Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny L DENGAN ASAM

URAT DI KELURAHAN SATRIYAN KECAMATAN KANIGORO


KABUPATEN BLITAR

Disusun Oleh:

WAKHIDA PUSPITA ARYANI

2201090383

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KENDEDES 2021/2022
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi
Menurut WHO (1969) dalam Harmoko (2012), keluarga adalah anggota
ruma tangga yang saling berhubungan melalui pertaliandarah,adopsi, atau
perkawinan. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Depkes RI, 1988 dalam Padila,2012).
Johnson’smendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis
yang hidupbersama atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak,baik Anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam
sebuah rumah tangga (Padila,2012).
Jadi, dari beberapa definisi diatas maka keluarga adalah unit terkecil
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan dan tinggal
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan serta mempunyai
peran atau kewajiban yang harus dilaksanakan.

B. Struktur Keluarga

Ciri-ciri struktur keluarga menurut Widyanto (2014) :


1) Terorganisir
Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap
anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-
masing untuk mencapai tujuan keluarga. Dalam menjalankan
peran dan fungsinya, anggotakeluarga saling berhubungan dan
saling bergantung.
2) Keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga memiliki
keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
3) Perbedaan dan Kekhususan
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-
masing. Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda dankhas,
yang menunjukan adanya ciri perbedaan dan kekhususan.
Macam-macam struktur keluarga :
(1) Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi,dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
(2) Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
(3) Matrilocal, adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah istri.
(4) Patrilocal, adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah suami.
(5) Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai
dasar pembinaan keluarga dan beberapa sanak
(Padila,2012).
C. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangansosial,maka tipe
keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran
serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat
perlu memahami dan mengetaui berbagai tipe keluarga. Menurut
Mubarak (2012), tipe-tipe keluarga antara lain:
1) Tradisional nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu,dan anak yang tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2) Extended family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,misalnya
nenek,kakek,keponakan,saudara sepupu,paman bibi,dan
sebagainya.
3) Reconstitude family
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri,tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
4) Middle age /aging couple
Suami sebagai pencari uang,istri dirumah atau kedua-duanya
bekerja diluar rumah, dan anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/perkawinan/meniti karir.
5) Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak
keduanya/salah satu bekerja diluar rumah.
6) Single parent
Satu orang tua akibat perceraian/kematian pasangnya dan anak-
anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.
7) Dual carrier
Suami istri atau keduanya berkarir tanpa anak.
8) Commuter married
Suami/istri atau keduanya orang karirdan tinggal terpisah pada
jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9) Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
10) Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal satu rumah.
11) Institusional
Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.
12) Communal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang mengayomi
dengan anak-anaknya dalam penyediaan fasilitas.
13) Group Marriage
Suatu rumah terdiri atas orang tua dan keturunanya didalam satu
keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
14) Unmarried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
15) Cohibing Couple
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
D. Peran keluarga

Peran Keluarga adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang


lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu sistem (Mubarak
dkk, 2012). Peran didasarkan pada preskipsi dan harapan peran yang
menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri atau harapanorang lain
menyangkut peran tersebut (Harmoko, 2012).
Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang bersifat terkait,
yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga
membagi peran secara merata kepada anggotanya. Dalam peran formal
keluarga ada peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan
tertentu dan ada juga peran yang tidak terlalu kompleks, sehingga dapat
didelegasikan kepada anggota keluarga lain yang kurang terampil.
Beberapa contoh peran formal yang terdapat dalam keluarga adalah
pencari nafkah, ibu rumah tangga, sopir, pengasuh anak, tukang masak, dan
lain-lain. Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya
ia tidak memenuhi suatu peran maka anggota keluarga lain akan mengambil
alih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi
(Mubarak, 2012).
Peran informal keluarga bersifat implisit, biasanya tidak
tampak,dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional
individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran
informal keluarga lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau
kepribadian anggota keluarga individu. Beberapa contoh peran informal
keluarga adalah pendorong, pengharmoni, inisiator, pendamai, koordinator,
pionir keluarga, dan lain-lain (Harmoko, 2012).

E. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman dalam Padila (2012) ada lima fungsi dasar keluarga
diantaranya adalah:
1) Fungsi Afektif(the affective function)
Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Dalam fungsi ini
anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif,
perasaan memiliki dan dimiliki, perasaan yang berarti, dan
merupakan sumber kasih sayang. Fungsi afektif merupakan sumber
energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi(the socialization function)
Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan dan perubahan
yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi dan
belajar berperan dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan
tempat individu melakukan sosialisasi. Dalam fungsi ini anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku melalui
hubungan dan interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu
berperan dalam masyarakat.
3) Fungsi Reproduksi (the reproductive function)
Dalam fungsi ini keluarga berfungsi untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia.
4) Fungsi Ekonomi(the economic function)
Fungsi ini menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
seperti makanan, pakaian, dan perumahan, maka keluarga
memerlukan sumber keuangan.
5) Fungsi Perawatan Keluarga/Pemeliharaan Kesehatan (the health
care function)
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain
keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga
juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan kepada anggotanya
baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat
anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memerlukan
bantuan atau pertolongan tenaga profesional. Kemampuan ini
sangat mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.
F. Tugas Keluarga
Menurut Harmoko (2012) di dalam sebuah keluarga ada beberapa
tugasdasar yang didalamnya terdapat 8 tugas pokok, yaitu:
1) Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya.
2) Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada
dalamkeluarga.
3) Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan
kedudukannya.
4) Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul
keakraban dan kehangatan para anggota keluarga.
5) Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan
6) Memelihara ketertiban anggota keluarga.
7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
Selain keluarga harus mampu melaksanakan fungsi dengan
baik, keluarga juga harus mampu melaksanakan tugas kesehatan
keluarga. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman adalah
sebagai berikut:
a) Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara tidak
langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.
Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya.
b) Membuat Keputusan Tindakan kesehatan yang Tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat
agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau
diatasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil
keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang
lain di lingkungan tempat tinggalnya.
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
perlumemperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan tindakan untuk pertolongan pertama.
d) Mempertahankan Suasanan Rumah yang Sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan
bersosialisasi bagi anggota keluarga. Oleh karena itu kondisi
rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan,
keindahan dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi keluarga.
e) Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di Masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan
dengan kesehatan keluarga atau anggota, keluarga harus dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya.
Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga
keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota
keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam
penyakit.
G. Peran Perawat Keluarga

Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang


ditujukan kepada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan
keluarga yang sehat. Fungsi perawat, membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga.Menurut Widyanto (2014), peran dan fungsi
perawat dalam keluarga yaitu :
1. Pendidik Kesehatan, mengajarkan secara formal maupun
informal kepada keluarga tentang kesehatan dan penyakit.
2. Pemberi Pelayanan, pemberi asuhan keperawatan kepada
anggota keluarga yang sakit dan melakukan pengawasan
terhadap pelayanan/pembinaan yang diberikan guna
meningkatkan kemampuan merawat bagi keluarga.
3. Advokat Keluarga, mendukung keluarga berkaitan dengan isu-
isu keamanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
4. Penemu Kasus (epidiomologist), mendeteksi kemungkinan
penyakit yang akan muncul dan menjalankan peran utama
dalam pengamatan dan pengawasan penyakit.
5. Peneliti, mengidentifikasi masalah praktik dan mencari
penyelesaian melalui investigasi ilmiah secara mandiri
maupun kolaborasi.
6. Manager dan Koordinator, mengelola dan bekerja sama
dengan anggota keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial,
serta sektor lain untuk mendapatkan akses pelayanan
kesehatan.
7. Fasilitator, menjalankan peran terapeutik untuk membantu
mengatasi masalah dan mengidentifikasi sumber masalah.
8. Konselor, sebagai konsultan bagi keluarga untuk
mengidentifikasi dan memfasilitasi keterjangkauan
keluarga/masyarakat terhadap sumber yang diperlukan.
9. Mengubah atau Memodifikasi Lingkungan, memodifikasi
lingkungan agar dapat meningkatkan mobilitas dan
menerapkan asuhan secara mandiri.
B. Konsep Teori Gout Arthritis

A. Definisi Gout Arthritis


Arthritis Gout merupakan peradangan pada sendi akibat
peningkatan kadar asam urat dalam darah, karena terganggunya
metabolisme purin (hiperurisemia) dalam tubuh yang ditandai
dengan nyeri sendi, sehingga dapat mengganggu aktifitas penderita
(Cumayunaro, 2017). Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi
asam urat, atau penurunan fungsi ginjal yang mengakibatkan
penurunan ekresi asam urat, atau kombinasi keduanya. Kadar asam
urat normal pada wanita: 2,6 – 6 mg/dl, dan pada pria : 3 – 7 mg/dl
(Andriani, 2016). Kadar Asam urat yang tinggi dalam darah,
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan pembentukkan
kristal urat yang biasanya terkonsentrasi pada sendi dan jaringan
sekitarnya. Kristal ini lama kelamaan menumpuk dan merusak
jaringan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri dan
peradangan. Adapun sendi yang sering terkena penumpukkan asam
urat ini antara lain pangkal ibu jari kaki, lutut, pergelangan
kaki, pergelangan tangan dan siku (Rusita, 2016).
B. Etiologi Gout Arthritis
Kadar asam urat dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor,
contohnya yaitu pola makan dan gaya hidup. Pola makan meliputi
frekuensi makan, jenis makanan, dan jumlah makanan. Gaya hidup
merupakan pola tingkah laku sehari- hari yang patut dijalankan oleh
suatu kelompok sosial ditengah masyarakat meliputi aktivitas fisik,
kebiasaan istirahat, dan kebiasaan merokok (Ridhoputrie et al., 2019).
Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi
gout arthritis adalah :
1. Usia
Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-laki
mulai dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan
pada wanita serangan gout arthritis terjadi pada usia lebih tua
dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat Menopause. Karena
wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat
membantu proses pengeluaran asam urat melalui urin sehingga
asam urat didalam darah dapat terkontrol.
2. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada
wanita, sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
3. Konsumsi purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam
Urat di dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
4. Konsumsi alkohol
5. Obat – obatan
Serum asam urat dapat meningkat pula akibat salisitas dosis
rendah (kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat diuretik, serta
antihipertensi.
C. Manifestasi Klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout asthritis jika tidak
segera diobati (Nurarif, 2015) diantaranya :
1. Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik.
Pada stadium ini asam urat serum meningkat dan tanpa gejala
selain dari peningkatan asam urat serum.
2. Stadium kedua gout arthritis akut terjadi awitan mendadak
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi
ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal.
3. Stadium ketiga setelah serangan gout asthritis akut adalah tahap
interkritikal. Tidak terdapat gejala gejala pada tahap ini, yang
dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun.
Kebanyakan orang mengalami serangan gout arthritis berulang
dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4. Stadium keempat adalah tahap gout asthritis kronis, dengan
timbunan asamurat yang terus meluas selama beberapa tahun jika
pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronis akibat kristal kristal
asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran
dan penonjolan sendi.

D. Gejala Gout Arthritis


Gejala yang sering muncul pada penderita gout arthritis, yaitu :
1.Sendi membengkak dan kulit diatasnya tampak merah atau
keunguan,kencang dan licin, serta terasa hangat.
2.Nyeri hebat dirasakan oleh penderita pada satu atau beberapa
sendi,seringkali terjadi pada malam hari.
3.Perasaan tidak enak badan dan denyut jantung
cepat. 4.Menggigil
5. Demam
6. Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan dibawah kulit
disekitarsendi.
7. Tofi juga bisa berbentuk didalam ginjal dan organ lainnya,
dibawah kulit telinga atau disekitar siku. Jika tidak diobati, tofi
pada tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal
yang menyerupai kapur.
E. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang gout arthritis menurut (Aspiani,
2014) :
1. Dapat dilakukan dengan alat tes kadar asam urat, umumnya
nilai normal asam urat dalam darah yaitu 3,5 mg/dl – 7,2
mg/dl namun pada pasien dengan gout arthritis atau kadar
asam urat tinggi nilai asam urat dalam darah lebih dari 7,0
mg/dl untuk pria dan 6,0 mg/dl untuk wanita.
2. Serum asam urat, umumnya meningkat diatas 7,5 mg/dl.
Pemeriksaan ini mengindikasikan hiperurisemia, akibat
peningkatan produksi asam urat ataugangguan ekskresi
3. Leukosit, menunjukkan peningkatan yang signifikan
mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode
asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu
5000-10.000/mm3
4. Urin specimen 24 jam, urin dikumpulkan dan diperiksa untuk
menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah
normal seorang mengekskresikan 250-750mg/24 jam asam
urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat
maka level asam urat urin meningkat. Kadarkurang dari 800
mg/24 jam mengidentifikasi gangguan ekskresi pada pasien
dengan peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien
untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet
selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet
bebas purin pada waktu itudiindikasikan.
5. Pemeriksaan radiografi, pada sendi yang terserang, hasil
pemeriksaan menunjukkan tidak terdapat perubahan pada
awal penyakit, tetapi setelah
penyakit berkembang progesif maka akan terlihat jelas/area
terpukul padatulang yang berada di bawah sinavial sendi.
F. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan gout arthritis biasanya dibagi
menjadi penanganan serangan akut dan penanganan serangan kronis.
Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
1. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan
kristal urat pada jaringan, terutama persendian
2. Terapi mencegah menggunakan terapi hipourisemik
a) Terapi Farmakologi
1. NSAID
Merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk
klien yang mengalami serangan gout arthritis akut.
Hal terpenting yang menentukan keberhasilan terapi
bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada
seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID
harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose)
pada 24- 48 jam pertama atau sampai rasa nyeri
hilang. Indometasin banyak diresepkan untuk
serangan akut gout arthritis, dengan dosis awal 75-
100 mg/hari. Dosisini kemudian diturunkan setelah 5
hari bersamaan dengan meredanya gejala serangan
akut. Efek samping indometasin antara lain pusingdan
gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada
saat dosis obat diturunkan.
NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi
gout arthritis akutadalah :
-Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3
kali/hari.
-Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/harii
-Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3
kali/hari
selama 48 jam. Kemudian 50 mg dua kali/ hari
selama 8 hari.
2. COX-2 Inhibitor
Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 inhibitor
yang dilisensikan untuk mengatasi serangan gout
arthritis akut. Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan
bermanfaat terutama untuk klien yang tidak tahan
terhadap efek gastrointestinal NSAID Non- Selektif.
COX-2 Inhibitor mempunyai resiko efek samping
gastrointesinal bagian atas yang lebih rendah
dibanding NSAID non selektif.
3. Colchicine
Merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan
gout arthritis akut. Namun dibanding NSAID kurang
populer karena awal kerjanya (onset) lebih lambat dan
efek samping lebih sering dijumpai.
4. Steroid
Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin
adalah pemberian steroid intra-articular. Cara ini
dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya
1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus
dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis
antara gout arthritis sepsis dan gout arthritis akut
karena pemberian steroid intra-articular akan
memperburuk infeksi.
5. Allopurinol
Obat hipourisemik, pilihan untuk gout arthritis kronis
adalah allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini
juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol
menurunkan produksi asam urat dengan cara
menghambat enzim xantin oksidase. Dosis pada klien
dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol
tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon
terhadap allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan
kadar asam urat dalam serum pada 2 harisetelah terapi
dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar asam
urat dalam serum harus dicek setelah 2-3 minggu
penggunaan allopurinol untuk meyakinkan turunnya
kadar asam urat.
6. Obat Urikosurik
Kebanyakan klien dengan hiperurisemia yang sedikit
mengekskresikan asam urat dapat diterapi dengan
obat urikosurik. Urikosurik seperti probenesid
(500mg-1 g 2x/hari) dan sulfinpirazon (100mg 3-4
kali/hari) merupakan alternatif allopurinol. Urikosurik
harus dihindari pada klien nefropati urat yang
memproduksi asam urat berlebihan.
C. Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil


informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Menurut Friedman, (2010). Hal-hal yang dikaji dalam
keluarga adalah :

a) Data umum, pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :


a. Nama kepala keluarga (KK)
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
b) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga berkenaan dengan siapa anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Identifikasi tidak
hanya meliputi penghuni rumah, tetapi keluarga besar lainnya atau
anggota keluargafiktif yang merupakan bagian dari “suatu keluarga”,
tetapi tidak hidup dalam satu rumah tangga. Dengan memperoleh
data tentang komposisi keluarga lebih memungkinkan anggota
keluarga mengetahui minat terhadap keluarga secara keseluruhan
dari pada hanya memperoleh data klien individu.
c) Genogram
Genogram keluarga adalah suatu diagram yang menggambarkan
konstelasi atau pohon keluarga. Genogram ini merupakan suatu alat
pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga
dan riwayat keluarga dengan rheumatoid arthritis dan serta
sumbernya.
d) Tipe keluarga
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam
satu atap. Tipe keluarga dapat di lihat dari komponen dan genogram
dalam keluarga
e) Latar belakang budaya
f) Pengkajian kebudayaan klien (individu dan keluarga) merupakan hal
penting dari pengkajian dalam pemberian asuhan yang sesuai dengan
kebudayaan. Pengkajian kebudayaan “memerlukan penerimaan
terhadap realitas ganda,suatu pemahaman tentang perbedaan dan
keterbukaan, kepekaan, dan sikap ingin tahu. Latar belakang budaya
dapat dikaitkan dengan anggota keluarga dengan rheumatoid artritis
misalnya dengan pola aktivitas orang Sumatera Barat/ orang minang
yaitu pergi keladang dan kesawah, walaupun keadaan suhu dan
cuaca yang dingin. Area pengkajian etnik dan agama. Bagi
kebanyakan keluarga, pengkajian kebudayaan dan etnik secara
lengkap merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan, namun
pengkajian latar belakang etnik keluarga dan tingkat yang
mereka identifikasi dengan kebudayaan lain atau kebudayaan
tradisional mereka yang dominan, Area pengkajian etnik dan
agama Bagi kebanyakan keluarga, pengkajian kebudayaan dan etnik
secara lengkap merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan, namun
pengkajian latar belakang etnik keluarga dan tingkat yang
mereka identifikasi dengan kebudayaan lain atau kebudayaan
tradisional mereka yang dominan,
g) Bahasa
Bahasa yang digunakan secara ekslusif atau sering di rumah,
kemampuananggota keluarga berbahasa, dan bahasa apa yang
digunakan di luar rumah.
h) Status sosial ekonomi
Satus ekonomi keluarga adalah suatu komponen kelas sosial yang
menunjukkan tingkat dan sumber penghasilan keluarga. Penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara umum
diperoleh dari anggota keluarga yang bekerja atau dari sumber
penghasilan sendiri seperti uang pensiun dan tunjangan, sebagian
penghasilan lain yang diperoleh dari dinas sosial atau asuransi bagi
orang yang tidak bekerja umumnya kecil,tidak stabil atau hampir
tidak maupun.
i) Aktifitas rekereasi atau waktu luang keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi
bersama- sama unuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun
dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
j) Tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga ini.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
1. Riwayat keluarga inti :
Menjelaskan terbentuknya keluarga . keluarga bisa terbentuk
dengan perjodohan atau dengan menjalin hubungan pacaran
dan melanjutkan pernnikahan.
2. Riwayat Kesehatan keluarga sebelumnya :
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian biasa digunakan
terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.
Pada anggota keluarga rheumatoid arthritis dapat diturunkan
dari anggota keluarga sebelumnya atau dari orang tua.
k) Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
Bagian ini berfokus pada karakteristik tertentu dari lingkungan
rumah keluarga, yang dapat memengaruhi kesehatan keluarga.
Bagian pertama menggambarkan aspek perumahan keluarga
dalam hal struktur, keamanan, dan bahaya kesehatan lain. Bagian
kedua menjelaskan tentang sumber di rumah yang berhubungan
dengan kesehatan anggota keluarga. Bagian ketiga berfokus pada
lingkungan yang meningkatkan jumlah keluarga dan faktor
lingkungan yang memengaruhi kesehatan anggota keluarga.
karakter rumah yang baik untuk rheumatoid arthritis seperti
lantai rumah tidak menggunakan kramik atau menggunakan
rumah yang terbuat dari kayu dan tidak memiliki tangga sehingga
tidakmenghambat aktivitas keluarga yang mengalami rheumatoid
arthritis.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas :
Keluarga sehat adalah keluarga yang aktif dan mencari cara
dengan inisiatif sendiri untuk berhubungan dengan berbagai
kelompok komunitas. Keluarga yang berfungsi dengan cara yang
sehat memersepsikan diri mereka sendiri sebagai bagian dari
komunitas yang lebih besar. Bagian dari koping yang berhasil
adalah kemampuan mereka untuk memastikan kepatuhan dari
lingkungan atau mempertahankan keluarga yang ramah
lingkungan, berarti bahwa di dalam komunitas keluarga mampu
mencari, menerima dan/atau menerima sumber yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan makanan, pelayanan, dan informasi.
1. Mobilitas geografis keluarga :
Lingkungan dan komunitas yang lebih luas yang ditempati
keluarga, memiliki pengaruh nyata terhadap kesehatan
keluarga.
2. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauh mana
interaksinya dengan masyarakat.
3. Sistem pendukung keluarga :
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah
jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas
mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan
dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat. Pada anggota rheumatoid arthritis
perlu adanya dukungan dari anggota keluarga karena
penyakit rheumatoid arthritis bersifat menahun
3. Struktur keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga :
Pola komunkasi keluarga merupakan karakteristik, pola
interaksi sirkular yang bersinambung yang menghasilkan arti
transaksi antara anggota keluarga. Pola komunikasi melalui
interaksi yang dapat memenuhi kebutuhan afektif keluarga.
Kemampuan anggota keluarga untuk mengenal dan merespon
pesan nonverbal merupakan aspek penting pada keluarga
yang sehat. Pola komunikasi yang tidak sehat dapat memicu
terjadinya stress pada anggota keluarga yang beresiko
terhadap rheumatoid arthritis terutama pada anggota
keluarga yang berusia lanjut usia.
2. Struktur Peran Keluarga :
Sebuah peran didefenisikan sebagai kumpulan dari perilaku
yang secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan
diharapkan dari seorang yang menempati posisi sosial yang
diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau
penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus
dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu agar
memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka.
Adanya anggota keluarga yang rheumatoid arthritis
memerlukan peran informal keluarga dalam merawat anggota
keluarga sekaligus sebagai sistem dukungan bagi anggota
keluarga.
3. Nilai dan Norma Keluarga :
Nilai keluarga didefenisikan sebagai suatu sistem ide,
perilaku, dan keyakinan tentang nilai suatu hal atau konsep
yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota
keluarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan
umum. Norma keluarga adalah pola perilaku yang dianggap
benar oleh masyarakat, sebagai sesuatu yang berdasarkan
pada sistem nilai keluarga. Norma menentukan perilaku
peran bagi setiap posisi di dalam keluarga dan masyarakat
serta menetapkan bagaimana mempertahankan atau menjaga
hubungan timbal balik, dan bagaimana perilaku peran dapat
berubah dengan perubahan usia.
4. Struktur kekuatan keluarga :
Dukungan pada anggota keluarga rheumatoid arthritis
diperlukan bagi anggota keluarga seperti mengingatkan atau
menghindari faktor resiko, dan cara pencegahan rheumatoid
arthritis.
5. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif :
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk
pembentukan maupun keberlanjutan unit keluarga itu
sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu
fungsi keluarga yang paling penting. Memelihara saling
asuh antara suami dan isteri, perkembangan hubungan
yang akrab, keseimbangan saling menghormati, pertalian
dan identifikasi, perhatian/dukungan suami dan keluarga
terdekat.
2. Fungsi Sosialisasi :
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup masyarakat. Fungsi sosialisasi
merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang
diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik
anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul
peran orang dewasa.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan :

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang


menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya.
Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga
yangpaling relevan bagi keluarga. Pada anggota keluarga
dengan rheumatoid arthritis dapat ditemukan pola
aktivitas yang yang tidak sehat yaitu tidak menggunakan
kaos kaki, celana dan baju yang tebal saat beraktivitas
ketika cuaca serta suhu dingin.

L) Lima tugas kesehatan keluarga :

1. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan keluarga yang tidak


boleh di abaikan, karena kesehatan berperan penting dalam
keluarga
2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Peran ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan
yangtepat sesuai dengan keadaan keluarga
Adapun klarifikasi nya adalah :
a. Apakah masalah dirasakan oleh keluarga
b. Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap
masalah yangdi hadapi salah satu anggota keluarga
c. Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang di
lakukan terhadap salah satu anggota keluarga nya
d. Apakah kepala keluarga percaya pada petugas kesehatan
e. Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk
menjangkaufasilitas kesehatan
3. Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit
Pemberian secara fisik merupakan beban paling berat yang di
rasakan keluarga, menyatakan bahwa keluarga memiliki
keterbatasan dalam mengatasi masalah keperawatan keluarga.
Untuk mengetahui yang dapat di kaji yaitu :
a. Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien
b. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti
tentangperawatan yang di perlukan pasien
c. Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
a. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang di miliki di
sekitarlingkungan rumah
b. Pengetahuan tentang penting nya sanitasi lingkungan dan
manfaatnya.
c. Kebersamaan dalam meningkat kan dan memelihara
lingknganrumah yang menunjang kesehatan
5. Menggunakan pelayanan kesehatan
Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan
saranakesehatan yang perlu di kaji tentang :
a. Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang
dapat dijangkau Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
b. Kepercayaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang
ada
c. Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga
6. Fungsi Reproduksi :
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin
kontinuitas antar generasi keluarga dan masyarakat yaitu
menyediakan anggota baru untukmasyarakat.
7. Fungsi Ekonomi :
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber
daya yang cukup finansial, ruang, dan materi serta alokasi yang
sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Suatu pengkajian
sumber ekonomi untuk mengalokasikan sumber yang sesuai guna
memenuhi kebutuhan keluargaseperti sandang, papan, pangan, dan
perawatan kesehatan yang adekuat.
8. Stress dan koping keluarga
1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
a)Jangka pendek (<6 bulan)
stresor jangka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih
6 Bulan. Pada anggota keluarga dengan rheumatoid
arthritis dapat ditemuiadanya stress dan juga penyakit ini
sendiri dapat menimbulkanstress pada anggota keluarga.
b) Jangka panjang (>6 bulan).
Stresor jangka panjang yaitu stresor yang di alami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 Bulan. Pada anggota keluarga dengan
rheumatoid arthritis dapat ditemuiadanya stress .
9. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan rheumatoid arthritis
10. Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di
gunakan bila menghadapi permasalahan rheumatoid arthritis. Pada
anggota keluarga rheumatoid arthritis dapat ditemui kemampuan
negatif terhadap atau respon terhadap stress.
11. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang di gunakan pada pemeriksaan fisik pada rheumatoid arthritis
tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik. Pada anggota
keluarga dengan rheumatoid arthritis dapat ditemui Terasa nyeri
pada kedua kaki, nyeri hilang timbul padakaki, nyeri terasa
tertusuk pada kaki, nyeri berlangsung ± 25 menit, kesemutan pada
kaki, pegal-pegal pada kedua kaki saat cuaca dingin.
12. Harapan keluarga terhadap perawat
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadappetugas kesehatan yang ada tentang rheumatoid arthritis.

2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,


keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan- tindakan dimana perawat bertanggung jawab
untuk melaksanakannya.

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap


masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang
bersifat aktual, resiko, maupun sejahtera dimana perawat memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan
bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan kemampuan, dan sumber
daya keluarga (Mubarak, 2012)

Mubarak (2012) merumuskan diagnosis keperawatan keluarga


berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis
keperawatan meliputi problem atau masalah, etiology atau penyebab, dan
sign atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES.
1. Problem atau masalah (P) Masalah yang mungkin muncul pada
penderita artritis rheumatoid.
2. Etiology atau penyebab (E) Penyebab dari diagnose keperawatan
pada asuhan keperawatan keluarga berfokus pada 5 tugas
kesehatan keluarga yang meliputi:
1.) Mengenal masalah kesehatan.

2.) Mengambil keputusan yang tepat.

3.) Merawat anggota keluarga yang sakit.

4.) Memodifikasi lingkungan.

5.) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

2) Sign atau tanda (S) Tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil
pengkajian. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
keluarga dengan artritis goutmenurut SDKI tahun 2017 yaitu:
1. (D.0077) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
2. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik akibat penurunan kekuatan
otot pada penderitaartritisgout berhubungan dengan
ketidakmampuan keluargadalam merawat anggota keluarga yang
sakit
3. (D.0136) Resiko cedera akibat penurunan fungsi motorik pada
penderita artritis reumatoid berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
4. (D.0111) Defisit pengetahuan keluarga tentang penyakit artritis
gout berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan
5. (D.0083) Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
3. Perencanaan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga adalah kumpulan rencana tindakan yang
dibuat oleh perawat yang nantinya diimplementasikan dalam tindakan yang
nyata dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk
perbaikan kesehatan keluarga yang lebih baik dari sebelumnya.
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari tujuan (umum dan khusus),
rencana intervensi, serta rencana evaluasi yang memuat 40 kriteria dan
standar. Perumusan tujuan dilakukan secara spesifik, dapat diukur
(measurable), dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukkan waktu
(SMART).

4. Implementasi

Keperawatan Keluarga Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah


proses dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk menerapkan
rencana tindakan yag telah disusun dan membangkitkan minat dan
kemandirian keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup
sehat. Namun sebelum melakukan implementasi, perawat terlebih dahulu
membuat kontrak agar keluarga lebih siap baik fisik maupun psikologis
dalam menerima asuhan keperawatan yang diberikan. Tindakan keperawatan
keluarga mencakup hal-hal di bawah ini yaitu :

1. Merangsang kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah


kesehatan dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberi informasi,
mengkaji kebutuhan dan harapan tentang 41 kesehatan serta memberi
33motivasi atau dorongan sikap emosi yang sehat terhadap masalah

2. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan


cara memberitahu konsekuensi jika tidak melakukan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan membicarakan dengan keluarga
tentang konsekuensi tiap tindakan.

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,


dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, memanfaatkan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga dalam melakukan
tindakan.

4. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan menjadi sehat, dengan


cara menggali sumber-sumber yang ada pada keluarga dan memodifikasi
lingkungan semaksimal mungkin

5. Memberi motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tyang


ada, dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkunga
keluarga, serta membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada. (Widyanto, 2014).

5. Evaluasi

Evaluasi Menurut Mubarak (2012), evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu
evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.

1. Evaluasi Kuantitatif Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas,


jumlah pelayanan, atau kegiatan yang telah dikerjakan.

2. Evaluasi Kualitatif Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat


difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir asuhan
keperawatan (Mubarak, 2012).

Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif,


Analisa, dan Planning)

S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah


dilakukan intervensi keperawatan

O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah


dilakukan
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahapan evaluasi
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga:
Nama : Ny. L Pendidikan : SMA

Umur : 53 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Alamat : sawahan kanigoro

Suku : Jawa Nomor Telpon : …………………

b. Komposisi Keluarga:
No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan

53
1. Ny. L P Ibu Wiraswasta SMA
Tahun

23
2. Tn. D L Anak Belum bekerja SMA
Tahun

c. Genogram:
Keterangan :

= laki-laki = garis keturunan

= klien/keluarga binaan

= perempuan

= tinggal serumah = meninggal

d. Type Keluarga:
a) Jenis tipe keluarga: Single parents dengan komposisi keluarga Ny.L 53
tahun sebagai KK, dan anaknya Tn. D sebagai anak
e. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa: Jawa
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan: Tidak ada
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: Islam
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah: Ibu
b) Penghasilan: Rp.500.000 – Rp. 600.000 perbulan
c) Upaya lain: -
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) : Harta benda yang
dimiliki berupa 1 sepedah motor, 1 Tv, 2 lemari, 2 bed tidur, 1 kulkas, 1
magic com, serta perabotan yang lainnya.
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: Kebutuhan yang dikeluarkan
tiap bulan adalah kebutuhan pangan bulanan dan listrik
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Klien mengatakan keluarganya akan
menonton tv bersama jika ada waktu senggang atau berkumpul diruang
tamu untuk mengobrol.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Keluarga saat ini berada pada tahap keluarga dengan anak dewasa
(pelepasan) karena anak pertama dari Ny. L sudah menikah dan sudah
memiliki anak

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:


Tidak ada kendala

c. Riwayat kesehatan keluarga inti:


a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Keluhan dari Ny. L yaitu terkadang merasakan linu di persendian. Klien
juga mengatakan menderita hipertensi dan terkadang pusing berputar,
Ny.S hanya mengkonsumsi obat antihipertensi saat pusing terasa sangat
hebat.

b) Riwayat penyakit keturunan:


Klien mengatakan bahwa orangtuanya dahulu juga menderita hipertensi

c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga


Imunisasi
Keadaan Tindakan
Masalah
No Nama Umur BB Kesehata (BCG/Polio/ Yang telah
DPT/HB/ kesehatan
n dilakukan
Campak

1 Ny L 53 55 kg Kurang Lengkap Klien sering Klien hanya


Baik merasa linu linu meminum
dipersendian serta obat yang di
memiliki belinya di
hipertensi warung
2 Tn. D 23 50 kg Baik Lengkap Tidak ada -

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Puskesmas, jika


terasa keadaan belum membaik baru dibawa ke puskesmas
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:
Dalam keluarga, Ny. L menderita hipertensi dan asam urat dan sering
mengeluh nyeri telah minum obat belum juga belum reda

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah: 5x4 m2
b) Type rumah: Lantai berkeramik
c) Kepemilikan: Milik sendiri
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang
tamu, 1kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang keluarga
e) Ventilasi/cendela: Terdapat 2 jendela besar, namun tertutup.
f) Pemanfaatan ruangan: semua ruangan berfungsi dengan baik
g) Septic tank: ada letaknya di belakang rumah
h) Sumber air minum: air PDAM
i) Kamar mandi/WC: MCK di kamar mandi sendiri
j) Sampah: diambil rutin oleh petugas kebersihan yang ada dilingkungan
perumahan limbah RT terdapat bank sampah untuk menampung barang
yang masih bisa di daur ulang
k) Kebersihan lingkungan: Lingkungan bersih dibagian depan, tetapi
cahaya sukar masuk karena klien jarang membuka pintu dan juga
jendela.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
a) Kebiasaan: Warga di RT 03 termasuk warga yang aktif di kegiatan
PKK, dasawisma maupun kegiatan yang lainnya.
b) Aturan/kesepakatan: Aturan ataupun kesepakatan yang ada di RT 03
yaitu wajib lapor jika ada tamu yang menginap 1x24 jam, melakukan
kegiatan kerja bakti 2minggu sekali, dan juga rutin membayar iuran
keamanan serta iuran kebersihan.
c) Budaya: -
c. Mobilitas Geografis Keluarga: keluarga Ny.L tidak pernah berpindah
tempat tinggal selama 30 tahun terakhir. Selama ini jika berpergian keluarga
menggunakan sepeda motor atau angkutan umum.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat : Ny.S selalu
mengikuti kegiatan PKK maupun pengajian rutin.
e. System Pendudukung Keluarga : Apabila ada masalah yang terjadi dengan
keluarga Ny.L memilih menyelesaikan dengan berdiskusi dan meminta
pertimbangan dari anaknya.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga: adalah dengan terbuka dan masing-masing
keluarga dapat menyampaikan pendapatnya dengan terbuka namun tetap
sopan.
b. Struktur Kekuatan Keluarga: ibu adalah pemegang kendali dalam keluarga
dan pengambil keputusan adalah ibu dibantu anak. Terkadang jika
memerlukan keputusan mendadak anak akan memegang alih pengambilan
keputusan.
c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga) :
1. Ibu berperan sebagai pencari nafkah, selain itu ibu juga berperan dalam
memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian,
dan bersih-bersih.
2. Anak berperan sebagai membantu mencari nafkah tambahan , serta
sedang mencari pekerjaan.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma dalam keluarga Ny.L yang di anut disesuaikan dengan nilai
dan norma yang dianut oleh masyarakat sekitarnya. Nilai norma terkait
kesehatan adalah keluarga akan memeriksakan diri ke tenaga kesehatan
ketika merasa sakit parah saja. Selebihnya jika hanya sakit ringan keluarga
hanya membeli obat di apotek/warung sekitar.

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Orang tua mengajarkan agar sesame anggota keluarga harus saling
menghargai dan menghormati serta bersikap ssantun dan ramah.

b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga: terkadang ada konflik kecil karena
kurangnya komunikasi antara kedua belah pihak
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga: baik
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan: ibu
d) Kegiatan keluarga waktu senggang: menonton Tv
e) Partisipasi dalam kegiatan social: ada
c. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya : kurangnya pengetahuan keluarga berkaitan dengan
pentingnya pengobatan rutin serta aktivitas rutin seperti olahraga.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang
tepat: : jika ada anggota keluarga yang muncul gejala kesehatan yang
tidak nyaman akan coba dibelikan obat warung kemudian akan dibawa
ke pelayanan kesehatan jika dirasa tidak dapat diatasi dengan obat-
obatan warung.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit: jika ada
anggota keluarga yang sakit biasanya akan meminta tolong anak
perempuannya yang sudah menikah untuk membantu merawat.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat: setiap
hari Ny.L menyapu rumahnya 2 kali yaitu pagi dan sore hari , serta
mengepel rumah setiap 2 hari sekali dan membersihkan lingkugan depan
rumah serta membereskan pot bunga setiap 1 minggu sekali atau jika
ada waktu senggang.
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :
keluarga sudah mendaftarkan diri menggunakan BPJS
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak: 3 orang anak saja sudah cukup
b) Akseptor: Ya yang digunakan Pil KB lamanya < 10 Tahun
e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan: keluarga mengatakan kondisi
ekonominya hanya cukup untuk makan sehari-hari dan transportasi.
b) Pemanfaatan sumber di msyarakat: keluarga mengatakan terkadang jika
tidak membeli sayur Ny.L biasa mengambil terong ataupun daun kelor
di kebun bersama milik warga Rt 03 jadi bisa di ambil oleh semua warga
yang membutuhkan.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek: Masalah keuangan keluarga dengan penghasilan
yang tidak menentu
b. Stressor jangka panjang: Membiayai pernikahan anak terakhir.
Respon keluarga terhada stressor: Keluarga mengatakan akan
bermusyawarah jika ada pertengakaran maupun perselisihan dan berusaha
untuk menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan dan memilih jalan
tengah suatu masalah.

c. Strategi koping yang digunakan : Ny.L dan Tn. D akan saling membuka diri
dan bercerita, bila tidak dapat teratasi maka akan meminta saran dari
keluarga kandung.
d. Strategi adaptasi disfungsional: Tidak ada
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Identitas
Nama : Ny. L

Umur : 53 Tahun

L/P :P

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini


Klien mengeluh terkadang linu-linu di persendian , dan klien memiliki
hipertensi

Riwayat Penyakit Sebelumnya:

Tidak ada

Tanda-tanda vital:

- TD : 150/90 mmHg

- N : 82x/mnt

- S : 36,0 °C

- RR : 20 x/menit

Kepala dan leher

Kepala : Penyebaran rambut merata, bentuk nornal, rambut beruban


Mata : Bentuk simetris ka/ki, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, fungsi penglihatan baik

Hidung : lesi (-), bentuk simetris, nyeri tekan (-), secret (-)

Bibir : mukosa lembab, warna kecoklatan, lesi (-)

Telinga : simetris, fungsi pendengaran baik

Leher : pembesaran kelenjar limfe (-),pembesaran tyroid (-), massa (-


), nyeri telan (-)

c. Dada
Paru-paru

• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris

• Palpasi : nyeri tekan (-)

• Perkusi : sonor

• Auskultasi : Rhonchi (-), Wheezing (-), Vesikular

(+) Jantung

• Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak

• Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS V midklavikula sinistra

• Perkusi: Dullness

• Auskultasi: S1 S2 tunggal

d. Abdomen
• Inspeksi : Flat

• Auskultasi : Bising Usus : 10x/menit

• Perkusi : Timpani
• Palpasi : Nyeri tekan (-), Asites (-)

e. Ekstremitas
Kekuatan otot: 5 5

5 5

Pergerakan sendi : bebas, lesi (-), kekakuan otot (-), edema (-), nyeri
tekan (-), deformitas (-)

f. Genetalia
Tidak Terkaji

g. Neurologi
GCS 456, kesadaran compos mentis

VIII. HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatannya: Keluarga mengatakan untuk masalah
kesehatannya agar cepat teratasi
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada: Keluarga mengatakan ingin sekali
adanya partisipasi petugas kesehatan dalam hal penyuluhan kesehatan dan
pembagian informasi kesehatan pada keluarganya
I. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

Subjektif: Kurangnya pengetahuan


keluarga tentang
1. Ny.L mengatakan jarang berobat ke Manajemen
pengobatan pasien
RS atau puskesmas dan lebih Kesehatan
memilih minum obat yang beli di Keluarga Tidak
warung atau apotek, dan hanya Efektif
meminum obat anti hipertensi jika
merasakan pusing yang hebat saja. Ketidaktahuan
pentingnya pengobatan
rutin, olahraga rutin
2. Ny.L tidak mengetahui penyebab
linu-linu yang dirasakan dan hanya
meminum jamu ataupun obat yang
dibelinya diwarung untuk
menghilangkan linu-linunya. Ketidakefektifan dan
ketidaktepatan fungsi
perawatan kesehatan
Objektif:
keluarga
- TD : 150/90 mmHg

- N : 82x/mnt
Manajemen Kesehatan
- S : 36,0 °C Keluarga Tidak Efektif

- RR : 20 x/menit
2 Subjektif : Kurangnya pengetahuan Defisit pengetahuan
keluarga tentang proses b.d kurang
3. Klien dan keluarga mengatakan
suatu penyakit terpaparnya
tidak tahu tentang penyakit asam
informasi
urat
Objektif :
Defisit pengetahuan
4. Klien terlihat bingung saat ditanya
penyebab dari linu-linu yang
dirasakan dan saat ditanya ttg asam
urat klien bingung untuk menjawab
pertanyaan tersebut

II. Perumusan Diagnosis Keperawatan


No Diagnosis Keperawatan

1 Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif

2 Defisit pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi

III. Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan

Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah Ny. L mengatakan Klien sering merasa
linu linu dipersendian serta memiliki
hipertensi
Kadar asam urat : 9 mg/dl

2. Kemungkinan Keluarga mengatakan biasanya kalau linu-


masalah dapat diubah linu hanya meminum obat dari warung
atau terkadang membeli jamu
3. Potensi masalah Nyeri di persendian, akhir akhir ini sering
untuk dicegah sakit - /+ 2 mingguan, klien mengatakan
tindakannya hanya memijat sendiri dengan
minyak tawon dan minum obat dari
warung.

4. Menonjolnya Anggapan keluarga tentang masalah asam


masalah. urat harus segera ditangani agar tidak
bertambah parah
Total Skor 5

Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah Keluarga mengatakan tidak tahu asam
urat,
keluarga dan klien mengatakan hanya
nyeri sendi biasa saja.

2. Kemungkinan Keluarga tidak tahu asam urat dan tidak


masalah dapat terlalu paham, dari anak-anak nya sendiri
diubah juga tidak begitu paham, keluarga
berharap mahasiswa dapat membantu
keluarga mengetahui penyakit asam urat.

3. Potensi masalah Keluarga mengatakan tidak begitu


untuk dicegah paham
dengan penyakit asam urat, keluarga
tidak
mencari tahu tentang asam urat.

4. Menonjolnya Anggapan keluarga tentang masalah


masalah. asam
urat harus segera ditangani agar tidak
bertambah parah melalui pengaturan pola
makan
Total Skor 4
IV. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah

1. Manajemen Kesehatan tidak efektif


2. Defisit pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi

V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

Diagnosis Tujuan
NO. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil

1 Manajemen Kesehatan Manajemen kesehatan keluarga Dukungan koping keluarga


Tidak Efektif (I.09260)
Definisi : kemampuan menangani Observasi:
masalah kesehatan keluargaa secara
optimal untuk memulihkan kondisi 1. Identifikasi respons
Gejala dan Tanda Mayor kesehatan anggota keluarga emosional
terhaadap kondisi saat ini
Subjektif : 2. Identifikasi beban
prognosis secara psikologis
1. Mengungkapkan Ekspektasi : Meningkat
kesulitan dalam 3. Identifikasi pemahaman
menjalani program Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 tentang keputusan perawatan
perawatan/pengobatan. setelah
pulang
Kemampuan X ✔ Terapeutik :
Objektif :
menjelaskan
a Dengarkan masalah,
1. Gagal melakuakan kesehatan yang perasaan,
tindakan untuk dialami dan pertanyaan keluarga
mengurangi faktor
b Terima nilai-nilai keluarga
resiko. Aktivitas X ✔ dengan cara yang tidak
2. Gagal menerapkan keluarga menghakimi
program mengatasi c Fasilitasi pengambilan
perawatan/pengobatan.
masalah tepat keputusan
3. Aktivitas hidup sehari secara kolaboratif
hari tidak efektif untuk
Tindakan untuk X ✔ d Hargai dan dukung
memenuhi tujuan
mengurangi mekanisme
kesehatan.
faktor resiko koping adaptif yang
digunakan
e Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan
dasar keluarga dengan cara
Keterangan:
yang tidak
menghakimi
1 :Menurun f Fasilitasi pengambilan
keputusan
2 :Cukup Menurun secara kolaboratif
3 :Sedang g Hargai dan dukung
mekanisme
4 :Cukup Meningkat
koping adaptif yang
5 :Meningkat digunakan
X:Sebelum h Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan
✔:Sesudah dasar keluarga
Edukasi :
Ekspektasi : Menurun a. Informasikan kemajuan pasien
secara berkala
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 b. Informasikan fasilitas perawatan
kesehatan yang tersedia
Verbalisasi X ✔
kesulitan
menjalankan
perawatan
yang ditetapkan

Gejala penyakit X ✔
anggota
keluarga

Keterangan:

1 : Meningkat
2 :Cukup Meningkat
3 :Sedang
4 :Cukup Menuru
5 :Menurun

X:Sebelum

✔:Sesudah

2 Defisit pengetahuan b.d Ekspektasi : Meningkat Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan


kurang terpaparnya Observasi
informasi Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 1) Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik
Perilaku sesuai X ✔ 1) Sediakan materi dan
Gejala dan Tanda Mayor
Anjuran media pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan
Kemampuan X ✔ kesehatan sesuai kesepakatan
Subjektif : menjelaskan 3) Berikan kesempatan untuk
- Menanyakan pengetahuan bertanya
masalahyang dihadapi suatu topic 4) Gunakan variasi
Objektif: mode pembelajaran
Perilaku sesuai X ✔ 5) Gunakan pendekatan
- Menunjukan perilaku dengan promosi kesehatan
tidak sesuai anjuran, pengetahuan
Menunjukan persepsi dengan memperhatikan
yang keliru terhadap pengaruh dan hambatan
masalah. dari lingkungan, sosial
- Menjalani serta budaya.
pemeriksaan yang Keterangan: 6) Berikan pujian dan
tidak tepat,
1 :Menurun dukungan terhadap usaha positif
Menunjukan perilaku
berlebihan semisal dan pencapaiannya
apatis, agitasi, 2:Cukup Menurun Edukasi
bermusuhan dan 1) Jelaskan penanganan
histeria 3:Sedang masalah kesehatan
2) Informasikan sumber yang
4:Cukup Meningkat
tepat yang tersedia di masyarakat
5:Meningkat 3) Anjurkan
menggunakan fasilitas
X:Sebelum kesehatan
4) Anjurkan menentukan
✔:Sesudah perilaku spesifik yang akan diubah
(mis. Keinginan mengunjungi
Ekspektasi : un fasilitas kesehatan)
5) Ajarkan mengidentifikasi
Menur 4 5 tujuan yang akan dicapai
2 3
6) Ajarkan program
Kriteria Hasil 1 kesehatan dalam
✔ kehidupan sehari
X
hari
Pertanyaan
tentang
masalah yang
dihadapi ✔
X

Persepsi yang
keliru terhadap
masalah

Keterangan:

1: Meningkat at

1 :Cukup Meningk
2 :Sedang
3 :Cukup Menuru
4:Menurun
X:Sebelum

✔:Sesudah

VI. Implementasi

No. Tanggal
Diagnosis Keperawatan Implementasi Paraf
dan Waktu

Rabu 2 maret Manajemen Kesehatan 1. Mengidentifikasi respons


2022 Tidak Efektif emosional
terhaadap kondisi saat ini
2. Mendengarkan masalah,
perasaan,
dan pertanyaan keluarga
3. Menerima nilai-nilai
keluarga dengan cara yang
tidak
menghakimi
4. Memfasilitasi
pengambilan keputusan
secara kolaboratif
5. Menghargai dan dukung
mekanisme
koping adaptif yang
digunakan.
6. Memfasilitasi
pengambilan keputusan
secara kolaboratif
7. Memberikan Terapi
Komplementer dengan
Terapi Totok Punggung
selama 15 Menit.
Kamis 3 maret Defisit Pengetahuan 1. Mengidentifikasi kesiapan
2022 dan kemampuan menerima
informasi
2. Menyediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
3. Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
5. Menggunakan variasi
mode pembelajaran
6. Menggunakan pendekatan
promosi kesehatan dengan
memperhatikan pengaruh
dan hambatan dari
lingkungan, sosial serta
budaya.
7. Memberikan pujian dan
dukungan terhadap usaha
positif dan pencapaiannya
8. Menjelaskan penanganan
masalah kesehatan
9. Menginformasikan sumber
yang tepat yang tersedia di
masyarakat
10. Menganjurkan
menggunakan
fasilitas kesehatan
VII. Evaluasi

Tanggal
Nomor Diagnosis
dan Evaluasi
Keperawatan
Waktu

Rabu 2 maret 1 S:Klien mengatakan bahwa dirinya sudah


2022 membatasi memasak kacang-kacangan dan klien
juga sudah mau memeriksakan diri ke peskesmas
jika merasakan tidak enak badan

O:

- TD 140/90 mmhg
- N 80 x/menit
- RR 16 x/menit
- S 36,4 °C
- Hasil asam urat 5 mg/dl
A: Masalah teratasi sebagian

P:lanjutkan terapi komplementer serta melakukan


pengecekan asam urat

Kamis 3 maret 2 S:
2022
- Keluarga mampu menyebutkan penyebab
asam urat
- Keluarga mengatakan mengerti kapan
harus membawa klien ke pelayanan
kesehatan
- Keluarga mengatakan akan membawa
klien jika ada perparahan pada sakit yang
dirasakan
- Keluarga mengatakan akan sering
memeriksakan klien ke puskesmas

O:

- Keluarga terlihat mampu menyebutkan


makanan apa yang dikomsumsi untuk
membantu menurunkan kadar asam urat yaitu
buah pisang
- Keluarga terlihat mampu menjelaskan
kembali pengertian asam urat
Keluarga terlihat dapat menyebutkan kembali
A:Masalah Teratasi

P: Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai