Anda di halaman 1dari 28

AMAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN

Dosen Pembimbing

Dhita , S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Kelompok 11 :

1. Diance Ate (1811B0017)


2. Farhan Nur Arif (1811B0030)
3. Isma Nur Annisa (1811B0035)
4. Laili Khoirun Nissa (1811B0039)\

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan ” yang diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan anak

Makalah ini berisikan informasi penjelasan tentang asuhan keperawatan


ketidakberdayaan. Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam makalah ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak yang telah
membaca, sangat kami harapkan untuk menghasilkan makalah yang lebih baik untuk
masa mendatang

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini mulai dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua

Kediri, 10 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 4

A. Latar belakang................................................................................................ 4
B. Rumusan masalah.......................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6

A. Pengertia ISPA............................................................................................... 6
B. Klasifikasi ISPA............................................................................................. 6
C. Etiologi ISPA................................................................................................. 7
D. Patofisiologi ISPA......................................................................................... 7
E. Manifestasi Klinis ISPA................................................................................ 8
F. Komplikasi ISPA........................................................................................... 9
G. Penatalaksanaan ISPA................................................................................... 9
H. Pencegahan ISPA........................................................................................... 10
I. Pemeriksaan Penunjang ISPA........................................................................ 11
J. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Ispa Pada Anak Pengkajian................. 11

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................... 20

A. Narasi Kasus.................................................................................................. 20
B. Asuhan Keperawatan ISPA pada Anak......................................................... 20

BAB VI PENUTUP................................................................................................... 35

A. Kesimpulan.................................................................................................... 35
B. Saran.............................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ISPA merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang salah satu
atau lebih dari saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksinya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura (Kemenkes, 2010). ISPA di sebabkan oleh virus, bakteri dan reketsia
dan infeksi ini paling sering terjadi pada anak karena beberapa faktor seperti
terpapar asap rokok, pencemaran lingkungan, makanan yang kurang bersih dan
lain-lain, anak akan mengalami masalah pernafasan berupa sesak nafas, kesulitan
bernafas, batuk dan bentuk-bentuk masalah lainnya sebagai akibat infeksi saluran
pernafasan. Karena itu masalah yang berhubungan dengan pernafasan pada ISPA
yang paling utama adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, yang pada
akhirnya akan mengganggu sistem pernafasan.
ISPA dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu anak, faktor
perilaku dan faktor lingkungan. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat
badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi
perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada anak atau peran aktif
keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA. Faktor lingkungan
meliputi : pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran
bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan
kepadatan hunian. Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran
pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku
bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan
akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan
saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan
Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda
asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal
ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan. Penderita akan
mengalami demam, batuk, dan pilek berulang serta anoreksia, di bagian tonsilitis
dan otitis media akan memperlihatkan adanya inflamasi pada tonsil atau telinga
tengah dengan jelas. Infeksi akut pada anak jika tidak mendapatkan pengobatan

4
serta perawatan yang baik akan mengakibatkan timbulkan pneumonia yang
berlanjut pada kematian karena sepsis yang meluas bahkan berhentinya
pernapasan sementara atau apnea
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam memecahkan
masalah Keperawatan Anak dengan gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
pada Anak antara lain :
1. Apa yang di maksud dengan infeksi saluran pernafasan akut ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan infeksi saluran pernafasan akut?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu Infeksi Saluran Pernafasan Akut
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan infeksi saluran
pernafasan akut

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup seseorang tentang
kurangnya pengendalian terhadap situasi dirinya, termasuk mengenai persepsi
tentang hal yang dilakukan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap hasil yang
diperoleh (NANDA, 2015). Ketidakberdayaan juga diartikan sebagai sebuah
persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan mempengaruhi hasil
secara bermakna; kurangnya kontrol terhadap situasi tertentu atau kejadian baru
yang dirasakan (Townsend, 2010).
Definisi lain dari ketidakberdayaan dalam Carpenito (2008)
adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok kurang kontrol terhadap
dirinya dan situasi yang dialaminya yang memberikan dampak pada tujuan,
pandangan serta gaya hidupnya. Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan,
dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan adalah suatu kondisi dimana
kurangnya kontrol akan pribadi dan situasi, termasuk persepsi seseorang atau
kelompok mengenai tindakan yang dilakukan tidak akan mempengaruhi hasil
secara signifikan.

B. Etiologi Ketidakberdayaan
Terdapat lima etiologi dari ketidakberdayaan yang dijelaskan dalam Townsend
(2015) yaitu,
a. Tidak memiliki kemampuan memutuskan
b. Kesehatan lingkungan
c. Proses berduka yang rumit
d. Kurangnya umpan balik positif
e. Selalu diberikan umpan balik negatif
C. Tanda dan gejala Ketidakberdayaan
Tanda dan gejala yang terdapat di dalam Standar Asuhan Keperawatan
(Kelompok Keilmuan keperawatan Jiwa, 2011):
a. Data Subjektif:
1) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan
untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
6
2) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
3) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri

b. Data Obyektif
1) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan
3) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya

4) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,


ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
5) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain
ketika mendapat perlawanan
6) Apatis dan pasif
7) Ekspresi muka murung
8) Bicara dan gerakan lambat
9) Tidur berlebihan
10) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
11) Menghindari orang lain

D. Batasan Karakteristik Ketidakberdayaan


Carpenito (2008), menggelompokan batasan karakteristik ketidakberdayaan menjadi
dua, yaitu karakteristik mayor dan minor. Pada karakteristik mayor, dapat terlihat
akan mengekspresikan perasaannya secara terbuka seperti perilaku marah,
mengeskpresikan secara tertutup sikap apatis, mengekspresikan ketidakpuasan atas
ketidakmampuannya dalam mengontrol situasi seperti penyakit, prognosis,
perawatan, pekerjaan, dan perkembangan perawatan yang dapat berdampak negatif
terhadap pandangan dan gaya hidupnya pada
saat ini. Karakteristik mayor pada klien dengan diabtes mellitus dapat terlihat dari
cara klien menyampaikan perasaannya, serta perilaku yang ditunjukannya. Klien
menyatakan perasaannya secara terbuka dengan marah, atau mengatakan tentang
ketidakmampuannya mengontrol penyakit yang sedang dialaminya.

7
Karakteristik yang kedua merupakan karakteristik minor. Pada karakteristik ini, dapat
terlihat adanya perilaku mencari informasi yang kurang, apatis, marah, depresi, pasif,
cemas, perilaku menyakiti, perilaku yang meledak-ledak, pengunduran diri, dan
ketergantungan yang tidak memuaskan pada individu yang lain. Klien diabetes
mellitus yang memiliki karakteristik ini dapat terlihat dalam kondisi cemas, apatis,
depresi, dan perilaku yang meledak-ledak. Klien cenderung kurang mencari informasi
tentang penyakitnya dan lebih tertutup sikapnya.

National Association Nursing Diagnoses of American (NANDA, 2015),


mendeskripsikan batasan karakteristik ketidakberdayaan menjadi ringan, sedang dan
berat sebagai berikut :
1) Karakteristik ketidakberdayaan ringan antara lain adanya ekspresi ketidakpastian
tentang fluktuasi tingkat energi, serta bersikap pasif.
2) Karakteristik ketidakberdayaan sedang antara lain dengan marah, ketergantungan
pada orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, tidak melakukan perawatan
diri, tidak memantau kemajuan akan kondisi kesehatannya, adanya ekpresi
ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan diri dalam melakukan aktifitas sebelumnya,
ekspresi keraguan tentang melakukan tugas sebelumnya, ekspresi keraguan tentang
penampilan peran, ekspresi frustrasi terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas
sebelumnya, ekspresi frustrasi terhadap ketidakmampuan melakukan tugas
sebelumnya, takut dijauhkan dari pemberi asuhan,
rasa bersalah, ketidakmampuan mencari informasi tentang asuhan, pasif, dan enggan
mengungkapkan perasaannya.
3) Karakteristik ketidakberdayaan berat antara lain apatis, depresi terhadap kondisi
buruk secara fisik, menyatakan tidak memiliki kendali misalnya terhadap perawatan
diri, situasi dan hasil.

E. Faktor Ketidakberdayaan

Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang menjadi sumber ketidakberdayaan
berasal dari diri seseorang. Terdapat tiga faktor predisposisi, yaitu:
a) Biologis :
1. Tidak adanya riwayat keturunan yang mengalami gangguan jiwa

8
2. Gaya hidup tidak mengkonsumsi alkohol, rokok dan zat adiktif lainnya
3. Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up, tanggal terakhir
periksa)
4. Ada riwayat menderita penyakit yang menyerang organ paru-paru atau jantung
yang menghambat kegiatan harian klien
5. Adanya riwayat kejang, panas dalam waktu yang lama atu trauma kepala.
6. Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, seperti penyakit terminal.

b) Psikologis :
1. Perubahan gaya hidup seseorang akibat lingkungan tempat tinggalnya
2. Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan komunikasi yang kurang baik
dalam penyampaikan kondisi baik perasaan maupun mengenai kesehatannya.
3. Ketidakmampuan dalam menjalankan peran akibat penyakit progresif yang
dialaminya
4. Kurangnya rasa puas dalam pencapaian hidup
5. Merasa kondisi kehidupannya dan kondisinya saat ini tidak dalam kondisi baik.
6. Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu otoriter atau
terlalu melindungi atau menyayangi
7. Mendapatkan umpan balik yang negatif dari orang di lingkungannya sejak balita
hingga remaja, dan tidak mampu mengeksplor kemampuan serta hobinya
8. Klien pernah mengalami pengalaman kekesawan fisik (korban, pelaku atau saksi)
9. Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas, rasa
takut akan tidak diakui atau selalu merasa tidak berdaya
10. Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.

c) Sosial budaya :
1. Usia 30-meninggal
2. Laki-laki atau perempuan (sama), tergantung dengan perannya
3. Pendidikan yang rendah
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan seperti
pensiun atau tidak berpenghasilan lagi
5. Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol

9
6. Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain dan
enggan ikut dalam kegiatan bersama
7. Pengalaman dalam bersosialisasi, kurang aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan
oleh masyarakat
8. Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara pasif.

2.3.2.2 Faktor Presipitasi


Faktor presipitasi adalah faktor yang berasal dari eksternal maupun internal yang
mempengaruhi individu. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
ketidakberdayaan, yaitu :
a) Biologis :
1. Mengalami penyakit yang mengharuskan menerima terapi yang berkelanjutan
dalam waktu yang lama.
2. Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3. Mengalami infeksi otak, kejang atau terjadinya trauma kepala dalam 6 bulan
terakhir
4. Adanya gangguan pada sistem endokrin
5. Mengkonsumsi alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6. Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7. Tidak dapat melakukan penyesuaian diri terhadap budaya, ras, etnik dan gender
8. Adanya perubahan dalam mobilisasi (gaya berjalan, koordinasi dan
keseimbangan)

b) Psikologis :
1. Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2. Tidak dapat melakukan hobi, kegiatan sehari-hari, bekerja, serta aktivitas sosial.
3. Perasaan rendah diri akibat ketidakmampuannya dalam melakukan aktivitas
sehari-hari akibat nyeri, dan kehilangan pekerjaan.
4. Pada konsep diri: terjadi gangguan peran
5. Ketergantungan dengan orang lain

c) Sosial budaya :
1. Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatannya saat ini
10
2. Berada di pelayanan kesehatan dan berpisah dengan anggota keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3. Hambatan berinteraksi akibat penyakitnya, maupun penyebab yang lain.
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan dalam 6
bulan terakhir.
5. Perubahan status kesehatan menjadi paliatif.
6. Terhambatnya menjalankan aktivitas keagamaan akibat kondisinya saat ini.

11
BAB III

PEMBAHASAN

A. Narasi Kasus
An A berusia 5 tahun di rawat di ruang anak RSUD Sultan Hasan Surabaya pada
tanggal 09 Januari 2019 . Ibu mengatakan anaknya sesak nafas dan batuk/flu ± 4
hari, terdapat sekret di hidung. Demam naik turun sudah 4 hari yang lalu. Ibu
mengatakan anaknya sesak nafas, saat bernafas terasa berat dan pernafasan
menggunakan cuping hidung. Ibu hanya memberikan obat batuk yang dibeli di
apotik namun tidak kunjung sembuh. Lalu An A dibawa ke RSUD Sultan Hasan
Surabaya tanggal 09 Januari 2019 pukul 19.00 WIB. Dari hasil pemeriksaaan di
dapatkan S : 38 °C, N : 114x/menit, RR : 24 x/menit, suara nafas wheezing,
terpasang O2 6 Lpm, anak terlihat pucat tapi aktif bergerak.
B. Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
Unit : Kesehatan anak Tanggal pengkajian : 10 Jan 2019
Ruang : Poliklinik Allo anamnese : Orang tua pasien
A. Identifikasi
a. Klien
Nama : An A
TTL / Umur : Surabaya, 10 April 2015 / 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Agama/Suku : Islam / Jawa
Warga negara : Indonesia
Bahasa : Bahasa Indonesia/ Jawa
Alamat : Surabaya
b. Orang tua
Ayah Ibu
Nama : E.M Nama : V.S
Umur : 42 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia

12
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Surabaya Alamat : Surabaya

Genogram

Keterangan:
: Laki - laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah
Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan ibu pasien
memiliki riwayat penyakit hipertensi
c. Data medik
1) Dikirim oleh : -
2) Diagnosa medik
ISPA
3) Riwayat prenatal
Ibu pasien mengatakan pemeriksaan kehamilan selalu dilakukan
setiap bulan.
4) Riwayat kelahiran
Ibu pasien mengatakan pasien lahir cukup bulan dengan jenis
persalinan normal, yang dilakukan di RS dengan penolong
persalinan dokter dan bidan.
5) Riwayat tumbuh kembang anak
Ibu pasien mengatakan, pasien tumbuh gigi pertama pada saat
pasien berumur 5 bulan. Dan pada umur 4 bulan pasien mulai

13
belajar duduk, kemudian pad usia 11 bulan pasien sudah mulai
berjalan.
6) Riwayat vaksinasi : Lengkap
7) Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi
8) Riwayat penyakit dahulu
Ibu Klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit dengan
diagnosa ISPA dan tonsilofaringitis.
B. Keluhan utama
Batuk/ flu ± 4 hari
C. Keadaan Umum
1. Keadaan sakit
Klien tampak sakit sedang, pucat tapi aktif bergerak. Riwayat
kesehatan sekarang: Batuk/ flu selama 4 hari, sekret pada hidung,
demam naik turun ± 4 hari yang diukur dengan termometer serta sesak
nafas, saat bernafas terasa berat dan pernafasan menggunakan cuping
hidung. BAB 1 x tadi pagi, konsistensi lunak, warna kekuningan.
2. TTV
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Nadi : 114x/menit (teratur)
3. Suhu : 38ºC (Axilaris)
4. Respirasi : 24 x/menit (Irama: teratur, Jenis : Pernafasan dada)
Kajian Pola Kesehatan
1. Kajian Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Data Subjektif
- Keadaan sebelum sakit
Orang tua klien mengatakan klien sudah pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya. Saat klien sakit selalu diperiksakan ke
dokter oleh orang tuanya dan selalu meminum habis obat yang
diberikan.
- Keadaan saat ini
Orang tua klien tidak mengetahui penyebab anaknya demam
naik turun seperti ini. Sebelumnya klien belum pernah dibawa
berobat ke mana pun.
b. Data objektif
14
KU klien tampak sakit sedang, klien aktif bermain
1) Pemeriksaan fisik
- Kulit kepala dan rambut : Bersih
- Rongga mulut, telinga, hidung : Bersih
- Kulit dan kuku : Bersih
- Tanda Scar vaksinasi : Ada
2. Kajian Pola Nutrisi Metabolik
a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit
Ibu klien mengatakan selera makan klien baik. Menu
makanan sehari-hari nasi, ikan, dan sayur. Frekuensi
3x/hari. Jenis minuman: air putih dan susu, jumlah ± 1500
cc.
- Keadaan saat sakit
Ibu klien mengatakan selera makan dan minum klien biasa
seperti saat tidak sakit.
b. Data objektif: -
1) Pemeriksaan Fisik
- BB : 17 kg
- Keadaaan rambut : Lebat, bersih
- Hidrasi kulit : Lembab
- Rongga mulut : Bersih
- Gusi : Merah muda jumlah gigi : 14
- Palpebrae : Tidak berwarna gelap
- Conjungtiva : Merah
- Sclera : Tidak ikterik
- Hidung : Tidak terdapat lesi, ada sekret
- Lidah : Bersih
- Abdomen : Bentuk simetris dan tidak ada
pembengkakan
3. Kajian Pola Eliminasi
a. Data Subjektif
- Keadaan sebelum sakit

15
Ibu klien mengatakan klien BAB ± 1x/1 – 2 hari,
konsistensi lembek. BAK ± 5x/ hari.
- Keadaan saat ini
Ibu klien mengatakan BAB & BAK klien tidak ada
masalah, frekuensi seperti sebelum sakit
b. Data objektif: -
4. Kajian Pola Aktifitas dan Latihan
a. Data subjektif
- Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan Klien bermain di rumah dengan
kakak-kakaknya.
- Saat ini
Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami masalah dalam
pola aktivitas sehari-hari.
b. Data objektif
Klien tampak aktif bergerak
c. Pemeriksaan Fisik :
Perfusi pembuluh perifer kuku: Kuku warna merah muda,
waktu kembali 2 detik.
5. Kajian Pola Tidur dan Istirahat
a. Data Subjektif
- Sebelum Sakit
Ibu klien mengatakan jam tidur klien tidak menentu,
biasanya memiliki waktu istirahat siang.
- Saat Ini
Klien tidak mengalami masalah dalam pola istirahat dan
tidur.
b. Data Objektif: -
6. Kajian Pola Persepsi Kognitif
a. Data Subjektif
- Sebelum Sakit
Klien tidak mengalami gangguan pancaindra sesuai tahap
perkembangan
- Saat Ini
16
Tidak ada perubahan pola persepsi kognitif
b. Data Objektif
Kemampuan bicara klien sesuai usianya, tidak ada disorientasi.
7. Kajian Pola Persepsi Diri
a. Data Subjektif
- Sebelum Sakit
Klien berperan sebagai anak dalam keluarga, anak yang
masih dalam tahap tumbuh kembang yang sepenuhnya
masih butuh pengawasan orang tua.
- Saat Ini
Tidak ada perubahan pola persepsi diri
b. Data Objektif
Rentang perhatian baik dan ada kontak mata dan tidak ada
kelainan bawaan yang nyata.
8. Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Data Subjektif
Klien tinggal bersama orang tuanya dan hidup baik antar
anggota keluarganya.
Saat Ini
Klien tidak memiliki masalah dalam pola hubungan sesama.
b. Data Objektif
Klien mau diajak bicara dengan perawat
9. Kajian Mekanisme Koping
a. Data Subjektif
- Sebelum Sakit
Orang tua klien selalu mencari jalan keluar saat ada
masalah, misalnya mencari pengobatan secepat mungkin
saat mendapatkan anggota keluarga sakit
- Saat Ini
Orang tua klien cemas akan keadaan klien saat klien sakit.
b. Data Objektif
Orang tua klien tampak cemas dengan keadaan anaknya.
10. Kajian Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Data Subjektif
17
- Sebelum sakit
Klien mengikuti kegiatan keagamaan bersama orang tuanya
(ke gereja setiap hari minggu).
- Saat Ini
Tidak ada masalah dalam pola sistem nilai kepercayaan
b. Data Objektif
Orang tua klien terlihat menggunakan aksesori rohani (rosario)
THERAPY PENGOBATAN
1. Sanmol
2. Valisanbe
3. Trombroncho 9 mg
4. Trifed ¼ tab

18
ANALISIS DATA

Hari/
Tgl/ DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
DS : Sekresi yang tertahan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
10-01- - Ibu klien mengatakan batuk/ flu ±
2019
4 hari

DO :

- Klien batuk / flu


- Terdapat sekret di hidung
- TTV:
N : 114x/menit
RR : 24x/menit
S : 38ºC
- Suara nafas wheezing
DS : Hiperventilisasi Ketidakefektifan pola
nafas
10-01- - Ibu klien mengatakan sesak nafas
2019 dan batuk
DO :

- Terdapat suara nafas tambahan


Whezing
- TTV
N : 114x/menit
RR : 24x/menit
S : 38ºC
- Terpasang O2 6 Lpm
10-01- DS : Proses penyakit Hipertermia
2019
- Klien demam naik turun ± 4hari

DO :

- TTV:

19
N : 114x/menit
RR : 24x/menit
S : 38ºC

10-01- DS : Kekurangan suplai Hambatan Pertukaran


2019 oksigen gas
- Klien sesak nafas, saat bernafas
terasa berat

DO :

- Pernafasan menggunakan cuping


hidung
- TTV:
N : 114x/menit
RR : 24x/menit
S : 38ºC

20
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b/d Sekresi yang Tertahan


2. Ketidakefektifan Pola Nafas b/d Hiperventilasi
3. Hipertermia b/d Proses Penyakit
4. Hambatan Pertukaran Gas b/d Kekurangan Suplai Oksigen

21
RENCANA INTERVENSI
Hari/ NOC NIC
DIAGNOSA
No. Tgl/
KEPERAWATAN (Nursing Outcome Classification) (Nursing Intervention Classification)
Jam
10-01- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Tujuan: Mandiri :
2019 Nafas b/d Sekresi Yang
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada
08.00 Tertahan selama 2 x 24 jam diharapkan bersihan jalan R/ Untuk melihat sejauh mana ketidaknyamanan klien dalam bernafas.
WIB nafas efektif 2. Bantu pasien latian nafas sering.
R/ untuk memudahkan ekspansi paru
Kriteria hasil :
3. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi). Tawarkan
- Jalan nafas paten dengan bunyi nafas
air hangat daripada dingin .
bersih R/ Cairan dapat memobilisasi dan membantu pengeluaran sekrret
- Meningkatnya pengeluaran sekret
4. Anjurkan klien untuk menggunakan masker
R/ Untuk mencegah penularan terhadap individu lain.
Kolaborasi :

5. Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, bronchodilator,


analgesic.
R/ Untuk membantu/ mempercepat proses penyembuhan.
2. 10-01- Ketidakefektifan Pola Nafas b/d Tujuan : 1. Manajemen jalan nafas
2019 Hiperventilasi R/ pasien memfasilitasi kepatenan jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
08.00 selama 2 x 24 jam diharapkan pasien dapat 2. Monitoring tambahan suara nafas(wheeziing)
mempertahankan /memperbaiki pola R/ untuk mengetahui tambahan suara pernafasan wheezing yang
22
pernafasan dengan menunjukkan bertahannya sekret
WIB
Kriteria Hasil : 3. Monitor tanda-tanda vital
- Wheezing menurun R/ mengetahui batas normal pasien

4. Monitoring pola nafas (Hiperventilasi)


R/ untuk mengetahui status kesehatan pasien

5. Terapi oksigen
R/ memberikan oksigen dan memantau efektivitas nya
3. 10-01- Hipertermi b/d Proses Penyakit Tujuan: 1. Monitor TTV
2019 R/ mengetahui batas normal pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
08.00 2. Observasi suhu badan
selama 2 x 24 jam diharapkan
R/ proses peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut
WIB Thermoregulation
3. Beri kompres hangat pada dahi/axilla
Kriteria hasil : R/ Daerah dahi atau axilla merupakan jaringan tipis dan terdapat pembuluh
darah sehingga proses vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehingga
- Suhu tubuh dalam rentang normal pergerakan molekul cepat.
- Nadi dan RR dalam rentang normal
4. Beri minum sering tapi sedikit.
- Tidak ada perubahan warna kulit R/ Untuk mengganti cairan yang hilang selama proses evaporasi.
dan tidak ada pusing

5. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik


R/ Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas

4. 10-01- Hambatan Pertukaran Gas b/d Tujuan: 1. Monitor rata-rata, kedalaman ,irama dan usaha respirasi

23
2019 Kekurangan Suplai Oksigen Setelah dilakukan tindakan keperawatan R/: memantau pola pernafasan dan untuk mengetahui adanya obstruktif
selama 2 x 24 jam diharapkan hambatan jalan nafas
08.00
WIB pertukaran gas pasien teratasi dengan 2. Kaji warna kulit dan membrane mukosa
R/ sianosis perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia
Kriteria hasil :
- Ttv dalam rentang normal 3. Monitor tanda-tanda vital
R/ mengetahui batas normal pasien
- Mendemostrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi yang 4.  Awasi frekuensi jantung dan irama.
R/: takikardia ada biasanya sebagai akibat dari demam atau dehidrasi
adekuat
tinggi tetapi dapat sebagai respon hipoksemia.

5. Kolaborasi pemberian terapi oksigen


R/ untuk mempertahankan tekanan parsial oksigen (Pao2)

24
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

N
Hari/
o.
Tgl/ Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
D
Shift
x
10-01- 08.15 1. Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan 08.15 S : Ortu klien membantu latihan nafas sering dan
2019 gerakan dada batuk produktif
WIB WIB
2. Membantu pasien latian nafas sering.
O : Pola pernafasan dada klien 22 x/menit
3. Memberikan cairan sedikitnya 2500 ml perhari(kecuali
kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin . A : Masalah teratasi sebagian

4. Menganjurkan klien untuk menggunakan masker P : Intervensi dilanjutkan


5. Memberikan obat sesuai indikasi mukolitik,
ekspektoran, bronchodilator, analgesic.

10-01- 08.15 1. Memanajemen jalan nafas 08.15 S : Klien mengatakan bahwa sesak nafas dan
2019 2. Memonitoring tambahan suara nafas(wheeziing) batuknya sudah berkurang
WIB WIB
3. Memonitor tanda-tanda vital O : Tidak terdapat suara nafas tambahan Whezing

4. Memonitoring pola nafas (Hiperventilasi) TTV


5. menterapi oksigen
- N : 114x/menit
- RR : 22x/menit

25
- S : 36,5ºC
- Terpasang O2 6 Lpm

A: Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
10-01- 08.15 1. Memonitor TTV 08.15 S : Klien mengatakan suhu badannya menurun
2019 2. Mengobservasi suhu badan
WIB WIB O : TTV
3. Memberi kompres hangat pada dahi atau axilla
- S : 36,5 ºC
4. Memberi minum sering tapi sedikit. - N : 114x/mnt
5. Mengkolaborasi dalam pemberian obat antipiretik - RR: 22x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
10-01- 08.15 1. Memonitor rata-rata, kedalaman ,irama dan usaha 08.15 S : Klien mengatakan sesak nafas teratasi , saat
2019 respirasi bernafas terasa menurun
WIB WIB
2. Mengkaji warna kulit dan membrane mukosa
3. Memonitor tanda-tanda vital O : TTV
4. Mengawasi frekuensi jantung dan irama.
5. Mengkolaborasi pemberian terapi oksigen - S : 36,5 ºC
- N : 114x/mnt
- RR: 22x/mnt

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan. penyebab ISPA yaitu virus, bakteri, alergen spesifik, perubahan cuaca dan
lingkungan, aktifitas, dan asupan gizi yang kurang. Komplikasi ISPA adalah asma,
demam kejang, tuli, syok. Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan perbaikan gizi
dan peningkatan gizi pada balita, penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan
makanan, variasi menu, perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan
perorangan.
B. Saran
Untuk mengurangi angka kejadian ISPA pada balita, dalam hal ini penulis
menyarankan agar semua pihak baik keluarga maupun instansi kesehatan lebih
memperhatikan pola hidup sehat dan tidak membuang batuk sembarangan dan
mengolah makanan sebaik mungkin.

27
DAFTAR PUSTAKA

Kelompok Keilmuan keperawatan Jiwa. (2011). Standar asuhan keperawatan


diagnosa psikososial. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

Kanine, E., Daulima, N.H.C., & Nuraini, T. (2011). Pengaruh terapi generalis
dan logoterapi terhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus di
rumah sakit provinsi sulawesi utara. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

28

Anda mungkin juga menyukai