Disusun Oleh :
FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KONSEP DASAR FRAKTUR
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh otot
ekstrem. Yang menyebabkan tulang patah, edema jaringan
lunak,pendarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon,
kerusakan syaraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat
fegmen tulang [ CITATION Sme02 \l 1057 ].
2. Etiologi
Berdasarkan jenisnya, penyebab fraktur dibedakan menjadi :
1. Cedera traumatic
Cedera traumatic pada tulang dapat disebabkan oleh : [ CITATION
Wah13 \l 1057 ]
a. Kekerasan langsung
Menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patahan
melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Menyebabkan patah tulang yang jauh dari ditempat terjadinya
kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah
dalam jalur hantaran vektor kekerasan [ CITATION Wah13 \l 1057
].
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, seperti :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru
yang tidak terkendali atau progresif.
b. Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin D.
d. Sress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas di
kemiliteran[ CITATION Kri12 \l 1057 ]
3. Tanda dan Gejala
Menurut[ CITATION Jit12 \l 1057 ] tanda dan gejala fraktur adalah
sebagai berikut.
1. Deformitas
2
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti:
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echumosis dari perdarahan subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan).
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.
10. Krepitasi
4. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur dapat dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya :
a. Klasifikasi etiologis
- Fraktur traumatic
- Fraktur patologis, yaitu fraktur yang terjadi pada daerah daerah
tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses
patologik lainnya (infeksi dan kelainan bawaan) dan dapat
terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan.
- Fraktur beban (kelelahan), yaitu fraktur yang terjadi pada orang-
orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas merka atau
karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada daerah
tulang yang menopang berat badan.
b. Klasifikasi klinis
- Fraktur tertutup (simple Fraktur), adalah fraktur dengan kulit yang
tidak tembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak
tercemar oleh lingkungan.
- Fraktur terbuka (compound Fraktur), adalah fraktur dengan kulit
ekstremitas yang terlibat telah ditembus, dan terdapat hubungan
antara fragneb tulang dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan
kulit [ CITATION Sja10 \l 1057 ]
5. Patofisiologi
Fraktur disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena adanya
traumatik pada tulang. Tulang yang telah melemah oleh kondisi
sebelumnya terjadi pada fraktur patologis [ CITATION Hel12 \l 1057 ].
Patah tulang tertutup atau terbuka akan mengenai serabut syaraf yang akan
menimbulkan rasa nyeri. Selain itu fraktur atau patah tulang adalah
3
terputusnya kontunuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa [ CITATION Sja10 \l 1057 ], tulang tidak
mampu digerakkan sehingga mobilitas fisik terganggu.
Intervensi medis dengan penatalaksanaan pembedahan
menimbulkan luka insisi yang menjadi pintu masuknya orgganisme
pathogen serta akan menimbulkan masalah resiko tinggi infeksi pasca
bedah, nyeri akibat trauma jaringan lunak [ CITATION Mut08 \l 1057 ].
6. Manifestasi klinis
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit [ CITATION
Had16 \l 1057 ].
7. Pemeriksaan penunjang
a. X-ray : untuk menentukan luas / lokasi fraktur
b. Scan tulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
d. Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan : peningkatan leukosit sebagai respon
terhadap peradangan
e. Kreatinin : trauma otot meningkat beban kratinin untuk klirens
ginjal
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi atau cedera hati [ CITATION Doe00 \l 1057 ].
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut [ CITATION Mut08 \l 1057 ] :
1 Penatalaksanaan konservatif
a. Proteksi adalah proteksi fraktur terutama untuk mencegah
trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada
anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
b. Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur
dengan bidai eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya
menggunakan gips atau macam-macam bidai dari plastik atau
metal.
c. Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan
imobilisasi eksterna dengan menggunakan gips. Reduksi
4
tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan
umum dan local.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi.
Tindakan ini mempunyai tujuan umum, yaitu beberapa reduksi
yang bertahap dan imobilisasi.
2 Penatalaksanaan pembedahan
Penatalaksanaan ini sangatlah penting diketaui oleh perawat, jika
ada keputusan klien diindikasikan untuk menjalani pembedahan,
perawat mulai berperan dalam asuhan keperawatn tersebut :
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal perkuatan atau K-Wire
b. Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang
yaitu :
1. Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau reduksi
terbuka dengan fiksasi internal. Orif akan mengimobilisasi
fraktur dengan melakukan pembedahan untuk memasukan
paku, scrup atau pen kedalam tempat fraktur unruk
mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara bersamaan.
Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur
pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua.
2. Open Reduction Terbuka dengan fiksasi eksternal. Tindakan
ini merupakan pilihan sebagian bagi sebagian besar fraktur.
Fiksasi eksternal dapat menggunakan konselosascrew atau
dengan metilmetaklirat (akrilik gigi) atau fiksasi eksterna
dengan jenis-jenis lain seperti gips.
5
KONSEP DASAR FRAKTUR FEMUR
1. Definisi
Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur
femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah)
dan fraktur femur tertutup yang disebabkan oleh trauma langsung pada
paha [ CITATION Hel12 \l 1057 ].
2. Etiologi
1. Peristiwa Trauma Tunggal
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan seperti : a) pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan
frakturspiral ; b) penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang
dapat menyebabkan fraktur melintang ; c) penekukan dan penekanan,
yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi disertai fragmen
kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah, d) kombinasi dari
pemuntiran, penekukan, dan penekanan yang menyebabkan fraktur
obliq pendek ; e) penarikan dimana tendon atau ligament benar-benar
menarik tulang sampai terpisah [ CITATION Hel12 \l 1057 ]
2. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya :
pada penyakit paget) [ CITATION Hel12 \l 1057 ]
3. Penatalaksanaan
Pada fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mencari ada
tidaknya :
1 Kehilangan kulit
2 Kontaminasi luka
3 Iskemia otot cedera pada pembuluh darah dan saraf Intervensi yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Profilaksis antibiotic
Debridement, pembersihan luka dan debridement harus
dilakukan dengan sesedikit mungkin penundaan. Jika terdapat
kematian jaringan atau kontaminasi yang jelas, luka harus
diperluas dan jaringan yang mati dieksisi dengan hati-hati. Luka
akibat penetrasi fragmen tulang yang tajam juga perlu
dibersihkan dan dieksisi, tetapi cukup dengan debridement
terbatas saja
Stabilisasi, dilakukan pemasangan fiksasi interna atau fiksasi
Penundaan penutupan
Penundaan rehabilitasi
6
Fiksasieksterna
1 Terapi konservatif
a. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan
terapi definitive untuk mengurangi spasme otot
b. Traksi tulang berimbang dengan bagian pearson pada sendi lutut.
Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat komunitif dan segmental
c. Menggunakan cast brasting yang dipasang setelah terjadi union fraktur
secara klinis
2 Terapi operatif
3 Pemasangan plate dan screw [ CITATION Hel12 \l 1057 ].
4. Pathway
Diskontinuitas jaringan
Fraktur
Kerusakan bagian- Tindakan operasi
bagian yang lunak
Perubahan letak
fragmen/depormitas
Stresor meningkat
Jaringan syaraf
rusak
Kelemahan/ kehilangan
fungsi gerak Kecemasan/ ansietas
Impuls nyeri
dibawa ke otak
Gerak terbatas
Gg mobilitas fisik
Nyeri akut
7
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Edisi III. Alih Bahasa: I
Made Kriasa. EGC. Jakarta
Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sjamsuhidayat & de jong . 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smelzer, S. C & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol 2. Alih Bahasa Agung Waluyo Jakarta: EGC.
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. X
8
2. Umur : 43 tahun
3. Suku/ Bangsa : jawa
4. Agama : islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Petani
7. Alamat : kediri
8. Sumber Biaya :
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama :
Klien merasa takut karena akan menjalani operasi
5. Lain-lain:
9
............................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................
Jenis - Flow...........................................................lpm
j. Penggunaan WSD:
- Jenis : -
- Jumlah cairan : -
- Undulasi :-
- Tekanan :-
k. Tracheostomy: ya tidak
l. Lain-lain:
.-
3. Sistem Kardio vaskuler (B2)
a. TD : 150/100 mmHg
b. N : 80 x/mnt Tidak terdapat masalah
c. Keluhan nyeri dada: ya tidak
P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
d. Irama jantung: reguler ireguler
e. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....
f. Ictus Cordis: tidak tampak
g. CRT < 3 detik
h. Akral: hangat kering merah basah pucat
panas dingin
i. Sikulasi perifer: normal menurun
j. JVP :-
k. CVP :-
l. CTR :-
m. ECG & Interpretasinya:
-
n. Lain-lain :
-
4. Sistem Persyarafan (B3)
a. GCS : 15 ( E: 4, M: 6, V: 5) Tidak terdapat masalah
b. Refleks fisiologis patella triceps biceps
c. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig
Lain-lain
d. Keluhan pusing ya tidak
P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
e. Pemeriksaan saraf kranial:
N1 : normal tidak Ket.: dapat membedakan bau yang diberikan.
N2 : normal tidak Ket.: dapat melihat benda jauh
N3 : normal tidak Ket.: dapat mengedipkan mata
N4 : normal tidak Ket.: dapat menggerakkan mata ke atas dan bawah
N5 : normal tidak Ket.: dapat mengunyah dengan baik
N6 : normal tidak Ket.: mata dapat melirik ke kanan-kiri
N7 : normal tidak Ket.: wajah simetris
N8 : normal tidak Ket.: dapat pendengaran dengan baik
N9 : normal tidak Ket.: dapat membedakan rasa
N10 : normal tidak Ket.: dapat menelan dengan baik
N11 : normal tidak Ket.: dapat menggerakkan bahunya dan menahannya
N12 : normal tidak Ket.: dapat menggerakkan lidah kesemua sisi
f. Pupil anisokor isokor Diameter: 3 / 3
g. Sclera anikterus ikterus
h. Konjunctiva ananemis anemis
i. Isitrahat/Tidur :8 Jam/Hari Gangguan tidur : -
j. Lain-lain:
-
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan: kateter
Jenis :Folley kateter
Ukuran : 18
Hari ke :1
g. Produksi urine : 1000 ml/hari
h. Warna :kuning
Bau : berbau khas
i. Kandung kemih : Membesar ya tidak
j. Nyeri tekan ya tidak
k. Intake cairan oral : 1500 cc/hari parenteral: 600 cc/hari
l. Balance cairan:
Intake cairan- output cairan = 2100 cc – 1580 cc = 520 cc/24jam
k. Lain-lain:
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Tidak terdapat masalah
OD OS
Simetris Aurcicula Simetris
MAE
Terdapat sedikit serumen Terdapat sedikit serumen
Berwarna putih Membran Berwarna putih
Berbentuk kerucut Tymphani Berbentuk kerucut
b. Tes Audiometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
n. Lain-lain:
b. Warna
c. Pitting edema: +/- grade: +1 Tidak terdapat masalah
d. Ekskoriasis: ya tidak
e. Psoriasis: ya tidak
f. Pruritus: ya tidak
g. Urtikaria: ya tidak
h. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Tidak terdapat masalah
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
ANALISIS DATA
Hari/
DATA ETIOLOGI MASALAH
Tgl/ Jam
Rabu Ds : Fraktur Ansietas
8 sep 2021 - Klien mengatakan takut karena akan
menjalani operasi Tindakan operasi
Do:
- Klien tampak cemas
- Klien tampak gelisah dan tegang Stressor meningkat
- TD : 150/100 mmHg
Ansietas
2 Rabu, 8 sep Nyeri akut b/d agen cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji skala
2021 fisik 1 x 24 jam diharapkan nyeri akut dapat nyeri secara
berkurang dengan kriteria hasil : komprehensi
1. klien tidak merasakan nyeri f
2. skala nyeri turun dari 8 menjadi 2. Beri
berkurang kesempatan
3. klien tampak rileks istirahat dan
tidur yang
adekuat
3. Ajarkan
penggunaan
teknik
nonfarmakol
ogi ( tarik
nafas dalam)
4. Beri
informasi
pada
keluarga
dalam
memberi
dukungan
saat nyeri
muncul
5. Kolaborasi
pemberian
analgetik
pereda nyeri
(metamizole
1 g/ 8 jam)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI