Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN

Dosen Pembimbing

Heri Saputro, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Kelompok 3 :

1. Diance Ate (1811B0017)


2. Farhan Nur Arif (1811B0030)
3. Isma Nur Annisa (1811B0035)
4. Laili Khoirun Nissa (1811B0039)\

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan ” yang diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan anak

Makalah ini berisikan informasi penjelasan tentang asuhan keperawatan


ketidakberdayaan. Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam makalah ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak yang telah
membaca, sangat kami harapkan untuk menghasilkan makalah yang lebih baik untuk
masa mendatang

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini mulai dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua

Kediri, 10 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 4

A. Latar belakang................................................................................................ 4
B. Rumusan masalah.......................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6

A. Pengertia ISPA............................................................................................... 6
B. Klasifikasi ISPA............................................................................................. 6
C. Etiologi ISPA................................................................................................. 7
D. Patofisiologi ISPA......................................................................................... 7
E. Manifestasi Klinis ISPA................................................................................ 8
F. Komplikasi ISPA........................................................................................... 9
G. Penatalaksanaan ISPA................................................................................... 9
H. Pencegahan ISPA........................................................................................... 10
I. Pemeriksaan Penunjang ISPA........................................................................ 11
J. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Ispa Pada Anak Pengkajian................. 11

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................... 20

A. Narasi Kasus.................................................................................................. 20
B. Asuhan Keperawatan ISPA pada Anak......................................................... 20

BAB VI PENUTUP................................................................................................... 35

A. Kesimpulan.................................................................................................... 35
B. Saran.............................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ISPA merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang salah satu
atau lebih dari saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksinya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura (Kemenkes, 2010). ISPA di sebabkan oleh virus, bakteri dan reketsia
dan infeksi ini paling sering terjadi pada anak karena beberapa faktor seperti
terpapar asap rokok, pencemaran lingkungan, makanan yang kurang bersih dan
lain-lain, anak akan mengalami masalah pernafasan berupa sesak nafas, kesulitan
bernafas, batuk dan bentuk-bentuk masalah lainnya sebagai akibat infeksi saluran
pernafasan. Karena itu masalah yang berhubungan dengan pernafasan pada ISPA
yang paling utama adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, yang pada
akhirnya akan mengganggu sistem pernafasan.
ISPA dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu anak, faktor
perilaku dan faktor lingkungan. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat
badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi
perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada anak atau peran aktif
keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA. Faktor lingkungan
meliputi : pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran
bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan
kepadatan hunian. Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran
pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku
bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan
akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan
saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan
Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda
asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal
ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan. Penderita akan
mengalami demam, batuk, dan pilek berulang serta anoreksia, di bagian tonsilitis
dan otitis media akan memperlihatkan adanya inflamasi pada tonsil atau telinga
tengah dengan jelas. Infeksi akut pada anak jika tidak mendapatkan pengobatan

4
serta perawatan yang baik akan mengakibatkan timbulkan pneumonia yang
berlanjut pada kematian karena sepsis yang meluas bahkan berhentinya
pernapasan sementara atau apnea
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam memecahkan
masalah Keperawatan Anak dengan gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
pada Anak antara lain :
1. Apa yang di maksud dengan infeksi saluran pernafasan akut ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan infeksi saluran pernafasan akut?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu Infeksi Saluran Pernafasan Akut
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan infeksi saluran
pernafasan akut

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ketidakberdayaan

B. Klasifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )


1. Berdasarkan Lokasi Anatomi
a. Infeksi Saluran Pernafasan Akut Atas
Infeksi saluran pernafasan akut atau merupakan infeksi yang
menyerang saluran pernafasan bagian atas (faring). Terdapat beberapa
gejala yang ditemukan pada infeksi ini yaitu demam, batuk, sakit
tenggorokan, bengkak di wajah, nyeri telinga, ottorhea, dan mastoiditis.
Beberapa penyakit yang merupakan contoh infeksi saluran pernafasan akut
atas yaitu sinusitis, fangitis, dan otitis media akut
b. Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
Infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan infeksi yang
menyerang saluran pernafasan bagian bawah. Seseorang yang terkena
infeksi pada saluran pernafasan bawah biasanya akan ditemukan gejala
takipnea, retraksi dada, dan pernafasan wheezing). Beberapa penyakit
yang merupakan contoh infeksi saluran pernafasan akut bawah yaitu
bronchiolitis, bronchitis akut, dan pneumonia
2. Berdasarkan Kelompok Umur
a. Kelompok umur kurang dari 2 bulan
1) Pneumonia Berat
Selain batuk dan atau sukar bernafas, ditemukan nafas cepat (>60
kali/menit) atau tarikan kuat dinding dada bagian bawah ke dalam.
2) Bukan Pneumonia
Hanya ditemukan batuk dan atau sukar bernafas, namun tidak
ditemukan nafas cepat (nafas <60 kali/menit) dan tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam.
b. Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
1) Pneumonia Berat

6
Selain batuk dan atau sukar bernafas juga ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (Chest Indrawing)
2) Pneumonia
Tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah ke dalam,namun
ditemukan nafas cepat sesuai golongan umur (2 bulan - < 1 tahun : 50
kali atau lebih/menit; 1-<5 tahun : 40 kali atau lebih/menit).
3) Bukan Pneumonia
Tidak ditemukan nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam, namun hanya ditemukan batuk dan atau sukar bernafas.
C. Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)
Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non-infeksius. Agen
infeksius yang paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut
adalah virus, seperti respiratory syncytial virus (RSV), non polio enterovirus
(coxsackie viruses Adan B), Adenovirus, Parainfluenza, dan Human metapneumo
viruses. Agen infeksius selain virus juga dapat menyebabkan ISPA,
staphylococcus, haemophilus influenza, chlamydia trachomatis, mycoplasma, dan
pneumococcus.
Misnadiarly (2008) menyebutkan bahwa selain agen infeksius, agen non-
infeksius juga dapat menyebabkan ISPA seperti inhalasi zat-zat asing seperti
racun atau bahan kimia, asap rokok, debu, dan gas.
D. Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)
Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit
infeksi oleh berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang
terjadi pada saluran pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang
terjangkit infeksi, keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta status
kesehatan secara umum.
Tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi saluran pernafasan yang
terserang yaitu :
1. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas
Gejala yang sering timbul yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal
yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan,
sakit tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering pada bagian
posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk
seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam.
7
2. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah
Gejala yang timbul biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran
pernafasan bagian atas seperti hidung buntu, pilek, dan sakit tenggorokan.
Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya di mulai dengan
batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi
sputum yang banyak ; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga mukopurulen.
Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan suara wheezing atau
ronkhi yang dapat terdengar jika produksi sputum meningkat. Dan juga
tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit
tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas,
sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotic (Rahmayatul, 2013).
E. Patofisiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi
oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul
mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga
hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis.
Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat
melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-
daerah saluran pernafasan atas maupun bawah.
F. Komplikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)
Komplikasi merupakan akibat dari invasi bakteri sinus paranasal dan
bagian-bagian lain saluran pernafasan. Limfonodi servikalis dapat juga menjadi
terlibat dan kadang-kadang bernanah, Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis,
atau selulitis periorbital dapat terjadi. Komplikasi yang paling sering adalah otitis
media, yang ditemukan pada bayi – bayi kecil sampai sebanyak 25%.
Kebanyakan, infeksi virus saluran pernafasan atas juga melibatkan saluran
pernafasan bawah, dan pada banyak kasus, fungsi paru menurun walaupun gejala
saluran pernafasan bawah tidak mencolok atau tidak ada.
G. Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat
8
batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula
petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi
langkah atau tindakan sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap ISPA. Penatalaksanaan
ISPA terdiri atas terapi simptomatik. Beberapa tidakan dapat mencangkup
pemberian cairan adekuat, istirahat, pencegahan menggigil, dekongestan nasal
aqueous, vitamin C, dan ekspektoran sesuai kebutuhan tubuh. Kumur air
garam hangat dapat melegakan sakit tenggorokan, dan aspirin atau
asetominofen meredakan gejala konstitusional umum. Antibiotik mungkin
digunakan sebagai profilatik bagi pasien yang beresiko tinggi terhadap kondisi
pernafasan (Smeltzer & Bare, 2002)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyuluhan kepada keluarga tentang cara memutuskan infeksi.
1) Mencuci tangan untuk mencegah penyebaran organisme
Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukan ketika merawat
anak yang terinfeksi pernafasan.
2) Menghindari kerumunan orang banyak
3) Menutup mulut ketika batuk
Anak dan keluarga mengajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya
untuk menutup hidung dan mulutnya ketika mereka batuk atau bersin dan
mengatur tisu dengan pantas seperti sebaiknya mencuci tangannya.
4) Meningkatkan masukan cairan
5) Mengintruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti inhalasi
uap
c. Penatalaksanaan gizi atau nutrisi
Hilangnya nafsu makan adalah karakter anak yang terinfeksi akut dan pada
banyak kasus. Anak diijinkan untuk menentukan miliknya yang dibutuhkan
untuk makan
H. Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)
Pencegahan ISPA Menurut Depkes RI tahun 2012 antara lain :
1. Menjaga kesehatan gizi

9
Menjaga kesehatan gizi yang baik akan mencegah atau terhindar dari penyakit
yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi
makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga
dengan teratur, serta istirahat yang cukup. Kesemuanya itu akan menjaga
badan tetap sehat. Dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan
semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus atau bakteri penyakit
yang akan masuk ke tubuh.
2. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh supaya tidak
mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus atau
bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi
polusi asap dapur atau asap rokok yang ada di dalam rumah. Hal tersebut
dapat mencegah seseorang menghirup asap yang bisa menyebabkan terkena
penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus atau bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara
yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa
virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
I. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)
1. Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
yang menyebabkan faringitis.
2. Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan
tubuh, dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring,

10
dan rongga hidung. Dalam tindakan ini mungkin saja pasien mendapat
anastesi lokal, tropical atau umum tergantung pada tempat prosedur dilakukan.
3. Pemeriksaan pencitraan,
Termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan,
pemeriksaan dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik).
Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari
pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau
pertumbuhan tumor dalam kasus tumor
J. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ISPA PADA ANAK
PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien
a. Identitas Pasien
b. Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak
usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering
menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut
c. Jenis kelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-
laki
d. Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.
Kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi
ISPA berat. Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit
gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya
ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah
akan mempermudah terjadinya ISPA anak
11
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam
b. Riwayat penyakit sekarang
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala,
badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan
sakit tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
e. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya.
5. Pemeriksaan Persistem
a. B1 (Breath) :
1) Inspeksi :
- Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
- Tonsil tanpak kemerahan dan edema
- Tampak batuk tidak produktif
- Tidak ada jaringna parut pada leher
- Tidak tampak penggunaan otot- otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
2) Palpasi
- Adanya demam
- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/ nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
1) Perkusi
- Suara paru normal (resonance)
2) Auskultasi
- Suara nafas vesikuler atau tidak terdengar ronchi pada kedua sisi
paru
12
b. B2 (Blood)
Kardiovaskuler hipertermi
c. B3 (Brain)
Penginderaan pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi
gangguan penciuman
d. B4 (Bladder)
Perkemihan tidak ada kelainan
e. B5 (Bowel)
Pencernaan ; nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis, minum
sedikit, nyeri telan pada tenggorokan
f. B6 (Bone)
Warna kulit kemerahan (Benny:2010)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat
perawat.
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dalam kasus ISPA adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan.
4. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan berhubungan dengan kurangnya
informasi

INTERVENSI
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu
klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan
dalam hasil yang diharapkan

13
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Kriteria Hasil : Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada
dyspnea, dan sianosis
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji frekuensi atau 1. Takypnea, pernafasan dangkal, dan
kedalaman pernafasan dan gerakan dada tidak simetris sering
gerakan dada terjadi karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada dan atau cairan
paru

2. Auskultasi area paru, catat 2. Penurunan aliran udara terjadi pada


area penurunan atau tidak area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
ada aliran udara dan bunyi nafas bronchial dapat juga terjadi pada
nafas adventisius, mis. area konsolidasi. Crackles, ronchi dan
Crackles, mengi. mengi terdengar pada inspirasi dan atau
ekspirasi pada respon teradap
pengupulan cairan , secret kental dan
spasme jalan nafas atau obstruksi.

3. Bantu pasien latian nafas 3. Nafas dalam memudakan ekspansi


sering. Tunjukan atau bantu maksimum paru-paru atau jalan nafas
pasien mempelajari lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
melakukan batuk, misalnya pembersihan jalan nafas alami,
menekan dada dan batuk membantu silia untuk mempertaankan
efektif sementara posisi jalan nafas paten. Penenkanan
duduk tinggi. menurunkan ketidaknyamanan dada
dan posisi duduk memungkinan upaya
nafas lebih dalam dan lebih kuat.

4. Berikan cairan sedikitnya 4. Cairan (khususnya yang hangat)


2500 ml perhari (kecuali memobilisasi dan mengluarkan secret
kontraindikasi). Tawarkan
air hangat daripada dingin .
Kolaborasi
5. Bantu mengawasi efek 5. Memudahkan pengenceran dan
pengobatan nebulizer dan pembuangan secret.
fisioterapi lain, mis.
Spirometer insentif, IPPB,

14
tiupan botol, perkusi,
postural drainage. Lakukan
tindakan diantara waktu
makan dan batasi cairan
bila mungkin.

6. Berikan obat sesuai 6. Alat untuk menurunkan spasme


indikasi mukolitik, bronkus dengan mobilisasi secret.
ekspektoran, Analgesic diberikan untuk
bronchodilator, analgesic. memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan tetapi
harus digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan upaya batuk
atau menekan pernafasan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Pasien akan menunjukkan termoregulasi (keseimbangan antara
produksi panas, peningaktan panas, dan kehilangna panas)
Kriteria hasil : Suhu tubuh kembali normal
a. Nadi : 60-100 denyut per menit
b. Tekanan darah : 120/80 mmHg
c. RR : 16-20 kali per menit
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Tanda-tanda vital 1. Pemantauan tanda vital yang teratur
dapat menentukan perkembangan
perawatan selanjutnya

2. Kompres pada kepala atau 2. Dengan memberikan kompres, maka


aksila. akan terjadi proses
konduksi/perpindahan panas dengan
bahan perantara

3. Atur sirkulasi udara kamar 3. Penyediaan udara bersih


pasien. Health Education:

4. Anjurkan klien untuk 4. Proses hilangnya panas akan terhalangi


menggunakan pakaian tipis untuk pakaian yang tebal dan tidak
dan dapat menyerap menyerap keringat
keringat.

15
5. Anjurkan klien untuk 5. Kebutuhan cairan meningkat karena
minum banyak 2000-2500 penguapan tubuh meningkat.
ml/hari.

6. Anjurkan klien istirahat di 6. Berbaring mengurangi metabolisme


tempat tidur selama masa
febris penyakit
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan dokter 7. Untuk mengontrol infeksi dan
dalam pemberian obat menurunkan panas

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


mencerna makanan
Tujuan: nutrisi adekuat/ seimbang
Kriteria hasil:
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji kebiasaan diet, input- 1. Berguna untuk menentukan kebutuhan
output dan timbang BB kalori, menyusun tujuan BB dan
setiap hari evaluasi keadekuatan rencana nutrisi

2. Berikan porsi makan kecil 2. Nafsu makan dapat dirangsang pada


tapi sering dalam keadaan situasi rileks, bersih, dan
hangat menyenangkan

3. Tingkatkan tirah baring 3. Untuk mengurangi kebutuhan


metabolik

4. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Metode makan dan kebutuhan kalori di


untuk memberikan diet dasarkan pada situasi atau kebutuhan
sesuai kebutuhan klien individu untuk memberikan nutrisi
maksimal

5. Berikan heath education 5. Ibu dapat memberikan perawatan


pada ibu tentang Nutrisi : maksimal kepada anaknya. Makanan

16
makanan yang bergizi yaitu bergizi dan air putih yang banyak dapat
4 sehat 5 sempurna, membantu mengencerkan lendir dan
hindarkan anak dari snack dahak
dan es, beri minum air
putih yang banyak

6. Menjauhkan dari bayi lain. 6. Tidak terjadi penularan penyakit

7. Tidak terjadi pemaparan ulang yang


7. Menjauhkan bayi dari
menyebabkan bayi tidak segera sembuh
keluarga yang saki
4. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : nyeri teratasi atau berkurang
Kriteria hasil : nyeri berkurang skala 1-2
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Teliti keluhan nyeri, catat 1. Identifikasi karakteristik nyeri dan
intensitasnya (dengan skala faktor yang berhubungan merupakan
0-10), faktor yang suatu hal yang amat penting untuk
memperburuk atau memilih intervensi yang cocok dan
meredakan nyeri, lokasi, untuk mengevaluasi keefektifan dari
lama, dan karakteristiknya terapi yang diberikan

2. Anjurkan klien untuk 2. Mengurangi bertambah beratnya


menghindari alergen atau penyakit
iritan terhadap debu, bahan
kimia, asap rokok, dan
mengistirahatkan atau
meminimalkan bicara bila
suara serak

3. Anjurkan untuk melakukan 3. Peningkatan sirkulasi pada daerah


kumur air hangat tenggorokan serta mengurangi nyeri
tenggorokan.
Kolaborasi :
4. Berikan obat sesuai indikasi 4. Kortikosteroid digunakan untuk
mencegah reaksi alergi atau
menghambat pengeluaran histamin
dalam inflamasi pernafasan. Analgesik
untuk mengurangi nyeri.

17
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan berhubungan dengan kurangnya
informasi
Tujuan : pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit bertambah.
Kriteria hasil : klien/ keluarga tidak lagi bertanya-tanya tentang kondisi klien.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Batasi pengunjung sesuai 1. Menurunkan potensi terpajan pada
indikasi penyakit infeksius

2. Jaga keseimbangan antara 2. Menurunkan konsumsi atau kebutuhan


istirahat dan aktifitas keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan klien terhadap
infeksi, meningkatkan penyembuhan

3. Tutup mulut dan hidung 3. Mencegah penyebaran patogen melalui


jika hendak bersin. cairan

4. Tingkatkan daya tahan 4. Malnutrisi dapat mempengaruhi


tubuh, terutama anak kesehatan umum dan menurunkan
dibawah usis 2 tahun, tahanan terhada infeksi
lansia, dan penderita
penyakit kronis. Konsumsi
vitamin C, A dan mineral
seng atau antioksidan jika
kondisi tubuh menurun
atau asupan makanan
berkurang
Kolaborasi :
5. Pemberian obat sesuai hasil 5. Dapat diberikan untuk organisme usus
kultur yang teridentifikasi dengan kultur dan
sensitifitas atau diberikan secara
profilaktik

IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 2005). Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/ kolaborasi, dan
tindakan rujukan/ ketergantungan

18
EVALUASI
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau
gagal. (Alfaro-LeFevre, 2004)

19
BAB III

PEMBAHASAN

A. Narasi Kasus
An A berusia 5 tahun di rawat di ruang anak RSUD Sultan Hasan Surabaya pada
tanggal 09 Januari 2019 . Ibu mengatakan anaknya sesak nafas dan batuk/flu ± 4
hari, terdapat sekret di hidung. Demam naik turun sudah 4 hari yang lalu. Ibu
mengatakan anaknya sesak nafas, saat bernafas terasa berat dan pernafasan
menggunakan cuping hidung. Ibu hanya memberikan obat batuk yang dibeli di
apotik namun tidak kunjung sembuh. Lalu An A dibawa ke RSUD Sultan Hasan
Surabaya tanggal 09 Januari 2019 pukul 19.00 WIB. Dari hasil pemeriksaaan di
dapatkan S : 38 °C, N : 114x/menit, RR : 24 x/menit, suara nafas wheezing,
terpasang O2 6 Lpm, anak terlihat pucat tapi aktif bergerak.
B. Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
Unit : Kesehatan anak Tanggal pengkajian : 10 Jan 2019
Ruang : Poliklinik Allo anamnese : Orang tua pasien
A. Identifikasi
a. Klien
Nama : An A
TTL / Umur : Surabaya, 10 April 2015 / 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Agama/Suku : Islam / Jawa
Warga negara : Indonesia
Bahasa : Bahasa Indonesia/ Jawa
Alamat : Surabaya
b. Orang tua
Ayah Ibu
Nama : E.M Nama : V.S
Umur : 42 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia

20
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Surabaya Alamat : Surabaya

Genogram

Keterangan:
: Laki - laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah
Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan ibu pasien
memiliki riwayat penyakit hipertensi
c. Data medik
1) Dikirim oleh : -
2) Diagnosa medik
ISPA
3) Riwayat prenatal
Ibu pasien mengatakan pemeriksaan kehamilan selalu dilakukan
setiap bulan.
4) Riwayat kelahiran
Ibu pasien mengatakan pasien lahir cukup bulan dengan jenis
persalinan normal, yang dilakukan di RS dengan penolong
persalinan dokter dan bidan.
5) Riwayat tumbuh kembang anak
Ibu pasien mengatakan, pasien tumbuh gigi pertama pada saat
pasien berumur 5 bulan. Dan pada umur 4 bulan pasien mulai

21
belajar duduk, kemudian pad usia 11 bulan pasien sudah mulai
berjalan.
6) Riwayat vaksinasi : Lengkap
7) Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi
8) Riwayat penyakit dahulu
Ibu Klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit dengan
diagnosa ISPA dan tonsilofaringitis.
B. Keluhan utama
Batuk/ flu ± 4 hari
C. Keadaan Umum
1. Keadaan sakit
Klien tampak sakit sedang, pucat tapi aktif bergerak. Riwayat
kesehatan sekarang: Batuk/ flu selama 4 hari, sekret pada hidung,
demam naik turun ± 4 hari yang diukur dengan termometer serta sesak
nafas, saat bernafas terasa berat dan pernafasan menggunakan cuping
hidung. BAB 1 x tadi pagi, konsistensi lunak, warna kekuningan.
2. TTV
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Nadi : 114x/menit (teratur)
3. Suhu : 38ºC (Axilaris)
4. Respirasi : 24 x/menit (Irama: teratur, Jenis : Pernafasan dada)
Kajian Pola Kesehatan
1. Kajian Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Data Subjektif
- Keadaan sebelum sakit
Orang tua klien mengatakan klien sudah pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya. Saat klien sakit selalu diperiksakan ke
dokter oleh orang tuanya dan selalu meminum habis obat yang
diberikan.
- Keadaan saat ini
Orang tua klien tidak mengetahui penyebab anaknya demam
naik turun seperti ini. Sebelumnya klien belum pernah dibawa
berobat ke mana pun.
b. Data objektif
22
KU klien tampak sakit sedang, klien aktif bermain
1) Pemeriksaan fisik
- Kulit kepala dan rambut : Bersih
- Rongga mulut, telinga, hidung : Bersih
- Kulit dan kuku : Bersih
- Tanda Scar vaksinasi : Ada
2. Kajian Pola Nutrisi Metabolik
a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit
Ibu klien mengatakan selera makan klien baik. Menu
makanan sehari-hari nasi, ikan, dan sayur. Frekuensi
3x/hari. Jenis minuman: air putih dan susu, jumlah ± 1500
cc.
- Keadaan saat sakit
Ibu klien mengatakan selera makan dan minum klien biasa
seperti saat tidak sakit.
b. Data objektif: -
1) Pemeriksaan Fisik
- BB : 17 kg
- Keadaaan rambut : Lebat, bersih
- Hidrasi kulit : Lembab
- Rongga mulut : Bersih
- Gusi : Merah muda jumlah gigi : 14
- Palpebrae : Tidak berwarna gelap
- Conjungtiva : Merah
- Sclera : Tidak ikterik
- Hidung : Tidak terdapat lesi, ada sekret
- Lidah : Bersih
- Abdomen : Bentuk simetris dan tidak ada
pembengkakan
3. Kajian Pola Eliminasi
a. Data Subjektif
- Keadaan sebelum sakit

23
Ibu klien mengatakan klien BAB ± 1x/1 – 2 hari,
konsistensi lembek. BAK ± 5x/ hari.
- Keadaan saat ini
Ibu klien mengatakan BAB & BAK klien tidak ada
masalah, frekuensi seperti sebelum sakit
b. Data objektif: -
4. Kajian Pola Aktifitas dan Latihan
a. Data subjektif
- Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan Klien bermain di rumah dengan
kakak-kakaknya.
- Saat ini
Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami masalah dalam
pola aktivitas sehari-hari.
b. Data objektif
Klien tampak aktif bergerak
c. Pemeriksaan Fisik :
Perfusi pembuluh perifer kuku: Kuku warna merah muda,
waktu kembali 2 detik.
5. Kajian Pola Tidur dan Istirahat
a. Data Subjektif
- Sebelum Sakit
Ibu klien mengatakan jam tidur klien tidak menentu,
biasanya memiliki waktu istirahat siang.
- Saat Ini
Klien tidak mengalami masalah dalam pola istirahat dan
tidur.
b. Data Objektif: -
6. Kajian Pola Persepsi Kognitif
a. Data Subjektif
- Sebelum Sakit
Klien tidak mengalami gangguan pancaindra sesuai tahap
perkembangan
- Saat Ini
24
Tidak ada perubahan pola persepsi kognitif
b. Data Objektif
Kemampuan bicara klien sesuai usianya, tidak ada disorientasi.
7. Kajian Pola Persepsi Diri
a. Data Subjektif
- Sebelum Sakit
Klien berperan sebagai anak dalam keluarga, anak yang
masih dalam tahap tumbuh kembang yang sepenuhnya
masih butuh pengawasan orang tua.
- Saat Ini
Tidak ada perubahan pola persepsi diri
b. Data Objektif
Rentang perhatian baik dan ada kontak mata dan tidak ada
kelainan bawaan yang nyata.
8. Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Data Subjektif
Klien tinggal bersama orang tuanya dan hidup baik antar
anggota keluarganya.
Saat Ini
Klien tidak memiliki masalah dalam pola hubungan sesama.
b. Data Objektif
Klien mau diajak bicara dengan perawat
9. Kajian Mekanisme Koping
a. Data Subjektif
- Sebelum Sakit
Orang tua klien selalu mencari jalan keluar saat ada
masalah, misalnya mencari pengobatan secepat mungkin
saat mendapatkan anggota keluarga sakit
- Saat Ini
Orang tua klien cemas akan keadaan klien saat klien sakit.
b. Data Objektif
Orang tua klien tampak cemas dengan keadaan anaknya.
10. Kajian Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Data Subjektif
25
- Sebelum sakit
Klien mengikuti kegiatan keagamaan bersama orang tuanya
(ke gereja setiap hari minggu).
- Saat Ini
Tidak ada masalah dalam pola sistem nilai kepercayaan
b. Data Objektif
Orang tua klien terlihat menggunakan aksesori rohani (rosario)
THERAPY PENGOBATAN
1. Sanmol
2. Valisanbe
3. Trombroncho 9 mg
4. Trifed ¼ tab

26
ANALISIS DATA

Hari/
Tgl/ DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
DS : Sekresi yang tertahan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
10-01- - Ibu klien mengatakan batuk/ flu ±
2019
4 hari

DO :

