Anda di halaman 1dari 25

Keperawatan

Gawat Darurat
Pada Sistem Integumen
(Luka Bakar)
Kelompok Terdiri Dari:

● Intan Nurmayanti 88190003


● Herlina Rosmayanti 88190021
● Annisa Fadillah 88190022
KONSEP LUKA BAKAR
1.Pengertian

Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari
aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun
bencana alam.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. (Musliha,2010). Luka bakar adalah injury pada jaringan yang
disebabkan oleh suhu panas (thermal), bahan kimia, elektrik dan radiasi
(Suryadi, 2001).
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis,
dermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya
kulit kontak dengan sumber pasan / penyebabnya. Dalamnya luka bakar
akan memepengaruhi kerusakan /
gangguan integritas kulit dan kematian sel – sel.
2. ETIOLOGI

01 02

Luka bakar suhu tinggi


Luka bakar sengatan
(Thermal Burn)
listrik (Electrical Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (solid)

04 03
Luka bakar
Luka bakar radiasi
bahan kimia
(Radiasi Injury)
(Hemical Burn)
3.TANDA & GEJALA

1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri
sekali, sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam),
terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya
penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah mengkilap, sangat nyeri,
sembuh dalam 21-28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan
(seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam
keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati),
tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).
4.PATOFISIOLOGI

Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang
tinggi, akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi
maupun pembuluh darah besar dan akibat kerusakan pembuluh
darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan
albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah
kehilangan cairan yang masif, terganggunya cairan di dalam
lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh
darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga
beberapa jam setelah terjadi reaksi tersebut bisa mengakibatkan
radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan
diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi sok hipovelemik
(burn syok).
5.PATHWAY
6. FASE - FASE

Fase akut Fase Sub Akut Fase lanjut

Penderita akan mengalami Berlangsung setelah fase syok Berlangsung hingga terjadinya
ancaman gangguan airway, teratasi. Masalah yang terjadi maturasi parut akibat luka dan
breathingdan circulation. adalah kerusakan atau kehilangan pemulihan fungsi organ-organ
jaringan akibat kontak denga fungsional.
sumber panas. Luka yang terjadi Problem yang muncul parut yang
menyebabkan: hipertropik, keloid, gangguan
a. Proses inflamasi dan infeksi. pigmentasi, deformitas dan
b. Problem penutupan luka kontraktur.
c. Keadaan hipermetabolisme.
7. KLASIFIKASI
1. Luka bakar ringan (minor) :
• Tingkat II : kurang dari 15% total bodysurface area pada orang dewasa atau kurang dari 10% pada anak
• Tingkat III : kurang dari 2% total bodysurface area yang tidak disertai komplikasi.

2. Luka bakar sedang (moderate)


• Tingkat II :15% - 25% total bodyserface area pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20% pada anak
• Tingkat III: kurang dari 10% total bodysurface area yang tidak disertai komplikasi .

3. Luka bakar kritis (mayor) :


• Tingkat II : 32% Total bodysurface area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% pada anak
• Tingkat III : 10% atau lebih
• Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga kaki dan perineum.
• Luka bakar pada jalan pernapasan atau adanya komplikasi pernapasan.
• Luka bakar sengatan listrik
• Luka bakar yang ditandai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh (lunak, fraktur, trauma)

--AMERICAN BURN ASSOCIATION--


8. INDIKASI RAWAT INAP

a. b. c.

Luka bakar grade II Luka bakar grade III Luka bakar dengan komplikasi
a. Dewasa >20% a. Jantung
b. b. Anak / orang tua >15% b. otak
c. dll.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan


dengan perpindahan cairan.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
4. Elektrolit Serum : Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan, hipokalemia terjadi
bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7. EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya
10. PENATALAKSANAAN

1. Resusitasi Airway, Breathing, Circulation


a. Pernafasan : udara panas → mukosa rusak → oedem → obstruksi ; efek toksik dari asap :
HCN, NO2, HCL, Bensin → iritasi → bronkhokontriksi → obstruksi → gagal nafas
b. Sirkulasi : Gangguan permeabilitas kapiler : cairan dan intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler → hipovolemi relatif → syok → ATN → gagal ginjal

2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka

3. Resusitasi cairan → Baxter

4. Monitor urine dan CVP


10. PENATALKSANAAN

5. Topikal dan tutup luka


a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1:30) + buang jaringan nekrotik
b. Tulle
c. Silver sulfa diazin tebal
d. Tutup kassa tebal
e. Evaluasi 5-7 hari, kecuali balutan kotor

6. Obat-obatan
a. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian
b. Bila perlu antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur
c. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d. Antasida : jika perlu
KOMPLIKASI

CURTING ULCER/
DEKUBITUS GAGAL GINJAL AKUT
01 02

SEPSIS DEFORMITAS
06 03

PNEUMONIA KONTRAKTUR DAN


05 04 HIPERTROPI
JARINGAN PARUT
Konsep Asuhan
Keperawatan
PENGKAJIAN
1. Luas dan kedalaman luka bakar juga rentang waktu dan keadaan sekeliling cedera luka bakar
2. Untuk mengkaji tingkat keparahan luka bakar, beberapa hal yang harus dikaji adalah prosentase luas permukaan tubuh
yang terbakar, kedalaman, letak anatomis, adanya cedera inhalasi, usia, cedera lain yang bersamaan.
3. Penentuan luas permukaan tubuh yang terbakar pada umumnya menggunakan “Rule of Nine”, aturan tersebut membagi
tubuh ke dalam kelipatan 9.
• Bagian kepala dihitung sebagai 9%,
• masing-masing lengan 9%, masing-masing
• kaki 18%,
• bagian depan tubuh (trunkus anterior) 18%,
• bagian belakang tubuh (trunkus posterior) 18% dan
• perineum 1%,
total 100%.
Data adanya cedera inhalasi yang menyertai luka bakar perlu dikaji untuk mengetahui kemungkinan perburukan kondisi
pasien secara progresif karena sumbatan jalan nafas akibat oedema mukosa (mukosa melepuh). Data tersebut dapat berupa
bulu hidung hangus terbakar, luka bakar pada wajah, perioral atau leher, perubahan suara, batuk serak dan pendek, krakles,
stridor, pernapasan cepat dan sulit.
PENGKAJIAN
RIWAYAT RIWAYAT
IDENTITAS
PASIEN KESEHATAN KESEHATAN PEMERIKSAAN FISIK & PSIKOSOSIAL
SEKARANG DAHULU

Resiko luka a. Sumber Penting untuk Aktifitas / istirahat


bakar setiap kecelakaan menentukan apakah Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit ; gangguan masa
umur b. Sumber panas pasien mempunyai otot, perubahan tonus
berbeda : atau penyebab penyakit yang merubah Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal
anak yang berbahaya kemampuan untuk pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
dibawah 2 c. Gambaran yang memenuhi (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
tahun dan mendalam keseimbangan cairan (semua luka bakar )
diatas 60 bagaimana luka dan daya pertahanan Integritas ego
tahun bakar terjadi terhadap infeksi (seperti Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
mempunyai d. Faktor yang DM,gagal jantung, Eliminasi
angka mungkin sirosis hepatis, gangguan Tanda : haluaran urine menurun; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
kematian berpengaruh pernafasan) mengidentifikasikan kerusakan otot dalam; diuresis, penurunan bising usus
lebih tinggi, seperti alkohol, Makanan / cairan
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual / muntah
pada umur 2 obat-obatan Neurosensori
tahun lebuh e. Keadaan fisik Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
rentan disekitar luka ekstremitas; aktifitas kejang
terkena bakar Nyeri / keamanan
infeksi. f. Peristiwa yang luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
terjadi saat luka suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; respon terhadap luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri
sampai masuk ke
RS
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

LED Urinalisis
Mengkaji 01 04 Mioglobin dan hemokromogen
hemokonsentrasi menandakan kerusakan otot pada
luka bakar ketebalan penuh luas
GDA dan Sinar
X dada Bronkoskopi
Mengkaji pulmonal 02 05 Membantu cedera
khususnya pada cedera inhalasi asap
inhalasi asap

BUN dan Koagulasi


Kreatinin 03 06 Memeriksa faktor-faktor
Mengkaji fungsi ginjal pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri akut b/d agens cedera fisik (luka


bakar)

Kerusakan integritas kulit b/d cedera


kimiawi kulit (luka bakar)

Risiko infeksi b/d terpajang pada wabah

Intoleransi aktifitas b/d adanya lesi


INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (luka bakar)

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


setelah • klien mengatakan bahwa nyeri • pengkajian komprehensif (lokasi, durasi,
dilakukan berkurang dengan skala 2-3 kualitas, karakteristik, berat nyeri dan faktor
tindakan • klien terlihat rileks, ekspresi pencetus)
keperawatan wajah tidak tegang • mengurangi nyeri, pilih dan implementasikan
nyeri dapat • klien bisa tidur nyaman tindakan yang beragam (farmakologi dan
berkurang • tanda-tanda vital dalam batas nonfarmakologi)
dengan kriteria normal : suhu 36-37oC, nadi • untuk penurunan nyeri sesuai dengan
hasil 60-100x/m, RR 16-20x/m, TD kebutuhan, ajarkan teknik non farmakologis
120/80 mmHg. untuk pengurangan nyeri, kolaborasi untuk
memberikan obat sesuai dengan kebutuhan
pasien.
INTERVENSI
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kimiawi kulit (luka bakar)

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Setelah • Integritas kulit yang baik bisa • jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
dilakukan dipertahankan kering untuk membantu proses penyembuhan
tindakan • tidak ada luka / lesi pada kulit pada luka
keperawatan • perfusi jaringan baik • mobilisasi pasien setiap 2 jam untuk
tidak mengalami • mempertahankan kelembapan menurunkan resiko infeksi
kerusakan kulit kulit dan perawatan alami. • monitor akan adanya kemerahan untuk
membantu mencegah terjadinya infeksi atau
lesi.
INTERVENSI
Risiko infeksi berhubungan dengan terpajang pada wabah

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


setelah dilakukan • Klien bebas dari tanda dan gejala • bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain untuk
tindakan infeksi mencegah penularan infeksi dari pasien ke pasien
keperawatan tidak • pasien dapat mendeskripsikan proses • pertahankan teknik isolasi untuk menjaga kesterilan
mengalami infeksi. penularan penyakit, faktor yang • batasi pengunjung bila perlu untuk mencegah
mempengaruhi penularan dan terjadinya infeksi dari luar
penatalaksanaannya • instruksikan pasien dan keluarga untuk mencuci
• menunjukkan kemampuan untuk tangan sebelum dan setelah beraktifitas untuk
mencegah timbulnya infeksi mencegah masuknya kuman infeksi melalui saluran
• jumlah leukosit normal pencernaan
• menunjukkan perilaku hidup sehat • monitor tanda dan gejala infeksi untuk mengetahui
apabila terjadi infeksi dalam tubuh
• inspeksi kulit membrane mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase untuk membuat tindakan keperawatan
lanjut
INTERVENSI
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan adanya lesi

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


setelah • berpartisipasi dalam aktifitas • observasi adanya pembaratasan klien dalam
dilakukan fisik tanpa disertai peningkatan melakukan aktifitas untuk menentukan
tindakan tekanann darah, nadi dan RR, aktifitas lanjutan yang dapat dilakukan klien
keperawatan • mampu melakukan aktifitas • kaji adanya faktor-faktor yang menyebabkan
tidak mengalami sehari-hari secara mandiri kelelahan untuk melakukan tindakan
intoleransi keperawatan selanjutnya
aktifitas. • monitor nutrisi dan sumber energy yang
adekuat agar pasien memiliki energy yang
cukup
• monitor adanya kelemahan fisik untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTAS Implementasi keperawatan dapat disesuaikan dengan intervensi


I keperawatan yang telah di susun

tindakan intelektual untuk melengkapi proses


EVALUASI keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil di capai
THANK YOU….
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai