KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahankimia,
radiasi, atau arus listrik. Pemindahan energi dari sumber panas ketubuhmanusia
menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling berat menyebabkan
destruksi jaringan ireversibel. Rentang keparahan luka bakarmulai dari kehilangan minor
segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cederakomplek yang melibatkan semua sistem
tubuh. Terapi bervariasi dari aplikasisederhana agens antiseptik topikal di klinik rawat jalan
hingga pendekatan timantardisiplin, multisistem, dan invasif dilingkungan aseptik pusat
penanganan luka bakar.
Luka bakar yang terjadi akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat
mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cidera luka bakar terutama pada luka bakar terutama
pada luka bakar yang dalam dan luas masih merupakan penyebab utama kematian dan
disfungsi berat jangka panjang. Luka bakar adalah penyebab utama keempat trauma dan
penyebab paling umum kecacatan dankematian diseluruh dunia (Ardabili, dkk, 2016). Di
Indonesia, belum ada angka pasti mengenai kejadian luka bakar, ini disebabkan karena tidak
semua rumahsakit di Indonesia memiliki unit pelayanan luka bakar
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam ( Irna Bedah
RSUD Dr. Seotomo, 2001 )
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah (frost-bite). Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain
yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik.
Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS
(systemic inflammatory response syndrome), infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik
dan kontraktur.
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar; dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu
faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut
menentukan kecepatan penyembuhan. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak,
leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, antara lain karena mudah mengalami
kontraktur.
B. Etiologi
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat ( solid )
1. Fasae akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (Jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan
circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
1. Derajat 1 (luka bakar superfisial) Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis.
Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa
jaringan parut dalam waktu 5-7 hari.
2. Derajat 2 (luka bakar dermis) Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis
tetapi masih ada elemen epitel tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa sel epitel yang sehat ini,
luka dapat sembuh sendiri dalam 10-21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung
saraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka
bakar superficial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik. Juga timbul bula berisi
cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi.
Luka bakar derajat dua dibedakan menjadi:
a. Derajat 2 dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis dan
pemyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari.
b. Derajat 2 dalam, dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila
kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan
terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan
reproduksi sel-sel kulit (sel epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea, dsb) yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1
bulan.
3. Derajat 3
Luka bakar derajat 3 meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis, atau organ
yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang
terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula, dan
tidak nyeri.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama
rule of nine atua rule of wallace yaitu:
e. Genetalia/perineum :1%
Total : 100%
d. Umur klien.
1) Parah-critical:
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
2) Sedang moderate:
b) III: 1-10%
3) Ringan minor:
H. Penatalaksanaan
1. Resusitasi A, B, C.
a. Pernafasan:
2) Efek toksik dari asap: HCN, NO,, HCL, Bensin → iritasi → Bronkhokontriksi →
obstruksi→ gagal nafas.
b. Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler
→ hipovolemi relatif →→ syok → ATN gagal ginjal.
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1-3 tahun : BB x 75 cc
3-5 tahun : BB x 50 cc
Hari kedua:
(3-x) x 80 x BB gr/hr
100
.Tulle.
6. Obat-obatan:
o Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
1.
KONSEP ASUHAN LUKA BAKAR
1. Pengkajian
(Doengoes, 2000) Identitas pasien Resiko luka bakar setiap umur berbeda anak dibawah
2 tahun dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun
lebih rentan terkena.
Sumber kecelakaan Sumber panas atau penyebaba yang berbahaya Gambaran yang
mendalam bagaimana luka bakar terjadi Faktor yang mungkin berpengaruh seperti
alkohol, obat-obatan Keadaan fisik disekitar luka bakar Peristiwa yang terjadi saat luka
sampal masuk rumah sakit Beberapa keadaan lain yang memeperbaat luka bakar
1. Aktifitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
gangguan massa otot perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok): penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego:
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda perubahan orientasi afek perilaku penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal;
penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok
listrik): paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyerl/kenyamanan:
Gejala Berbagal nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh, ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis, Indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengi!
(obstrukst sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema parul: stridor (oedema laringeal); sekret Jalan nafas dalam
(ronkhi).
9. Keamanan:
Tanda:Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera apl: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong: mukosa
hidung dan mulut kering: merah; lepuh pada faring posterior, oedema lingkar mulut
dan atau Lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus nekrosis; atau
jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan
dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampal 72 jam setelah cedera.
Cedera listriic cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif) luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakalan terbakar Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan
sepeda motor kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
a. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial edema mukosa dan hilangnya kerja silia luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d. Kehilangan cairan melalul rute
abnormal status hypermetabolik
c. Resiko kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
d. Resiko infeksi b/d. Pertahanan primer tidak adequat, kerusakan perlindulngan kulit,
Jaringan traumatik
g. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b/d krisis situasi kecacatan nyeri.
4. Implementasi
5. Evaluasi
SISTEMATIK LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
D. PATOFISIOLOGI
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. KOMPLIKASI
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3. Riwayat Kesehatan.
a) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
d) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
e) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
4. POLA FUNGSIONAL GORDON
a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah
pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut
mengganggu aktivitas pasien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
· Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan
malam )
· Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan
atau alergi
· Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
· Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
yang mengandung vitamin antioksidant
c) Pola eliminasi
· Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
· Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
· Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu
untuk miksi dan defekasi.
d) Pola aktivitas/olahraga
· Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit.
· Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena
yang terganggu adalah kulitnya
· Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e) Pola istirahat/tidur
· Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
· Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
berhubungan dengan gangguan pada kulit
· Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
f) Pola kognitif/persepsi
· Kaji status mental klien
· Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
· Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebab kecemasan klien
· Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
· Kaji apakah klien mengalami vertigo
· Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.
g) Pola persepsi dan konsep diri
· Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah
kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
· Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi
atau takut
· Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h) Pola peran hubungan
· Tanyakan apa pekerjaan pasien
· Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan,
teman.
· Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit
klien
i) Pola seksualitas/reproduksi
· Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
· Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause
· Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
j) Pola koping-toleransi stress
· Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri )
· Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk
penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
k) Pola keyakinan nilai
· Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama
serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada
Tuhannya lebih berfikiran positif.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Benda Asing dalam jalan
nafas
b. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Bahan kimia iritatif
C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Bersihan jalan
nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
keperawatan selama 3x24 Observasi
tidak efektif
jam maka Bersihan jalan 1. Monitor pola
berhubungan dengan napas meningkat dengan napas
kriteria hasil: 2. Monitor bunyi
Benda Asing dalam
1. Batuk meningkat napas tambahan
jalan nafas 2. Produksi sputum 3. Monitor sputum
menurun (jumlah,warna,aro
3. Dispnea menurun
4. Sianosi menurun ma)
5. Gelisah menurun
Frekuensi napas membaik Terapeutik
4. Pertahankan
kepatenan jalan
napas
5. Posisikan semi
fowler atau fowler
6. Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
7. Anjurkan asupan
cairan
2000ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi
keperawatan selama 3x24 (l.15506)
berhubungan dengan
jam maka Termoregulasi Observasi
Proses penyakit (mis. membaik dengan kriteria 1. Identifikasi
hasil: penyebab
infeksi, kanker)
1. Menggigil menurun hipertermia (mis.
2. Kulit merah menurun dehidrasi,
3. Konsumsi oksigen terpapar
menurun lingkungan panas,
4. Pecat menurun panggunaan,
5. Suhu tubuh membaik inkubator)
6. Tekanan darah 2. Monitor suhu
membaik tubuh
3. Monitor kadar
elektrolit
Terapeutik
4. Sediakan
lingkungan yang
dingin
5. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
6. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
7. Berikan cairan
oral
Edukasi
8. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
keperawatan selama 3x24 (l.11353)
kulit berhubungan
jam maka integritas Observasi
dengan Bahan kimia kulit/jaringan meningkat. 1. Identifikasi
dengan kriteria hasil: penyebab
iritatif
1. Elastistitas gangguan
meningkat integritas kulit
2. Perfusi jaringan (mis: perubahan
menurun sirkulasi,
3. Kerusakan jaringan perubahan status
menurun nutrisi, penurunan
4. Kerusakan lapisan kelembaban, suhu
kulit menurun lingkungan
5. Kemerahan menurun ekstrim,
6. Jaringan parut penurunan
menurun mobilitas)
7. Suhu kulit membaik Terapeutik
2. Ubah posisi setiap
2 jam jika tirah
baring
3. Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive
4. Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
Edukasi
5. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis:
lotion, serum)
6. Anjurkan minum
air yang cukup
7. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
8. Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
9. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim
10. Anjurkan
menggunakan
tabir surya SPF
minimal 30 saat
berada diluar
rumah