Anda di halaman 1dari 26

STASE KEPERAWATAN KELUARGA

LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA
SEKOLAH DI RT 05 DUSUN KADIRESA, PAJANGAN BANTUL
YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :

ALFIYAN YUDA MAHENDRA


213203077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP KELUARGA DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN
ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI RT 05 DUSUN KADIRESA, PAJANGAN BANTUL YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa Keluarga

Disusun Oleh :

ALFIYAN YUDA MAHENDRA


213203077

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) ( ) ( )
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRA
SEKOLAH
A. Teori Keluarga
1. Definisi
Beberapa definisi keluarga menurut para ahli:
a. Keluarga adalah unit terecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (Jhonsons dan Leny, 2010)
b. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri
dan anaknya, atau ibu dan anaknya ( Suprayitno, 2010)
c. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 2010).
2. Tipe-Tipe Keluarga
Macam-macam tipe keluarga menurut Jhonsons dan Leny, 2010
Ada beberapa tipe keluarga yakni:
a. Menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga
orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah
menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri
dari suami istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak
adopsi.
b. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa ( ibu dan ayah )
dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari
salah satu atau dua pihak orang tua atau Keluarga orientasi (keluarga
asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
c. Selain itu terdapat juga Keluarga luas atau keluarga besar yang ditarik
atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini
yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lainyang masih
mempunyai hubungan darah meliputi hubungan antara paman,bibi,
keluarga kakek, dan keluarga nenek.
Menurut Friedman (2010), Keluarga juga dibedakan menjadi keluarga
tradisional dan non tradisional.
1) Tradisional
a) Nuclear Family atau Keluarga Inti: Ayah, ibu, anak tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b) Reconstituted Nuclear: Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami atau istri. Tinggal dalam satu rumah
dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru.
c) Niddle Age atau Aging Cauple: Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan / meniti karier.
d) Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear: Suami istri tanpa anak.
e) Single Parent: Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
f) Dual Carrier: Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
g) Commuter Married: Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-
waktu tertentu.
h) Single Adult: Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan
untuk kawin.
i) Extended Family: 1, 2, 3 generasi bersama dalam satu rumah tangga.
j) Keluarga Usila: Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.
2) Non Tradisional
a) Commune Family: Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu
rumah, sumber yang sama, pengalaman yang sama.
b) Cohibing Coiple: Dua qorang / satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa kawin.
c) Homosexual / Lesbian: Sama jenis hidup bersama sebagai suami
istri.
d) Institusional: Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
e) Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak.
3. Ciri –ciri Struktur Keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga ada 3 yaitu :
a. Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b. Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing -masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing - masing.
4. Fungsi dan Peran Keluarga
a. Fungsi keluarga menurut Jhonsons dan Leny, 2010
1) Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak.
2) Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3) Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi
anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa
aman.
4) Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota kelurga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
5) Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan
kehidupan lain setelah dunia.
6) Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala kelurga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga,
7) Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara menonton TV
bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8) Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang,
perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
b. Peran Keluarga menurut Jhonsons dan Leny, 2010
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan
yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
5. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
a. Mangenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggungjawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kepan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
atau bahkan teratasi.
c. Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu diri nya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Harnilawati,
2013).

6. Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut (Friedman, 2010)
a. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa
berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih
tinggal dengan orang tuanya.
Tugas perkembangan
1) Membina hubungan intim danmemuaskan.
2) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) mendiskusikan rencana memiliki anak.
4) Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga
suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
b. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman
orang tuan berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi
hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan
kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain
juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir
pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga
mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain
aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian
pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan:
1) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul
konflik orang tua dan remaja.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung
jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan
dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
4) Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain
sebagainya.
h. Keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.
Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.
B. TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH
1. PENGERTIAN ANAK
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
(0-1 tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia
sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada
antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak
berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat (Azis, 2010).
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif,
konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak
tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai
perbedaan dan pertumbuhan nya. Demikian juga halnya perkembangan
kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Hal tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep
diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara
sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan
pertambahan usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki
anak hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola
koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat
pada saat bayi anak menangis.Salah satu pola koping yang dimiliki anak
adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan
keinginannya, dan lain sebagainya.Kemudian perilaku sosial pada anak
juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa
bayi perilaku social pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana
anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan
keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku
social yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social
juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti
bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-
anak (Azis, 2010).

2. ANAK USIA PRA SEKOLAH


Pada usia prasekolah yang spesifik adalah pada perkembangan
psikoseksual yaitu anak berada pada fase falik. Terutama berlangsung
dari usia 3 – 5 tahun. Pada fase ini kepuasan anak berpusat pada genetalia
dan masturbasi. Pada usia 6 tahun terjadi permainan seks ringan. Hal ini
muncul karena rasa keingintahuan dan eksplorasi seksual. Pada masa ini
anak menyadari perbedaan anatomis antara jenis kelamin yang berbeda
dan sangat memikirkan tentang bagaimana cara kerjanya (Azis, 2010).
Pada usia prasekolah anak mengalami Oedipus komplek (mencintai
ibunya) dan Elektra komplek (cemburu dengan lawan jenis). Hal ini
disebabkan karena pada tahap ini anak mulai dapat merasakan dorongan
seksual yang kemudian ditujukan pada orang tua lawan jenis, selain itu
juga adanya rasa ketakutan akan gangguan pada tubuh kerena merasa
berbeda dengan orang tua lawan jenis. Tahap Oedipus biasanya berakhir
pada akhir periode usia prasekolah dengan identifikasi kuat pada orang
tua sejenis (Azis, 2010).
Untuk mengatasi masalah diatas pendidikan seks secara dini sangat
diperlukan pada usia prasekolah. Anak usia prasekolah memiliki
sejumlah besar informasi selama masa kehidupan mereka yang masih
singkat. Meskipun pikiran mereka belum matur, anak selalu mencari
penjelasan dan alasan yang logis dan masuk akal bagi mereka (Azis,
2010).
Ada dua aturan yang mengatur jawaban pertanyaan yang sensitive
mengenai topic seperti seks. Aturan pertama adalah mengetahui apa yang
diketahui dan dipikirkan anak. Dengan menginvestigasi teori, anak telah
menghasilkan penjelasan yang masuk akal, orang tua tidak hanya bisa
memberikan jawaban yang benar, tetapi juga membantu anak memahami
mengapa penjelasan mereka tidak akurat. Alasan lain untuk menemukan
apa yang dipikirkan anak sebelum memberi informasi apapun adalah
bahwa jawaban yang tidak ditanyakan bisa saja yang diberikan (Azis,
2010).
Aturan kedua untuk meberikan informasi adalah harus jujur.
Memang benar bahwa sebagian besar informasi yang benar akan
dilupakan atau disalahartikan oleh anak prasekolah, tetapi yang lebih
penting adalah informasi yang benar dapat diulang kembali sampai anak
menyerap dan memahami kenyataan tersebut. Meskipun kata-kat
anatomis yang benar mungkin sulit diucapkan atau lebih sulit diingat,
kata-kata tersebut merupakan isi dasar untuk menjelaskan konsep lain di
kemudian hari (Azis, 2010).
a. Motorik kasar.
Ketrampilan motorik kasar bertambah baik. Anak Usia Prasekolah
dapat melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar.
Anak dapat mengembangkan kemampuan oleh raga, seperti meluncur
dan berenang.
1. Pada anak usia 3 tahun
Anak dapat mengendarai sepeda roda tiga, menaiki tangga
menggunakan kaki bergantian, berdiri satu kaki selama beberapa menit
dan melompati sesuatu.
2. Pada anak usia 4 tahun
Anak mampu melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan
menuruni tangga dengan kaki bergantian.
3. Pada anak usia 5 tahun
Anak dapat melompat dengan kaki bergantian, melempar dan
menangkap bola, melompati tali, dan berdiri seimbang satu kaki
bergantian dengan mata tertutup.
b. Motorik halus
1. Pada anak usia 3 tahun
Anak dapat membangun menara 9 atau 10 balok, membuat jembatan
dari 3 balok, meniru bentuk lingkaran, dan menggambar tanda silang.
2. Pada anak usia 4 tahun
Anak dapat merekatkan sepatu, meniru gambar bujur sangkar,
menjiplak segilima dan menambahkan 3 bagian ke dalam gambar garis
3. Pada anak usia 5 tahun
Anak dapat mengikat tali sepatu, menggunakan gunting dengan baik,
meniru gambar segilima dan segitiga, menambahkan 7 sampai 9 bagian
pada gambar garis dan menulis beberapa huruf dan angka serta nama
depan.
c. Psikososial
Menurut Erikson anak usia antara 3 – 6 tahun berada pada tahap " inisiatif
versus rasa bersalah". Anak menganggap orang terdekat adalah
keluarga. Anak telah menguasai perasaan otonomi. Dengan dukungan
orang tua dalam imajinasi dan aktifitas, anak berupaya menguasai
perasaan inisiatif. Anak merasa bersalah ketika orang tua tidak menerima
imajinasi dan aktifitasnya. Sehingga muncul ansietas dan ketakutan karena
merasa tidak sesuai dengan harapan orang tua.
1. Rasa takut
Pengalaman anak selama periode prasekolah umumnya lebih
menakutkan dibandingkan dengan periode lainnya. Rasa takut
umumnya terjadi antara lain : kegelapan, ditinggal sendirian terutama
pada saat menjelang tidur, binatang terutama binatang yang besar,
hantu, mutilasi tubuh, nyeri dan objek serta orang-orang yang
berhubungan dengan pengalaman yang menyakitkan.
2. Sosialisasi
Hubungan anak dengan orang lain dan selain orang tua meluas
termasuk kakek nenek, saudara kandung dan guru-guru sekolah dan
menoleransi perpisahan singkat dari orang tua dengan sedikit atau
tanpa proses. Anak memerlukan interaksi yang teratur dengan teman
sebaya untuk membantu mengembangkan keterampilan social. Anak
usia prasekolah cenderung memperoleh keamanan dan kenyamanan
dari benda-benda yang sudah dikenal, seperti mainan boneka atau foto
anggota keluarga. Mereka mampu melalui banyak ketakutan, fantasi
dan ansietas yang dapat terselesaikan melalui permainan, terutama jika
dipandu dengan objek permainan yang tepat.
3. Bermain dan mainan
Permainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif (interaktif
dan kooperatif). Anak usia prasekolah memerlukan hubungan dengan
teman sebaya. Aktifitas harus meningkatkan pertumbuhan dan
keterampilan motorik, seperti melompat, berlari dan memanjat.
Permainan imitative, imajinatif dan dramatis adalah penting. Usia
prasekolah merupakan tahap khas untuk bermain dengan teman
imajinatif
4. Disiplin
Figur yang berwenang (mis, ayah) harus menerapkan disiplin yang
adil, tegas dan konsisten. Anak memerlukan penjelasan sederhana
mengenai alasan mengapa perilaku tertentu tidak diperbolehkan. Pada
situasi yang melibatkan konflik, timeout yang singkat membantu anak
memulihkan ketegangan, mencapai kembali kendali dan berpikir
mengenai perilakunya.
5. Kognitif
Teori Piaget sebenarnya tidak meliputi periode yang khusus untuk
anak usia prasekolah. Tahap perpikir praoperasional pada
perkembangan kognitif, dari usia 2 sampai 7 tahun, memiliki 2 fase
yaitu :
1) Fase prakonseptual (rentang usia 2 – 4 tahun)
Anak membentuk konsep yang kurang lengkap dan logis
dibandingkan dengan konsep orang dewasa
a) Anak membuat klasifikasi yang sederhana
b) Anak menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang
simultan
c) Anak menampilkan pemikiran yang egosentrik
2) Fase intuitif (rentang usia 4 – 7 tahun)
a) Anak menjadi mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, dan
menghubungkan objek-objek, tetapi tetap tidak menyadari
prinsip-prinsip dibalik operasi tersebut anak menunjukkan proses
berpikir intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar,
tetapi ia tidak dapat mengatakan alasannya)
b) Anak tidak mampu melihat sudut pandang orang lain
c) Anak menggunakan banyak kata yang sesuai, tetapi kurang
memahami makna sebenarnya
d) Anak usia prasekolah menunjukkan cara berpikir magis dan
percaya bahwa semua pikirannya mengandung kekuatan. Mereka
dapat merasa bersalah dan bertanggung jawab terhadap pikiran-
pikiran buruk, yang kadang-kadang terjadi bersamaan dengan
kejadian yang diharapkan (mis, mengharapkan adiknya mati dan
pada saat yang sama adiknya menjadi jatuh sakit dan dirawat di
rumah sakit).

6.   Bahasa :
Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat
dengan tiga atau empat kata dan berbicara terus menerus.Rata-rata anak
usia 4 tahun mengucapkan 1500 kata, mengatakan cerita yang dilebih-
lebihkan, dan bernyanyi lagu yang sederhana. Usia 4 tahun merupakan
usia puncak untuk pertanyaan "mengapa".Rata-rata anak usia 5 tahun
dapat mendapatkan 2100 kata, mengetahui empat warna atau lebih, dan
dapat menamakan hari-hari dalam satu minggu atau bulan
7.    Moral
Anak usia prasekolah berada pada tahap prakovensial dalam
perkembangan moral, yang terjadi hingga usia 10 tahun. Pada tahap ini,
perasaan bersalah muncul, dan penekanannya adalah pada pengendalian
eksternal. Standar moral anak adalah apa yang ada pada orang lain, dan
anak mengamati mereka untuk menghindari hukuman atau mendapatkan
penghargaan.Pada orientasi hukuman dan kepatuhan, anak (berusia sekitar
2 sampai 4 tahun) menilai berapakah suatu tindakan baik atau buruk
bergantung dari apakah hasilnya berupa hukuman atau penghargaan.
Apabila anak dihukum , maka tindakan tersebut berarti buruk, apabila
anak tidak dihukum maka tindakan tersebut berarti baik, tanpa
memperhitungkan tindakan tersebut.
8.    Spiritual
Pengetahuan anak tentang keyakinan dan agama dipelajari dari orang
lain yang bermakna dalam lingkungan mereka, biasanya dari orang tua
dan praktik keagamaan mereka (Kenny, 1999). Namun pemahaman anak
kecil mengenai spiritualitas dipengaruhi oleh tingkat kognitifnya. Anak
prasekolah memiliki konsep konkret mengenai Tuhan dengan
karakteristik fisik, yang sering kali menyerupai teman imajiner mereka.
Mereka mengerti kisah sederhana dari kitab suci dan menghafal doa-doa
yang singkat, tetapi pemahaman mereka mengenai makna ritual ini masih
terbatas. Mereka memperoleh manfaat dari penjelasan konkret yang
diberikan oleh pemuka agama, seperti gambar kitab suci dan cerita
tentang kelahiran utusan Tuhan mereka.
Perkembangan kesadaran sangat terkait dengan perkembangan
spiritual. Pada usia ini anak mempelajari kebenaran dari kesalahan dan
berperilaku dengan benar untuk menghindari hukuman. Perbuatan salah
menimbulkan perasaan bersalah, dan anak prasekolah sering salah
mengartikan penyakit sebagai hukuman akibat pelanggaran mereka yang
nyata atau khayalan. Penting bagi anak untuk memandang Tuhan sebagai
pemberi cinta tanpa syarat, bukan sebagi hakim dari perilaku baik atau
buruk. Berdoa kepada Tuhan dan mengobservasi tradisi keagamaan
(mis,berdoa sebelum makan atau tidur) dapat membantu anak melalui
periode stres, seperti hospitalisasi.
9.      Psikoseksual
Anak usia prasekolah berada pada fase phalik yaitu kepuasan anak
berpusat pada genetalia dan masturbasi. Anak mengalami apa yang
disebut oleh Freud sebagai konflik odipus. Anak prasekolah membentuk
kelekatan yang kuat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin
sambil mengidentifikasi orang tua yang berjenis kelamin sama (Electra
complek), dan dalam beberapa kasus juga dapat terjadi Oedipus Complex
yaitu mencintai orang tua yang berlawanan jenis kelamin. Konflik ini
biasanya berakhir pada akhir periode usia prasekolah.

C. MASALAH KESEHATAN YANG TERJADI PADA ANAK USIA


PRASEKOLAH
Pada masa prasekolah insiden penyakit menular telah sangat menurun
sejak ditemukannya imunisasi dan komplikasi serius akibat infeksi juga
semakin berkurang dengan penggunaan antibiotic dan anti toksin, tapi infeksi
masih sering terjadi dan perawat harus mengetahui agens infeksius agar dapat
mengenali penyakit dan menerapkan intervensi preventif dan suportif yang
tepat.
Banyak penyakit menular menyebabkan gangguan kulit yang
mengganggu ketidaknyamanan anak terutama akibat ruam adalah gatal, dan
upaya seperti mandi air dingin (biasanya tanpa sabun) dan losion
(mis.kelamin) sangat membantu
Untuk menghindari panas berlebihan, yang meningkatkan gatal, anak
mengenakan pakaian yang ringan, longgar, tidak iritatif dan dijaga jauh dari
matahari. Apabila anak tetap menggaruk, kuku harus dijaga tetap pendek dan
halus sarung tangan dan pakaian berlengan dan bertungkai panjang mungkin
diperlukan.
Fungsi terpenting perawat sehubungan dengan parasit ini adalah edukasi
preventif pada anak dan keluarga mengenai higiene yang baik dan kebiasaan
yang sehat. Mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah makan,
sebelum menyiapkan makanan, dan selalu mencuci tangan setelah dari toilet.
a. Mencegah penyakit parasit usus
b. Selalu mencuci tangan dan kuku dengan sabun dan air sebelum makan dan
menangani makanan dan setelah ke toilet
c. Hindari memasukan jari ke mulut atau menggigiti kuku
d. Larang anak menggaruk daerah anus dengan tangan kosong
e. Minum air yang telah mendapat penatalaksanaan khusus
f. Ajari anak untuk defekasi hanya di toilet tidak di tanah
g. Pakai sepatu jika keluar
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram :
a) Nama / inisial
b) Jenis Kelamin
c) Tanggal lahir/umur
d) Hubungan dengan kepala keluarga
e) Pendidikan
Pekerjaan
6) Tipe keluarga
7) Latar belakang budaya
8) Identifikasi religious
9) Status ekonomi
10) Aktifitas rekreasi/waktu luang
b. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Mobilitas geografis keluarga
3) Hubungan keluarga dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga.
c. Struktur keluarga.
1) Pola komunikasi keluarga.
2) Struktur Kekuatan keluarga.
3) Struktur Peran.
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif.
2) Fungsi Sosialisasi.
3) Fungsi ekonomi.
e. Stres dan koping keluarga.
1) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
2) Strategi koping yang diigunakan.
f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan sesuaii dengan
tahap perkembangan saat ini.
3) Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini.
4) Riwayat keluarga sebelumnya.
Pengkajian fokus:
a. Review kembali catatan medis masalah kesehatan yang berkaitan dengan
gangguan pada perkembangan anak
b. Kaji pengetahuan keluarga akan penyakit/masalah yang berkaitan dengan
gangguan tumbang anak
c. Tentukan perkembangan anak sesuai umurnya (dengan DDST)
d. Kaji kemampuan fungsional anak yang meliputi kemampuannya dalam
makan,mandi,berpakaian,berjalan,memecahkan masalah dan berkomunikasi.
e. Kaji persepsi orang tua dan tingkat perkembangan anak dan pengharapan mereka
terhadap anaknya.
f. Kaji tentang hubungan orang tua denagan anak
g. Kaji sumber-sumber yang mendukung seperti tingkat perekonomian keluarga dll
yang dapat mendukung perkembangan anak.
Diagnosa Keperawatan
a. Potensial peningkatan status kesehatan keluarga berhubungan dengan
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
b. Potensial peningkatan aktualitasi diri berhubungan dengan kemampuan keluarga
dan klien dalam mengenal masalah kesehatan
c. Cemas berhubungan dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi pada keluarga
d. Defisiensi pengetahuan b/d Kurang Informasi
e. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dan klien dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa NOC NIC


1. Potensial Umum :
peningkatan Setelah dilakukan 1.Bina hubungan saling percaya
status kesehatan tindakan keperawatan perawat dengan anggota keluarga
keluarga pada selama 3 kali kunjungan dalam rangka perencanaan tindak
anak diharapkan keluarga lanjut.
berhubungan dapat mempertahankan 2.Motivasi keluarga untuk tetap
dengan atau meningkatkan status menjaga kesehatan
Kemampuan kesehatan keluarga 3.Anjurkan kepada keluarga untuk
keluarga ]dalam Khusus : segera membawa ke pusat
mengenal -Keluarga mengetahui pelayanan kesehatan jika anggota
masalah tentang cara penanganan keluarga ada yang kurang sehat
kesehatan awal pada anggota 4.Anjurkan keluarga untuk menjaga
keluarga yang sakit PHBS di keluarga dan
-Keluarga mampu lingkungan
mengenal dan
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada di
masyarakat sebagai
bagian dari upaya
kesehatan keluarga

2. Potensial Umum :
peningkatan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling percaya
aktualitasi diri tindakan keperawatan perawat dengan anggota
berhubungan selama 3 kali kunjungan keluarga dalam rangka
dengan diharapkan dapat perencanaan tindak lanjut.
Kemampuan meningkatkan aktualisasi 2. Beri motivasi pada untuk
keluarga dalam dirinya sesuai denga menjaga pola pergaulan yang
mengenal tahap perkembangannya. sehat di masyarakat dan sekolah.
masalah Khusus : 3. Beri motivasi pada klien untuk
kesehatan - dapat menjelaskan ciri- mempertahankan atau
ciri pergaulan yang sehat meningkatkan prestasinya
pada tahap usia remaja disekolah
- dapat mempertahankan 4. Beri reinforcement positif
prestasinya disekolah kepada klien setiap Kliendapat
menunjukkan sikap yang positif

3 Kecemasan Setelah dilakukan Anxiety Reduction


tindakan keperawatan 1. Kaji kecemasan pasien dan
selama 3 x pertemuan respon nonverbal yang
diharapkan kecemasan ditunjukkan
No Diagnosa NOC NIC
klien berkurang dengan 2. Dorong pasien untuk
kriteria hasil : mengungkapkan perasaan dan
Anxiety control ketakutannya
Coping 3. Gunakan pendekatan yang
1. Pasien mampu menenangkan pada pasien
mengidentifikasi dan 4. Dengarkan pasien dengan penuh
mengungkapkan perhatian
gejala cemas 5. Dorong keluarga untuk
2. Pasien dapat menemani anak
menunjukkan tehnik 6. Jelaskan semua prosedur yang
untuk mengontrol akan dilakukan
cemas 7. Ajarkan pasien menggunakan
3. Postur tubuh, ekspresi teknik relaksasi nafas dalam
wajah, bahasa tubuh untuk mengurangi cemas dan
dan tingkat aktivitas ketakutannya
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4 Risiko cedera Setelah dilakukan Environment management


tindakan keperawatan 3x (Manajemen lingkungan)
pertemuan diharapkan 1. sediakan lingkungan yang
masalah keperawatan aman untuk psien
dengan risiko cedera 2. identitifikasi kebutuhan
dapat teratasi dengan keamanan pasien, sesuai
kriteria hasil sbb: dengan kondisi fisik dan
Risk control fungsi kognitif pasien dan
1. klien terbebas riwayat penyakit terdahulu
dari cedera pasien
2. klien mampu 3. menghindari lingkungan
menjelaskan yang berbahaya (misalnya
cara/metode memindahkan perabotan)
untuk mencegah 4. memasang side rail tempat
cedera tidur
3. klien mampu 5. menyediakan tempat tidur
menjelaskan yang nyaman dan bersih
factor resiko dari 6. menempatkan saklar lampu
lingkungan ditempat yang mudah
prilaku personal dijangkau pasien
4. mampu 7. memindahkan barang-
memodifikasi barang yang dapat
gaya hidup untuk membahayakan
mencegah injury
5. menggunakan
No Diagnosa NOC NIC
fasilitas kesehatan
yang ada
6. mampu
mengenali
perubahan status
kesehatan

5 Deficit Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan


pengetahuan tindakan keperawatan 1x 1. tentukan pengetahuan kesehatan
pertemuan diharapkan dan gaya hidup induvidu maupun
maslah deficit keluarga
pengetahuan keluarga 2. bantu klien dan keluarga
dan pasien dapat teratasi mengenai menjaga kesehatan
dengan criteria hasil: 3. rumuskan tujuan dari pendidkan
Pengetahuan proses kesehatan
penyakit: 4. berikan informasi mengenai status
Pengetahuan proses kesehatan klien saat ini
penyakit 5. libatkan induvidu dan kelompok
1. mengetahui dalam pemberian pendidkan
karakteristik spesifik kesehatan.
penyakit Pengajaran proses penyakit
2. mengetahui factor 1. kaji tngkat pengetahuan pasien
penyebab penyakit menyenai penyakit
3. efek fisiologis 2. jelaskan patofisiologi penyakit
penyakit pasien
4.mengetahui tanda dan 3. jelaskan proses penyakit fartor
gelaja penyakit penyebab dan tanda gelaja.
5.terdapatnya dukungan
orang terdekat
pengetahuan
manajemen penyakit
kronik
1. mengetahui perjalanan
penyakit
2. mengetahui tanda
gelaja penyakit
3. mengetahui
managemen proses
penyakit
4. mengetahui diet yang
sesuai
1.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. M. 2014. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC


Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi
Selatan: Pustaka As Salam.
Jhonson & Leny.(2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit.EGC. Jakarta.
Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (2010).Child Development, 5 th Ed.Dubuque,
IA, Wm, C.Brown
Suprajitno.(2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam
Praktek.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai