Dosen Pembimbing :
Oleh :
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Luka Bakar” dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
keperawatan medikal bedah 2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Hepta Anugrahini S.Kep.Ns., M.Kep. selaku
dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah 2 yang telah memberikan tugas ini dan tak lupa
ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan sangat membantu penulis dalam
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan trauma yang berdampak paling berat terhadap fisik maupun
psikologis dan mengakibatkan penderitaan sepanjang hidup seseorang, dengan angka
mortalitas dan morbiditas yang tinggi [ CITATION Yel03 \l 1033 ]. Luka bakar sering terjadi
pada masyarakat terutama luka bakar dengan derajat II [ CITATION Ang18 \l 1033 ].
Data yang diperoleh dari WHO menyebutkan bahwa wanita di wilayah Asia
Tenggara memiliki angka kejadian luka bakar yang tertinggi, 27% dari angka keseluruhan
secara global meninggal dunia dan hampir 70% diantaranya adalah wanita. Data Nasional
mengenai angka mortalitas atau data kejadian luka bakar di seluruh Indonesia masih
belum ada. Umumnya pusat luka bakar di level RSUP atau RSUD yang ada bedah plastik
mempunyai data pasien yang dirawat di unit luka bakar RSUP / RSUD tersebut.
Penyebab luka bakar bisa berbeda - beda antar daerah dan di rumah sakit. Luka
bakar biasanya disebabkan oleh terpajannya kulit dengan api, suhu tinggi, listrik, radiasi
maupun bahan kimia sehingga membuat integritas kulit menjadi terganggu atau rusak.
Umumnya luka bakar yang terjadi dapat dicegah. Komplikasi yang sering terjadi pada
pasien luka bakar juga beraneka ragam seperti syok, kekurangan volume cairan dan
elektrolit, hipermetabolisme, infeksi, masalah pernapasan akut dan juga kematian, pada
luka bakar yang luas dapat juga terjadi kecacatan dan depresi.
Berdasarkan data - data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa luka bakar
memiliki jumlah kasus yang relatif banyak (high volume) dan mempunyai resiko
morbiditas dan mortalitas yang tinggi (high risk), sehingga cenderung memerlukan biaya
yang tinggi dan sumber daya yang banyak (high cost). Tata laksana luka bakar di berbagai
rumah sakit juga bervariasi (high variability) dan sangat diperlukan untuk mengurangi
angka kejadian morbidiltas dan mortalitas.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1.1. Pengertian
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi dan disebabkan
banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang
mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Kusumaningrum, 2008).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik,
bahan kimia dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka
ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif. (Precise, 2011).
2.1.2. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
mungkin di pindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai
faktor dapat menjadi penyebab luka bakar antara lain sebagai berikut.
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
2.1.3. Klasifikasi
A. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Kedalamannya
1. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam
proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar
derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan,
terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis
yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang
berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan
biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak
sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat.
Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
d. Genitalia/perinium : 1%
4. Umur klien
c. Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga kaki dan
perineum.
2.1.4. Patofisilogi
Luka bakar disebabkan oleh cairan panas, api listrik , zat kimia, dan radiasi.
Luka bakar menyebabkan dampak bilogis dan psikologis. Destruksi jaringan terjadi
akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran
nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ
visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang
lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56,1°C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perbahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang
terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang
berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler
ke dalam ruangan interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
vaskuler, maka curah jantung akan teus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.
Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang
meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi, selanjutnya vasokontriksi
pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36
jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang
dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi
syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum
luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium
serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera
setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi
sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan
tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel
darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta
waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.
2.1.5. Pathway
B. Derajat II (partial thickness) : tersiram air mendidih, terbakar oleh nyala api.
1. Bagian kulit yang terkena : epidedermis dan bagian dermis
C. Derajat III (full thickness) : terbakar nyala api, terkena cairan mendidih dalam
waktu yang lama, tersengat arus listrik
1. Bagian kulit yang terkena : epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-
kadang jaringan subkutan
2. Gejala : tidak terasa nyeri, syok, hematuria (adanya darah dalam urin) dan
kemungkinan pula hemolisis (destruksi sel darah merah), kemungkinan
terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik)
3. Penampilan luka : kering, luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit atau
gosong, kulit retak dengan bagian lemak yang tampak, terdapat edema
2.1.7. Komplikasi
A. Segera
B. Awal
1. Infeksi ( waspadai steptococcus ) obati infeksi yang timbul ( 10% organisme
pada biopsi luka ) dengan antibiotik sistemis.
2. Ulkus akibat stres ( ulkus cerling) ( cegah dengan antasida, broker H2 atau
inhibitor pompa proton profilaksis)
3. Hiperkalsemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin,
dekstrosa.
2.1.9. Penatalakasaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat
darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan
antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar
memerlukan obat-obatan topikah karena eschar tidak dapat ditembus dengan
pemberian obat antibiotik sistemis. Pemberian obatobatantopikah anti mikrobial
bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan topikah
secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah
sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab kematian pasien.
5) Penghiasapan Secret
7) Bilasan bronkoalveolor
9) Eskarotomi
1) Cara Evans
2) Cara baxter
% x BB x 4cc
3. Perawatan Luka
Intervensi :
2. Nyeri akut b.d. agen pencederaan kimiawi (terbakar) d.d. mengeluh nyeri, gelisah,
sulit tidur. (SDKI Kode D.0077)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 × 24 jam diharapkan
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil sebagai berikut. (SLKI Kode L. 08066)
a. Keluhan nyeri menurun
b. Gelisah menurun
c. Kesulitan tidur menurun
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri pertahankan lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 0-10)
Rasional : Nyeri hampir selalu ada pada derajat beratnya, keterlibatan jaringan
atau kerusakan tetapi biasanya paling berat selama penggantian balutan dan
debridement.
Intervensi :
1)
3.
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai intervensi yang telah dibuat dan tidak
menutup kemungkinan jika melaksanakan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan
intervensi (memodifikasi) bergantung dengan kondisi klien.
D. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini akan menentukan
apakah tindakan keperawatan dihentikan (masalah teratasi sesuai dengan kriteria hasil),
tindakan keperawatan dilanjutkan (jika masalah memerlukan perpanjangan waktu untuk
mengatasinya) serta tindakan keperawatan dimodifikasi (jika intervensi keperawatan
tidak sesuai dengan perkembangan kondisi klien).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/rinycabby/asuhan-keperawatan-luka-bakar-42152025