DI SUSUN OLEH :
P00320018001
D III KEPERAWATAN
TAHUN 2020
1
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR
A. DEFENISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas sebuah tulang sebagai
akibat dari cedera. Fraktur adalah terputusnya kesinambungan sebagian atau seluruh
tulang/bahkan tulang rawan. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,
baik yang bersifat total maupun sebagian yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Fraktur Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur
secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan
lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha .
Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot , kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang/osteoporosis. Batang Femur dapat mengalami fraktur akibat trauma
langsung, puntiran, atau pukulan pada bagian depan yang berada dalam posisi fleksi ketika
kecelakaan lalu lintas.
B. ETIOLOGI
Menurut Sachdeva dalam Jitowiyono dkk, penyebab fraktur dapat dibagi menjadi
tiga yaitu :
1. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan/kekerasan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan ditempat itu. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh difisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet,
tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh
karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio
dan orang yang bertugas di kemiliteran.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala fraktur femur umumnya antara lain:
1. Nyeri.
2. Kehilangan fungsi
3. Deformitas.
4. Pemendekan ekstermitas karena kontraksi otot
5. Krepitasi
6. Pembengkakan.
7. Perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur.
Menurut Smeltzer & Bare, anifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi, pembengkakan lokal dan perubahan
warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai
3
menyebabkan deformitas ekstremitas, yang bisa diketahui dengan membandingkan
dengan ekstremitas yang normal. Ektremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang, yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan
krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya. ( uji
kripitasi dapat membuat kerusakan jaringan lunak lebih berat).
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah bebebrapa jam
atau hari setelah cedera.
D. PATOFISIOLOGI
Pada kondisi trauma diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan femur pada
orang dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari ketinggian. Biasanya pasien mengalami
multipel trauma yang menyertainya.
Secara klinis fraktur femur terbuka sering didapatkan adanya kerusakan
neurovaskuler yang akan memberikan manifestasi peningkatan resiko syok, baik syok
hipovolemik karena kehilangan darah (pada setiap patah satu tulang femur diprediksi
akan hilangnya darah 500 cc dari sistem vaskular), maupun syok neurologik disebabkan
rasa nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan di bawah
tulang femur.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
Pada diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah menggunakan sinar
rontgen (X-ray).
CT scan biasanya dilakukan hanya dilakukan pada beberapa kondisi fraktur yang
mana pemeriksaan radiografi tidak mencapai kebutuhan diagnosis.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan untuk mengetahui lebih jauh
kelainan yang terjadi seperti berikut :
4
a. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang.
b. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c. Enzim otot seperti kreatinin kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH -5), Asparat
Amino Transferase (AST), aldolase meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
3. Pemeriksaan lainnya
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas: Dilakukan pada kondisi
fraktur dengan komplikasi, pada kondisi infeksi, maka biasanya didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
b. Biopsy tulang dan otot : Diindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Elektromiografi : Terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
d. Arthroscopi : Didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
e. Indium imaging : Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi.
f. MRI : Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur (Doenges dalam Jitowiyono,
2010:21).
F. TINDAKAN UMUM YANG DILAKUKAN
1. Penatalaksanaan kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari
adanya fraktur, dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah. Maka bila dicurigai
adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum pasien
dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan
sebelum dapat dilakukan pembidaian, ektremitas harus disangga diatas dan dibawah
tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi dan angulasi. Gerakan angulasi patahan
tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih lanjut.
Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan
bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Pada cedera
ekstremitas atas lengan dapat dibebat dengan dada, atau lengan yang cedera dibebat
dengan sling.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam.
2. Prinsip penanganan fraktur
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengambilan fungsi
5
dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi fraktur
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis
1) Reduksi tertutup : pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang keposisinya ( ujung-ujungnya saling
berhubungan ) dengan manipulasin atau traksi manual.
2) Traksi : dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
3) Redusi terbuka : pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dapat berupa
pin, kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang
yang solid terjadi.
b. Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau
fiksator eksterna.
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi : segala upaya diarahkan pada
penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus
dipertahankan sesuai kebutuhan.
d. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur: diperlukan berminggu-minggu
sampai berbulan–bulan untuk kebanyakan fraktur untuk mengalami penyembuhan.
Adapun faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur adalah:
1) Imobilisasi fragmen tulang
2) Kontak fragmen tulang maksimal
3) Asupan darah yang memadai
4) Nutrisi yang baik
5) Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang
6) Hormon– hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik
7) Potensial listrik pada patahan tulang
6
Faktor – faktor yang memperhambat penyembuhan tulang
1) Trauma lokal ekstensif
2) Kehilangan tulang
3) Imobilisasi tak memadai
4) Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang
5) Infeksi
6) Penyakit tulang metabolik
7) Nekrosis avaskuler
8) Usia (lansia sembuh lebih lama) (Smeltzer & Bare, 2002 : 2359)
G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama :
Usia :
Agama :
Alamat :
Tanggal Masuk :
No. MR :
Diagnosa Medis :
b. Primary survey
1) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
2) Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
c. Secondary survey
1) Keluhan Utama
Pada saat dikaji klien mengalami fraktur dan memobilisasikan alasannya
7
yaitu mengeluh tidak dapat melakukan pergerakan nyeri: lemah dan tidak dapat
melakukan sebagian aktivitas sehari-hari
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Menceritakan kapan klien mengalami fraktur dimana dan bagaimana
terjadinya sehingga mengalami fraktur, klien yang mengalami fraktur akan
mengeluh nyeri pada daerah tulang yang luka sehingga dengan adanya nyeri klien
tidak dapat menggerakan anggota badannya yang terkena fraktur nyeri dirasakan
bisa pada saat bergerak saja atau terus menerus akibat tidak bisa bergerak yang
disebabkan karena nyeri akan menyebabkan klien tidak dapat memenuhi ADL-
nya secara maksimal.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami sesuatu
penyakit yang berat atau penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh
pada kesehatan sekarang.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui untuki menentukan apakah dalam keluarga terdapat
penyakit keturunan/penyakit karena lingkungan yang kurangt sehat yang
berdampak negatif pada seluruh anggota keluarga termasuk pada klien sehingga
memungkinkan untuk memperbesar penyakitnya.
5) Data dasar
Data dasar pengkajian klien dengan Fraktur menurut Doenges (2000)
adalah:
- Aktivitas/istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera, fraktur itu sendiri, terjadi secara sekunder dari pembengkakan
jaringan, nyeri).
- Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah). Takikardi (respon stres,
hipovolemia). Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera;
pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena. Pembengkakan
jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
- Neurosensori
8
Gejala : Hilang gerakan/sensasi, spasme otot, parestesis.
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal dan pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi. Agitasi
(mungkin berhubungan dengan nyeri ansietas atau trauma lain).
- Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera. (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan atau kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi); tak
ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
- Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap/tiba-tiba).
- Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Lingkungan cedera.
Pertimbangkan rencana pemulangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat:
femur 7,8 hari; panggul/pelvis, 6,7 hari; lainnya 4,4 hari bila memerlukan
perawatan di rumah sakit.
Memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas perawatan diri dan tugas
pemeliharaan/perawatan rumah.
6) Pemeriksaan fisik
Kaji kronologi dari mekanisme trauma pada paha. Sering didapatkan
- Look : pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada paha
dengan deformitas yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan jaringan lunak
yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada fragmen tulang yang keluar
syok hipovolemik. Pada fase awal trauma kecelakaan lalu lintas darat yang
mengantarkan pada resiko tinggi infeks. Pada fraktur femur tertutup sering
9
kontraksi otot, kripitasi, pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit
terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini dapat
- Move : daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakan, karena akan
memberika respon trauma pada jaringan lunak disekitar ujung fragmen tulang
7) Pemeriksaan diagnostik
10
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl.. Jend.A.H Nasution No. G.14 Anduonohu Kota Kendari 93232
Telp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail poltekkeskendari@yahoo.com
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap : Ny.N
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur/Tanggal Lahir : 66 tahun/ 12 agustus 1954
4. Status perkawinan : Menikah
5. Agama : Kristen Protestan
6. Suku Bangsa : Manado
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
9. Pendapatan : tidak ada
10. Tanggal MRS : 18 november 2020
B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap : Ny. S
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : swasta
4. Hubungan dengan klien : Keponakan
5. Alamat : Jl. Imam bonjol
V. Pemeriksaan Fisik
0. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 120/90 mmHg
12
2. Pernapasan : 30 kali / menit, Irama : irreguler
3. Nadi : 140 kali / menit, regular/ireguler
4. Suhu badan : 360C
1. Berat badan dan tinggi badan
1. Berat badan : 50 Kg
2. Tinggi badan : 167 Cm
3. IMT : 17,98
2. Kepala :
1. Bentuk kepala : simetris
2. Keadaan kulit kepala: bersih
3. Nyeri kepala / pusing: tidak ada
4. Distribusi rambut: tebal
5. Rambut mudah tercabut : tidak mudah tercabut
6. Alopesia : tidak ada
7. Lain-lain : tidak ada
3. Mata
1. Kesimetrisan : normal (simetris kanan dan kiri)
2. Edema kelopak mata : tidak ada
3. Ptosis : tidak ada
4. Sklera : normal (putih)
5. Konjungtiva : normal (tidak pucat)
6. Ukuran pupil : normal (tidak ada dilatasi pupil)
7. Ketajaman penglihatan : normal (mampu melihat dengan jelas)
8. Pergerakan bola mata : normal (tidak ada nistagmus)
9. Lapang pandang : normal (mampu melihat ke sisi samping)
10. Diplopia : tidak ada
11. Photohobia : tidak ada (penglihatan ganda)
12. Nistagmus : tidak ada (bola mata bergerak cepat)
13. Reflex kornea : normal
14. Nyeri : tidak ada
15. Lain – lain : tidak ada
4. Telinga
1. Kesimetrisan : simetris kiti dan kanan
13
2. Sekret : tidak ada
3. Serumen : tidak ada
4. Ketajaman pendengaran : normal (dapat mengulang kata yang
dibisikkan)
5. Tinnitus : tidak ada
6. Nyeri : tidak ada
7. Lain – lain : tidak ada
5. Hidung
1. Kesimetrisan : normal (simetris)
2. Perdarahan : tidak ada
3. Sekresi : tidak ada
4. Fungsi penciuman : normal
5. Nyeri : tidak ada
6. Lain – lain : tidak ada
6. Mulut
1. Fungsi berbicara : normal
2. Kelembaban bibir : normal
3. Posisi uvula : normal (simetris tengah)
4. Mukosa : normal (lembab)
5. Keadaan tonsil : normal (tidak ada peradangan)
6. Stomatitis : normal (tidak ada sariawan)
7. Warna lidah : normal (berwarna merah muda)
8. Tremor pada lidah : tidak ada tremor
9. Kebersihan lidah : bersih
10. Bau mulut : tidak berbau
11. Kelengkapan gigi : lengkap
12. Kebersihan gigi : bersih
13. Karies : tidak ada karies
14. Suara parau : tidak ada suara parau
15. Kesulitan menelan : tidak ada
16. Nyeri menelan : tidak ada
17. Kemampuan mengunyah : normal (mampu mengunyah)
18. Fungsi mengecap : normal (mampu membedakan rasa)
14
19. Lain – lain : tidak ada
7. Leher
1. Mobilitas leher : normal
2. Pembesaran kel. Tiroid : normal (tidak ada pembesaran)
3. Pembesaran kel. limfe : normal (tidak ada pembesaran)
4. Pelebaran vena jugularis : normal (tidak ada pembesaran)
5. Trakhaea :-
6. Lain-lain : tidak ada
8. Thoraks
Paru – paru
1. Bentuk dada : normal
2. Pengembangan dada : penurunan ekspansi dada (otot bantu napas)
3. Retraksi dinding dada : ada retraksi dinding dada (penarikan)
4. Tanda jejas : tidak ada jejas
5. Taktil fremitus : normal
6. Massa : normal (tidak ada massa)
7. Dispnea : tidak ada
8. Ortopnea : tidak ada
9. Perkusi thoraks : resonan
10. Suara nafas : bronchial
11. Bunyi nafas tambahan : tidak ada
12. Nyeri dada : tidak ada nyeri dada
13. Lain-lain : tidak ada
Jantung
1. Iktus kordis : normal (tonjolan kecil yang bersifat normal)
2. Ukuran jantung :
3. Nyeri dada : tidak ada nyeri dada
4. Palpitasi : tidak ada palpitasi
5. Bunyi jantung : normal (tidak ada bunyi jantung tambahan)
6. Lain-lain : tidak ada
9. Abdomen
15
1. Warna kulit : sawo matang
2. Distensi abdomen : normal (tidak ada)
3. Ostomy : normal (tidak ada ostomy)
4. Tanda jejas : tidak ada tanda jejas
5. Peristaltik : normal (7x/menit)
6. Perkusi abdomen :
7. Massa : tidak ada Lokasi : tidak ada
8. Nyeri tekan : tidak ada Lokasi : tidak ada
9. Lain - lain : tidak ada
10. Payudara
1. Kesimetrisan : simetris kanan dan kiri
2. Keadaan puting susu : normal
3. Pengeluaran dari putting susu : tidak ada
4. Massa : tidak ada massa
5. Kulit paeu d’orange : tidak ada
6. Nyeri : tidak ada nyeri
7. Lesi : tidak ada nyeri
8. Lain – lain : tidak ada
11. Genitalia
Pria
1. Keadaan meatus uretra eksterna :
2. Lesi pada genital :
3. Scrotum :
4. Pembesaran prostat :
5. Pendarahan :
6. Lain – lain :
Wanita
1. Keadaan meatus uretra eksterna :
2. Leukorrhea :
3. Perdarahan :
4. Lesi pada genital :
16
5. Lain - lain :
17
2. Lesi perianal : tidak ada lessi
3. Nyeri : tidak ada nyeri
4. Lain – lain : tidak ada
14. Ekstremitas
1. Warna kulit : sawo matang
2. Purpura / ekimosis : tidak ada Lokasi :
3. Atropi : tidak ada atrofi
4. Hipertropi : tidak ada hipertrofi
5. Lesi : tidak ada
6. Pigmentasi : normal
7. Luka : ada Lokasi: betis kiri Ukuran :
8. Deformitas sendi : ada pergeseran sendi
9. Deformitas tulang : ada pergeseran tulang
10. Tremor : tidak ada
11. Varises : tidak ada
12. Edema : tidak ada
13. Turgor kulit : kembali dalam waktu kurang dari 1 detik(normal)
14. Kelembaban kulit : kulit lembab(Normal)………………
15. Capillary Tefilling Time (CRT) : kurang dari 3 detik(Normal)
16. Pergerakan : menurun (tidak mampu beraktiftas)
17. Kekakuan sendi : menggerakan sendi menurun
18. Kekuatan otot : gerakan pasif (abnormal)
19. Tonus otot : ada masalah pada otot betis kiri
20. Kekuatan sendi : ada kelemahan
21. Nyeri : ada nyeri saat beraktifitas
22. Diaphoresis : tidak ada pengeluaran keringat berlebihan
23. Lain – lain : klien mengalami fraktur tibia fibula sinistra
a. Kebutuhan Keamanan
1. Riwayat paparan terhadap kontaminan :-
18
2. Riwayat perdarahan : klien mengalami perdarahan
saat dibawa kerumah sakit setelah mengalami kecelakaan
3. Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : tidak ada
4. Pemasangan kateter IV dalam waktu lama : tidak ada
5. Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : tidak ada
6. Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat : tidak ada
7. Pemasangan kateter urine dalam waktu lama : tidak ada
8. Imobilisasi : menurun
9. Luka pada kulit / jaringan : terdapat luka fraktur tertutup
pada betis kiri klien
10. Benda asing pada luka : tidak ada
11. Riwayat jatuh : tidak pernah
12. Penyebab jatuh : kecelakaan
13. Kelemahan umum : ………………………….
14. Lain – lain : tidak ada
b. Kebutuhan Kenyamanan :
1. Keluhan nyeri : klien mengalami nyeri pada kaki yang
patah lokasi : betis kiri
2. Pencetus nyeri : nyeri yang timbul akibat kaki yang patah
3. Upaya yang meringankan nyeri : tidak melakukan pergerakan dan hanya
berbaring
4. Karakteristik nyeri : klien mengatakan nyerinya seperti
tertusuk-tusuk
5. Intensitas nyeri : nyerinya hilang timbul
6. Durasi nyeri : klien mengatakan nyeri hanya sebentar
namun hilang timbul
7. Dampak nyeri terhadap aktivitas : klien mengatakan nyeri saat melakukan
pergerakan
19
8. Lain – lain : tidak ada
A. Studi diagnostic :
Kendari,
Mahasiswa
20
Klasifikasi Data
DS :
1. Klien mengeluh nyeri pada bagian betis kiri
2. Klien mengatakan nyerinya seperti tertusuk-tusuk
3. Klien mengatakan skala nyerinya di angka 8 (berat)
4. Klien mengatakan nyerinnya menjalar sampai ke paha
5. Klien mengatakan nyerinya bertambah saat melakukan pergerakan
6. Klien mengatakan dengan berbaring dapat mengurangi nyeri
7. Klien mengatakan sulit menggerakan ekstremitas
DO :
1. Klien Nampak meringis akibat nyeri yang dirasakan
2. Terdapat deformitas tulang pada betis kiri
3. Nampak kaki kiri terpasang traksi
4. Nampak klien melindungi kakinya yang patah
5. Nampak terpasang infuse 20 tts/menit
6. Pemberian obat analgetik ketorolac 10 mg/4jam
7. Klien Nampak gelisah
8. Kekuatan otot menurun
9. Kekuatan sendi menurun
10. TTV :
- TD : 120/90 mmHg
- N : 140x/menit
- RR : 30x/menit
- S : 38,5 0C
Pemeriksaan penunjang :
Hasil X-Ray terdapat fraktur tibia fibula sinistra
21
Analisa Data
DO :
1. Klien Nampak merin
gis akibat nyeri yan
g dirasakan
2. Terdapat deformitas
tulang pada betis kir
i
3. Nampak kaki kiri ter
pasang traksi
4. Nampak klien melin
dungi kakinya yang
patah
5. Nampak terpasang i
nfuse 20 tts/menit
6. Pemberian obat ana
lgetik ketorolac 10
mg/4jam
7. Klien Nampak gelis
ah
8. Kekuatan otot menu
run
9. Kekuatan sendi me
nurun
10. TTV :
- TD : 130/90
22
mmHg
- N : 110x/meni
t
- RR : 16x/men
it
- S : 38,5 0C
Pemeriksaan penun
jang :
Hasil X-Ray terdapa
t fraktur tibia fibula s
inistra
2. DS : Trauma
1. Klien mengatakan s
ulit menggerakan ek Gangguan mobilitas fisik
stremitas
2. Klien mengatakan n Fraktur tibia fibula
yerinya bertambah s sinistra
aat melakukan perg
erakan
DO :
1. Kekuatan otot menu ROM menurun
run
2. Kekuatan sendi me
nurun
3. TTV :
- TD : 130/90 Gangguan mobilitas
mmHg fisik
- N : 110x/meni
t
- RR : 16x/men
it
- S : 38,5 0C
Pemeriksaan penun
jang :
Hasil X-Ray terdapa
t fraktur tibia fibula s
inistra
23
PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi
fisik b.d kerusakan keperawatan selama 3 X 24
2. integritas struktur Jam maka Mobilitas fisik Observasi :
tulang ditandai meningkat dengan criteria 1. Identifikasi adanya nyeri
dengan : hasil : atau keluhan fisik lainnya
24
Data subjektif : 1.Peregerakan ekstremitas 2. Identifikasi toleransi
dari menurun menjadi melakukan pergerakan
1.Mengeluh sulit meningkat
menggerakan Terapeutik :
ekstremitas 2.Kekuatan otot dari
menurun menjadi 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Data obejktif : meningkat dengan alat bantu (mis pagar
tempat tidur)
1.kekuatan otot 3.Rentang gerak (ROM)
menurun dari menurun menjadi 2. Fasilitasi melakukan
meningkat pergerakan, jika perlu
2.Rentang gerak
(ROM) 4.Nyeri dari meningkat Edukasi :
menurun menjadi menurun 1. Jelaskan tujuan melakukan
5.Kelemahan fisik dari mobilsasi
meningkat menjadi 2. Anjurkan melakukan
menurun mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
TERAPI MUSIK
25
A. DEFINISI
Terapi musik adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan music dan elemen music
yang dapat mengubah perilaku,perasaan atau fisiologi tubuh
B. TUJUAN
Sebagai acuan untuk memberikan terapi musik pada pasien rawat inap dan
mengurangi rasa nyeri,rasa cemas menjadikan hati tentram.
C. KEBIJAKAN
Ada tenaga perawat dan alat serta bahan terapi music
D. PROSEDUR
Persiapan Alat dan bahan :
1) Tape music/radio
2) CD music atau
3) Headset
Penatalaksanaan:
DAFTAR PUSTAKA
26
Doenges, Marilynn., et.all. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta
Suddarth Brunner, 2018, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, EGC
Jakarta
EGC
27