan fisik yaitu salah satunya dengan mempalpasi bagian perut bagian 17
kanan bawah akan terjadi blumbeng sign, lalu dengan memeriksa laboratorium dengan melihat
peningkatan leukosit dan pemeriksaan USG.

9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) SDP; Leukositosis diatas 12.000/mm3, Neutrofil meningkat sampai 75%,
2) Urinalisis: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
3) Foto abdomen: Dapat menyatakan adanya pergeseran, material apendiks (fekalit), ileus
terlokalisir. (Doengoes, Marilynn E, 2014).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1) Indetitas klien
Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, perkerjaan, pendidikan,
alamat ,penanggung jawaban juga terdiri dari nama,umur penanggung jawab ,hub.keluarga, dan
perkerjaan.
2) Alasan masuk
Biasanya klien waktu mau dirawat kerumah sakit denga keluhan sakit perut di kuadran kanan
bawah, biasanya disertai muntah dan BAB yang sedikit atau tidak sama sekali, kadang –kadang
mengalami diare dan juga konstipasi.
3) Riwayat kehehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya keluhan yang terasa pada klien yaitu pada saat post op operasi, merasakan nyeri pada
insisi pembedahan, juga bisanya tersa letih dan tidak bisa beraktivitas atau imobilisasisendiri.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien memiliki kebiasaan memakan makanan rendah serat, juga bisa memakan yang
pedas-pedas.
c. Riwayat kesehatan keluarga 24 Biasanya tidak ada pengaruh ke penyakit keturunan seperti
hipertensi, hepatitis , DM, TBC, dan asma.
d. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang
berkepanjangan.
e. Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien
tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
f. Pemeriksaan Fisik
Biasanya kesadaran klien normal yaitu composmetis, E :4 V:5 M:6. Tanda-tanda vital klien
biasanya tidak normal karena tubuh klien merasakan nyeri dimulai dari tekanan darah biasanya
tinggi, nadi takikardi dan pernafasan biasanya sesak ketika klien merasakan nyeri.
g. Kepala
Pada bagian kepala klien bisanya tidak ada masalah kalau penyakitnya itu apenditis mungkin
pada bagian mata ada yang mendapatkan mata klien seperti mata panda karena klien tidak bisa
tidur menahan sakit.
h. Leher
Pada bagian leher biasanya juga tidak ada terdapat masalah pada klien yang menderita apedisitis.
i. Thorak
Pada bagian paru-paru biasanya klien tidak ada masalah atau gangguan bunyi normal paru ketika
di perkusi bunyinya biasanya sonor kedua lapang paru dan apabila di auskultrasi bunyinya
vesikuler. Pada bagian jantung klien juga tidak ada masalah bunyi jantung klien regular ketika di
auskultrasi, Bunyi jantung klien regular (lup dup), suara jantung ketiga disebabkan osilasi 25
darah antara orta dan vestikular. Suara jantung terakir (S4) tubelensi injeksi darah. Suara jantung
ketiga dan ke empat disebab kan oleh pengisian vestrikuler, setelah fase isovolumetrik dan
kontraksi atrial tidak ada kalau ada suara tambahan seperti murmur (suara gemuruh, berdesir)
(Lehrel 1994).
j. Abdomen
Pada bagian abdomen biasanya nyeri dibagian region kanan bawah atau pada titik Mc Bruney.
Saat di lakukan inspeksi. Biasanya perut tidak ditemui gambaran spesifik. Kembung sering
terlihat pada klien dengan komlikasi perforasi. Benjolan perut kanan bawah dapat dilihat pada
massa atau abses periapedikular. Pada saat di palpasi biasnya abdomen kanan bawah akan
didapatkan peninggkatan respons nyeri. Nyeri pada palpasi terbatas pada region iliaka kanan,
dapat disertai nyeri lepas. Kontraksi otot menunjukan adanya rangsangan periotenium parietale.
Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasaka nyeri diperut kanan bawah yang disebut tanda
rofsing. Pada apendisitis restroksekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menemukan
adanya rasa nyeri. (Sjamsuhidayat 2005).

2. Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA


Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada klien dengan
appendicitis adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis, Abses, amputasi, lukabakar, terpotong,
mengangkat berat, trauma, prosedur pembedahan, olah raga berlebihah).
2. Pelambatan pemulihan pasca-bedah berhubungan hambatan mobilitas
3. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan mencerna makanan.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Imobilisasi.
5. Risiko Infesksi

3. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA
No NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pain Management
dengan agens cidera keperawatan selama 3 x 24  Lakukan pengkajian nyeri secara
fisik (mis, Abses, jam maka diharapkan nyeri komprehensif termasuk lokasi,
amputasi, luka bakar, berkurang. karakteristik, durasi frekuensi,
terpotong, mengangkat Tujuan : kualitas dan faktor presipitasi.
berat, trauma, prosedur  Pain Level,  Observasi reaksi nonverbal dan
pembedahan, olah raga  Pain control ketidaknyamanan.
berlebihah. Domain:12  Comfort level  Gunakan teknik komunikasi
Kenyamanan KH : terapeutik untuk mengetahui
Kelas : 1 kenyamanan  Mampu mengontrol nyeri pengalaman nyeri pasien
fisik Halaman: 469 (tahu penyebab nyeri,  Kaji kultur yang mempengaruhi
NANDA mampu menggunakan respon nyeri
Batas Krakteristik tehnik nonfarmakologi  Evaluasi pengalaman nyeri masa
1. Ekspresi wajah nyeri untuk mengurangi nyeri, lampau
(mata kurang mencari bantuan)  Evaluasi bersama pasien dan tim
pencahayaan, tanpak  Melaporkan bahwa nyeri kesehatan lain tentang
kacau, gerakan mata berkurang dengan ketidakefektifan kontrol nyeri
berpencar atau berada menggunakan manajemen masa Iampau
pada satu focus, nyeri.  Bantu pasien dan keluarga untuk
meringgis.)  Mampu mengenali nyeri mencari dan menemukan
2. Mengekspresikan (skala, intensitas, dukungan
perilaku(mis, gelisah, frekuensi dan tanda nyeri)  Kontrol lingkungan yang dapat
merengek, menagis,  Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti suhu
waspada) setelah nyeri berkurang ruangan, pencahayan dan
kebisingan.
 Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
(farmakologi,nonfarmakologi dan
inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

2. Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala

3. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan
mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Pada tahap ini
perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan
terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan
ini perawat melakukan fungsinya secara independen. Interdependen dan dependen.

4. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan
umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Untuk
menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan
cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi
mengguanakan :
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diperbaiki
O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran, yang
dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan
A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria
hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah
teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.
P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa, baik
itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar yayan, 2008, Apendisitis, diakses 19 April 2012 from http://www. Yayanakhyar.
Wordpress.com/2008/09/29/apendisitis.

Anonim, 2008, Iso farmakoterapi, 288-294, PT.ISFI Penerbitan, Jakarta.Arif Muttaqin & Kumala Sari ,
2011.Gangguan Gastrointestinal(Aplikasi asuhan keperawatan medical bedah),Jakarta:Salemba medika.

Birnbaum BA, Wilson SR, 2000, Appendicitis at the millenium, Radiology 215:337-348.

Braunwald E, Hauser S1, Jameson Jl, 2005. Harrison’s Prinsiple Of Internal. Medicine. 16th Ed. New York :
The Mc Graw-Hill Companies.

Brunner & Suddarth. 2013, Keperawatan Medikal Bedah: Jakarta: EGC.

Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72M.Tucker, 1998, Standart Perawatan Pasien:
Proses Keperawatan,Diagnosa dan Evaluasi, Edisi 5, Volumr 3,Jakarta:EGC.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC: Jogja: Mediaction Publishing.

Syamsuhidayat, R., Jong, W.D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta :EGC.

Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.

T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna Keliat. 2015,Diagnosa Keperawatan;
Definisi & klasifikasi 2015=2017: Jakarta: EGC.

Tzanakis NE et al, 2005. A New Approach to Accurate Diagnosis of Acute Appendicitis: world journal of
surgery, April 2005, 1151-1156.

WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015.


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA
MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl.. Jend.A.H Nasution No. G.14 Anduonohu Kota Kendari 93232
Telp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail poltekkeskendari@yahoo.com
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian : 15 februari 2021 No. Register : 24 11 81


Diagnosa medis : Post Op APP

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap : Tn.S
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur/Tanggal Lahir : 20 tahun / 04 Juni 2000
4. Status perkawinan : Belum Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Tolaki/indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan :-
9. Pendapatan :-
10. Tanggal MRS : 13 februari 2021
B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap : Ny.S
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : Petani
4. Hubungan dengan klien : Anak
5. Alamat : Kelurahan Ngapaaha,Kecamatan Tinanggea,Kabupaten Konsel
II. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri pada area luka operasi di perut sebelah kanan bagian
bawah
B. Riwayat keluhan :
1. Penyebab/faktor pencetus : Klien mengatakan penyebab nyerinya karena habis operasi usus
buntu

2. Sifat keluhan : Klien mengatakan nyerinya seperti teriris-iris


3. Lokasi dan penyebarannya : Klien mengatakan nyeri hanya di sekitar perut
4. Skala keluhan : klien mengatakan skala keluhanya 5, klien merasa tidak nyaman ketika nyeri
datang.
5. Mulai dan lamanya keluhan: klien mengatakan mulai dan lamanya keluhan sekitar sekitar 1 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit
6. Hal-hal yang meringankan/memperberat : Klien mengatakan hal yang memperingan keluhan
ketika klien beristirahat dan hal yang memperberat nyeri ketika klien mau bergerak. Klien
mengatakan sulit untuk tidur karena nyeri yang dirasakanya sangat mengganggu dan pasien tidak bisa
bergerak dengan bebas, klien hanya tidur 2-3 jam di malam hari .
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Apakah pernah mengalami penyakit yang sama : klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit
yang sama

b. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa : klien belum pernah di rawat di rumah sakit
c. Pernah mengalami pembedahan : ya/ tidak, penyakit:
d. Riwayat alergi : ya/tidak, terhadap zat/ obat/ minuman/ makanan dan minuman
: klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap minuman/makanan maupun
terhadap obat-obatan
e. Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat:
1. Merokok (berapa batang sehari) : klien memiliki ketergantungan merokok. 2 batang per hari
2. Minum alkohol :Klien tidak meminum alkohol
3. Minum kopi : ya lamanya 1 tahun
4. Minum obat-obatan : klien mengatakan dulunya memiliki ketergantungan pada narkoba
lamanya 1 tahun yang lalu

IV. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi)


a. Buat genogram 3 generasi ( lembaran sendiri )

Keterangan :
= meninggal = klien

= laki-laki

= perepmuan

= garis keturunan

b. Riwayat kesehatan anggota keluarga


1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa: klien mengatakan tidak ada
anggota kelluarganya yang menderita penyakit yang sama
2. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun : klien mengatakan tidak
ada keluarganya yang mempunyai penyakit menular ataupun penyakit turunan.

V. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 110/80.mmHg
2. Pernapasan : 20 kali / menit, Irama : reguler
3. Nadi : 80 kali / menit, regular/ireguler : reguler
4. Suhu badan : 36 0C
2. Berat badan dan tinggi badan
1. Berat badan : 52 .Kg
2. Tinggi badan : 165 Cm
3. IMT :
3. Kepala :
1. Bentuk kepala : simetris antara kanan dan kiri
2. Keadaan kulit kepala: bersih tidak ada lesi
3. Nyeri kepala / pusing: tidak nyeri kepala
4. Distribusi rambut: distribusi rambut rata
5. Rambut mudah tercabut : rambut tidak mudah tercabut
6. Alopesia : tidak ada keluhan
7. Lain-lain : -
4. Mata
1. Kesimetrisan : simetris antara kanan dan kiri
2. Edema kelopak mata : tidak ada edema kelopak mata
3. Ptosis : normal
4. Sklera : tidak ikterik
5. Konjungtiva : tidak anaemis
6. Ukuran pupil : isokor
7. Ketajaman penglihatan : normal,tidak menggunakan kaca mata
8. Pergerakan bola mata : normal
9. Lapang pandang : baik /tidak ada gangguan
10. Diplopia : normal
11. Photohobia : normal
12. Nistagmus : normal
13. Reflex kornea : normal
14. Nyeri : tidak ada nyeri
15. Lain – lain :-
5. Telinga
1. Kesimetrisan : simetris antara kanan dan kiri
2. Sekret : tidak ada secret
3. Serumen : tidak ada serumen
4. Ketajaman pendengaran : normal
5. Tinnitus : normal
6. Nyeri : tidak ada nyeri tekan
7. Lain – lain :-
6. Hidung
1. Kesimetrisan : nampak simetris
2. Perdarahan : nampak tidak ada perdarahan
3. Sekresi : nampak tidak ada sekresi
4. Fungsi penciuman : baik/tidak ada gangguan
5. Nyeri : tidak ada nyeri tekan
6. Lain – lain :-
7. Mulut
1. Fungsi berbicara : normal
2. Kelembaban bibir : normal,bibir berwarna kehitaman
3. Posisi uvula : normal
4. Mukosa : normal
5. Keadaan tonsil : tidak ada pembesaran kelenjar tonsil
6. Stomatitis : normal
7. Warna lidah : normal/nampak merah muda
8. Tremor pada lidah : normal
9. Kebersihan lidah : ………nampak bersih
10. Bau mulut : tidak ada keluhan
11. Kelengkapan gigi : gigi lengkap,tidak menggunakan gigi palsu
12. Kebersihan gigi : nampak bersih
13. Karies : tidak ada karies
14. Suara parau : normal
15. Kesulitan menelan : normal
16. Kemampuan mengunyah : baik
17. Fungsi mengecap : baik/tidak ada keluhan
18. Lain – lain :-

8. Leher
1. Mobilitas leher : Baik
2. Pembesaran kel. Tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3. Pembesaran kel. limfe : tidak ada pembesaran limfe
4. Pelebaran vena jugularis : tidak ada pelebaran vena jugularis
5. Trakhaea : normal
6. Lain-lain :-
9. Thoraks
Paru – paru
1. Bentuk dada : simetris antara kanan dan kiri
2. Pengembangan dada : normal
3. Retraksi dinding dada : normal
4. Tanda jejas : tidak ada
5. Taktil fremitus : normal
6. Massa : tidak ada massa
7. Dispnea : tidak ada dispnea
8. Ortopnea : normal
9. Perkusi thoraks : tidak ada bunyi pekak
10. Suara nafas : vesikuler
11. Bunyi nafas tambahan : tidak ada suara nafas tambahan
12. Nyeri dada : tidak terdapat nyeri
13. Lain-lain :-
Jantung
1. Iktus kordis : normal
2. Ukuran jantung : normal
3. Nyeri dada : tidak ada nyeri dada
4. Palpitasi : normal
5. Bunyi jantung : normal, tidak ada suara jantung tambahan
6. Lain-lain :-

10. Abdomen
1. Warna kulit : sawo matang
2. Distensi abdomen:
3. Ostomy :
4. Tanda jejas :
5. Peristaltik : Bising usus 9 x/menit
6. Perkusi abdomen : Timpani
7. Massa : tidak ada Loksi : -
8. Nyeri tekan : ada Lokasi : bagian abdomen kanan bawah bekas operasi
9. Lain - lain :-
11. Payudara
a. Kesimetrisan : simetris antara kanan dan kiri
b. Keadaan puting susu : baik
c. Pengeluaran dari putting susu : normal
d. Massa : tidak ada keluhan
e. Kulit paeu d’orange : normal
f. Nyeri : tidak ada nyeri tekan
g. Lesi : tidak ada lesi
h. Lain – lain :-

12. Genitalia
Pria
1. Keadaan meatus uretra eksterna : normal
2. Lesi pada genital : tidak ada keluhan
3. Scrotum : normal
4. Pembesaran prostat : normal
5. Pendarahan :tidak ada perdarahan
6. Lain – lain :-

13. Pengkajian sistem saraf


1. Tingkat kesadaran : composmentis (GCS 15)
2. Koordinasi : normal
3. Memori : baik
4. Orientasi : normal
5. Konfusi : normal
6. Keseimbangan : baik
7. Kelumpuhan : normal
8. Gangguan sensasi : tidak terdapat gangguan sensasi
9. Kejang-kejang : tidak
10. Lain – lain :-
11. Refleks :
a. Refleks tendon
1. Biseps : normal
2. Trisep : normal
3. Lutut : normal
4. Achiles : normal
b. Refleks patologis
Babinski : normal
Lain – lain :-
c. Tanda meningeal :
1. Kaku kuduk/kernig sign: normal
2. Brudzinski I : normal
3. Brubzinski II : normal
4. Lain - lain :--

14. Anus dan perianal


1. Hemorrhoid : tidak ada keluhan
2. Lesi perianal : tidak ada keluhan
3. Nyeri : tidak ada nyeri
4. Lain – lain :-

15. Ekstremitas
1. Warna kulit : sawo matang
2. Purpura / ekimosis : normal Lokasi : -
3. Atropi : normal/tidak ada keluhan
4. Hipertropi : normal
5. Lesi : normal
6. Pigmentasi : normal
7. Luka : - Lokasi Ukuran :
8. Deformitas sendi : normal
9. Deformitas tulang : normal
10. Tremor : normal
11. Varises : tidak ada varises
12. Edema : tidak ada edema
13. Turgor kulit : normal
14. Kelembaban kulit : normal
15. Capillary Tefilling Time (CRT) : < 2 detik
16. Pergerakan : normal
17. Kekakuan sendi : normal
18. Kekuatan otot : normal
19. Tonus otot : normal
20. Kekuatan sendi : normal
21. Nyeri : normal
22. Diaphoresis : normal
23. Lain – lain :-

VI. Pengkajian Kebutuhan Dasar


a. Kebutuhan Kenyamanan :
1. Keluhan nyeri : nyeri pada area luka operasi lokasi di perut sebelah kanan bagian
bawah
2. Pencetus nyeri: Klien mengatakan penyebab nyerinya karena habis operasi usus buntu
3. Upaya yang meringankan nyeri : klien mengatakan upaya yang dilakukan untuk
mengatasi nyeri hanya beristirahat di tempat tidur
4. Karakteristik nyeri : Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan bagian
bawah nyerinya seperti teriris-iris.
5. Intensitas nyeri: Klien mengatakan nyeri menetap nyeri yang dirasakan terus menerus
dan memberat ketika bergerak
6. Durasi nyeri : Klien mengatakan nyeri menetap nyeri yang dirasakan terus menerus
7. Dampak nyeri terhadap aktivitas : klien mengatakan kesulitan untuk bergerak bebas
8. Lain – lain :-

b. Kebutuhan Istrahat dan tidur


Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Jumlah jam tidur siang 2 jam Kurang lebih 1 jam karena
sering terbangun
Jumlah jam tidur malam 7-8 jam 2-3 jam di malam hari
Kebiasaan konsumsi obat Tidak ada Tidak ada
tidur/stimulant/ penenang
Kegiatan pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bagun Semangat Lesu
tidur
Kesulitan memulai tidur Tidak Ya,saat klien merasakan
nyeri post op di bagian
perut sebelah kanan
bawah
Mudah terbagun Tidak Ya, saat klien merasakan
nyeri post op di bagian
perut sebelah kanan
bawah
Penyebab gangguan tidur Tidak ada Karena sering merasakan
nyeri post op di bagian
perut sebelah kanan
bawah sehingga klien
mudah terbangun
Perasaan mengantuk Tidak Iya
Lain – lain - -

VII. Pemeriksaan penunjang

VIII. Tindakan medik/pengobatan



DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

 Klien mengatakan nyeri pada area luka  Klien nampak meringis


operasi di perut sebelah kanan bagian  Klien nampak gelisah
 Klien nampak memegang abdomen yang
bawah
sakit
 Klien mengatakan penyebab nyerinya  Nampak skala nyeri sedang
karena habis operasi usus buntu  Klien nampak lemah
 Klien nampak sering menguap
 Klien mengatakan nyerinya seperti  Nampak mata klien sayup
teriiris-iris  TTV :
TD :110/80 mmHg
 Klien mengatakan nyeri hanya di sekitar N : 80x/menit
P : 20x/menit
perut
S : 360C
 klien mengatakan skala keluhanya 5,
klien merasa tidak nyaman ketika nyeri
datang.

 Klien mengatakan hal yang memperingan


keluhan ketika klien beristirahat dan hal
yang memperberat nyeri ketika klien mau
bergerak.
 Klien mengatakan sulit untuk tidur karena
nyeri yang dirasakanya sangat mengganggu .
 klien mengatakan hanya tidur 2-3 jam di
malam hari .
ANALISA DATA

Nama pasien : Tn.S Ruang perawatan: Melati

No.Rekam Medik: 24 11 81 Diagnosa medis: Post Op APP

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O

1. DS: Obstruksi pada lumen apendiks Nyeri akut


– Klien mengatakan nyeri pada area ↓
luka operasi di perut sebelah kanan Peningkatan tekanan intralumen/dinding
bagian bawah apendiks
– Klien mengatakan penyebab nyerinya ↓
karena habis operasi usus buntu Aliran darah berkurang
– Klien mengatakan nyerinya seperti

teriiris-iris Edema/ulserasi mukosa
– Klien mengatakan nyeri hanya di ↓
sekitar perut apendisitis
– klien mengatakan skala keluhanya 5, ↓
klien merasa tidak nyaman ketika Pembedahan/operasi
nyeri datang. ↓
– Klien mengatakan hal yang
Luka insisi
memperingan keluhan ketika klien
beristirahat dan hal yang ↓
memperberat nyeri ketika klien
Nyeri akut
mau bergerak

DO:
 Klien nampak meringis
 Klien nampak gelisah
 Klien nampak memegang abdomen
yang sakit
 Nampak skala nyeri sedang
 TTV:
TD : 110/80 mmHg
P : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36oC
2. DS: Obstruksi pada lumen apendiks Gangguan
– Klien mengatakan sulit untuk tidur ↓ pola tidur
karena nyeri yang dirasakanya sangat Peningkatan tekanan intralumen/dinding
mengganggu . apendiks
– klien mengatakan hanya tidur 2-3 ↓
jam di malam hari . Aliran darah berkurang

DO: Edema/ulserasi mukosa
 Klien nampak lemah ↓
 Klien nampak sering menguap apendisitis
 Nampak mata klien sayup ↓
 TTV: Pembedahan/operasi
TD : 110/80 mmHg ↓
P : 20 x/menit Luka insisi
N : 80x/menit ↓
S : 36oC
Nyeri

Fokus pada nyeri

Istirahat tidur terganggu

Gangguan pola tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik


2. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Setelah di lakukan Manajemen Nyeri
Nyeri akut b.d agen
tindakan keperawatan Tindakan :
pencedera fisik selama 3x24 jam maka Observasi
tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri dari - Identifikasi skala nyeri
meningkat menjadi
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun
2. Meringis dari memperingan nyeri
meningkat menjadi
menurun Terapeutik
3. Gelisah dari - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
meningkat menjadi mengurangi rasa nyeri
menurun
Edukasi
- Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemeberian analgetik

2. Gangguan pola tidur Setelah di lakukan Dukungan Tidur


b.d kurang kontrol tindakan keperawatan Tindakan :
tidur selama 3x24 jam maka Observasi
pola tidur membaik - Identifikasi pola aktifitas dan tidur
dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor pengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur
dari meningkat
Terapeutik
menjadi menurun
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan
2. Keluhan tidak puas
kenyamanan
tidur dari
meningkat menjadi
Edukasi
menurun
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
3. Keluhan istirahat
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
tidak cukup dari
meningkat menjadi
menurun
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn.S Ruang perawatan : Melati

No.Rekam Medik : 24 11 81 Diagnosa medis : Post Op APP

DIAGNOSA HARI/TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN

Nyeri Akut b.d Agen Senin/ 09.35  Mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, S: Klien mengatakan nyeri
Pencedera Fisik 15 februari 2021 kualitas,intensitas nyeri pada area luka operasi di
Hasil : nyeri pada area luka operasi di perut sebelah
perut sebelah kanan bagian
kanan bagian bawah,seperti teriris-iris
bawah dengan skala
09.45  Mengidentifikasi skala nyeri keluhan 5
Hasil : skala nyeri 5
O:
– Klien nampak
09.56  Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan meringis
memperingan nyeri – Klien nampak gelisah
Hasil:hal yang memperingan keluhan ketika klien – Klien nampak
beristirahat dan hal yang memperberat nyeri ketika memegang abdomen
klien mau bergerak yang sakit
10.10  Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi – Nampak skala nyeri
rasa nyeri sedang
Hasil : mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam A:masalah belum teratasi
10.20  Menjelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri P:intervensi di lanjutkan
Hasil : klien mengetahui penyebab dan pemicu nyeri

 Mengobservasi TTV :
12.00 Hasil : TD : 110/80 mmHg
P : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36oC

 Kolaborasi pemeberian analgetik


13.00 Hasil :injeksi katerolac 1 amp/IV

Gangguan Pola tidur Senin/ 13.10  Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur S: Klien mengatakan sulit
b.d kurang kontrol 15 februari 2021 Hasil : Klien mengatakan sulit untuk tidur untuk tidur karena nyeri
tidur
yang dirasakanya sangat
13.15  Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
Hasil : Klien mengatakan sulit untuk tidur karena nyeri mengganggu
yang dirasakanya sangat mengganggu O:
 Klien Klien nampak
 Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
lemah
13.20 Hasil : membantu pasien mengatur posisi semi fowler
 Klien nampak sering
menguap
 Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
 Nampak mata klien
Hasil : klien mengerti pentingnya tidur cukup selama
sayup
sakit
13.25 A: masalah belum teratasi
P :intervensi di lanjutkan
 Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Hasil : klien mengatakan hanya tidur 2-3 jam di malam
hari

13.30

Nyeri Akut b.d Agen Selasa/ 08.35  Mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, S: Klien mengatakan nyeri
Pencedera Fisik 16 februari 2021 kualitas,intensitas nyeri pada area luka operasi di
Hasil : nyeri pada area luka operasi di perut sebelah
perut sebelah kanan bagian
kanan bagian bawah
bawah sedikit berkurang
08.40  Mengidentifikasi skala nyeri dengan skala 4
Hasil : skala nyeri 4
O:
08.52  Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan – Klien nampak
memperingan nyeri meringis
Hasil:hal yang memperingan keluhan ketika klien – Klien nampak gelisah
beristirahat dan hal yang memperberat nyeri ketika – Nampak skala nyeri
klien hendak bergerak sudah berkurang (nyeri
sedang)
09.15  Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
A:masalah teratasi
rasa nyeri
Hasil : mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam sebagian
P: intervensi di lanjutkan
09.20  Menjelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
Hasil : klien mengetahui penyebab dan pemicu nyeri

 Mengobservasi TTV :
12.20 Hasil : TD : 100/80 mmHg
P : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36oC

 Kolaborasi pemeberian analgetik


13.05 Hasil :injeksi katerolac 1 amp/IV
Gangguan Pola tidur Selasa/ 13.15  Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur S: Klien mengatakan
b.d kurang kontrol 16 februari 2021 Hasil : Klien mengatakan tidurnya mulai membaik tidurnya mulai membaik
tidur
karena nyeri yang
 Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
13.20 Hasil : Klien mengatakan tidurnya sedikit membaik dirasakanya sedikit
karena nyeri yang dirasakanya sedikit berkurang berkurang
O:
 Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Hasil : membantu pasien mengatur posisi semi  Klien Klien nampak
13.25 fowler.klien mengatakan nyaman tidur dengan posisi lemah
tersebut  Nampak klien terlihat
menguap sesekali
 Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit  Nampak mata klien
Hasil : klien mengerti pentingnya tidur cukup selama masih sayup
sakit A: masalah teratasi
13.30 sebagian
 Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur P :intervensi di lanjutkan
Hasil : klien mengatakan tidurnya mulai membaik 4-5
jam di malam hari

13.40

Nyeri Akut b.d Agen Rabu / 08.00  Mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, S: Klien mengatakan
Pencedera Fisik 17 februari 2021 kualitas,intensitas nyeri sedikit nyeri pada area
Hasil : sedikit nyeri pada area luka operasi di perut luka operasi di perut
sebelah kanan bagian bawah berkurang
sebelah kanan bagian
08.05  Mengidentifikasi skala nyeri bawah dengan skala
Hasil : skala nyeri 3 keluhan 3
O:
08.10  Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri – Meringis berkurang
Hasil:klien mengatakan hal yang memperingan keluhan – Gelisah berkurang
ketika istirahat dan hal yang memperberat keluhan tidak – Nampak skala nyeri
ada,karena klien sudah mampu untu bergerak sedikit ringan
A:masalah teratasi
 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi P:intervensi di hentikan
08.15 rasa nyeri (pasien pulang)
Hasil : mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

 Menjelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri


08.20 Hasil : klien mengetahui penyebab dan pemicu nyeri

 Mengobservasi TTV :
Hasil : TD : 110/80 mmHg
08.30 P : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36oC

 Kolaborasi pemeberian analgetik


Hasil : tidak di berikan obat analgetik,karena pasien
pulang
Gangguan Pola tidur Rabu / 08.35  Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur S: Klien mengatakan
b.d kurang kontrol 17 februari 2021 Hasil : Klien mengatakan tidurnya membaik tidurnya membaik karena
tidur
nyeri yang dirasakanya
08.38  Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
Hasil : Klien mengatakan tidurnya mulai membaik berkurang
karena nyeri yang dirasakanya sudah berkurang O:
 Nampak keadaan klien
 Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
membaik
08.40 Hasil : mengatur posisi semi fowler.klien mengatakan
 Nampak mata klien
nyaman tidur dengan posisi
tidak terlihat sayup lagi
A: masalah teratasi
 Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Hasil : klien mengerti pentingnya tidur cukup selama P :intervensi di henntikan
08.45 sakit (Pasien Pulang)

 Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur


Hasil : klien mengatakan pola tidurnya sudah membaik
dan tidak terjaga lagi di malam hari
08.55

Anda mungkin juga menyukai