Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA TN.T DENGAN DIAGNOSA MEDIS GOUT ATHRITIS DI


HUNTARA KELURAHAN PETOBO KECAMATAN PALU SELATAN

Stase Keperawatan Keluarga

DISUSUN OLEH :

NURFAJRAH, S.Kep
NIM : 2020032069

Mengetahui :
Pembimbing Akademik

Ns. Saka Adhijaya Pendit, S.Kep.,M.Kep.


NIK. 20190901102

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021

TINJAUAN TEORITIS KONSEP KELUARGA

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
Menurut WHO (1969) dalam Harmoko (2012), keluarga adalah
anggota ruma tangga yang saling berhubungan melalui
pertaliandarah,adopsi, atau perkawinan. Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Depkes RI, 1988 dalam Padila,2012).
Johnson’smendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan atau
persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak,baik Anaknya sendiri atau adopsi dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga (Padila,2012).
Jadi, dari beberapa definisi diatas maka keluarga adalah unit terkecil
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan dan tinggal
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan serta mempunyai
peran atau kewajiban yang harus dilaksanakan.

2. Tipe/Bentuk Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan
sosial,maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan, maka perawat perlu memahami dan mengetaui berbagai tipe
keluarga. Menurut Mubarak (2012), tipe-tipe keluarga antara lain:
1) Tradisional nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu,dan anak yang tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
2) Extended family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,misalnya
nenek,kakek,keponakan,saudara sepupu,paman bibi,dan sebagainya.
3) Reconstitude family
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anaka-
naknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
4) Middle age /aging couple
Suami sebagai pencari uang,istri dirumah atau kedua-duanya bekerja
diluar rumah, dan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karir.
5) Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak
keduanya/salah satu bekerja diluar rumah.
6) Single parent
Satu orang tua akibat perceraian/kematian pasangnya dan
anakanaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.
7) Dual carrier
Suami istri atau keduanya berkarir tanpa anak.
8) Commuter married
Suami/istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9) Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
10) Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal satu rumah.
11) Institusional
Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
12) Communal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang mengayomi dengan
anak-anaknya dalam penyediaan fasilitas.
13) Group Marriage
Suatu rumah terdiri atas orang tua dan keturunanya didalam satu
keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
14) Unmarried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
15) Cohibing Couple
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

3. Peran Keluarga
Peran Keluarga adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan
orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu sistem
(Mubarak dkk, 2012). Peran didasarkan pada preskipsi dan harapan peran
yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu
situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri atau harapan
orang lain menyangkut peran tersebut (Harmoko, 2012).
Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang bersifat
terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen.
Keluarga membagi peran secara merata kepada anggotanya. Dalam peran
formal keluarga ada peran yang membutuhkan keterampilan dan
kemampuan tertentu dan ada juga peran yang tidak terlalu kompleks,
sehingga dapat didelegasikan kepada anggota keluarga lain yang kurang
terampil.
Beberapa contoh peran formal yang terdapat dalam keluarga
adalah pencari nafkah, ibu rumah tangga, sopir, pengasuh anak, tukang
masak, dan lain-lain. Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah,
dan karenanya ia tidak memenuhi suatu peran maka anggota keluarga lain

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
akan mengambil alih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar
tetap berfungsi (Mubarak, 2012).
Peran informal keluarga bersifat implisit, biasanya tidak
tampak,dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
emosional individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam
keluarga. Peran informal keluarga lebih didasarkan pada atribut-atribut
personalitas atau kepribadian anggota keluarga individu. Beberapa contoh
peran informal keluarga adalah pendorong, pengharmoni, inisiator,
pendamai, koordinator, pionir keluarga, dan lain-lain (Harmoko, 2012).

4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman dalam Padila (2012) ada lima fungsi dasar keluarga
diantaranya adalah:
a. Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan
kelangsungan keluarga. Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan
cinta keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak
kegembiraan dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota
keluarga mempertahankan hubungan yang baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial. Proses sosialisasi  dimulai sejak lahir.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar sosialisasi. Anggota
keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan yaitu mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga untuk
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
tindakan, memberikan perawatan, memelihara lingkungan dan
menggunakan fasilitas kesehatan.

5. Tahap Perkembangan Keluarga


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga
yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi perubahn interaksi dan hubungan
di antara keluarga dari waktu ke waktu. Perkembangan ini terbagi dalam
beberapa tahapan, setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui denagn sukses.
Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8
tahapan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan
perkembangannya.
Adapun 8 tahapan perkembangan tersebut adalah:
a. Tahap 1 keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga
melalui perkawinan.
Tugas perkembangan :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.
2) Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.
3) Membina keluarga berencana.
Masalah kesehatan : masalah seksual, peran perkawinan, kehamilan
yang kurang direncanakan.
b. Tahap 2 keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak
pertama lahir sampai berusia 30 bulan.
Tugas perkembangan :
1) Perubahan peran menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.
Masalah kesehatan : pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik,
pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini,
imunisasi, tumbuh kembang dan lain-lain.
c. Tahap 3 keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama
berusia 2,5 tahun sampai dengan 5 tahun.
Tugas perkembangan :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus dipenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di
luar keluarga.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Masalah kesehatan :
1) Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak.
2) Masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan, perceraian.
3) Persaingan antara kakak adik.
4) Pengasuhan anak.
d. Tahap 4 keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama
berusia 6 tahun samapi 13 tahun.
Tugas perkembangan :
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
4) Meningkatkan komunikasi terbuka.
e. Tahap 5. keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama
berusia 13 tahun sampai 19-20 tahun.
Tugas perkembangan :

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
meningkatkan otonominya.
2) Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dn orang tua.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.
Masalah kesehatan : penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit
jantung.
f. Tahap 6. keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama
meninggalkan rumah sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan
jumlah anak atau banyaknya anak belum menikah dan tinggal dalam
rumah.
Tugas perkembangan :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Masalah kesehatan :
1) Masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua  tidak lancar.
2) Transisi peran suami istri.
3) Memberi perawatan.
4) Kondisi kesehatan kronis
5) Masalah menopause
6) Efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.
g. Tahap 7. keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu
pasangan meninggal.
Tugas perkembangan :
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Masalah kesehatan :
1) Promosi kesehatan.
2) Masalah hubungan dengan perkawinan.
3) Komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain.
4) Masalah hubungan dengan perawatan.
h. Tahap 8 keluarga dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau
pension sampai dengan dua-duanya meninggal.

B. Konsep Keperawatan Keluarga


1. Pengertian
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana.

2. Tugas Kesehatan keluarga


Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman adalah sebagai berikut :
1) Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan
yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi
perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya
perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa
yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
2) Membuat Keputusan Tindakan kesehatan yang Tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga. Tindakan kesehatan yang
dilakukan keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang
sedang terjadi dapat dikurangi atau diatasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat
meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggalnya.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
perlumemperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki
kemampuan tindakan untuk pertolongan pertama.
4) Mempertahankan Suasanan Rumah yang Sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi
anggota keluarga. Oleh karena itu kondisi rumah haruslah dapat
menjadikan lambang ketenangan, keindahan dan dapat menunjang
derajat kesehatan bagi keluarga.
5) Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di Masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan keluarga atau anggota, keluarga harus dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi
atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah
yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari
segala macam penyakit.

3. Peran Perawat
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah :
a. Pendidik
Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga dapat melakukan program Asuhan Keperawatan Keluarga
secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dari berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan
pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,
klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan
perawatan langsung.

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
d. Pengawas Kesehatan
Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk
mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan.
f. Kolaborasi
Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang
optimal.
g. Fasilitator
Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Modifikasi Lingkungan
Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.

4. Proses Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan keluarga,
merencanakan asuhan keperawatan, melakukan intervensi keperawatan
sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi asuhan yang
telah diberikan terhadap keluarga.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan:
a. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh
perawat untuk mengukur keadaan klien atau keluarga dengan memakai
norma-norma kesehatan maupun sosial yang merupakan sistem
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
b. Diagnosa Keperawatan
Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga ditetapkan
berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
masalah kesehatan keluarga serta mempertimbangkan kemampuan
dalam mengatasi masalah kesehatannya.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan didasarkan pada rencana asuhan yang telah
disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah sumber daya (keuangan), tingkat pendidikan
keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga
serta sarana yang dimiliki keluarga.
d. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari
penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu tujuan
tidak realistis, tindakan keperawatan yang tidak tepat dan faktor yang
tidak dapat diatasi.

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
TINJAUAN TEORITIS GOUT ATHRITIS

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Gout adalah penyakit yang akibatkan gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurikemi dan serangan sinovitis akut berulang-ulang.
Menurut Chairuddin (2003) dalam NANDA 2015 bahwa penyakit ini paling
sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita pasca
menopause (Nurarif, 2015).
Gout (pirai) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
menghubungkan dengan defek genetik pada merabolisme purin (hiperurisemia).
Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asam urat atau defek renal yang
mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat, atau kombinasi keduannya
(Brunner & suddart, 2013).
Jadi, dari beberapa pengertian diatas maka Gout Athritismerupakan
penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah
sehingga mengakibatkan peradangan pada sendi dalam kurun waktu yang lama.

B. Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan
purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan
hyperuricemia. Hyperuricemia pada penyakit ini disebabkan oleh :
a. Pembentukan asam urat berlebih
 Gout primer metabolik di sebabkan sintesis langsung yang bertambah
 Gout sekunder metabolik di sebabkan pembentukan asam urat berlebih
karena penyakit lain, seperti leukuimia
b. Kurang asam urat melalui ginjal
 Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urrat di tubulus distal yang
sehat.
 Gout sekunder di sebabkan karena Ginjal, misalnya ; Glameronefritis
kronis.

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
C. Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari
7,0 mg/dL) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan
atau penurunan mendadak kadar asam urat serum. Kalau kristal urat mengendap
dalam sebuah sendi, respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai.
Dengan serangan yang berulang-ulang, penumpukan kristal natrium urat
yang dinamakan tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari
kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan penyakit renal
kronis yang terjadi sekunder akibat penumpukan urat dapat timbul. Gambaran
kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik menunjukan bahwa
faktor-faktor nonkristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflamasi.
Imuloglobulin yang terutama berupa IgG. IgG akan meningkatkan fagositosis
kristal dan dengan demikian memperlihatkan aktivitas imunologik (Brunner &
Suddarth, 2010).

D. Manifestasi Klinik
1. Serangan terjadi secara tiba-tiba, terutama setelah mengonsumsi makanan
yang mengandung purin
2. Sendi yang terserang terasa nyeri, bengkak, mengilat, berwarna kemerahan,
dan panas jika disentuh.Demam, dingin, lemas, dan jantung berdebar.
3. Pada gout kronis, timbul benjolan (tofus). Biasanya, terdapat pada daun
telinga, ujung siku, lutut, serta punggung tangan dan kaki.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi
2. SDP meningkat (leukositosis)
3. Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
4. Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa
tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
F. Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan hiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3 tahapan dalam
terapi penyakit ini :
 Mengatasi serangan akut.
 Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada
jaringan, terutama persendian.
 Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik.
1. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan gout.
Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan
pada pasein yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
a. Terapi Komplementer
Selain penatalaksanaan secara medik atau farmakologi, mengurangi
nyeri dapat dilakukan dengan teknik nonfarmakologi yaitu dengan
menggunakan penatalaksanaan secara komplementer salah satunya dengan
menggunakan terapi herbal (Azwar, 2012), ada beberapa tanaman obat asli
indonesia (OAT) yang mempunyai indikasi kuat untuk mengatasi nyeri
rematik yang telah melalui prngujian klinis antara lain :
b. Sambiloto (Andrographis panilculata)
Mengandung Flavonoid Andrografolid mineral kalium dan zat pahit
senyawa Lactone Andrografolid sebagai anti radang dan analgetik.
c. Daun Salam (Syzghium Polyanthum)
Berkhasiat sebagai Diuretika, Analgesik, dan anti radang yang efektif.
Tetapi dari sekian banyaknya tanaman herbal dalam masyarakat biasanya
jahe merahlah yang paling sering dijadikan alternative pengobatan herbal
untuk meredakan nyeri, karena khasiatnya lebihbaik dibandingkan dengan
tanaman obat yang lainnya yang digunakan untuk pengobatan nyeri dan
juga banyak penelitian mengenai manfaat jahe dan kelebihan jahe untuk
meredakan nyeri.
d. Jahe merah (Zingiber Officinale Var Rubrum)

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Jahe (zingiber officinale rosc) termasuk dalam daftar prioritas WHO
sebagai tanaman obat yang paling banyak digunakan didunia, rimpangnya
yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid terbukti berkhasiat
mengurangi peradangan dan nyeri sendi.Jahe menekan sintesis
prostagalandin melalui inhibisi cyclooxygenase – 1 dan cyclooxygenase –
2,hasil penemuan selanjutnya menyatakan bahwa jahe juga menekan
biosintesis leuktorin dengan menghambat 5–lipoxygenase, dan dalam
penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa dua inhibitor cyclooxygenase dan
5 – lipoxygenase memiliki riwayat teraupetik lebih baik dan efek samping
yang lebih sedikit dibandingkan dengan NSAID (Grzanna dkk, 2005).
Kandungan jahe yaitu zingerol, gingerol dan shagaol merupakan
kandungan dari jahe yang bermanfaat untuk mengurangi nyeri rheumatoid
arthritis. Jahe memiliki sifat pedas, pahit, dan aromatic dari oleoresin.
Oleoresin memiliki potensi anti inflamasi dan antioksidan yang kuat.
Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe yang berfungsi
sebagai enhancer yang dapat meningkatkan parmeabilitas oleoresin
sehingga dapat menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan
hingga sirkulasi perifer ( Swarbick& Boylan, 2002 dalam Hadi, 2013).
Efek farmakologis, pada serangkaian kasus,jahe dapat mengurangi
nyeri dan kekakuan pada sendi.Untuk penanganan rematoid arthritis dan
osteoarthritis, dosis dianjurkan 510-1000 mg/hari serbuk jahe. Pemberian
ekstrak jahe 1 gr/hari selama 4 minggu lebih efektif dibandingkan dengan
plasebodan sama efektifnya dengan ibuprofen dalam meredakan nyeri
pada rhematoidarthritis.
Efek merugikan jahe, didalam efidence synthesis, Leach &Kumar
(2008), menyatakan bahwa ada dua penelitian yang melaporkan efek
merugikan jahe seperti rasa panas pada lambung (6,9%), perubahan rasa
(7,5%), dyspepsia, nausea konjungtivis masing – masing (1,5%). Namun
demikian tidak ada kejadian-kejadian berat yang merugikan hingga
menyebabkan penderita masuk rumah sakit. ( Arif,2010).

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
2. Terapi Farmakologi
1) Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi
lini pertama dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada
kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi
aspirin berkompetisi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan
akut gout. Keputusan memilih NSAID atau kolkisin tergantung pada
keadaan pasien, misalnya adanya penyakit pernyerta lain/komorbid, obat
lain yang juga diberikan pada pasien saat yang sama, dan fungsi ginjal.
Kolkisin merupakan obat pilihan jika pasien juga, menderita penyakit
kardiovaskuler, termasuk hipertensi, pasien yang mendapat diuretik
untuk gagal jantung dan pasien yang mengalami toksisitas
gastrointestinal, kecendrungan perdarahan atau gangguan fungsi ginjal.
2) Serangan Kronik
Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor penting
untuk mencegah terjadinya serangan akut gout, gouttophaceous kronik,
keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat. Kapan mulai
diberikan obat penurun kadar asam urat masih kontroversi.

G. Pencegahan
1. Diet rendah purin
Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung, hati,
lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam,
Udang, Daun melinjo.
2. Memperbanyak minum air putih
Minum air putih secukupnya tiap hari. Kecukupan air membantu
tubuh membuang asam urat melalui urin. Semakin banyak asam urat yang
bisa keluar dalam urin, risiko pembentukan kristal dapat menurun.
3. kurangi mengkomsumsi alkohol
Bedasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat
dari tubuh
4. Pertahankan berat badan. 
Pilih porsi yang memungkinkan untuk mempertahankan berat badan
yang sehat. Menurunkan berat badan dapat menurunkan kadar asam urat
dalam tubuh

H. Komplikasi
1. Munculnya benjolan keras (tofi).
Tofi terbentuk akibat penumpukan kristal asam urat di bawah kulit, dan dapat
muncul di beberapa area tubuh, seperti jari, tangan, siku, kaki, dan di sekitar
mata kaki. Meski tidak menimbulkan rasa sakit, tofi bisa membengkak dan
mengeras saat serangan asam urat terjadi.
2. Asam urat kambuh
Pada sejumlah kasus, serangan asam urat bisa terjadi beberapa kali dalam
setahun. Bila dibiarkan tidak tertangani, kondisi tersebut dapat menyebabkan
pengeroposan dan kerusakan pada sendi.
3. Penyakit batu ginjal
Kristal asam urat bisa menumpuk di saluran kemih, dan menyebabkan batu
ginjal.

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Azwar. (2012). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika.


Bactiar, Arif (2010), Pengaruh Ekstrak Jahe (ZINGIBER OFFICINALE)
Terhadap Tanda dan Gejala Osteoarthritis pada Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Pandan Wangi Kota Malang Program Magister Ilmu
Keperawatan Kekhususan KMB, Fakultas Ilmu Keperawatan Depok.
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta: EGC.
Chilyatiz Zahroh, Kartika Faiza(2017). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Penderita Penyakit Artritis Gout Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan, Univeristas Nahdlatul Ulama Surabaya :
internet publishing
Friedman, (2013). Keperawatan Keluarga, Yogyakarta : Gosyen Publishing
Gulbuddin Hikmatyar, TA Larasati(2017). Pentalaksanaan Komprehensif Arthritis
Gout dan Osteorthritis Pada Buruh Usia Lanjut. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung : Internet Publishing
Harmoko, (2012). Asuhan Keperaatan Keluarga. Penerbit:pustaka pelajar
Yogyakarta.
Huda, S. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Gout Arthritis
Terhadap Peningkatan Pengetahuan pada Pasien Gout Arthritis di Puskesmas
Sempor I. Stikes Muhammadiyah Gombong : Internet Publishing

Jaliana, Suhadi, La Ode Muh, Sety (2017) . Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Asam Urat pada Usia 20-44 Tahun Di RSUD Bahteramas
Povinsi Sulawesi Tenggara 2017. Sulawesi : Jurnal Ilmiah Kesehatan
Masyarakat.

Junaidi, I. (2013). Rematik dan Asam Urat.Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.


Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas 2 : Konsep
dan Aplikasi, Jakarta : Salemba Medika.
KEMENKES RI. 2018. Pusat data dan Informasi. Jakarta.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction.
Padila. (2012). Buku Ajar : Keprawatan Keluarga, Yogyakrta : Nuha Medika

NURFAJRAH, S.Kep.
PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS ANG. IX STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai