Oleh :
Hikmatus Saniyah Arsabani
NIM P27820118051
I. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang bisanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot,ruptur tendon,kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Terjadi fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
diabsorbsinya. (Smeltzer,2001)
Close fraktur adalah ketika tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa
komplikasi.
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang femur
(Mansjoer,2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidajat & Long (2005) fraktur femur
adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung. Dapat disimpulkakn bahwa fraktur femur
merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan kontinuitas tulang femur
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung yang disertai
dengan adanya kerusakan jaringan lunak.
Sedangkan fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi
pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari
bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari
intertrokanter
II. ETIOLOGI
Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering
pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses
penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur collum femur dapat
disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi
miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan
exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Cedera traumatic
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan
atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Cedera
traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni:
1) Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai
keadaan berikut, yakni :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan
baru yang tidak terkendali dan progresif.
2) Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
3) Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan
kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat
yang rendah.
c. Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada
tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang
bertugas di bidang kemiliteran.
III. PATOFISIOLOGI
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur
terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh
karena perlukaan di kulit (Brunner & Suddarth, 2002).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untu
k menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993).Fraktur biasanya disebabkan oleh
trauma / tenaga fisik, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur tersebut lengkap / tidak lengkap. Jika tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap / ditahan tulang, maka
akan terjadi trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya / terputusnya
kontinuitas tulang setelah fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang akan rusak.
Pada fraktur tertutup akan terjadi diskontinuitas tulang biasanya disertai cidera
jaringan disekitarnya.
IV. KLASIFIKASI
c. Tipe III: Garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal
Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan
bidang horizontal pada posisi tegak.
3) Dislokasi atau tidak fragment ( menurut Garden’s) adalah sebagai berikut :
a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)
b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran
c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus
malaligment)
d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian
segmen yang bersinggungan.
V. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Smeltzer dan Bare (2000). Manifestasiklinis close fraktur collum
femur adalah :
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya. Perubahan keseimbangan dan kontur terjadi, seperti:
a. Rotasi pemendekan tulang,
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak (Edema)
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstra vaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis
Kebiruan pada kulit akibat perdarahan subculaneus
4. Nyeri
Disebabkan oleh spasme otot yang berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan
5. Kehilangan Sensasi
Mati rasa mungkin terjadi akibat rusaknya saraf
6. Kreptimasi / Derik Tulang
Teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan fragmen yang lainnya
7. Spasme Otot (Spasme Involunter dekat fraktur)
8. Tenderness
9. Pergerakan abnormal
10. Syok Hipovolemik
VII. PENATALAKSANAAN
1) Impacted Fraktur
Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah collum
femur dibanding fraktur tulang di tempat lain. Pada collum femur-
periosteumnya sangat tipis sehingga daya osteogenesinya sangat kecil,
sehingga seluruh penyambungan fraktur collum femur tergantung pada
pembentukan calus endosteal. Lagipula aliran pembuluh darah yang melewati
collum femur pada fraktur collum femur terjadi kerusakan. Lebih-lebih lagi
terjadinya haemarthrosis akan menyebabkan aliran darah sekitar fraktur
tertekan alirannya. Sehingga apabila terjadi fraktur intrakapsuler dengan
dislokasi akan terjadi avaskular nekrosis.
2) Penanggulangan Impacted Fraktur
Pada fraktur collum femur yang benar-benar impacted dan stabil,
penderita masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit
sedikit pada daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat penderita dirawat
3-4 minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat
selama 8 minggu. Kalau pada x-ray foto impactednya kurang kuat ditakutkan
terjadi disimpacted, penderita dianjurkan untuk operasi dipasang internal
fixation. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan
multi pin teknik percutaneus.
3) Penanggulangan dislokasi fraktur collum femur
Penderita segera dirawat dirumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan
pemasangan tarikan kulit (skin traction) dengan buck-extension. Dalam waktu
24-48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan
internal fixation. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup
dengan salah satu cara yaitu: menurut leadbetter. Penderita terlentang dimeja
operasi. Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk
mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit adduksi
paha ditarik ke atas, kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan
endorotasi panggul 45. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar
dengan melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakuakn test.
Palm heel test : tumit kaki yang cedera diletakkan diatas telapak tangan. Bila
posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil
baik. Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi
dengan teknik multi pin percutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulangi
sampai 3 kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah
tereposisi dilakukan internal fiksasi. Macam-macam alat internal fiksasi
diantaranya: knowless pin, cancellous screw, dan plate.
Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun) penanggulangannya
agak berlainan. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip
penanggulangan, tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita
dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian
penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita
bersedia dilakukan operasi, yaitu menggunakan tindakan operasi arthroplasty
dengan pemasangan prothese austine moore.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN CLOSE FRAKTUR COLLUM FEMUR
I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, alamat,
pekerjaan, agama, suku/bangsa, status perkawinan, no. register, tanggal
dan jam masuk rumah sakit (MRS), diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan biasanya nyeri hebat pada kaki
klien terutama pangkal paha
6) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat.
b. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pola hidup sehat yang diterapkan klien terutama dalam menjaga
kesehatan tulang
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Nafsu makan dan pola makan klien collum femur tidak akan
terganggu karena tidak terdapat masalah pada pencernaan, ada
pembatasan makan jika klien akan menjalani operasi
3) Pola Eliminasi
BAK dan BAB klien normal, namun klien memerlukan bantuan
karena klien akan mengalami keterbatasan gerak
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Terdapat keterbatasan gerak / kehilangan fungsi motorik pada
bagian yang mengalami fraktur akibat adanya nyeri dan
pembengkakan
5) Pola Tidur dan Istirahat
Klien akan mengalami kesulitan tidur jika nyeri sedang timbul
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Persepsi klien terhadap tindakan yang akan dilakukan
7) Pola Sensori dan Kognitif
Terjadi hilang gerak / sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan.
Pengetahuan yang dimiliki klien terhadap penyakit yang dialami dan
pengobatan.
8) Pola Reproduksi Seksual
Terjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan seksual
9) Pola Penanggulangan Stress
Klien dapat mengalami perasaan cemas, takut, marah, apatis
karena masalah gaya hidup, rasa sakit dari prosedur tindakan
10) Pola Hubungan dan Peran
Tidak terdapat gangguan dalam hubungan dan peran social
namun terdapat keterbatasan
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
Biasanya terdapat keterbatasan klien dalam menjalani ibadah
namun klien biasanya akan tetap berdoa untuk diberikan kesembuhan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan
Meliputi kesesuaian umur dengan penampilan dan fitur wajah
b. Struktur Tubuh dan Mobilitas
Meliputi berat badan koordinasi gerak saat berjalan, susunan tubuh
c. Perilaku
Meliputi kontak mata saat bicara, kooperatif atau tidak, kebersihan
d. Tanda-Tanda Vital
Biasanya terjadi peningkatan tekanan darah karena rangsangan nyeri
e. Status Integumen
Suhu di sekitar trauma meningkat, adanya edema, nyeri tekan.
Pemeriksaan turgor kulit, warna kulit, warna kuku pucat atau tidak
f. Kepala
Kesimetrisan kepala, adanya lesi, benjolan, trauma, serta adanya nyeri
tekan atau tidak
1) Wajah : Kesimetrisan wajah, adanya luka bekas operasi atau tidak
2) Mata : Konjungtiva anemis atau merah muda, sclera ikterus atau
putih, adanya oedem disekitar mata atau tidak
3) Telinga : Kaji adanya serumen, lesi, benda asing. Membran timpani
berfungsi atau tidak
4) Hidung : Kaji adanya polip, sinus, sekret, dan kebersihan hidung
5) Mulut : Catat adanya stomatitis, pembengkakan gusi, dan caries gigi.
Mukosa kering / tidak. Amati kebersihan gigi dan mulut serta
lidah
6) Leher : Kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran vena
jugularis
g. Thoraks
1) Payudara : Kesimetrisan payudara kanan dan kiri, adanya benjolan
atau tidak
2) Paru-Paru : Amati kesimetrisan pergerakan dada dan adanya suara
nafas tambahan
3) Jantung : Perkusi atas kanan dan kiri, suara S1, S2, S3, S4
h. Abdomen
Amati kesimetrisan dan bentuk abdomen, adanya hernia atau tidak,
pantulan gelombang cairan, nyeri tekan, auskultasi bising usus
i. Inguinal – Genetalia – Anus
Adanya kelainan genetalia atau tidak, terdapat hernia atau tidak, amati
kebersihan genetalia dan anus
j. Ekstremitas
Amati kesimetrisan ekstremitas kanan dan kiri, turgor kulit, ROM
aktif dan adanya oedem atau tidak
III. PATHWAY
Fr aktur
Nyer
Pelepasan Katekolamin
Edema
Gangguan Mobilitas Fisik
Mobilisasi asam lemak
Penekanan Pembuluh Darah
Bergabung dengan Trombosit
Penurunan Perfusi Jaringan
Emboli
Gangguan Perfusi Jaringan
DAFTAR PUSTAKA
Ahern, N. R & Wikinson, J. M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Edisi
Revisi. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : EGC.
PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
PPNI .2019 .Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II.Jakarta : DPP
PPNI
SURABAYA
NIM : P27820118051
I. IDENTITAS
Nama : Ny. W
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SD
Alamat : Pekauman, Gresik
Alamat Dirawat : RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keluhan Utama : Nyeri pada kaki kanan
V. PENGKAJIAN FISIK
A. Penampilan
Kesesuaian usia (Ya)
Mengingat dan Berorientasi (Ya)
Perkembangan seksual (Normal)
Fitur Wajah (Normal)
B. Struktur tubuh dan mobilitas
Berat Badan (50 Kg)
Tinggi Badan (145 cm)
Susunan Tubuh (Lengkap)
Sebelum jatuh klien mampu berdiri tegak dan berjalan normal namun setelah
sakit dan dirawat di RS klien hanya mampu berbaring, miring kanan dan kiri serta
duduk diatas tempat tidur dengan bantuan keluarga.
C. Perilaku
Kontak mata (Ya)
Nyaman dan kognitif (Ya)
Mood vs Affeksi (Baik)
Tampak bersi dan rapi (Ya)
D. Tanda tanda Vital
Suhu (36,2oC),
Tekanan Darah (130/80 mmHg),
Nadi (88x/menit),
RR (20x/menit)
E. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala : Simetris, tidak terdapat lesi dan benjolan,tidak ada trauma kepala,
kepala dan rambut bersih
2. Muka : Simetris, tidak ada edema, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi
3. Mata : Mata normal, terdapat kantung mata, konjungtiva merah muda, sklera
putih, tidak ada edema pada kelopak mata, tidak ada tindakan operasi
sebelumnya
4. Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu
dengar, pendengaran kurang berfungsi dengan baik
5. Hidung : Bersih, tidak terdapat polip, tidak ada secret dan sinus. Tidak memakai
alat bantu pernafasan.
6. Mulut : Tidak ada stomatitis, terdapat caries gigi, kebersihan mulut kurang
terjaga
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, leher simetris, tidak kaku kuduk
8. Thoraks
- Payudara : Simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan dan lesi
- Paru-paru : Bunyi vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti ronki
dan wheezing, pergerakan paru-paru simetris
- Jantung : S1 S2 tunggal tanpa gallop dan murmur
9. Abdomen : Tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi,
tidak ada hernia, bising usus normal, turgor kulit abdomen normal
10. Inguinal – Genetalia - Anus : Tidak terdapat kelainan, tidak ada hemoroid, tidak
terpasang kateter urin
11. Ekstremitas:
Ekstremitas atas : Tonus otot kuat, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas bawah : Terdapat fraktur pada kaki kanan, kaki kanan sulit
digerakkan, terasa nyeri hilang timbul semakin parah saat digerakkan, tidak
terdapat tanda-tanda infeksi pada kaki yang terdapat fraktur
12. Tulang Belakang : Tidak terdapat kelainan tulang belakang
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Imunologi (Tgl 16 Mei 2019)
- Test Feritin : 553,4ng/ml
2. Pemeriksaan Kimia Klinik (Tgl 16 Mei 2019)
- GDA : 99 mg/dL
- Kalsium : 7,6mg/dL
- Fosfat : 4,1mg/dL
- Serumiron : 24ug/dL
- TotalIronBinding : 186ug/dL
3. Pemeriksaan Darah Lengkap (Tgl 16 Mei 2019)
- HGB : 6,9 g/dL
- RBC : 3,01 x 106/uL
- HCT : 20,2 %
- MCV : 67,1 fL
- MCH : 22,9 pg
- MCHC : 34,2 g/dL
- RDW-SD : 33,2 fL
VII. TERAPI
1. Infus NaCl0,9% 1000 cc dalam 24 jam
2. Injeksi Novorapid4 unit tiap 15 menit sebelum makan pagi,siang,sore secara subkutan
3. Injeksi Levemir8 unit tiap sebelum tidur pukul 21.00 secara subkutan
4. Injeksi Santagesic intravena 1000 mg tiap 8 jam secara bolus
5. Lisinopril1x10g/tab secara oral
6. Amlodipin 1x10g /tab secara oral
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN MOBILITAS FISIK
A : Masalah teratasisebagian
P : Intervensi 1,2,4dilanjutkan
2 Gangguan mobilitas fisik b.d. Senin, 20 April 2020 (13.30 WIB)
kerusakan integritas struktur tulang S:
d.d nyeri saat bergerak - Klien mengatakan lebih sering melakukan aktivitas seperti duduk
- Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan saat melakukan pergerakan
O:
- Klien Nampak berusaha bangun dari tidur sendiri dengan berpegang pada sketsel
tanpa bantuan keluarga
- Klien dapat duduk tanpa bantuan keluarga,dan hanya berpegang pada sketsel tempat
tidur
- Wajah klien Nampak meringis kesakitan saat berusaha duduk bangun sendiri dari
posisi tidur tanpa bantuan
- Keluarga Nampak membantu klien saat klien dalam posisi duduk dan hendak
berbaring
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan