Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral,
sesuai dengan dermatomnya (persyarafannya).
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella – Zoster yang
sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel
yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi satu ganglion saraf sensoris.
ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsi
d berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein–virion yang
lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius.
Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas
dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan
dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
asimptomati. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya
lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian
virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris
dan berdiam diri atau laten didalam neuron.
Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang
laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun di
bawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
a. Pengobatan topical
1. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah
2. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
3. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotic (basitrasin /
polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari.
b. Pengobatan sistemik
4. Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan r
eplikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan k
eparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral.
5. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan l
ewat infus intravena atau salep mata.
6. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif n
amun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuh- a
n dan menekan respon immune.
7. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihi-
stamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
2. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubunga
n dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan
konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid
topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
3. Neuralgia Pasca Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase
akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik
( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari).
Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional
merupakan bagian terpenting perawatan bedah atau rujukan ke klinik
nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.
PATHWAY
PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN
1. BIODATA
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur, sering terjadi di remaja dan dewasa muda. Jenis kel
amin dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan beresiko tinggi pada penjajak seks komersial. Se
mentara pada herpes zoster sering terjadi pada anak usia diatas 10 tahunatau kelompok dewasa
2. KELUHAN UTAMA
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri yan
g timbul pada lesi yang timbul dan pada herpes zoster alasan yang sering membawa klien penderita
herpes zoster datang berobat adalah nyeri pada daerah terdapatnya vesikel bekelompok
6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka
atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep
diri.hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,
penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
a) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
b) Menarik diri dari kontak social.
c) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
POLA-POLA KESEHATAN
3. POLA ELIMINASI
BAB: encer dan nyeri pada daerah genetalis
BAK: nyeri saat BAK
1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan
herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody:digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Pemerikasaan mikroskop electron
6. Kultur virus
7. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster
8. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
a. Virologi:
1) Mikroskop cahaya.
2) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
3) PCR,
4) Kultur Virus,
b. Serologi:
1) ELISA,
2) Western Blot Test,
3) Biokit HSV-II.
DIAGNOSA
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegah
an penyakit, pemulihan kesehatan, memfasilitasi koping. Pendekatan tindakan keperawat
an meliputi independent (suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk/
perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya). Dependent (suatu tindakan dependen
t berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis, tindakan tersebut menandak
an suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan) dan interdependent suatu tindakan ya
ng memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga social, ahli
gizi, fisioterapi dan dokter. (Nursalam, 2011).
EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana keperawatan dan implementasi keperawata
n. Tahap evaluasi yang memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap
pengkajian, perencanaan dan implementasi. (Nursalam, 2011)