Anda di halaman 1dari 37

PATOFISIOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CARSINOMA PARU

Dosen Pembingbing:

Dwi Adji Norontoko S.kep.Ns.,m.Kes

Disusun oleh :

1. Pungky Wahyuni Djadiati (P27820118047)


2. Ulfa Solfadilla (P27820118048)
3. Lailul Fitriyani (P27820118049)
4. Salda Aisyah Hediyani (P27820118050)
5. Hikmatus Sania Arsabani (P27820118051)

Tingkat I Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
TAHUN AJARAN 2018-2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI KANKER PARU


Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal,
tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel
bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa
prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel
dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasidalam
paru (Underwood, Patologi, 2000).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm
jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama
asap rokok ( Suryo, 2010)

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO KANKER PARU


Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
1. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting,
yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000
bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian
kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok
yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
(Stoppler,2010)
2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada
orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
3. Polusi Udara
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan
bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang
lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial
ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan
mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen
yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4
benzpiren (Wilson, 2005).
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin,
2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh
kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak
dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
5. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker
paru (Amin, 2006).
6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen
penekan tumor (termasuk gen rb, p53,dan CDKN2) (Wilson, 2005).
7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko
empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok
dihilangkan (Stoppler, 2010).
 Faktor Risiko Kanker Paru
1. Laki-laki
2. Usia lebih dari 40 tahun
3. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
4. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
5. Radon dan asbes
6. Lingkungan industri tertentu
7. Zat kimia, seperti arsenic
8. Beberapa zat kimia organic
9. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
10. Polusi udara
11. Kekurangan vitamin A dan C

C. KLASIFIKASI KANKER PARU


Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC)
dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer,NSCLC). Klasifikasi ini
digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak
kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari
ketiganya.
1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal
dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia
akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma
sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki
besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung
menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan
mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson,
2005).
2. Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis
interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
3. Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor
paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel
ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh. d.
4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan
perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus
dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong,
sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan.
Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering
memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain
pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah
berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling
berdekatan (Kumar, 2007). e.
5. Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul
pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma
bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai
karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.
D. GAMBARAN KLINIS KANKER PARU
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.
Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
 Gejala-gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor setempat)
 Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
 Hemoptisis
 Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
 Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
 Aelektasis
2. Invasi local :
 Nyeri dada
 Dispnea karena efusi pleura
 Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
 Sindrom vena cava superior
 Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
 Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
 Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
3. Gejala penyakit metastasis :
 Pada otak, tulang, hati, adrenal
 Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
 Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
 Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
 Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
 Hipertrofi : osteoartropati
 Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
 Neuromiopati
 Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
 Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
 Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
4. Asimtomatik dengan kelainan radiologist :
 Terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis
 Kelainan berupa nodul soliter
E. MANIFESTASI KLINIS KANKER PARU

Gejala-gejala kanker paru yaitu: 1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan
yang mungkin disebabkan oleh obstruksi pada bronkus. 2. Gejala umum. a. Batuk :
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai
batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk
sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder. b.
Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi. c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan

F. PATOFISIOLOGI KANKER PARU


Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala - gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium
lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
G. PATHWAY KANKER PARU

H. TINGKATAN KANKER PARU


Tingkatan (staging) Kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kalenjer
getah bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus
dilakukan dokter spesialis paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan
pertama akan dilakukan foto toraks (poto polos dada). Jika pasien membawa foto yang
lebih dari 1 minggu pada umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat
menentukan lokasi tumor, ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum
dapat dirasakan cukup karena tidak dapat menentukan keterlibatan kalenjer getah bening
dan metastasis luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps,
bagian luas yang menutup tumor, dapat memungkinkan pada foto tidak terlihat. Sama
seperti pada pencarian jenis histologis Kanker, pemeriksaan untuk menentukan staging
juga tidak harus sama pada semua pasien tetapi masing-masing pasien mempunyai
prioritas pemeriksaan yang berbeda yang harus segera dilakukan dan tergantung
kondisinya pada saat datang.
Staging (Penderajatan atau Tindakan) kanker paru dibagi berdasarkan jenis
histologis Kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk
menentukan pilihan terapi yang harus segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan
ukuran dan lokasi : tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/ dinding dada (T),
penyebaran kalenjer getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).
 Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC)
 Tahap terbatas : Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru
saja dan pada jaringan disekitanya.
 Tahap ekstensif : Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-
paru tempat asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-
organ tubuh jauh.
2. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)
 Tahap tersembunyi : Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak
(sputum) pasien dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi
tidak terlihat adanya tumor diparu-paru.
 Stadium 0 : Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan
terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
 Stadium I : Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan
belum menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
 Stadium II : Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer
getah bening di dekatnya.
 Stasium III : Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah
bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
 Stadium IV : Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-
paru yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel Kanker telah
menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer
adrenalin , hati dan tulang.

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi.
 Foto thorax posterior - anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan
massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
 Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
 Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
 Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
 Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
3. Histopatologi.
 Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
 Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90- 95 %.
 Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
 Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
 Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
 CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
 MR
J. PENATALAKSANAAN KANKER PARU
 Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif. Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
2. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4. Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu
Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
5. Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena kanker.
6. Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau
toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
7. Pneumonektomi (pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan
lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada
satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur;
tumor jinak tuberkulois.
9. Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
10. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru- paru
berbentuk baji (potongan es).
11. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan- bahan fibrin dari pleura viscelaris)
12. Radiasi Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
13. Kemoterafi. Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN CARSINOMA PARU

A. Identitas Klien dan Keluarga

1. Identitas klien
Nama : Tn.S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin :laki-laki
Pendidikan : SMP
Alamat : jorong padang tangah horo salah
Dharmasraya

2. Identitas penanggung jawab


Nama :Ny.D
Pekerjaan :IRT
Alamat : jorong padang tangah horo salah
dharmasraya
Hubungan :anak kandung

3. Diagnosa dan informasi medik yang penting


Tanggal masuk : 22-05-2017
No. Medical record : 979373
Ruang rawat : ruangan paru
Diagnosa medik : kanker paru
Yang merujuk : rujukan RS dharmasraya

4. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang :

1). Keluhan utama masuk :


Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M.Djamil padang melalui rujukan RS dharmasraya
pada tanggal 22-05-2017 pada jam 23.13 wib. Dengan keluhan utama nyeri pada dada
meningkat sejak sejak 8 hari yang lalu, batuk-batuk yang disertai dahak yang kental
berwarna putih, sesak nafas sejak 7 hari yang lalu sebelum masuk RS.

2). Keluhan saat ini (waktu pengkajian ) Saat dilakukan pengkajian pada hari kamis
tanggal 25-05-2017 ditemukan keluhan pada pasien nyeri dada sebelah kanan, nyeri
terkadang menjalar sampai ke lehet serta belakang telinga, nyeri dirasakan karna
beraktifitas, nyeri yang dirasakan berdenyut dan tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri yang
di rasakan hilang timbul, durasi nyeri lama sekitar 1 jam TD:130/90, N: 92x/i, RR:20x/i,
suhu:36oc.

b. Riwayat kesehatan yang lalu :

Pasien sebelumnya sudah pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama dan
pasien sebelumnya juga memiliki kebiasaan merokok klien sudah merokok sejak SMA.
Konsumsi rokok pasien
dalam sehari sekitar 2 bungkus. klien baru berhenti merokok 8 bulan terakhir.

c. Riwayat kesehatan keluarga :

Pasien mengatakan saudaranya memiliki penyakit yang sama seperti klien dan pasien tidak
memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, DM dan TB

5. Kebutuhan dasar
a. Makan
Sehat : makan sebanyak 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur dengan porsi sedang
Sakit : pasien mendapat diit ML dari rumah sakit 3x
sehari, pasien menghabiskan 1 porsi makanannya
b. Minum
Sehat : minum air putih sebanyak 8 gelas sehari
Sakit : minum air putih sebanyak 8 gelas sehari
c. Tidur
Sehat : pasien tidur 7-8 jam perhari, kualitas tidur baik
Sakit : pasien tidur 8-10 jam perhari. Pasien sering
terbangun dimalam hari.
d. Mandi
Sehat : pasien mandi 2x sehari
Sakit : pasien mandi 1x sehari
e. Eliminasi
Sehat : BAK 6-8x sehari dan BAB 1x sehari
Sakit : BAK 5-7x sehari dan BAB dalam sehari kadang
tidak ada
f. Aktifitas pasien
Sehat : banyak melakukan pekerjaan saja
Sakit : sakit pasien banyak tidur dan istirahat

6. Pemeriksaanfisik
a. Tekanandarah : 130/90 mmHg
b. Suhu : 36 °C
c. Nadi : 92 X / menit
d. Pernafasan : 20 X / menit
e. Rambut : rambut pasien beruban dan bersih
f. Telinga : tidak ada gangguan
g. Mata : konjungtiva anemis(-), sclera ikterik(-)
h. Hidung : hidung simetris, tampak bersih, pernapasan cuping hidung(-), lesi(-)
i. Mulut :mulut bersih, tidak ada gangguan
j. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening
k. Thorak : I : kesimetrisan kanan lebih cembung dari kiri
P : fremitus kanan lemah dari yang kiri
P : perkusi kanan redup kiri sonor
A : bronkovesikuler

l. Jantung : I: ictus kordis tidak terlihat


P: : ictus kordis teraba
P: pekak di batas-batas jantung
A: irama jantung teratur
m. Abdomen : I : perut simetris
P : Hepar teraba (-),
P : Timpani
A : Bising usus 15x/menit
n. Kulit : turgor kulit buruk
o. Ekstermitas : Atas : Tangan kanan dan kiri mengalami oedema
Bawah : kanan bawah terpasang IVFD RL.

7. Data Psikologis
a. Status Emosional : Kondisi emosional pasien baik
b. Kecemasan : Pasien terlihat agak cemas namun masih dalam batas wajar
c. Pola koping : pasien dapat menerima keadaannya dan penyakit yang di deritanya.
d. Gaya komunikasi : Pasien berkomunikasi dengan keluarga menggunakan bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia
e. Konsep diri : Pasien merupakan seorang suami dan ayah yang dikenal baik dan
bertanggung jawab dalam keluarganya. Namun pasien agak merasa kasihan kepada
keluarganya karena harus merawatnya

8. Data ekonomisosial : pasien seorang bekerja sebagai wiraswasta

9. Data spiritual :pasien beragama islam saat sehat pasien melaksanakan shalat, saat sakit
melaksanakan shalat juga

10. Pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang


Pada tanggal 27-05-2017 didapatkan hasil labor:
 Hb= 9,8 g/dl (laki-laki 14-18 g/dl)
 leukosit= 31.570/mm3 (5000-10.000)
 trombosit 393.000/mm3 (150.000-400.000)
 hematokrit= 31% (laki-laki 40-48)
 basofil= 0% (0-1)
 eosinofil=0% (1-3)
 N. batang=2% (2-6)
 N. segmen= 90% (50-70)
 limfosit=2% (20-40)
 monosit= 0% (2-8)
 glukosa sewaktu= 140 mg/dl (<200)
11. Program terapidokter
 infuse RL 12 jam/kolf
 injeksi ceftriaxon 1x2gr
 injeksi ranitidine 2x1 ampul
 dexsametason 3x1 ampul
 lasix 1x1 ampul
 levofloxacin infuse 1x750 mg
 durogesic pact 50g
 mst 2x15g
 prodota 2x110g
ANALISA DATA

NAMA PASIEN :Tn.S


NO. RM : 979373

No Data Masalah Etiologi


1 Ds: pasien mengatakan nyeri kronik sel kanker pada paru
nyeri P (pemicu): nyeri kanan
terasa saat beraktifitas,
Q (kualitas nyeri): nyeri
yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan
berdenyut, R (lokasi):
nyeri pada dada kanan,
S (intensitas): skala
nyeri 6, T (waktu): nyeri
terasa hilang timbul dan
durasi nyeri lama sekitar
1 jam.

2 Do: pasien tampak kelebihan volume cairan penumpukan cairan


meringis, pasien tampak
memegang dada kanan,
TD:130/90, N: 92x/i
Ds: pasien mengatakan
tangan kanan dan kiri
bengkak.

Do: tangan kanan dan


kiri tampak bengkak, di
3 tekan kembali lama intoleransi aktivitas kelemahan umum
Ds: pasien mengatakan
pusing, pasien
mengatakan tidak
memiliki tenaga
Do: pasien tampak
lemah, wajah pucat,
pasien banyak tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :Tn.S


NO. RM : 979373

Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda Tangan


Muncul Teratasi
25 mei 2017 1 Nyeri kronik berhubungan dengan 30 mei 2017
sel kanker pada paru kanan.

25 mei 2017 2 Kelebihan volume cairan 30 mei 2017


berhubungan dengan penumpukan
cairan.

25 mei 2017 3 Intoleransi aktivitas berhubungan 30 mei 2017


dengan kelemahan umum.
PERENCANAAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :Tn.S

NO. RM : 979373

No Diagnosa Perencanaaan keperawatan


Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi(NIC)
1 Nyeri kronik NOC NIC
berhubungan Kontrol nyeri Kriteria hasil :
dengan sel kanker Kriteria hasil: Manajemen nyeri
paru kanan 1) Mengenali a) Lakukan
kapan nyeri pengkajian nyeri
terjadi secara
2) Menggambarka kompehensif
n faktor yang meliputi
penyebab lokasi,
3) Menggunakan karakteristik,
tindakan frekuensi durasi,
pencegahan kualitas,
4) Menggunakan intensitas atau
analgesik yang beratnya nyeri
digunakan b) Observasi adanya
5) Melaporkan petunjuk
gejala yang nonverbal
tidak terkontrol mengenal
pada ketidaknyamanan
profesional terutama pada
kesehatan mereka yang
Tingkat nyeri tidak dapat
Kriteria hasil : berkomunikasi
1) Nyeri yang secara efektif
dilaporkan tidak c) Gunakan strategi
ada komunikasi
2) Mengerang dan terapeutik untuk
menangis tidak mengetahui
ada pengalaman nyeri
3) Iritabilitas tidak dan sampaikan
ada penerimaan
4) Bisa beristirahat pasien terhadap
5) Tidak ada nyeri
ketegangan otot d) Gali bersama
6) Tidak ada pasien faktorfaktor
yang bisa
memperingan
ekspresi nyeri
pada wajah
nyeri atau
memperberat
nyeri
e) Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologi
(seperti, terapi
musik, pijatan,
relaksasi dan
nafas dalam)
f) Gali penggunaan
farmakologi yang
dipakai pasien
saat ini untuk
menurunkan
nyeri
g) Berikan individu
penurun nyeri
yang optimal
dengan peresepan
analgesik
h) Dukung pasien
untuk istirahat
yang adekuat
untun
menurunkan rasa
nyeri
i) Monitor
kepuasan pasien
terhadap
manajemen nyeri
dalam interval
yang spesifik
Pemberian analgesik
a) Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
b) Cek perintah
pengobatan
meliputi obat,
dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
c) Cek adanya
riwayat alergi obat
d) Tentukan pilihan
obat analgesik
berdasarkan tipe
dan keparahan
nyeri
e) Monitor tanda vital
sebelum dan
sesudah
memberikan
analgesik
f) Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktifitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
g) Berikan analgesik
sesuai waktunya,
terutama pada
nyeri yang berat
h) Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan
adanya efek
samping
2 Kelebihan volume NOC NIC
cairan berhubungan Keseimbangan Manajemen
dengan penumpukan cairan elektroli/cairan
cairan kriteria hasil : a) Pantau kadar
1) Keseimbangan serum elektrolit
intake dan output yang abnormal seperti yang
dalam 24 jam tersedia
tidak terganggu b) Berikan cairan
2) Turgor kulit yang sesuai
tidak terganggu c) Monitor hasil
3) Edema perifer laboratorium yang
tidak terganggu relevan
4) Pusing tidak d) Jaga pencatatan
terganggu intake/asupan dan
output yang akurat
e) Monitor tandatanda
vital
f) Minimalkan
asupan makanan
dan minuman
dengan diuretic
g) Jaga infus
intravena yang
tepat
h) Pastikan bahwa
larutan intravena
yang mengandung
elektrolit
diberikan dengan
aliran yang
konstan dan sesuai
Monitor cairan
a) Tentukan jenis dan
jumlah
intake/asupan
cairan serta
kebiasaan eliminasi
b) Periksa isi ulang
kapiler dengan
memegang tangan
pasien pada tinggi
yang sama seperti
jantung dan
menekan jari tengah
selama 5 detik lalu
lepaskan tekanan
dan hitung wktu sampai jari
kembali
merah
c) Periksa turgor kulit
dengan memegang
dengan kedua
tangan dan lepaskan
d) Monitor berat badan
e) Monitor asupan dan
pengeluaran
f) Monitor nilai kadar
serum dan elektrolit
urin
g) Monitor kadar
serum albumin dan
protein total
h) Monitor tandatanda
vital
3 Intoleransi aktivitas NOC NIC
berhubungan a. Kelelahan : efek a. Terapi aktivitas
dengan kelemahan yang menganggu a) Bantu pasien untuk
umum. kriteria hasil: memilih aktivitas
1) Tidak ada malaise dan pencapaian
2) Tidak ada lethargi tujuan melalui
Intoleransi 3) Tidak ada aktivitas yang
Aktivitas gangguan aktifitas konsisten
berhubungan fisik b) Bantu pasien
dengan kelemahan 4) Tidak ada memperoleh
umum. gangguan rutinitas sumber-sumber
b. Perawatan Diri : yang diperlukan
Aktivitas seharihari untuk aktivitas yang
kriteria hasil: dilakukan
1) Mampu berpindah c) Bantu pasien dan
dan memposisikan keluarga
diri mengidentifikasi
2) Mampu makan kelemahan
dengan mandiri d) Intruksikan pasien
3) Mampu dan keluarga
berpakaian mempertahankan
4) Mampu fungsi dan
melakukan kesehatan terkait
kebersihan badan sosial, spiritual, dan
dan mulut kognisi
e) Intruksikan pasien
dan keluarga
beradaptasi dengan
lingkungan
f) Bantu memenuhi
aktifitas sehari-hari
pasien
g) Ciptakan
lingkungan yang
aman
h) Bantu pasien dan
keluarga
mengevaluasi
kemampuan pasien
dalam beraktifitas.
b. Manajemen energi
a) Kaji status fisiologis
pasien terhadap
kelelahan
b) Anjurkan pasien
mengungkapkan
kemampuannya
c) Pilih intervensi yang
mengurangi
kelelahan
d) Tentukan jenis dan
banyak aktifitas
yang dilakukan
e) Monitor intake
nutrisi untuk
mengetahui sumber
energy
f) Kolaborasi dengan
ahli gizi mengenai
asupan energi yang
sesuai kebutuhan
g) Tingkatkan tirah
baring dan waktu
istirahat pasien
h) Lalukan ROM
pasif/aktif
PELAKSANAAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :Tn.S


NO. RM : 979373

No Diagnosa Implementasi Keperawatan Paraf


Keperawatan

25 mei 2017 25 mei 2017

1 Nyeri kronik 1. melakukan pengkajian nyeri komprehensif


berhubungan dengan memantau karakteristik nyeri PQRST
dengan sel (Provoking
kanker pada Incident, Quality of pain, Region, Severety of
paru kanan. Pain, Time)
2. menganjurkan pasien untuk memonitor nyeri
3. menangani nyeri nyeri dengan tekhnik non
farmakologis seperti (teknik relaksasi yaitu
teknik nafas dalam dan terapi mendengarkan
ayat suci al-quran)
4. memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
5. menganjurkan pasien untuk istirahat cukup
2 Kelebihan
volume cairan 1. memonitor hasil laboratorium yang relevan
berhubungan 2. memonitor tanda tanda vital
dengan 3. menjaga pencatatan intake/asupan dan
penumpukan output yang akurat
cairan. 4. memeriksa isi ulang kapiler
5. memeriksa turgor kulit dengan memegang
dengan kedua tangan dan lepaskan
6. memonitor asupan dan pengeluaran
7. jaga infus intravena yang tepat
3 Intoleransi
aktivitas 1. membantu pasien untuk memilih aktivitas
berhubungan yang dilakukan
dengan 2. membantu pasien memperoleh sumber-
kelemahan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
umum dilakukan
3. membantu pasien dan keluarga
mengidentifikasi kelemahan
26 mei 2017 26 mei 2017
1
Nyeri kronik 1. melakukan pengkajian nyeri komprehensif
berhubungan dengan memantau karakteristik nyeri PQRST
dengan sel (Provoking
kanker pada Incident, Quality
paru kanan. of pain, Region,
Severety of Pain,
Time)
2. menganjurkan pasien untuk memonitor nyeri
3. menangani nyeri nyeri dengan tekhnik non
farmakologis seperti (teknik relaksasi yaitu
teknik nafas dalam dan terapi mendengarkan
ayat suci al-quran)
4. memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
5. menganjurkan pasien untuk istirahat cukup
2 Kelebihan
volume cairan 1. memonitor hasil laboratorium yang relevan
berhubungan 2. memonitor tanda tanda vital
dengan 3. menjaga pencatatan intake/asupan dan output
penumpukan yang akurat
cairan. 4. memeriksa isi ulang kapiler
5.memeriksa turgor kulit dengan memegang
dengan kedua tangan dan lepaskan
6. memonitor asupan dan pengeluaran
7. jaga infus intravena yang tepat
3 Intoleransi
aktivitas 1. membantu pasien untuk memilih aktivitas
berhubungan yang dilakukan
dengan 2. membantu pasien memperoleh sumber-
kelemahan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
umum yang dilakukan
3. membantu pasien dan keluarga
mengidentifikasi kelemahan
27 mei 2017 27 mei 2017

1 Nyeri kronik 1. melakukan pengkajian nyeri komprehensif


berhubungan dengan memantau karakteristik nyeri
dengan sel PQRST (Provoking Incident, Quality
kanker pada of pain, Region,Severety of Pain,Time)
paru kanan. 2. menganjurkan pasien untuk memonitor nyeri
3. menangani nyeri nyeri dengan tekhnik non
farmakologis seperti (teknik relaksasi yaitu
teknik nafas dalam dan terapi mendengarkan
ayat suci al-quran)
4. memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
5. menganjurkan pasien untuk istirahat cukup

2 Kelebihan 1. memonitor hasil laboratorium yang relevan


volume cairan 2. memonitor tanda tandavital
berhubungan 3. menjaga pencatatan intake/asupan dan output
dengan yang akurat
penumpukan 4. memeriksa isi ulang kapiler
cairan. 5. memeriksa turgor kulit denganmemegang
dengan kedua tangan dan lepaskan
6. memonitor asupan dan pengeluaran
7. jaga infus intravena yang tepat

1. membantu pasienuntuk memilih aktivitas yang


3 Intoleransi dilakukan
aktivitas 2. membantu pasien memeroleh sumber-sumber
berhubungan yang diperlukan untuk aktivitas
dengan yang dilakukan
kelemahan 3. membantu pasien dan keluarga
umum mengidentifikasi kelemahan

28 mei 2017 28 mei 2017

1 Nyeri kronik 1. melakukan pengkajian nyeri komprehensif


berhubungan dengan memantau karakteristik nyeri PQRST
dengan sel (Provoking Incident, Qualityof pain,
kanker pada Region,Severety of Pain,Time)
paru kanan. 2. menganjurkan pasien untuk memonitor nyeri
3. menangani nyeri nyeri dengan tekhnik non
farmakologis seperti (teknik relaksasi yaitu
teknik nafas dalam dan terapi mendengarkan
ayat suci al-quran)
4. memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
5. menganjurkan pasien untuk istirahat cukup

2 Kelebihan 1. memonitor hasil laboratorium yang relevan


volume cairan 2. memonitor tanda tanda vital
berhubungan 3. menjaga pencatatan intake/asupan dan output
dengan yang akurat
penumpukan 4. memeriksa isi ulang kapiler
cairan. 5. memeriksa turgor kulit dengan memegang
dengan kedua tangan dan lepaskan
6. memonitor asupan dan pengeluaran
7. jaga infus intravena yang tepat

3 Intoleransi 1. membantu pasien untuk memilih aktivitas


aktivitas yang dilakukan
berhubungan 2. membantu pasien memperoleh sumber-
dengan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
kelemahan yang dilakukan
umum 3. membantu pasien dan keluarga
mengidentifikasi kelemahan.

29 mei 2017 29 mei 2017

1 Nyeri kronik 1. melakukan pengkajian nyeri komprehensif


berhubungan dengan memantau karakteristik nyeri PQRST
dengan sel (Provoking Incident, Quality of pain,
kanker pada Region,Severety of Pain,Time)
paru kanan. 2. menganjurkan pasien untuk memonitor nyeri
3. menangani nyeri nyeri dengan tekhnik non
farmakologis seperti (teknik relaksasi yaitu
teknik nafas dalam dan terapi mendengarkan
ayat suci al-quran)
4. memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
5. menganjurkan pasien untuk istirahat cukup
2 Kelebihan 1. memonitor hasil laboratorium yang relevan
volume cairan 2. memonitor tanda tanda vital
berhubungan 3. menjaga pencatatan intake/asupan dan output
dengan yang akurat
penumpukan 4. memeriksa isi ulang kapiler
cairan. 5. memeriksa turgor kulit dengan memegang
dengan kedua tangan dan lepaskan
6. memonitor asupan dan pengeluaran
7. jaga infus intravena yang tepat

3 Intoleransi 1. membantu pasien untuk memilih aktivitas


aktivitas yang dilakukan
berhubungan 2. membantu pasien memperoleh sumber-
dengan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
kelemahan dilakukan
umum 3. membantu pasien dan keluarga
mengidentifikasi kelemahan.
30 mei 2017 30 mei 2017

1 Nyeri kronik 1. melakukan pengkajian nyeri komprehensif


berhubungan dengan memantau karakteristik nyeri PQRST
dengan sel (Provoking Incident, Quality of pain, Region,
kanker pada Severety of Pain, Time)
paru kanan. 2. menganjurkan pasien untuk memonitor nyeri
3. menangani nyeri nyeri dengan tekhnik non
farmakologis seperti (teknik relaksasi yaitu
teknik nafas dalam dan terapi mendengarkan
ayat suci al-quran)
4. memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
5. menganjurkan pasien untuk istirahat cukup

2 Kelebihan 1. memonitor hasil laboratorium yang relevan


volume cairan 2. memonitor tanda tanda vital
berhubungan 3. menjaga pencatatan intake/asupan dan output
dengan yang akurat
penumpukan 4. memeriksa isi ulang kapiler
cairan. 5. memeriksa turgor kulit dengan memegang
dengan kedua tangan dan lepaskan
6. memonitor asupan dan pengeluaran
7. jaga infus intravena yang tepat

3 Intoleransi 1. membantu pasien untuk memilih aktivitas


aktivitas yang dilakukan
berhubungan 2. membantu pasien memperoleh sumber-
dengan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
kelemahan dilakukan
umum 3. membantu pasien dan keluarga
mengidentifikasi kelemahan
EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan


25 mei 2017 25 mei 2017
1 Nyeri kronik Berhubungan dengan S:
sel kanker pada paru kanan. - pasien mengatakan
nyeri P (pemicu):
nyeri terasa saat
beraktifitas
-Q (kualitas nyeri):
nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
dan berdenyut
-R (lokasi): nyeri pada
dada kanan
-S (intensitas): skala
nyeri 6
-T (waktu): nyeri
terasa hilang timbul
dan durasi nyeri lama
sekitar 1 jam
O:
-pasien tampak
meringis
-pasien tampak
memegang dada kanan
-TD:130/90
-N: 92x/i
- pasien mendapat
obat anti nyeri
durogesic pact 50g,
mst 2x15g
A:
- masalah belum
teratasi
P:
-intervensi dilanjutkan

2 Kelebihan volume cairan S:


berhubungan dengan penumpukan -pasien mengatakan tangan kanan dan kiri
cairan. bengkak
O:
-tangan kanan dan kiri
tampak bengkak
-di tekan kembali lama
A:
- masalah belum
tertasi
P:
-intervensi dilanjutkan
3 toleransi aktivitas berhubungan S:
dengan kelemahan umum -pasien mengatakan
pusing
-pasien mengatakan
tidak memiliki tenaga
O:
-pasien tampak lemah
-wajah pucat
-pasien banyak tidur
A:masalah belum
teratasi
P:intervensi
dilanjutkan
No Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan
26 mei 2017 26 mei 2017
1 Nyeri kronik berhubungan dengan sel S:
kanker pada paru kanan. - pasien mengatakan
nyeri P (pemicu):
nyeri terasa saat
beraktifitas
-Q (kualitas nyeri):
nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
dan berdenyut
-R (lokasi): nyeri pada
dada kanan
-S (intensitas): skala
nyeri 6
-T (waktu): nyeri
terasa hilang timbul
dan durasi nyeri lama
sekitar 1 jam
O:
-pasien tampak
meringis
-pasien tampak
memegang dada kanan
-TD:120/90
-N: 81x/i
- pasien mendapat
obat anti nyeri
durogesic pact 50g,
mst 2x15g
A:
- masalah belum
teratasi
P:
-intervensi dilanjutkan
2 Kelebihan volume cairan berhubungan S:
dengan penumpukan cairan. -pasien mengatakan
tangan kanan dan kiri bengkak O:
-tangan kanan dan kiri
tampak bengkak
-di tekan kembali lama
A:
- masalah belum
tertasi
P:
-intervensi dilanjutkan
3 Intoleransi S:
aktivitas -pasien mengatakan
berhubungan pusing
dengan -pasien mengatakan
kelemahan umum tidak memiliki tenaga
O:
-pasien tampak lemah
-wajah pucat
-pasien banyak tidur
A:masalah belum
teratasi
P:intervensi
dilanutkan
No Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan
27 mei 2017 27 mei 2017
1 Nyeri kronik berhubungan dengan S:
sel kanker pada paru kanan. - pasien mengatakan
nyeri P (pemicu):
nyeri terasa saat
beraktifitas
-Q (kualitas nyeri): nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
dan berdenyut
-R (lokasi): nyeri pada
dada kanan
-S (intensitas): skala
nyeri 6
-T (waktu): nyeri
terasa hilang timbul
dan durasi nyeri lama
sekitar 1 jam
O:
-pasien tampak
meringis
-pasien tampak
memegang dada kanan
-TD:130/80mmHg
-N:88x/i
- pasien mendapat
obat anti nyeri
durogesic pact 50g,
mst 2x15g
A:
- masalah belum
teratasi
P:
-intervensi dilanjutkan
2 Kelebihan volume cairan S:
berhubungan dengan penumpukan -pasien mengatakan
cairan. tangan kanan dan kiri
bengkak
O:
-tangan kanan dan kiri
tampak bengkak
-di tekan kembali lama
A:
- masalah belum
tertasi
P:
-intervensi dilanjutkan
3 Intoleransi aktivitas berhubungan S:
dengan kelemahan umum -pasien mengatakan
pusing
-pasien mengatakan
tidak memiliki tenaga
O:
-pasien tampak lemah
-wajah pucat
-pasien banyak tidur
A:masalah belum
teratasi
P:intervensi dilanjutkan
No Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan
28 mei 2017 28 mei 2017
1 Nyeri kronik berhubungan dengan S:
sel kanker pada paru kanan. - pasien mengatakan
nyeri P (pemicu):
nyeri terasa saat
beraktifitas
-Q (kualitas nyeri):
nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
dan berdenyut
-R (lokasi): nyeri pada
dada kanan
-S (intensitas): skala
nyeri 6
-T (waktu): nyeri
terasa hilang timbul
dan durasi nyeri lama
sekitar 1 jam
O:
-pasien tampak
meringis
-pasien tampak
memegang dada kanan
-TD:120/70 -N: 92x/i
- pasien mendapat
obat anti nyeri
durogesic pact 50g,
mst 2x15g
A:
- masalah belum
teratasi
P:
-intervensi dilanjutkan
2 Kelebihan volume cairan S:
berhubungan dengan penumpukan -pasien mengatakan
cairan.Intoleransi tangan kanan bengkak
sudang mulai
berkurang dan tangan
kiri masih bengkak
O:
-tangan kanan tampak
bengkak sudah mulai
berkurang dan kiri
tampak bengkak
-di tekan kembali lama
A:
- masalah belum
tertasi
P:
-intervensi dilanjutkan
3 Intoleransi aktivitas berhubungan S:
dengan kelemahan umum -pasien mengatakan
pusing mulai
berkurang
-pasien mengatakan tidak memiliki tenaga O:
-pasien tampak lemah
-wajah pucat
-pasien banyak tidur
A:masalah belum
teratasi
P:intervensi
dilanutkan
No Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan
29 mei 2017 29 mei 2017
1 Nyeri kronik berhubungan dengan sel S:
kanker pada paru kanan. - pasien mengatakan
nyeri P (pemicu):
nyeri terasa saat
beraktifitas
-Q (kualitas nyeri):
nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
dan berdenyut
-R (lokasi): nyeri pada
dada kanan
-S (intensitas): skala
nyeri 5
-T (waktu): nyeri
terasa hilang timbul
dan durasi nyeri lama
sekitar 1 jam
O:
-pasien tampak
meringis
-pasien tampak
memegang dada kanan
-TD:130/80
-N: 87x/i
- pasien mendapat
obat anti nyeri
durogesic pact 50g,
mst 2x15g
A:
- masalah belum
teratasi
P:
-intervensi dilanjutkan
2 Kelebihan volume cairan berhubungan S:
dengan penumpukan cairan. -pasien mengatakan
tangan kanan bengkak
sudang mulai
berkurang dan tangan
kiri masih bengkak
O:
-tangan kanan tampak
bengkak sudah mulai
berkurang dan kiri
tampak bengkak
-di tekan kembali lama
A:
- masalah belum
tertasi
P:
-intervensi dilanjutkan
3 Intoleransi aktivitas berhubungan S:
dengan kelemahan umum -pasien mengatakan
pusing mulai
berkurang
-pasien mengatakan
tidak memiliki tenaga
O:
-pasien tampak lemah
-wajah pucat
-pasien banyak tidur
A:masalah belum
teratasi
P:intervensi
dilanutkan
No Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan
30 mei 2017 30 mei 2017
1 Nyeri kronik berhubungan dengan sel S:
kanker pada paru kanan. - pasien mengatakan
nyeri P (pemicu):
nyeri terasa saat
beraktifitas
-Q (kualitas nyeri):
nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
dan berdenyut
-R (lokasi): nyeri pada
dada kanan
-S (intensitas): skala
nyeri 6
-T (waktu): nyeri
terasa hilang timbul
dan durasi nyeri lama
sekitar 1 jam
O:
-pasien tampak
meringis
-pasien tampak
memegang dada kanan
-TD:130/70
-N: 87x/i
- pasien mendapat
obat anti nyeri
durogesic pact 50g,
mst 2x15g
A:
- masalah belum
teratasi
P:
-intervensi dilanjutkan
2 Kelebihan volume cairan berhubungan S:
dengan penumpukan cairan. -pasien mengatakan
tangan kanan bengkak
sudang mulai
berkurang dan tangan
kiri masih bengkak
O:
-tangan kanan tampak bengkak sudah
mulai berkurang dan kiri
tampak bengkak
-di tekan kembali lama
A:
- masalah belum
tertasi
P:
-intervensi dilanjutkan
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan S:
kelemahan umum -pasien mengatakan
pusing mulai
berkurang
-pasien mengatakan
tidak memiliki tenaga
O:
-pasien tampak lemah
-wajah pucat
-pasien banyak tidur
A:masalah belum
teratasi
P:intervensi dilanutkan

Anda mungkin juga menyukai