Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI


PADA KLIEN CLOSED FRAKTUR FEMUR INTERTROCHANTER DEXTRA
DI RUANG GLADIOL RSUD Dr. SOETOMO
SURABAYA

Oleh :
Hikmatus Saniyah Arsabani
NIM P27820118051

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN CLOSE FRAKTUR COLLUM FEMUR
DI RUANG BEDAH GLADIOL RSUD Dr.SOETOMOSURABAYA

I. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang bisanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot,ruptur tendon,kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Terjadi fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
diabsorbsinya. (Smeltzer,2001)
Close fraktur adalah ketika tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa
komplikasi.
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang femur
(Mansjoer,2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidajat & Long (2005) fraktur femur
adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung. Dapat disimpulkakn bahwa fraktur femur
merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan kontinuitas tulang femur
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung yang disertai
dengan adanya kerusakan jaringan lunak.
Sedangkan fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi
pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari
bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari
intertrokanter

II. ETIOLOGI
Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering
pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses
penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur collum femur dapat
disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi
miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan
exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Cedera traumatic
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba  – tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan
atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Cedera
traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni:
1) Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai
keadaan berikut, yakni :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan
baru yang tidak terkendali dan progresif.
2) Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
3) Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan
kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat
yang rendah.
c. Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada
tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang
bertugas di bidang kemiliteran.

III. PATOFISIOLOGI
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur
terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh
karena perlukaan di kulit (Brunner & Suddarth, 2002).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untu
k menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993).Fraktur biasanya disebabkan oleh
trauma / tenaga fisik, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur tersebut lengkap / tidak lengkap. Jika tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap / ditahan tulang, maka
akan terjadi trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya / terputusnya
kontinuitas tulang setelah fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang akan rusak.
Pada fraktur tertutup akan terjadi diskontinuitas tulang biasanya disertai cidera
jaringan disekitarnya.

IV. KLASIFIKASI

1) Fraktur collum femur sendiri dibagi dalam dua tipe, yaitu:


a. Fraktur intrakapsuler
b. Fraktur extrakapsuler
2) Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :
a. Tipe I : Garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal
pada
posisi tegak

b. Tipe II : Garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal


pada posisi tegak

c. Tipe III: Garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal
Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan
bidang horizontal pada posisi tegak.
3) Dislokasi atau tidak fragment ( menurut Garden’s) adalah sebagai berikut :
a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)
b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran
c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus
malaligment)
d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian
segmen yang bersinggungan.

V. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Smeltzer dan Bare (2000). Manifestasiklinis close fraktur collum
femur adalah :
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya. Perubahan keseimbangan dan kontur terjadi, seperti:
a. Rotasi pemendekan tulang,
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak (Edema)
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstra vaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis
Kebiruan pada kulit akibat perdarahan subculaneus
4. Nyeri
Disebabkan oleh spasme otot yang berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan
5. Kehilangan Sensasi
Mati rasa mungkin terjadi akibat rusaknya saraf
6. Kreptimasi / Derik Tulang
Teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan fragmen yang lainnya
7. Spasme Otot (Spasme Involunter dekat fraktur)
8. Tenderness
9. Pergerakan abnormal
10. Syok Hipovolemik

Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun


pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat
menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit
sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.
Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam
posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.pada palpasi sering ditemukan adanya
hematom di panggul. Pada tipe impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan
disertai rasa sakit yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan
posisi netral.
Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan
menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal
sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa
memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan
mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri
bila pinggul digerakkan.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Doenges dalam Jitowiyono (2010,21). Beberapa pemeriksaan yang da
patdilakukan pada klien dengan fraktur, diantaranya :
1. Pemeriksaan Rontgen 
Menentukan  lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang, Scan CT/MRI
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusak
an   jaringan lunak
3. Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Pemeriksaan Darah Lengkap
HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun 
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur)perdarahan bermakna pada  
sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple
5. Pemeriksaan Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien dengan gangguan
ginjal
6. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel atau cidera
hati. Golongan darah, dilakukan sebagai persiapan transfusi darah jika ada
kehilangan darah yang bermakna akibat cidera atau tindakan pembedahan.

VII. PENATALAKSANAAN
1) Impacted Fraktur
Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah collum
femur dibanding fraktur tulang di tempat lain. Pada collum femur-
periosteumnya sangat tipis sehingga daya osteogenesinya sangat kecil,
sehingga seluruh penyambungan fraktur collum femur  tergantung pada
pembentukan calus endosteal. Lagipula aliran pembuluh darah yang melewati
collum femur pada fraktur collum femur terjadi kerusakan. Lebih-lebih lagi
terjadinya haemarthrosis akan menyebabkan aliran darah sekitar fraktur
tertekan alirannya. Sehingga apabila terjadi fraktur intrakapsuler dengan
dislokasi akan terjadi avaskular nekrosis.
2) Penanggulangan Impacted Fraktur
Pada fraktur collum femur yang benar-benar impacted dan stabil,
penderita masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit
sedikit pada daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat penderita dirawat
3-4 minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat
selama 8 minggu. Kalau pada x-ray foto impactednya kurang kuat ditakutkan
terjadi disimpacted, penderita dianjurkan untuk operasi dipasang internal
fixation. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur  biasanya dengan
multi pin teknik percutaneus.
3) Penanggulangan dislokasi fraktur collum femur
Penderita segera dirawat dirumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan
pemasangan tarikan kulit (skin traction) dengan buck-extension. Dalam waktu
24-48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan
internal fixation. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup
dengan salah satu cara yaitu: menurut leadbetter. Penderita terlentang dimeja
operasi. Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk
mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit adduksi
paha ditarik ke atas, kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan
endorotasi panggul 45. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar
dengan melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakuakn test.
Palm heel test : tumit kaki yang cedera diletakkan diatas telapak tangan. Bila
posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil
baik. Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi
dengan teknik multi pin percutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulangi
sampai 3 kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah
tereposisi dilakukan internal fiksasi. Macam-macam alat internal fiksasi
diantaranya: knowless pin, cancellous screw, dan plate.
Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun) penanggulangannya
agak berlainan. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip
penanggulangan, tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita
dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian
penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita
bersedia dilakukan operasi, yaitu menggunakan tindakan operasi arthroplasty
dengan pemasangan prothese austine moore.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN CLOSE FRAKTUR COLLUM FEMUR

I. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,


untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
(Taylor & Ralph, 2012).
Close fraktur collum femur (CF Collum Femur) dapat terjadi pada semua umur
dan jenis kelamin. Terjadi karena trauma atau kondisi patologis yang mengenai
tulang femur.

1. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, alamat,
pekerjaan, agama, suku/bangsa, status perkawinan, no. register, tanggal
dan jam masuk rumah sakit (MRS), diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan biasanya nyeri hebat pada kaki
klien terutama pangkal paha

3) Riwayat Kesehatan Sekarang


Penyebab awal terjadinya collum femur

4) Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit sebelumnya yang pernah dialami oleh klien
yang mempengaruhi pada collum femur
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Gambaran kesehatan keluarga, adanya riwayat keturunan dari
anggota keluarga

6) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat.
b. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pola hidup sehat yang diterapkan klien terutama dalam menjaga
kesehatan tulang
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Nafsu makan dan pola makan klien collum femur tidak akan
terganggu karena tidak terdapat masalah pada pencernaan, ada
pembatasan makan jika klien akan menjalani operasi
3) Pola Eliminasi
BAK dan BAB klien normal, namun klien memerlukan bantuan
karena klien akan mengalami keterbatasan gerak
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Terdapat keterbatasan gerak / kehilangan fungsi motorik pada
bagian yang mengalami fraktur akibat adanya nyeri dan
pembengkakan
5) Pola Tidur dan Istirahat
Klien akan mengalami kesulitan tidur jika nyeri sedang timbul
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Persepsi klien terhadap tindakan yang akan dilakukan
7) Pola Sensori dan Kognitif
Terjadi hilang gerak / sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan.
Pengetahuan yang dimiliki klien terhadap penyakit yang dialami dan
pengobatan.
8) Pola Reproduksi Seksual
Terjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan seksual
9) Pola Penanggulangan Stress
Klien dapat mengalami perasaan cemas, takut, marah, apatis
karena masalah gaya hidup, rasa sakit dari prosedur tindakan
10) Pola Hubungan dan Peran
Tidak terdapat gangguan dalam hubungan dan peran social
namun terdapat keterbatasan
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
Biasanya terdapat keterbatasan klien dalam menjalani ibadah
namun klien biasanya akan tetap berdoa untuk diberikan kesembuhan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan
Meliputi kesesuaian umur dengan penampilan dan fitur wajah
b. Struktur Tubuh dan Mobilitas
Meliputi berat badan koordinasi gerak saat berjalan, susunan tubuh
c. Perilaku
Meliputi kontak mata saat bicara, kooperatif atau tidak, kebersihan
d. Tanda-Tanda Vital
Biasanya terjadi peningkatan tekanan darah karena rangsangan nyeri
e. Status Integumen
Suhu di sekitar trauma meningkat, adanya edema, nyeri tekan.
Pemeriksaan turgor kulit, warna kulit, warna kuku pucat atau tidak
f. Kepala
Kesimetrisan kepala, adanya lesi, benjolan, trauma, serta adanya nyeri
tekan atau tidak
1) Wajah : Kesimetrisan wajah, adanya luka bekas operasi atau tidak
2) Mata : Konjungtiva anemis atau merah muda, sclera ikterus atau
putih, adanya oedem disekitar mata atau tidak
3) Telinga : Kaji adanya serumen, lesi, benda asing. Membran timpani
berfungsi atau tidak
4) Hidung : Kaji adanya polip, sinus, sekret, dan kebersihan hidung
5) Mulut : Catat adanya stomatitis, pembengkakan gusi, dan caries gigi.
Mukosa kering / tidak. Amati kebersihan gigi dan mulut serta
lidah
6) Leher : Kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran vena
jugularis
g. Thoraks
1) Payudara : Kesimetrisan payudara kanan dan kiri, adanya benjolan
atau tidak
2) Paru-Paru : Amati kesimetrisan pergerakan dada dan adanya suara
nafas tambahan
3) Jantung : Perkusi atas kanan dan kiri, suara S1, S2, S3, S4
h. Abdomen
Amati kesimetrisan dan bentuk abdomen, adanya hernia atau tidak,
pantulan gelombang cairan, nyeri tekan, auskultasi bising usus
i. Inguinal – Genetalia – Anus
Adanya kelainan genetalia atau tidak, terdapat hernia atau tidak, amati
kebersihan genetalia dan anus
j. Ekstremitas
Amati kesimetrisan ekstremitas kanan dan kiri, turgor kulit, ROM
aktif dan adanya oedem atau tidak

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
Tujuan : Gangguan mobilitas membaik
Kriteria hasil :
- Dapat melaksanakan aktivitas mandiri
- Pergerakan sendi membaik
- Status nutrisi baik
Intervensi :
a. Kaji derajat imobilisasi
b. Beri pembidaian
c. Beri dukungan perawatan diri
d. Perawatan tirah baring
e. Kontrol nyeri
f. Kaji tekanan darah

2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gejala penyakit fraktur


Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Tidak gelisah
- Frekuensi nadi dan tekanan darah membaik
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Monitor efek samping penggunaan analgetik
d. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (mis. Terapi
musik, kompres hangat / dingin, dll)
e. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
f. Jelaskan strategi meredakan nyeri
g. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
h. Kolaborasi pemberi ananalgetik, jika perlu

III. PATHWAY

Trauma Langsung Trauma Tidak Langsung KondisiPatologis

Fr aktur

Diskontinuitas Tulang Pergeseran Fragmen Tulang

Nyer

Perubahan Jaringan Sekitar Spasme Otot Kerusakan Fragmen Tulang

Deformitas Peningkatan Tekanan Kapiler Peningkatan Tekanan


(kelainan bentuk) Sumsum Tulang
Pelepasan Histamin

Reaksi Stress Klien


Gangguan Fungsi Tubuh Protein Plasma Hilang

Pelepasan Katekolamin
Edema
Gangguan Mobilitas Fisik
Mobilisasi asam lemak
Penekanan Pembuluh Darah
Bergabung dengan Trombosit
Penurunan Perfusi Jaringan

Emboli
Gangguan Perfusi Jaringan
DAFTAR PUSTAKA

Ahern, N. R & Wikinson, J. M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Edisi
Revisi. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : EGC.

PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta : DPP PPNI

PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II.Jakarta : DPP


PPNI

PPNI .2019 .Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II.Jakarta : DPP
PPNI

Smeltzer, S. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.


Chandra, Dayu. 2015. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Fraktur Femur.
Diakses di
https://www.academia.edu/20050020/LAPORAN_PENDAHULUAN_PADA_PASI
EN_DENGAN_FRAKTUR_FEMUR. Diakses pada 11 April 2020 pukul 10.40
WIB
Rismawati, Desti. 2017. LP Fraktur Femur. Diakses di
https://www.academia.edu/33846364/LP_Fraktur_Femur. Diakses pada 11 April
2020 pukul 11.00 WIB
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN CLOSE FRAKTUR COLLUM FEMUR

DI RUANG BEDAH GLADIOL RSUD Dr. SOETOMO

SURABAYA

Nama Mahasiswa : Hikmatus Saniyah Arsabani

NIM : P27820118051

Ruangan : Irna Bedah Gladiol, RSUD Dr. Soetomo

Tanggal Pengkajian : 19 April 2020

Tangga MRS : 15 Mei 2019

Nomor Registrasi : 12.75.xx.xx

Diagnosa Medis : Close fraktur collum femur dextra + ACKD+DM tipe II

I. IDENTITAS
Nama : Ny. W
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SD
Alamat : Pekauman, Gresik
Alamat Dirawat : RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keluhan Utama : Nyeri pada kaki kanan

II. RIWAYAT KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan hilang timbul semakin parah saat akan
bergerak
a. Upaya yang Telah Dilakukan
Klien mengatakan jika terasa nyeri hanya berbaring di tempat tidur dan miring kanan
miring kiri. Klien terpasang trasi pada kulit kaki kanan dengan pemberian beban.
b. Terapi atau Operasi yang Pernah Dilakukan
Klien mengatakan belum pernah menjalani operasi apapun sebelumnya.

III. RIWAYAT KEPERAWATAN


a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan terjatuh saat hendak mengambil wudhu dikamar mandi lalu klien
dibawa ke RS Muhammadiyah Gresik dan dinyatakan Close fraktur collum femur
lalu dirujuk ke RSUD Dr.Soetomo Surabaya masuk melalui IGD dan saat ini klien
dirawat diruang bedah Gladiol untuk menunggu acara operasi
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat diabetes mellitus
c. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kronis
seperti kanker, DM , Hepatitis dll.
d. Alat bantu yang dipakai
Klien tidak memakai alat bantu apapun seperti gigi palsu, kacamata,alat bantu
dengar, kateter, dll.

IV. POLA-POLA KESEHATAN


1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
SMRS : Klien mengatakan mandi 2x sehari secara mandiri, klien biasanya membeli
bahan masakan didepan rumah dengan berjalan kaki, melakukan
pekerjaan rumah seperti menyapu dan mencuci baju.
MRS : Klien mengatakan mandi 1x sehari dengan diseka oleh keluarga, klien
mengatakan hanya bisa berbaring diatas tempat tidur dan terkadang
duduk dibantu oleh keluarga.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
SMRS : Klien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk, dan sayuran
dengan porsi sedikit.dan minum air ±1500ml per hari. Klien mengatakan
mengurangi makanan manis, tidak ada kesulitan menelan, dan tidak
mual-muntah.
MRS : Klien mengatakan makan makanan yang disediakan rumah sakit 3x sehari
dan minum air ±500-100 ml per hari,tidak ada kesulitan menelan, dan
tidak mual-muntah.
3. Pola Eliminasi
SMRS : Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan karakteristik feses padat warna
kecoklatan, tidak ada gangguan saat BAB. Klien BAK ±4-6x sehari
produksi urin banyak, urin berwarna jernih terkadang kekuningan.
MRS : Klien mengatakan BAB 1x sehari, terkadang 2 hari sekali dengan
karakteristik feses padat warna kecoklatan, tidak ada gangguan saat
BAB.Klien BAK ±4-6x sehari.
4. Pola Tidur dan Istirahat
SMRS : Klien mengatakan tidur pada malam hari ±8-10 jam, tidak ada gangguan
dalam tidur.
MRS : Klien mengatakan lebih banyak tidur selama di rumah sakit ±10-12 jam
sehari namun saat bangun tidur klien merasa tidak nyaman karena terasa
nyeri di kaki kanannya
5. Pola Aktivitas dan latihan
SMRS : Klien mengatakan biasanya aktif berjalan berbelanja kebutuhan untuk
masak, menyapu dan mencuci baju
MRS : Klien mengatakan hanya bisa berbaring diatas tempat tidur, miring kanan
dan kiri serta duduk dengan bantuan keluarga
6. Pola Hubungan Dan Peran
SMRS : Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan tetangganya
MRS : Klien mengatakan berhubungan baik dengan pasien yang lain serta dengan
petugas kesehatan. Keluarga klien bergantian setiap hari menjaga klien
7. Pola Persepsi Dan Konsep Diri
SMRS : Klien mengatakan selama di rumah klien merasa senang karena dapat
berkumpul dengan anak dan cucunya
MRS : Klien mengatakan selalu berdoa untuk kesembuhannya dan berharap cepat
sembuh dan kembali ke rumah berkumpul bersama anak dan cucunya
8. Pola Sensori Kognitif
SMRS : Klien mengatakan pendengarannya menurun namun penglihatan dan
peraba dapat berfungsi dengan baik. Daya fikir dan daya ingat klien
masih baik
MRS : Klien mengatakan pendengarannya menurun namun penglihatan dan peraba
dapat berfungsi dengan baik. Daya fikir dan daya ingat klien masih baik
9. Pola Reproduksi Seksual
SMRS : Klien mengatakan suaminya sudah meninggal, klien memiliki hubungan
yang baik dengan anak, menantu, dan cucu-cucunya. Klien tidak
memiliki masalah reproduksi
MRS : Klien memiliki hubungan yang baik dengan anak, menantu, dan cucu-
cucunya.klien tidak memiliki masalah reproduksi
10. Pola Penanggulangan Stres
SMRS : Klien mengatakan jika dirinya merasa bosan / stress, klien akan menonton
televisi, terkadang bermain dengan cucunya.
MRS : Klien mengatakan jika bosan / stress selama berada di RS maka klien akan
memperbanyak berdikir pada Allah.
11. Pola Tata Nilai Dan Kepercayaan
SMRS : Klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah shalat 5 waktu dan berdoa
kepada Allah
MRS : Klien mengatakan selama di RS klien hanya berdoa dan memperbanyak
dzikir kepada Allah

V. PENGKAJIAN FISIK
A. Penampilan
Kesesuaian usia (Ya)
Mengingat dan Berorientasi (Ya)
Perkembangan seksual (Normal)
Fitur Wajah (Normal)
B. Struktur tubuh dan mobilitas
Berat Badan (50 Kg)
Tinggi Badan (145 cm)
Susunan Tubuh (Lengkap)
Sebelum jatuh klien mampu berdiri tegak dan berjalan normal namun setelah
sakit dan dirawat di RS klien hanya mampu berbaring, miring kanan dan kiri serta
duduk diatas tempat tidur dengan bantuan keluarga.
C. Perilaku
Kontak mata (Ya)
Nyaman dan kognitif (Ya)
Mood vs Affeksi (Baik)
Tampak bersi dan rapi (Ya)
D. Tanda tanda Vital
Suhu (36,2oC),
Tekanan Darah (130/80 mmHg),
Nadi (88x/menit),
RR (20x/menit)
E. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala : Simetris, tidak terdapat lesi dan benjolan,tidak ada trauma kepala,
kepala dan rambut bersih
2. Muka : Simetris, tidak ada edema, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi
3. Mata : Mata normal, terdapat kantung mata, konjungtiva merah muda, sklera
putih, tidak ada edema pada kelopak mata, tidak ada tindakan operasi
sebelumnya
4. Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu
dengar, pendengaran kurang berfungsi dengan baik
5. Hidung : Bersih, tidak terdapat polip, tidak ada secret dan sinus. Tidak memakai
alat bantu pernafasan.
6. Mulut : Tidak ada stomatitis, terdapat caries gigi, kebersihan mulut kurang
terjaga
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, leher simetris, tidak kaku kuduk
8. Thoraks
- Payudara : Simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan dan lesi
- Paru-paru : Bunyi vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti ronki
dan wheezing, pergerakan paru-paru simetris
- Jantung : S1 S2 tunggal tanpa gallop dan murmur
9. Abdomen : Tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi,
tidak ada hernia, bising usus normal, turgor kulit abdomen normal
10. Inguinal – Genetalia - Anus : Tidak terdapat kelainan, tidak ada hemoroid, tidak
terpasang kateter urin
11. Ekstremitas:
 Ekstremitas atas : Tonus otot kuat, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan
 Ekstremitas bawah : Terdapat fraktur pada kaki kanan, kaki kanan sulit
digerakkan, terasa nyeri hilang timbul semakin parah saat digerakkan, tidak
terdapat tanda-tanda infeksi pada kaki yang terdapat fraktur
12. Tulang Belakang : Tidak terdapat kelainan tulang belakang
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Imunologi (Tgl 16 Mei 2019)
- Test Feritin : 553,4ng/ml
2. Pemeriksaan Kimia Klinik (Tgl 16 Mei 2019)
- GDA : 99 mg/dL
- Kalsium : 7,6mg/dL
- Fosfat : 4,1mg/dL
- Serumiron : 24ug/dL
- TotalIronBinding : 186ug/dL
3. Pemeriksaan Darah Lengkap (Tgl 16 Mei 2019)
- HGB : 6,9 g/dL
- RBC : 3,01 x 106/uL
- HCT : 20,2 %
- MCV : 67,1 fL
- MCH : 22,9 pg
- MCHC : 34,2 g/dL
- RDW-SD : 33,2 fL

VII. TERAPI
1. Infus NaCl0,9% 1000 cc dalam 24 jam
2. Injeksi Novorapid4 unit tiap 15 menit sebelum makan pagi,siang,sore secara subkutan
3. Injeksi Levemir8 unit tiap sebelum tidur pukul 21.00 secara subkutan
4. Injeksi Santagesic intravena 1000 mg tiap 8 jam secara bolus
5. Lisinopril1x10g/tab secara oral
6. Amlodipin 1x10g /tab secara oral
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN MOBILITAS FISIK

Tujuan dan Intervensi/


No Diagnosa TM Implementasi
Kriteria Hasil Perencanaan
1. Gangguan Tujuan : 1. Observasi 19 April Mengobservasi tanda-tanda vital klien
mobilitas fisik Setelah dilakukan -Identifikasi adanya 2020
b.d. kerusakan tindakan nyeri atau keluhan fisik 20.30 WIB
integritas keperawatan lainnya
struktur tulang selama 3 x 24 jam, -Identifikasi toleransi 19 April Mengidentifikasi adanya nyeri atau
d.d nyeri saat diharapakan fisik melakukan 2020 keluhan fisik lainnya.
bergerak mobilitas fisik pergerakan 20.33 WIB Hasil : Klien mengatakan nyeri pada kaki
klien meningkat - Monitor frekuensi kanan nya
Ds : dengan jantung dan tekanan
-Klien Kriteria Hasil : darah sebelum memulai 19 April Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
mengatakan 1. Pergerakan mobilisasi 2020 pergerakan
sulit untuk ekstremitas - Monitor kondisi umum 20.35 WIB Hasil : Klien mengatakan dapat melakukan
menggerakkan meningkat selama melakukan mobilisasi miring kanan, miring kiri. dan
ekstremitas 2. Kekuatan otot mobilisasi duduk diatas tempat tidur dengan bantuan
bawah (kaki meningkat keluarga
kanan) 3. Rentang gerak 2. Terapeutik
- Klien (ROM) - Fasilitasi aktivitas 19 April Memfasilitasi aktivitas mobilisasi klien
mengatakan meningkat mobilisasi dengan alat 2020 dengan alat bantu
nyeri saat 4. Nyeri bantu (mis pagar tempat 20.37 WIB Hasil : klien mengatakan merasa aman dan
bergerak menurun tidur) lebih nyaman jika menggunakan pagar
- Klien -Fasilitasi melakukan tempat tidur/sketsel
mengatakan (SLKI hal 65) pergerakan, jika perlu
merasa cemas -Libatkan keluarga untuk 19 April Membantuklienmelakukanpergerakan
saat bergerak membantu pasien dalam 2020 Hasil : Klien mengatakan lebih mudah
meningkatkan pergerakan 20.40 WIB melakukan mobilisasi duduk dan merasa
Do : lebih terbantu
- Kekuatan otot
menurun 3. Edukasi 19 April Melibatkan keluarga untuk membantu
-ROM menurun -Jelaskan tujuan dan 2020 pasien dalam meningkatkan pergerakan
- Gerakan prosedur mobilisasi 20.42 WIB Hasil : Keluarga klien terlibat penuh dalam
terbatas - Anjurkan melakukan memenuhi kebutuhan klien
- Fisik lemah mobilisasi dini
-Ajarkan mobilisasi 19 April Menjelaskan tujuan dan prosedur
(SDKI hal 124) sederhana yang harus 2020 mobilisasi
dilakukan (misal. duduk 20.45 WIB Hasil : Klien dan keluarga mengatakan
diatas tempat tidur) megerti dan memahami penjelasan

4. Kolaborasi 19 April menganjurkan klien untuk lebih sering


- Pemberian analgesik 2020 melakukan mobilisasi
20.47 WIB Hasil : Klien dan keluarga mengatakan
(SIKI hal 30) megerti dan memahami penjelasan

19 April Mengajarkan mobilisasi sederhana yang


2020 harus dilakukan
20.48 WIB Hasil : Klien berusaha duduk diatas tempat
tidur dengan bantuan keluarga dan petugas
kesehatan

19 April Memberikan analgesik yaitu santagesic


2020 intravena 1000 mg tiap 8 jam secara bolus
22.00 WIB Hasil : Klien nampak tenang tidak
kesakitan, tidak terdapat phlebitis

20 April Mengidentifikasi adanya nyeri atau


2020 keluhan fisik lainnya.
21.45 WIB Hasil : Klien mengatakan nyeri pada kaki
kanan nya

20 April Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan


2020 pergerakan
21.47 WIB Hasil : Klien dapat duduk tanpa bantuan
keluarga, dan hanya berpegang pada
sketsel tempat tidur

20 April Memfasilitasi aktivitas mobilisasi klien


2020 dengan alat bantu
20.52 WIB Hasil : Klien berusaha bangun dari tidur
dan duduk dengan berpegang pada sketsel

20 April Melibatkan keluarga untuk membantu


2020 pasien dalam meningkatkan pergerakan
20.54 Hasil : Keluarga membantu klien saat klien
dalam posisi duduk dan hendak berbaring
Memberikan analgesik yaitu santagesic
20 April intravena 1000 mg tiap 8 jam secara bolus
2020 Hasil : Klien nampak tenang tidak
22.00 kesakitan, tidak terdapat phlebitis

Memberikan analgesik yaitu santagesic


21 April intravena 1000 mg tiap 8 jam secara bolus
2020 Hasil : Klien nampak tenang tidak
16.45 kesakitan, tidak terdapat phlebitis

Mengidentifikasi adanya nyeri atau


21 April keluhan fisik lainnya.
2020 Hasil : Klien mengatakan nyeri pada kaki
16.45 kanan nya

Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan


21 April pergerakan
2020 Hasil : Klien dapat duduk tanpa bantuan
16.47 keluarga, dan tanpa berpegang pada sketsel
tempat tidur

Memfasilitasi aktivitas mobilisasi klien


21 April dengan alat bantu
2020 Hasil : Klien berpegang pada sketsel saat
16.50 dalam posisi duduk dan hendak berbaring
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkesdepkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 E-mail : admin@poltekkesdepkes-sby.ac.id
      Telp. (031) 5030379 / Fax. (031) 5030379            
CATATAN PERKEMBANGAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1 Gangguan mobilitas fisik b.d. Minggu, 19 April 2020 (06.00)
kerusakan integritas struktur tulang S:
d.d nyeri saat bergerak - Klien mengatakan nyeri hilang timbul pada kaki kanan semakin parah saat
melakukan pergerakan
- Klien mengatakan lelah karena terlalu lama tidur dan ingin melakukan pergerakan
seperti duduk
- Klien dan keluarga mengatakan faham dengan edukasi yang telah dijelaskan
O:
- Klien dapat melakukan mobilisasi miring kanan dan miring kiri dengan berbaring
diatas tempat tidur tanpa bantuan
- Klien dapat melakukan mobilisasi duduk dengan berpegang pada sketsel tempat
tidur dan dengan bantuan keluarga
-wajah klien Nampak meringis kesakitan saat melakukan mobilisasi duduk
- Klien dan keluarga Nampak mengerti dengan edukasi mengenai tujuan dan prosedur
mobilisasi yang telah disampaikan
TTV
TD : 130/85 mmHg
Nadi : 120x/mnt
Suhu : 36,2oC
RR: 20x/mnt
SpO2 : 97%

A : Masalah teratasisebagian
P : Intervensi 1,2,4dilanjutkan
2 Gangguan mobilitas fisik b.d. Senin, 20 April 2020 (13.30 WIB)
kerusakan integritas struktur tulang S:
d.d nyeri saat bergerak - Klien mengatakan lebih sering melakukan aktivitas seperti duduk
- Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan saat melakukan pergerakan
O:
- Klien Nampak berusaha bangun dari tidur sendiri dengan berpegang pada sketsel
tanpa bantuan keluarga
- Klien dapat duduk tanpa bantuan keluarga,dan hanya berpegang pada sketsel tempat
tidur
- Wajah klien Nampak meringis kesakitan saat berusaha duduk bangun sendiri dari
posisi tidur tanpa bantuan
- Keluarga Nampak membantu klien saat klien dalam posisi duduk dan hendak
berbaring

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi 1,2,4 dilanjutkan
Selasa, 21 April 2020 (20.45)
S:
- Klien mengatakan lebih sering berlatih duduk sendiri tanpa bantuan
- Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan saat melakukan pergerakan
O:
- Klien nampak bangun dari tidur sendiri tanpa bantuan keluarga dengan berpegang
Gangguan mobilitas fisik b.d.
pada sketsel
kerusakan integritas struktur tulang
3 - Klien dapat duduk tanpa bantuan keluarga, dan tanpa berpegang pada sketsel tempat
d.d nyeri saat bergerak
tidur
-Klien nampak duduk dengan posisi sedikit membungkuk
-Klien berpegang pada sketsel saat dalam posisi duduk dan hendak berbaring
- Wajah klien nampak meringis kesakitan saat berusaha bangun dari posisi tidur

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai