Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN


HERPES ZOSTER
SALDA AISYAH HEDIANI
P27820118050
III REGULER B
DEFINISI

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral,
sesuai dengan dermatomnya (persyarafannya).

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella – Zoster yang
sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel
yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi satu ganglion saraf sensoris.
ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsi
d berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein–virion yang
lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius.
Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas
dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.

1. Faktor Resiko Herpes zoster


a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia.
Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.
c. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
2. Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster
a. Trauma / luka
b. Kelelahan
c. Demam
d. Alkohol
e. Gangguan pencernaan
f. Obat – obatan
g. Sinar ultraviolet
h. Haid
i. Stress
PATOFISIOLOGI

Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan
dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
asimptomati. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya
lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian
virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris
dan berdiam diri atau laten didalam neuron.
Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang
laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun di
bawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
a. Pengobatan topical
1. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah
2. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
3. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotic (basitrasin /
polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari.
b. Pengobatan sistemik
4. Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan r
eplikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan k
eparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral.
5. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan l
ewat infus intravena atau salep mata.
6. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif n
amun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuh- a
n dan menekan respon immune.
7. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihi-
stamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
2. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubunga
n dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan
konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid
topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
3. Neuralgia Pasca Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase
akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik
( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari).
Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional
merupakan bagian terpenting perawatan bedah atau rujukan ke klinik
nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.
PATHWAY
PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN

1. BIODATA
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur, sering terjadi di remaja dan dewasa muda. Jenis kel
amin dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan beresiko tinggi pada penjajak seks komersial. Se
mentara pada herpes zoster sering terjadi pada anak usia diatas 10 tahunatau kelompok dewasa

2. KELUHAN UTAMA
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri yan
g timbul pada lesi yang timbul dan pada herpes zoster alasan yang sering membawa klien penderita
herpes zoster datang berobat adalah nyeri pada daerah terdapatnya vesikel bekelompok

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat
dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga men
galami demam.

4. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat
yang terinfeksi virus ini.

6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka
atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep
diri.hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,
penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
a) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
b) Menarik diri dari kontak social.
c) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
POLA-POLA KESEHATAN

1. PERSEPSI TERHADAP KESEHATAN


Penderita herpes tidak begitu memperhatikan kesehatan tetapi klien juga tidak melakukan kebiasaan
yang bertentangan dengan kesehatannya. Jika klien sakit biasanya minum obat dan apabila penyakitn
ya tidak sembuh klien pergi ke pelayanan kesehatan,

2. POLA NUTRISI METABOLIK


Pada penderita herpes nafsu makannya terganggu karena jika makan penderita herpes mual.

3. POLA ELIMINASI
BAB: encer dan nyeri pada daerah genetalis
BAK: nyeri saat BAK

4. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


Terjadi gangguan susah tidur dan rasa gatal yang dideritanya

5. POLA AKTIVITAS DAN LATIAN


Jika masih ringan mungkin masih mampu melakukan aktivitas dan jika sudah berat aktivitas mereka
akan terganggu
POLA HUBUNGAN DAN PERAN
Hubungan dengan keluarga, teman dan tetangga terganggu karena penyakit yang m
enular dan membuatnya menarik diri akan penyakit yang diderita.

POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


Harga diri, ideal diri, identitas, dan gambaran diri terganggu namun peran diri tidak
terganggu

POLA SENSORI DAN KOGNITIF


Status mental sadar, kemampuan interaksi terganggu karena penyakitnya menular, p
endengaran baik

POLA REPRODUKSI SEKSUAL


Terganggu karena penderita herpes yang mengalami penyakit yang menyerang geni-t
al

POLA KOPING STRESS DAN TOLERANSI STRESS


Kemungkinan stress tinggi karena penyakit ini terjadi pada kulit dan menyebabkan
perubahan pada tubuh. Mungkin pasien malu kemudian memicu stress. Koping stres
s berbeda setiap individu tergantung bagaimana cara mengendalikan.
PEMERIKSAAN FISIK

1. Tekanan darah meningkat


2. Nadi meningkat
3. Pernafasan meningkat
4. kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok sesuai dengan alur derstrom (ini
tanda yang khas pada herpes zoster karena virus ini terdiam pada ganglion posterior
susunan saraf tepi dan dan ganglion kranialis) vesikel ini berisi cairan jernih yang
kemudian keruh kadang bernanah dan terdapat darah yang disebut herpes zoster hem-
oragik ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
5. Genitalia:
Pada pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretr
a
dan daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah
labia mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks.
6. Kepala terdapat lesi
7. Mata: koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan
8. Hidung bersih tidak ada polip
9. Telinga tidak ada peradangan, telinga sedikit berdenging
10. Mulut tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis, terdapat bintik
merah membentuk gelembung berisi cairan
11. Inguinal-genetalis-anus: pada perempuan yang perlu diperhatikan adalah
labia mayora, minora, klitoris, intruitus vagina dan servik. Jika terdapat
lesi catat jenis bentuk ukuran dan lain-lain
Pada laki-laki perhatikan gland penis, batang penis, uretra, dan anus.
Catat jika terdapat lesi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan
herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody:digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Pemerikasaan mikroskop electron
6. Kultur virus
7. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster
8. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
a. Virologi:
1) Mikroskop cahaya.
2) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
3) PCR,
4) Kultur Virus,
b. Serologi:
1) ELISA,
2) Western Blot Test,
3) Biokit HSV-II.
DIAGNOSA

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)


2. Hipertermi berhubunga dengan penyakit (infeksi)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)

Tujuan dan kriteria hasil:


Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun.
Kritera hasil:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun
4. Menarik diri menurun
5. Frekuensi nadi membaik
6. Pola nafas membaik
7. Tekanan darah membaik
Intervensi:
8. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
9. Identifikasi skala nyeri
10. Jelaskan strategi meredakan nyeri
11. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (terapi distraksi, relaksasi)
12. Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu
Hipertermi berhubunga dengan penyakit (infeksi)

Tujuan dan kriteria hasil:


Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi membaik.
Kritera hasil:
1. Suhu tubuh normal
2. Suhu kulit membaik
3. Kulit merah menurun
Intervensi:
4. Identifikasi penyebab hipertermia
5. Monitor suhu tubuh
6. Monitor haluskan urine
7. Sediakan lingkungan yang dingin
8. Berikan cairan oral
9. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
10. Anjurkan tirah baring
11. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intra vena, jika diperlukan
Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

Tujuan dan kriteria hasil:


Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas men
urun.
Kritera hasil:
1. Perilaku gelisah menurun
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
3. Pola tidur membaik
4. Konsentrasi meningkat
Intervensi:
5. Monitor tanda-tanda ansietas
6. Ciptakan suasana terapeutik untuk mnumbuhkan kepercayaan
7. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perh
atian
8. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
9. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
IMPLEMENTASI

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegah
an penyakit, pemulihan kesehatan, memfasilitasi koping. Pendekatan tindakan keperawat
an meliputi independent (suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk/
perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya). Dependent (suatu tindakan dependen
t berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis, tindakan tersebut menandak
an suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan) dan interdependent suatu tindakan ya
ng memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga social, ahli
gizi, fisioterapi dan dokter. (Nursalam, 2011).
EVALUASI

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana keperawatan dan implementasi keperawata
n. Tahap evaluasi yang memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap
pengkajian, perencanaan dan implementasi. (Nursalam, 2011)

Anda mungkin juga menyukai