- Klien batuk / flu


- Terdapat sekret di hidung
- TTV:
N : 114x/menit
RR : 24x/menit
S : 38ºC
- Suara nafas wheezing
DS : Hiperventilisasi Ketidakefektifan pola
nafas
10-01- - Ibu klien mengatakan sesak nafas
2019 dan batuk
DO :

- Terdapat suara nafas tambahan


Whezing
- TTV
N : 114x/menit
RR : 24x/menit
S : 38ºC
- Terpasang O2 6 Lpm
10-01- DS : Proses penyakit Hipertermia
2019
- Klien demam naik turun ± 4hari

DO :

- TTV:

27
N : 114x/menit
RR : 24x/menit
S : 38ºC

10-01- DS : Kekurangan suplai Hambatan Pertukaran


2019 oksigen gas
- Klien sesak nafas, saat bernafas
terasa berat

DO :

- Pernafasan menggunakan cuping


hidung
- TTV:
N : 114x/menit
RR : 24x/menit
S : 38ºC

28
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b/d Sekresi yang Tertahan


2. Ketidakefektifan Pola Nafas b/d Hiperventilasi
3. Hipertermia b/d Proses Penyakit
4. Hambatan Pertukaran Gas b/d Kekurangan Suplai Oksigen

29
RENCANA INTERVENSI
Hari/ NOC NIC
DIAGNOSA
No. Tgl/
KEPERAWATAN (Nursing Outcome Classification) (Nursing Intervention Classification)
Jam
10-01- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Tujuan: Mandiri :
2019 Nafas b/d Sekresi Yang
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada
08.00 Tertahan selama 2 x 24 jam diharapkan bersihan jalan R/ Untuk melihat sejauh mana ketidaknyamanan klien dalam bernafas.
WIB nafas efektif 2. Bantu pasien latian nafas sering.
R/ untuk memudahkan ekspansi paru
Kriteria hasil :
3. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi). Tawarkan
- Jalan nafas paten dengan bunyi nafas
air hangat daripada dingin .
bersih R/ Cairan dapat memobilisasi dan membantu pengeluaran sekrret
- Meningkatnya pengeluaran sekret
4. Anjurkan klien untuk menggunakan masker
R/ Untuk mencegah penularan terhadap individu lain.
Kolaborasi :

5. Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, bronchodilator,


analgesic.
R/ Untuk membantu/ mempercepat proses penyembuhan.
2. 10-01- Ketidakefektifan Pola Nafas b/d Tujuan : 1. Manajemen jalan nafas
2019 Hiperventilasi R/ pasien memfasilitasi kepatenan jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
08.00 selama 2 x 24 jam diharapkan pasien dapat 2. Monitoring tambahan suara nafas(wheeziing)
mempertahankan /memperbaiki pola R/ untuk mengetahui tambahan suara pernafasan wheezing yang
30
pernafasan dengan menunjukkan bertahannya sekret
WIB
Kriteria Hasil : 3. Monitor tanda-tanda vital
- Wheezing menurun R/ mengetahui batas normal pasien

4. Monitoring pola nafas (Hiperventilasi)


R/ untuk mengetahui status kesehatan pasien

5. Terapi oksigen
R/ memberikan oksigen dan memantau efektivitas nya
3. 10-01- Hipertermi b/d Proses Penyakit Tujuan: 1. Monitor TTV
2019 R/ mengetahui batas normal pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
08.00 2. Observasi suhu badan
selama 2 x 24 jam diharapkan
R/ proses peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut
WIB Thermoregulation
3. Beri kompres hangat pada dahi/axilla
Kriteria hasil : R/ Daerah dahi atau axilla merupakan jaringan tipis dan terdapat pembuluh
darah sehingga proses vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehingga
- Suhu tubuh dalam rentang normal pergerakan molekul cepat.
- Nadi dan RR dalam rentang normal
4. Beri minum sering tapi sedikit.
- Tidak ada perubahan warna kulit R/ Untuk mengganti cairan yang hilang selama proses evaporasi.
dan tidak ada pusing

5. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik


R/ Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas

4. 10-01- Hambatan Pertukaran Gas b/d Tujuan: 1. Monitor rata-rata, kedalaman ,irama dan usaha respirasi

31
2019 Kekurangan Suplai Oksigen Setelah dilakukan tindakan keperawatan R/: memantau pola pernafasan dan untuk mengetahui adanya obstruktif
selama 2 x 24 jam diharapkan hambatan jalan nafas
08.00
WIB pertukaran gas pasien teratasi dengan 2. Kaji warna kulit dan membrane mukosa
R/ sianosis perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia
Kriteria hasil :
- Ttv dalam rentang normal 3. Monitor tanda-tanda vital
R/ mengetahui batas normal pasien
- Mendemostrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi yang 4.  Awasi frekuensi jantung dan irama.
R/: takikardia ada biasanya sebagai akibat dari demam atau dehidrasi
adekuat
tinggi tetapi dapat sebagai respon hipoksemia.

5. Kolaborasi pemberian terapi oksigen


R/ untuk mempertahankan tekanan parsial oksigen (Pao2)

32
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

N
Hari/
o.
Tgl/ Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
D
Shift
x
10-01- 08.15 1. Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan 08.15 S : Ortu klien membantu latihan nafas sering dan
2019 gerakan dada batuk produktif
WIB WIB
2. Membantu pasien latian nafas sering.
O : Pola pernafasan dada klien 22 x/menit
3. Memberikan cairan sedikitnya 2500 ml perhari(kecuali
kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin . A : Masalah teratasi sebagian

4. Menganjurkan klien untuk menggunakan masker P : Intervensi dilanjutkan


5. Memberikan obat sesuai indikasi mukolitik,
ekspektoran, bronchodilator, analgesic.

10-01- 08.15 1. Memanajemen jalan nafas 08.15 S : Klien mengatakan bahwa sesak nafas dan
2019 2. Memonitoring tambahan suara nafas(wheeziing) batuknya sudah berkurang
WIB WIB
3. Memonitor tanda-tanda vital O : Tidak terdapat suara nafas tambahan Whezing

4. Memonitoring pola nafas (Hiperventilasi) TTV


5. menterapi oksigen
- N : 114x/menit
- RR : 22x/menit

33
- S : 36,5ºC
- Terpasang O2 6 Lpm

A: Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
10-01- 08.15 1. Memonitor TTV 08.15 S : Klien mengatakan suhu badannya menurun
2019 2. Mengobservasi suhu badan
WIB WIB O : TTV
3. Memberi kompres hangat pada dahi atau axilla
- S : 36,5 ºC
4. Memberi minum sering tapi sedikit. - N : 114x/mnt
5. Mengkolaborasi dalam pemberian obat antipiretik - RR: 22x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
10-01- 08.15 1. Memonitor rata-rata, kedalaman ,irama dan usaha 08.15 S : Klien mengatakan sesak nafas teratasi , saat
2019 respirasi bernafas terasa menurun
WIB WIB
2. Mengkaji warna kulit dan membrane mukosa
3. Memonitor tanda-tanda vital O : TTV
4. Mengawasi frekuensi jantung dan irama.
5. Mengkolaborasi pemberian terapi oksigen - S : 36,5 ºC
- N : 114x/mnt
- RR: 22x/mnt

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan. penyebab ISPA yaitu virus, bakteri, alergen spesifik, perubahan cuaca dan
lingkungan, aktifitas, dan asupan gizi yang kurang. Komplikasi ISPA adalah asma,
demam kejang, tuli, syok. Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan perbaikan gizi
dan peningkatan gizi pada balita, penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan
makanan, variasi menu, perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan
perorangan.
B. Saran
Untuk mengurangi angka kejadian ISPA pada balita, dalam hal ini penulis
menyarankan agar semua pihak baik keluarga maupun instansi kesehatan lebih
memperhatikan pola hidup sehat dan tidak membuang batuk sembarangan dan
mengolah makanan sebaik mungkin.

35
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2012). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta:
Dirjen Pengendalian Penyakit Penyehatan lingkungan.
Fibrila F. (2015). Hubungan Usia Anak, Jenis Kelamin dan Berat Badan Lahir Anak
dengan Kejadian ISPA. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai. Volume VIII No.2 Edisi
Des 2015, ISSN: 19779-469X.
Hadiana SYM. (2013). Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (Ispa) pada Balita di Puskesmas Pajang Surakarta. [Skripsi Ilmiah].
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Haniek U dan Rosita D. (2015). Faktor Penyebab Terjadinya Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Nalumsari (Studi Kasus di Desa
Tunggul Pandean, Desa Blimbingrejo dan Desa Pringtulis). Jurnal Kesehatan dan
Budaya. Volume 08 No. 02. November 2015. ISSN: 1907-1396.
Munaya EF. (2015). Faktor Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut Nonpneumonia
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Magersari, Kota Magelang. Jurnal
Respirologi Indonesia. Vol. 35 No. 1 Januari 2015.
Murti T. (2016). Faktor Risiko Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukoharjo. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Wijayaningsih, K.S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.
World Health Organization. (2013). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi difasilitas
pelayanan Kesehatan.
Yusuf, M., I. P. Sudayasa.,dan T. Nurtamin. (2016). Hubungan Lingkungan Rumah
dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Masyarakat Pesisir
Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Tahun 2014. 3(2), 239-248.

36

Anda mungkin juga menyukai