DISUSUN OLEH :
6. PATHWAYS
7. PENATALAKSANAAN FRAKTUR COLLUMFEMUR
Empat prinsip penanganan fraktur menurut Chaeruddin Rasjad tahun
2015,adalah:
a. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan
perlu diperhatikan: lokasi, bentuk fraktur, menentukan teknnik yang
sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkinterjadi selama dan
sesudah pengobatan.
b. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur
sehingga didapat posisi yang dapat diterima. Pada fraktur
intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin
mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti
kekakuan, deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian hari.
Posisi yang baik adalah: alignment yang sempurna dan aposisi yang
sempurna. Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti fraktur
klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus,angulasi.
c. Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi dan
memfasilitasi union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi eksterna meliputi pembalut gips, bidai,
traksi, dan fiksasi interna meliputi inplan logam seperti screw.
d. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional
semaksimalmungkin.
8. PENGKAJIAN FRAKTUR COLLUMFEMUR
b) Kesadaran penderita:
6) Keadaan Lokal
a) Look (inspeksi)
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
3) Pemeriksaan lain-lain
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan prosespembedahan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post
pembedahan.
c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.
e. Ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan dan
perawatannya saat di rumah.
10. INTERVENSI
Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan
sekunderpada fraktur,edema.
KH: Nyeri berkurang sampai hilang ditandai dengan:
- Intensitas nyeri 2-3
- Ekspresi wajah rileks
Tidak merintih RencanaTindakan:
1) Kaji lokasi nyeri dan intensitas nyeri. Rasional: Mengetahui tindakan
yang dilakukan selanjutnya.
2) Pertahankan imobilisasi pada bagian yang sakitnya. Rasional:
Mengurang inyeri
3) Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: Mengurangi nyeri pada saat nyeri
timbul.
4) Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan. Rasional:
Mempersiapkan pasien untuk lebih kooperatif.
5) Beri posisi yang tepat secara berhati-hati pada area fraktur. Rasional:
Meminimalkan nyeri, mencegah perpindahan tulang.
6) Beri kesempatan untuk istirahat selama nyeri berlangsung. Rasional:
Untuk mengurangi nyeri.
7) Kolaborasi dalam pemberian terapi medik: analgetik. Rasional:
Mengatasi nyeri.
b. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan cidera jaringan
sekitar/fraktur.
KH: Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dalam waktu bertahap
ditandai dengan: higiene perseorangan, nutrisi dan eliminasi terpenuhi
dengan bantuan.
Rencana Tindakan:
1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas pasien. Rasional: Menentukan
intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2) Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan pasien. Rasional:
Meningkatkan kemandirianpasien.
3) Perhatian dan bantu personalhigiene.Rasional: Mencegah komplikasi dan
kerusakan integritas kulit.
4) Ubah posisi secara periodik sejak 2 jamsekali. Rasional: Mencegah
komplikasidekubitus.
5) Libatkan keluarga dalam memberikan asuhan kepadapasien. Rasional:
Memberi motivasi pada pasien.
6) Kolaborasi pemberian analgetik. Rasional: Mencegah nyeri yang
berlebihan.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan
jaringan lunak.
KH: Tidak ada tanda-tanda infeksi ditandaidengan:
- Suhu normal 36-37oC
- Tidak ada kemerahan, tidak ada edema, luka bersih.
Rencana Tindakan:
1) Observasi TTV terutama suhu. Rasional: Peningkatan suhu menunjukkan
adanya infeksi.
2) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering. Rasional: Luka yang kotor dan
basah merupakan media yang baik untuk mikroorganisme berkembang
biak.
3) Tutup daerah yang luka dengan kasa steril/balutan bersih. Rasional:
Mencegah kuman/mikroorganisme masuk.
4) Rawat luka dengan teknik aseptik. Rasional: Mencegah mikroorganisme
berkembang biak.
5) Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik. Rasional:
Menghambat pertumbuhanmikro organisme.
d. Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan.
KH: Cemas berkurang ditandaidengan:
- Pasien mengerti penjelasan yang diberikan oleh perawat
mengenai pengobatan.
- Pasien kooperatif saat dilakukan perawatan.
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas.
Rencana Tindakan:
1) Kaji tingkat kecemasan. Rasional: Mengidentifikasi intervensi
selanjutnya.
2) Observasi tanda-tanda vital. Rasional:Mengidentifikasi tingkat
kecemasan.
3) Jelaskan pada pasien prosedur pengobatan. Rasional: Mengurangi tingkat
kecemasan pasien.
4) Berikan lingkungan yang nyaman.Rasional: Lingkungan yang nyaman
dapat mengurangi tingkat kecemasan.
5) Libatkan keluarga dalam memberikan support. Rasional: Memberi
dukungan dan mengurangi rasa cemas pasien.
e. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan
penurunan/interupsi aliran darah: cedera vaskuler langsung, edema,
pembentukan trombus.
KH: Mempertahankan perfusi jaringan ditandai dengan:
- Terabanya nadi, kulit hangat atau kering, tanda vital stabil.
RencanaTindakan:
1) Observasi nadi perifer distal terhadap cidera melalui palpasi. Bandingkan
dengan ekstremitas yang sakit. Rasional: Penurunan/tak adanya nadi
dapat menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya evaluasi medik
segera terhadap status sirkulasi.
2) Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada fraktur.
Rasional: Warna kulit putih menunjukan gangguan arterial.
3) Lakukan pengkajian neuromuskuler, minta pasien untuk melokalisasi
nyeri. Rasional: Gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan/
penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi pada saraf tidak adekuat atau saraf
rusak.
4) Beri motivasi untuk melakukan latihan pada ekstremitas yang cedera.
Rasional: Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah
khususnya pada ekstremitas bawah.
5) Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum, kulit
dingin, perubahan mental. Rasional: Ketidakadekuatan volume sirkulasi
akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.
KH:Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi.
Rencana Tindakan:
1) Kaji kulit pada luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan,
perubahan warna, kelabu,memutih. Rasional: Memberikan informasi
tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat
dan atau pemasangan gips/bebat atau traksi.
2) Observasi tanda-tanda vital. Rasional: Peningkatan terutama suhu
merupakan tanda-tanda infeksi.
3) Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan
bebas kerutan. Rasional: Menurunkan tekanan pada area yang peka dan
risiko abrasi/kerusakan kulit.
4) Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang.
Rasional: Meminimalkan tekanan pada areaini.
5) Ubah posisi tidur secara periodik tiap 2 jam. Rasional: Meminimalkan
resiko kerusakan kulit.
g. Resiko tinggi embolik lemak berhubungan dengan frakturtulang panjang.
KH:
Rencana Tindakan:
1) Monitor perubahan status mental yang disebabkan oleh hipoksemia:
gejala dari distress pernafasan akut seperti: kegelisahan, konfusi, nyeri
dada, takipnea, sianosis, dispnea, takikardi. Rasional: Mengidentifikasi
keadaan fisik pasien.
2) Jika ada indikasi, kaji O2saturasi dengan oksimetri. Rasional:
Mengidentifikasi intervensi selanjutnya.
3) Pertahankan imobilisasi pada daerah yang fraktur. Rasional: Mengurangi
terjadinya emboli lemak.
4) Berikan oksigen bila adaindikasi. Rasional: Memenuhi kebutuhan O2.
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan.
KH: Nyeri berkurang sampai hilang ditandai dengan:
- Intensitas nyeri 0-2.
- Ekspresi wajah rileks.
Rencana Tindakan:
1) Kaji lokasi dan intensitas nyeri.Rasional: Mengetahui intervensi yang
dilakukanselanjutnya.
2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit. Rasional: Menghilangkan
nyeri.
3) Tinggikan ekstremitas yang fraktur. Rasional: Menurunkan rasa nyeri.
4) Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam. Rasional: Mengurangi nyeri.
5) Observasi TTV tiap 4 jam. Rasional: Peningkatan TTV menunjukkan
adanya rasa nyeri.
6) Kolaborasi dalam memberikan terapi analgetik. Rasional: Mengurangi
nyeri.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post
pembedahan.
KH: Kulit kembali utuh ditandai dengan:
- Luka jahitan dapat tertutup.
Rencana Tindakan:
1) Kaji kulit untuk luka terbuka.Rasional: Mengontrol perkembangan
mikroorganisme di daerah luka.
2) Bantu ubah posisi. Rasional: Mencegah lukatekan.
3) Masase kulit dan penonjolan tulang. Rasional: Mencegah luka tekan.
4) Bersihkan kulit dengan sabun dan air bila menggunakan traksi. Rasional:
Mengurangi perkembangan mikroorganisme.
Brunner and Suddarth, 2015, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Vol. 3, EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J., 2016. Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta