Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUSTIO

Disusun untuk memenuhi tuags praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :

Dinda Silvia Khusnul Khotimah

(1801100478)

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
2021/2022
A. Definisi

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang


disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. (Smeltzer, suzanna, 2002)
Klasifikasi Luka Bakar :

1. Berdasarkan penyebab

a. Luka bakar karena api

b. Luka bakar karena air panas

c. Luka bakar karena bahan kimia

d. Luka bakar karena listrik

e. Luka bakar karena radiasi

f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:

a. Luka bakar derajat I

Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari.
b. Luka bakar derajat II

Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis. Luka bakar
derajat II ada dua :
1) Derajat II dangkal (superficial)

Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis.

2) Derajat II dalam (deep)

Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.

c. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih


dalam.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
2
a. Luka bakar ringan/ minor

1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)

1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka


bakar derajat III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa
yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)

1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau


di atas usia 50 tahun.
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama.
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.

4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa


memperhitungkan luas luka bakar.
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi.

6) Disertai trauma lainnya.

7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.


B. Etiologi

Disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh


melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Secara garis besar, penyebab
terjadinya luka bakar yaitu :
1. Listrik : Voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.

2. Thermal : Api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur, sinar
ultraviolet (luka bakar karena sinar panas matahari).

3
3. Chemical : Organo phospat, acid (asam), korosi, alkalis.

4. Inhalasi : Saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang


hebat, inhalasi zat kimia yang merugikan, merokok dan CO.

C. Tanda Gejala
Kedalaman Dan
Gejala Penampilan Luka
Penyebab Luka Bakar
Derajat Satu Kesemutan, Memerah, menjadi putih
(Superfisial): tersengat hiperestesia ketika ditekan minimal
matahari, terkena api (supersensivitas), rasa atau tanpa edema
dengan intensitas nyeri mereda jika
rendah didinginkan
Derajat Dua (Partial- Nyeri, hiperestesia, Melepuh, dasar luka
Thickness): tersiram sensitif terhadap udara berbintik-bintik merah,
air mendidih, terbakar yang dingin epidermis retak,
oleh nyala api permukaan luka basah,
terdapat edema
Derajat Tiga (Full- Tidak terasa nyeri, Kering, luka bakar
Thickness): terbakar syok, hematuria berwarna putih seperti
nyala api, terkena (adanya darah dalam bahan kulit atau gosong,
cairan mendidih dalam urin) dan kulit retak dengan bagian
waktu yang lama, kemungkinan pula lemak yang tampak,
tersengat arus listrik hemolisis (destruksi terdapat edema
sel darah merah),
kemungkinan terdapat
luka masuk dan keluar
(pada luka bakar
listrik)

4
D. Patofisiolog

5
E. Komplikasi

1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal

2. Sindrom kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler,


syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome

4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling

5. Syok hipovolemik

6. Gagal ginjal akut


F. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah Lengkap

Menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan


perpindahan/kehilangan cairan.
2. AGD

Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2 atau PaCO2.
3. Elektrolit Serum CoHb

Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida.

4. BUN 6

Mengetahui penurunan fungsi ginjal.

5. Toto Rontgen Dada

Dapat tampak normal/tidak normal pada pasca luka bakar dini.

6. Bronkoskopi

Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi hasil dapat meliputi edema,
pendarahan/tukak pada saluran pernafasan atas.
7. Scan Paru

Menentukan luasnya cedera inhalasi.


8. EKG

Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.

9. Fotografi Luka Bakar

Memberikan catatan untuk menyembuhkan luka bakar selanjutnya.


G. Penatalaksanaan

Pertolongan pertama :

1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek tornikuet,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luaskarena
bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka
bakar apapun.

Penatalaksanaan medis :
1. Pemberian cairan

Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

a. Cara Evans

1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per724 jam

2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

3) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya


diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua.

b. Cara Baxterr

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL


Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua.
2. Pemberian analgetik

3. Pemberian antibiotic

4. Perawatan luka dengan hidroterapi dan penggantian balutan

5. Bedrest

6. Debridement

7. Meningkatkan nutrisi.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Pola kebiasaan
1) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
8
2) Makan minum :
Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi : porsi yang
dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah, sebelum atau pada waktu
MRS, dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit, terutama
menyangkut dengan keluhan utama pasien yaitu kesulitan menelan
3) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
4) Gerak aktifitas:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
5) Istirahat tidur : dikaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam sehari dan
apakan ada kesulitan waktu tidur dan bagaimana perunbahannya setelah sakit klien
6) Kebersihan diri :
Kaji frekuensi mandi pasien sehari berapa kali , di bantu atau tidak , menggunakan
sabun atau tidak . kaji juga frequensi kebersihan mulut dan rambut pasien.
7) Pengaturan suhu tubuh :
Kaji apakah pasien memiliki masalah dengan pengaturan suhu tubuh , apakan
pasien merasa meriang atau kedinginan.
8) Rasa Nyaman
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
9) Rasa aman :
Kaji perasaan pasien apakah memiliki rasa takut atau cemas dan kaji juga
alasannya.
10)Data sosial:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
11)Prestasi dan produktivitas : 9
Kaji apakah pasien memiliki prestasi dan apakah keadaan sekarang mempengaruhi
prestasinya tersebut.
12)Rekreasi : Kaji aktivitas rekreasi pasien , apakah pasien sering melakukan aktivitas
rekreasi dan kaji juga frekuensinya.
13)Belajar : Kaji tentang pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
14)Ibadah : Kaji status agama pasien dan frequensi ibadah pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
 Kesadaran pasien
 Bangun tubuh
 Postur tubuh
 Cara berjalan
 Gerak motorik
 Keadaan kulit (turgor , luka , kebersihan)
 Gerak kardial
2. Pemeriksaan organ tubuh lain secara khusus :
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yamh meliputi dari chepalo
kearah kauda terhadap semua organ tubuh antara lain
 Kepala
 Mata
 Telinga
 Hidung
 Mulut
 Leher
 Leher
 Dada Abdomen
 Genetalia
 Muskuloskeletal
 Dan integumen
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan efek
inhalasi asap.
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
dan kehilangan cairan.
c. Nyeri berhubungan dengan luka bakar. 10
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan
terganggunya respon imun.

Anda mungkin juga menyukai