Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN

PRAKTEK KEPERAWATAN KELUARGA PROFESI-NERS


PADA KELUARGA TN.”J” DENGAN MASALAH KESEHATAN
“DIABETES MELLITUS ” TIPE I DI JALAN ANDI MUH. SALEH
KECAMATAN SINJAI UTARA KABUPATEN SINJAI
TANGGAL 29 S/D 11 JULI 2020

NAMA : RAHMAWATI,S.Kep

NIM : D 19 07 011

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KELAS KONVERSI SINJAI

TAHUN 2019/2020
PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KEPERAWATAN KELUARGA PROFESI-NERS,

JALAN ANDI MUH. SALEH KECAMATAN SINJAI UTARA

KABUPATEN SINJAI

Telah Disahkan

Pada Hari Jumat 10 Juli 2020

OLEH

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING LAHAN

( AZSRUL AB, S.Kep, Ners M.Kes ) (ANDI ARIANI DJALIL, S. Kep, Ns, MM)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, dengan segala kesehatan dan
kesempatan yang dihidayahkan kepada kami selaku Mahasiswa Profesi Ners Kampus Panrita Husada
Bulukumba Kelas Konversi Sinjai, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Tugas
Keperawatan Keluarga tentang “ Laporan Praktek Keperawatan Keluarga Profesi-Ners Kecamatan
Sinjai Utara Kabupaten Sinjai dengan masalah kesehatan pada keluarga yaitu : “Gangguan Sistem
Endokrin Diabetes Mellitus Pada Tn.”J”.

Penyusunan tugas ini terdiri dari penjelasan tentang tinjauan secara teoritis dan

Tinjauan Kasus yang telah kami susun dan Refrensi yang diambil mengacu pada Buku-buku

Keperawatan dalam menunjang penyelesaian tugas ini dan beberapa referensi lain.

Namun demikian, kami menyadari bahwa hasil penyusunan atau isi daripada tugas ini

masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, sangat diharapkan saran

dan kritikan yang bersifat membangun, demi perbaikan yang lebih baik dan dapat pula

dikembangkan nantinya. Tidak lupa pula saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak

yang telah membantu dan kepada pembimbing Departemen Keperawatan Keluarga yang

telah memberikan arahan dan sumber pengatahuan, semoga dengan ilmu ini dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sinjai, 01 Juli 2020

Penyusun,

Rahmawati,S.Kep
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

LAPORAN PENDAHULUAN

a. Konsep Keperawatan Keluarga

b. Konsep Penyakit/Masalah Kesehatan

PENGKAJIAN

a. Data Umum Keluarga

b. Data Pengkajian Individu yang Sakit Dalam Keluarga

c. Data Penunjang Keluarga

d. Kemampuan Keluarga Melaksanakan Tugas Kesehatan

PENEGAKAN DIAGNOSA KEP. KELUARGA

a. Rumusan Data Pendukung

b. Penegakan Diagnosa

INTERVESI KEPERAWATAN KELUARGA

a. Tujuan

b. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA

a. Rencana Kegiatan/ Kontrak

b. Prosedur Tindakan/ SAP

EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

a. Evaluasi Akhir (Sumatif)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

LEAFLET

FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN

FORMAT PENILAIAN PENGKAJIAN KELUARGA


I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keperawatan Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu sama lain (Setiadi, 2008).

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2012).

2. Tipe Keluarga

Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang

mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam

meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan

mengetahui berbagai tipe keluarga (Harmoko, 2012).

a. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu , dan anak

yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal

dalam suatu ikatan perawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar

rumah.

b. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak

saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,

bibi, dan sebagainya.

c. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui

perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembetukan satu

rumah dengan anak-anaknya , baik itu bawaan dari perkawinan lama

maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja

di luar rumah.
d. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di

rumah/ keduanya-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah

meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.

e. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak

mempunyai anak, keduanya/ salah satu bekerja di rumah.

f. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian

pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.

g. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

h. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal

terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-

waktu tertentu.

i. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan

tidak adanya keinginan untuk menikah.

j. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

k. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu

panti.

l. Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan

keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu

adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari

anak-anak.

n. Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak

di kehendaki, anaknya di adopsi.

o. Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama

tanpa pernikahan.
3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) ada 5 yaitu :

a. Fungsi afektif

Fungsi Afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif

berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga

saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam

keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan

fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan

konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh kelurga dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah :

1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih

sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka kemampuan

untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada

akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.

2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai

dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta

selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif

akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga


dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada

berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi menfasilitasi stabilisasi prime anak yang

bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang

produktif serta memberikan status anggota pada keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada

pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan

keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber

daya yang cukup, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan.

e. Fungsi Perawatan Keluarga

Fungsi perawatan keluarga adalah fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh

orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tingga,

perawatan kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya.

Ada juga beberapa sumber menhelaskan tentang fungsi keluarga

sebagai berikut :

a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi

keluarga. (Harmoko, 2012)


b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan

kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan

identitas pada keluarga. (Harmoko, 2012)

c. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk

normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya (Harmoko, 2012).

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembagkan proses interaksi

dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan

tempat individu untuk belajar bersosialisasi (Setiawati, 2008).

d. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dimana yang akan datang (Harmoko,

2012) . Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan

papan (Setiawati, 2008).

e. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya

sebagai orang dewasa serta mendidik anak sesuai dengan tingkat

perkembanganya (Harmoko, 2012).

4. Tahap-Tahap Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall & Miliier ; Carter &

Megoldirck, Friedman (2010), mempunyai tugas perkembangan yang

berbeda seperti :
a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru

Tahap ini menunjuk kemasa dimana individu berusia 20

tahunan yang telah mandiri secara finansial, dan secara fisik telah

meninggalkan keluarganya namun belum berkeluarga, tahap keluarga

antara tidak dianggap tahap siklus kehidupan keluarga. Tugas

perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan yang

harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan

yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain

dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis lain

dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,

merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.

b. Tahap keluarga II, keluarga kelahiran anak pertama (child bearing).

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga

bayi berusia 30 bulan. Biasanya orang tua tergetar hatinya dengan

kelahiran anak pertama mereka, tetapi kegembiraan yang tidak

dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba dirumah dengan

bayinya setelah tinggal dirumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu dan

ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mereka. Tugas

perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga

muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan

yang besar dengan manambahkan peran orang tua kakek dan nenek

dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-

masing pasangan.

c. Tahap III, keluarga dengan anak usia pra sekolah (family with

preschool).
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak

pertama berusia 21/2 tahun dan berakhir ketika anak pertama berusia

5 tahun sekarang keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga 5 orang

dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak

perempuan- saudari, keluarga lebih majemuk dan berbeda. Tugas

perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan

anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak

yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,

mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar

keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, melalui

mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama,

memenuhi kebutuhan ber main anak.

d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (family with school

children).

Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan

mul;ai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dan

masa remaja. Biasanya keluarga mencapai jumlah anggota

maksimum, dan hubungan keluarga diakhir tahap ini. Tugas

perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak

termasuk meningkatkan presiasi sekolah dan mengembangkan

hubungan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan

yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik, anggota

keluarga, membiasakan belajar teratur, mempertahankan anak saat

menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (family eith teenagers)


Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari

siklus kehidupan keluarga dimulai tahap ini berlangsung selama 6

hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih

tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. Tugas

perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa

mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawainan,

berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-anak,

memberikan perhatian, memberikan kebebasan dan batasan tanggung

jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI, keluarga dengan melepas anak atau anak dewasa

(launching center families).

Permulaan dan fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak

pertama meninggalkan rumah orangtua dan berakhir dengan “rumah

kosong”. Ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat

singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang

belum menikah yang masih tinggal dirumah setelah tamat dari SMA

atau perguruan tinggi.

g. Tahap VII, keluarga usia pertengahan (nuddle age families).

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia

pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pension atau kematian

salah satu pasangan.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu

menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,


mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para

orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga

keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan

kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi

dengan anak-anak.

h. Tahap VIII, keluarga usia lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah

satu atau kedua pasangan memasuki masa pension, terus berlangsung

hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan

lain meninggal.

B. Konsep Penyakit/Masalah Kesehatan

1. Defenisi

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks

yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi &

Sukarmin, 2008).

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan

komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana

elin, 2009).

2. Etiologi

Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :

a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1


Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan

penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :

1) Faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu

sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan

genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan

genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe

antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA

merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen

tranplantasi dan proses imun lainnya.

2) Faktor Imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon

autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah

sebagai jaringan asing.

3) Faktor Lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β

pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa

virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin.

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor

genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)


penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai

dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM

tipe II, diantaranya adalah:

1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas

65 tahun).

2) Obesitas

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik

3. Patofisilogi

Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu

terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta

pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.

Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak

terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak

dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan

menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi

glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap

kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut

muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di

ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.

Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan

lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami


peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.

Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal

insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)

dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam

amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses

ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan

hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang

mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk

samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu

keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis

yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti

nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila

tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan

kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan

akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi

gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan

kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
4. Manifestasi Klinis

Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada

penderita Diabetis Mellitus, yaitu:

a. Gejala awal pada penderita Dibetis Mellitus adalah :

1) Poliuria (peningkatan volume urine)

2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine

yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan

dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi

ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel

mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang

hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang

pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan

menimbulkan rasa haus.

3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang

kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat

badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali

merasa lapar yang luar biasa.

4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran

darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein

diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk

menggunakan glukosa sebagai energi.

5. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes

Association’s Expert Committee on the Diagnosis and Classification

of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes didalam

(Corwin,2009) yaitu :

a. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/Diabetes

Melitus tergantung insulin (DMTI).

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik

adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya

menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.

Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.

Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI).

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik

adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan

sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat

penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama

adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa

darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik

(suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat

mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka

yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang

obesitas.
c. DM tipe lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma

pankreatik), obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan

penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.

d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak

mengidap diabetes.

6. Komplikasi

Menurut Sujono & Sukarmin (2008), komplikasi DM dibagi

dalam 2 kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan

komplikasi vaskular jangka panjang :

a. Komplikasi Metabolik Akut

1) Hyperglikemia

Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa

darah yang tinggi pada rentang non puasa sekitar 140-160

mg/100 ml darah. Hiperglikemia mengakibatkan

pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat

seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme

tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa.

Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi

mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera.

Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme mendapat

peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan


mengakibatkan penderita DM mudah mengalami infeksi

oleh bakteri dan jamur.

b. Komplikasi Kronik Jangka Panjang

1) Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang

menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati

diabetik), glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-

saraf perifer (neuropati diabetik).

2) Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis

berupa aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia

yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi

penyebab jenis penyakit vaskular. Gangguan dapat berupa

penimbunan sorbitol dalam intima vaskular,

hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah.

9. Penatalaksanaan

Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu

tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap

tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi

hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada

lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :

a. Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat :


1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

2) Mengarahkan pada berat badan normal

3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati

diabetik.

4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan

penderita.

5) Menarik dan mudah diberikan.

6) Jumlah sesuai kebutuhan

7) Jadwal diet ketat

8) Jenis: doleh dimakan/tidak

b. Latihan/Olahraga

Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½

jam. Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran

darah dan penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes

dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan

adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan

sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan

kadar glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar

glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth

hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat

hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan

kadar glukosa darah.Untuk pasien yang menggunakan insulin

setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah


hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan

memuncak pada saat latihan.

c. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan

kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam

cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video,

diskusi kelompok, dan sebagainya.

d. Obat-Obatan

1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/Obat Hipoglikemik Oral

(OHO)

a) Mekanisme Kerja Sulfanilurea

Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi

pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan

ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi

insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat

golongan ini biasanya diberikan pada penderita

dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai

pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.

b) Mekanisme Kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik,

tetapi mempunyai efek lain yang dapat

meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :


(1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra

pankreatik.

(a) Menghambat absorpsi karbohidrat

(b) Menghambat glukoneogenesis di hati

(c) Meningkatkan afinitas pada reseptor

insulin.

(2) Biguanida pada tingkat reseptor :

meningkatkan jumlah reseptor insulin.

(3) Biguanida pada tingkat pascareseptor :

mempunyai efek intraselluler.

2) Insulin

a) Indikasi penggunaan insulin

(1) DM tipe I

(2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat

dirawat dengan OAD.

(3) DM kehamilan

(4) DM dan gangguan faal hati yang berat.

(5) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis,

gangrene).

(6) DM dan TBC paru akut

(7) DM dan koma lain pada DM

(8) DM operasi

(9) DM patah tulang


(10) DM dan underweight

(11) DM dan penyakit Graves

b) Beberapa cara pemberian insulin

(1) Suntikan insulin subkutan

(2) Insulin regular mencapai puncak kerjanya

pada 1-4 jam, sudah suntikan subcutan,

kecepatan absorpsi di tempat suntikan

tergantung pada beberapa faktor antara lain.

10. Pemeriksaan Diagnostik

Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula

darah , menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:

a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik

untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan.

Atau >140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT

115-140 mg/dl.

b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk

skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostic.

c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining

bukan diagnostik.

d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1

jam, 1½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.


e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO

merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan

gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa.

f. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak

bermakna. Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa

abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada

orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah

140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.

g. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih

dari 3 bulan.

h. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah

pemberian glukosa.

i. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120

mu/ml, dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia

atau dalam penelitian diabetes.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah merupakan proses yang

kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama

dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. ( Nurul Cahyatin,

2012).

Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut

Effendi (2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik

dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga,


menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga

dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk

membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan

keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga.

Friedman (2010) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga

terdiri dari lima langkah dasar meliputi :

1. Pengkajian

Menurut Suprajitno (2004) pengkajian adalah suatu tahapan

ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus

menerus tentang keluarga yang dibinanya.Pengkajian merupakan

langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga.Agar

diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan

keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang

digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana.

Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses

perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk

mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga (Santun setiawati,

2008).

a. Tahap pengkajian

Tahap ini merupakan pengumpulan informasi secara terus

menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.


Data yang dikumpulkan meliputi :

1) Data umum

Terdiri dari data keluarga dan data anggota keluarga. Data

keluarga teridiri dari : Nama kepala keluarga, alamat

rumah, agama, suku, bahasa sehari-hari, jarak yankes

terdekat, dan alat transportasi. Sedangkan data anggota

keluarga terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, suku,

pendidikan terakhir, pekerjaan saat ini, status

gizi(TB,BB,BMI), status imunisasi dasar, alat bantu,

penampilan umum, status kesehatan saat ini, riwayat

penyakit/alergi, analisis masalah kesehatan. Selanjutnya

komposisi keluarga dibuat genogramnya.

2) Genogram

Aturan yang harus dipenuhi dalam pembuatan genogram :

a) Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah

kiri

b) Umur anggota keluarga ditulis pada symbol laki-laki

atau perempuan

c) Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah

symbol laki-laki atau perempuan

d) Penggunaan symbol dalam genogram.


3) Data pengkajian individu yang sakit

a) Keadaan Umum

b) Sirkulasi/Cairan

c) Perkemihan

d) Pernapasan

e) Pencernaan

f) Muskuloskeletal

g) Neurosensori :

h) Kulit

i) Tidur dan Istirahat

j) Mental

k) Komunikasi dan budaya

l) Kebersihan diri

4) Perawatan diri sehari- Data penunjang keluarga

a) Rumah dan sanitasi

b) PHBS di rumah.

c) Data status sosial keluarga dan aktivitas rekreasi

keluarga.

d) Data tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, dan

riwayat kesehatan keluarga inti.

e) Data fungsi keluarga terdiri

f) Data stress dan koping keluarga terdiri


5) Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan

kesehatan anggota keluarga.

6) Karakteristik tetangga dengan komunitas

Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat, yaitu keadaan sekitar tempat tinggal

keluarga, meliputi kebiasaan, seperti lingkungan fisik,

nilai dan norma serta aturan dan budaya setmpat yang

mempengaruhi kesehatan.

7) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan

keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga

yang ada dan sejauh mana keluarga dapat berinteraksi

dengan masyarakat sekitarnya.

8) Sistem pendukung keluarga

Yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat dan

fasilitas kesehatan yang menunjang kesehatan (bpjs, askes,

jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain). Fasilitas

fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan),

dukungan psikologis anggota keluarga atau masyarakat,

dan fasilitas social yang ada disekitar keluarga dapat

digunakan untuk meningkatkan kesehatan.


9) Struktur keluarga

Nilai atau norma keluarga, struktur peran, pola

komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga.

10) Tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan Diagnosis

Keperawatan

2. Diagnosis keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan

objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan

diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses

berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,

keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain

(Ambarwati dan Wulandari. 2010). Diagnosis keperawatan dapat

dibedakan menjadi lima kategori, antara lain :

a. Aktual

Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan

harus sesuai dengan data-data klinik yang diperoleh.

b. Resiko

Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi jika

tidak dilakukan intervensi keperawatan.

c. Potensial

Data tambahan diperlukan untuk memastikan masalah

keperawatan yang potensial.Pada keadaan ini data penunjang

dan masalah belum ditemukan tetapi sudah ada faktor yang

dapat menimbulkan masalah.


d. Wellness

Diagnosis keperawatan sejahtera (wellness) adalah

kemampuan klinik tentang kemampuan individu, keluarga dan

atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu

ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.

e. Sindrom

Diagnosis keperawatan sindrom adalah diagnosis yang

terdiri dari kelompok diagnosis aktual dan resiko tinggi yang

diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau situasi

tertentu.

Sesuai teori penderita DM muncul 11diagnosis, diagnosis

keperawatan yang muncul pada penderita diabetes mellitus menurut

(SDKI, Edisi 1. 2016) sesuai dengan prioritas masalah antara lain :

a. Kurangnya pengetahuanb.d. kurangnya informasi tentang

perjalanan penyakit diabetes melitus.

b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga

b.d. ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang menderita diabetis Mellitus.

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d. ketidak mampuan

mengatasi masalah individu/keluarga.

3. Rencana Keperawatan

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan

keperawatan.Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi


serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan

tiga tingkat pencegahan.Pencegahan primer untuk memperkuat garis

pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis

pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis

pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek.Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi

pada lima tugas keluarga.

Tahapan dalam perencanaan keluarga antara lain:

a. Tujuan jangka panjang

Menentukan pada perubahan perilaku dan mengarah

kepada kemampuan mandiri dan lebih baik ada batas waktunya.

b. Tujuan jangka panjang

Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap hari

yang dihubungkan dengan keadaan yang mengancam

kehidupan.

4. Implementasi

Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang

telah disusun sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi

keperawatan keluarga antara lain:


a. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.

b. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas

masalah.

c. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa financial, motivasi, dan

sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.

d. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga

janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas

sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya.Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil

sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru.Perlu

diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali

dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu

yang sesuai dengan kesediaan keluarga.

Karakteristik evaluasi dengan pedoman SOAP memberikan

tuntunan pada perawat dengan uraian sebagai berikut:

a. Subjektif

Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain

tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan ataupun

kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.


b. Objektif

Data yang bisa diamati atau diukur melalui teknik

observasi, palpasi, perkusi, dan auskultasi sehingga dapat dilihat

kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum

dan setelah diberikan tindakan keperawatan.

c. Analisa

Pernyataan yang menunjukan sejauhmana masalah

keperawatan dapat ditanggulangi.

d. Planning

Rencana yang ada dalam catatan perkembangan

merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan

atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan

modifikasi bagi perawat.


FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN

(Tanggal : 29 Juni 2020 )

I. DATA UMUM

1. Kepala Keluarga (Inisial ) : Tn. J


2. Umur : 64 Tahun
3. Agama : Islam
4. Suku / Bangsa : Bugis (Indonesia)
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Alamat : Jln. Andi Muh. Saleh, Kec. Sinjai Utara
8. Komposisi Keluarga

Imunisasi
Nama/ JK Hub Kel Umur Pend BCG,Polio,DPT, Ket
No
Inisial Hepatitis,Campak

1. Tn.J P Kepala Keluarga 64 th SD - DM

2. Nn.I P Anak 27 th SI Lengkap Sehat


GENOGRAM : Klien berada pada generasi ke 3

94

46 43 ? ?
53

64

38 35 27

Keterangan :
: Laki – laki : Tinggal Serumah
: Perempuan ? : Tidak Diketahui
: Garis perkawinan : Meninggal
: Garis Keturuna : Klien
Ket:
G I : Kakek dan nenek klien telah meninggal karena faktor usia
GII : Orang tua klien ayah klien telah meninggal karena faktor usia.
GIII : Istri klien telah meninggal, suami klien memiliki 6 orang saudara 4 orang telah
meninggal dan 2 orangnya lagi masih hidup. klien memiliki 3 orang saudara dan 3
orang anak.
9. Tipe Keluarga : Keluarga Tradisional
10. Suku Bangsa : Keluarga Tn. J Bersuku bugis. Bahasa yang
sering digunakan dalam kesehariannya adalah bahasa indonesia, dalam
keluarga Tn. J tidak ada pantangan atau kebiasaan yang mengikat terutama
kaitannya dengan kesehatan
11. Agama : Islam
12. Status Sosial ekonomi keluarga : ( Menengah ) Dalam keluarga Tn. J hanya
menunggu hasil kebun dan sawah yang dikelolah oleh orang-oarng
keperacayaan Tn. J Penghasilan Tn. J tidak menentu setiap bulannya namun
keluarga mengatakan lebih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.
13. Aktivitas rekreasi keluarga: Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk
berekreasi, dan keluarga mempunyai agenda rutin arisan keluarga disetiap
bulannya.

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga :

14. Tahap perkembangan keluarga saat ini:


Tahap perkembangan Keluarga saat ini berada pada tahap Tahap VI
Keluarga Dewasa Muda (launching center families). Keluarga Tn.J Memiliki
3 orang anak, Yaitu : Anak tertua berusia 38 thn dan telah menikah, anak ke
dua berusia 35 dan telah menikah dan anak terakhir berusia 27 tahun belum
menikah.
15. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Secara Umum tidak
ada masalah dalam tahap perkembangan keluarga saat ini. Tn. J sudah
melalui tahap perkembangan I-V.
16. Riwayat kesehatan keluarga inti :
Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga sebagai berikut :
1) Tn. J : Tn. J mengatakan sudah menderita penyakit DM selama kurang
lebih 2 tahun dan Tn. J mengatakan minum obat untuk menjaga kadar
gula darahnya agar tetap stabil. Ketika terjadi peningkatan kadar gula
darah, Tn. J akan menerapkan lagi Pola hidup sehat yaitu dengan
mengikuti anjuran. Tn. J sering BAK pada malam hari yang
mengakibatkan pola tidurnya kadang tergang.u Tn. J tidak memiliki
masalah kesehatan yang cukup serius, dalam keluarga tidak ada riwayat
penyakit menular
2) Nn.I : Nn.I mengatakan keadaan keseahatannya baik.
17. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Istri Tn. J meninggal ± 5 tahun lalu karena penyakit stroke. Dalam
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
III. Data Lingkungan
18. Karakterisitik rumah :
Rumah yang ditinggali keluarga Tn.J adalah miliknya sendiri , rumah
permanen, karakteristik rumah, luas bangunan yang ditempati sekitar (14 x
7 m), terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 4 kamar tidur, 1 ruang
dapur, 2 kamar mandi. Bangunan rumah berbentuk persegi panjang. Rumah
berlantaikan keramik dalam keadaan bersih, dengan penerangan dan
ventilasi cukup serta konstruksi yang menjamin sirkulasi udara dapur yang
cukup. Sumber air mengunakan PDAM dan sumur BOR, air yang
digunakan bersih dan jernih, dan untuk air minum menggunakan air gallon.
Di samping rumah terdapat tanaman obat (TOGA) dan berbagai tanaman
sayur-mayur.
a. Luas Rumah : 14x7 Meter
b. Jumlah Ruangan : 9 Ruangan
c. Peralatan perabotan rumah tangga : Peralatan alat rumah tangga tertata
rapi dan bersih.
d. Jarak septic tank dengan sumber air minum (Sumur) yang digunakan :
<12 meter
e. Sumber air minum yang digunakan : Air gallon
f. Denah Rumah :

B A Ket :
A. : Gudang
B. : Teras Depan
D
C. : Teras Samping
E D. : Kamar I
C F E. : Kamar II
H F. : Kamar III
G
G. : Kamar IV
H. : Ruangan Tamu
I. : Ruang Keluarga
I J. : Ruang Makan

J K. : Dapur
K L. : Kamar Mandi I
M. : Kamar Mandi II
N. : Pentras Belakang

M
N

19. Karakterisitik tetangga dan komunitas RW :


Tn. J tinggal diwilayah Sinjai Utara, berpenduduk padat, dan rata-rata
tetangga Tn. J bersuku Bugis.
20. Mobilitas Geografis keluarga :
Keluarga Tn. J sudah menempati rumah yang ditingalinya sejak awal
pernikahannya sampai saat ini.
21. Perkumpulan keluarga dan interksi dengan masyarakat :
Keluarga termasuk anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti
musyawarah dalam keluarga dan keluarga berinteraksi dengan baik dengan
masyarakat
22. Sistem pendukung keluarga :
Keluarga Tn. J mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan, Tn. J mempunyai
keluarga besar yang sewaktu - waktu bisa dimintai bantuan bila dibutuhkan.
Keluarga Tn. J selalu mendapat dukungan dari anak-anaknya. Bila ada
masalah kesehatan keluarga Tn. J selalu dibawa klinik dokter, puskesmas
ataupun ke rumah sakit umum.
IV. Struktur keluarga
23. Pola komunikasi keluarga :
Komunikasi Tn. J dan keluarga menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
bugis (kadang-kadang). Antar Anggota keluarga terbina hubungan yang
harmonis, walaupaun anak-anak Tn. J sudah berkeluarga dan hidup terpisah,
namun dalam menghadapi suatu permasalahan, biasanya dilakukan
musyawarah keluarga sebelum memutuskan suatu permasalahan. Keluarga
Tn. J sering bersenda gurau.
24. Struktur peran keluarga :
Struktur peran (formal dan informal) :
a. Tn. J sebagai kepala keluarga, istrinya meninggal dan Tn. J dinafkahi
oleh Anaknya.
b. Nn.I Merupakan anak bungsu dalam keluarga yang masing tinggal
dengan Tn. J., Nn.I berstatus seoarang Mahasiswa.
c. Tidak ada masalah dalam melaksanakan peran masing-masing.
25. Nilai dan norma keluarga :
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai
dalam norma agama islam yang dianutnya serta norma masyarakat
disekitarnya.
26. Struktur kekuatan keluarga :
Keluarga merupakan keluarga janda yang terbentuk karena kematian
pasangan, saat ini Tn. J tinggal dengan anaknya Nn.I , ketika ada suatu
masalah yang tidak dpaat diselesaikan secara demokratis maka penentu
keputusan adalah Tn. J selaku KK.
V. Fungsi Keluarga

27. Fungsi ekonomi : Pendapatan Perbulan lebih dari cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan masih bias ditabung, jika ada anggota keluarga
sakit bisa menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia.
28. Fungsi sosial :
Tn. J mengatakan interaksi antara anggota keluarga dapat berjalan dengan
baik. Hal ini disebabkan karena anggota keluarga berusaha untuk memenuhi
aturan yang ada dan melaksanakan perannya masing-masing misalnya, saling
menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan berusaha untuk
mengikuti aturan atau norma yang ada di masyarakat sehingga dapat
menyesuaikan dengan masyarakat di sekitarnya. Keluarga Tn. J memiliki
hubungan social yang baik dengan para tetangganya.
29. Fungsi Afektif keluarga :
Tn. J selalu menegur anaknya jika tidak mendengar nasihat, Tn. J sering
menasehati anaknya. Sikap dan hubungan antar keluarga baik, Keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai. Keluarga Tn. J rukun dan
perhatian jika ada anggota keluarga yang membutuhkan maka anggota
keluarga yang lain akan berusaha membantunya. Keluarga Tn. J peduli
dengan anggota keluarga yang sakit. Namun kadang karena Tn. J tinggal
sendiri dan kurangnya kesadaran diri sehingga Tn. J kadang tidak mengikuti
anjuran dokter atau pola hidup yang tidak sehat.

30. Fungsi sosialisasi :


Interaksi antar anggota keluarga terjalin baik, anggota keluarga sangat
memperhatikan dan menerapkan etika dan sopan santun dalam berperilaku,
keluarga Tn. J memiliki hubungan social yang baik dengan para
tetangganya.
31. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan :
Tn. J menderita penyakit Diabetes Melitus, Tn. J kadang tidak begitu
memperhatikan kesehatnnya yang penting badannya enak. Tn. J kadang
tidak akan memperhatikan pola makananya karena tinggal sendiri, kadang
Tn. J tidak memperhatikan pola kehidupan(pola makannya). Tn. J
mengetahui dampak yang terjadi ketika pola makannya tidak terkontrol,
namun Tn. J kadang mengabaikannya. Kurangnya kesadaran diri dan
disiplin dalam menjalani pola kehidupan. Anak-anak Tn. J sering
memperingatkan untuk menjaga pola makan agar tidak terjadi peningkatan
kadar gula darah. Tn. J mengetahui pantangan penyakit DM namun kadang
Tn. J mengabaikannya. Menurut keluarga Tn, J baru akan melakukan
pemeriksaan bila merasakan keluhan yang membuatnya tidak merasa
nyaman. Tn. J melakukan pemeriksaan di klinik dokter. Keluarga
mengatakan bahwa ia mengetahui akibat yang bisa timbul akibat dari kadar
gula darah yang tidak terkontrol.
32. Fungsi Religius :
Tn. J dan kelurga dalam kehidupan setiap hari keluarga menjalani hidup
berdasarkan tuntunan ajaran agama islam.

33. Fungsi Reproduksi : Tn. J saat ini sudah tidak dalam fase produktif
(Menopouse). Jumlah anak yang dimiliki Tn. J berjumlah 3orang yaitu 1
laki-laki dan 2 perempuan, dimana anak pertama dan kedua telah berumah
tangga dan hidup terpisah dengan Tn. J.

VI. Stress dan Koping Keluarga


34. Stressor jangka pendek dan panjang :
a. Sterssor jangka pendek, Tn. J sering mengeluh merasa cepat lelah.
b. Sressor jangka panjang, Tn. J mengatakan jika kadar gulah darahnya
tidak terkontrol Tn. J merasa cepat lelah dan tidak dapat beraktivitas
sebagamana biasanya.
35. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor :
Berupaya untuk sembuh dan menyembuhkan anggota keluarga yang sakit dan
saling mendukung dan merawat untuk kesembuhan anggota keluarganya.
36. Strategi koping yang digunakan :
Dalam menghadapi masalah biasanya keluarga berdiskusi antar anggota
keluarga.
37. Strategi adaptasi disfungsional :
Anggota keluarga akan saling menasehati jika melakukan kesalahan,
atau berbuat perilaku yang menyimpang.
VII. Pemeriksaan Fisik (tiap anggota keluarga dengan pendekatan “head to toe”
terutama yg diidentifikasi sebagai klien/sasaran askep keluarga)

*Rubah dalam bentul Lanscape sehingga kolomnya lebar sehingga dpt menulis data
subjektif.
1. Pemeriksaan Fisik : Tgl 29 Juli 2020

No PemFis Tn. J Nn.I


1. Kepala Bentuk kepala bundar, Kepala bersih, rambut mulai beruban. Bentuk kepala bundar, kepala bersih, rambut panjang ikal.
2. Leher leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis
arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
(struma). (struma).
3. Mata Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva terlihat anemis, tidak ada Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak terlihat anemis,
katarak, klien mengggunakan alat bantu melihat (kaca mata) ketika tidak ada katarak, penglihatan jelas tidak mengunakan alat bantu
membaca. Tn. J mengatakan penglihatanya kadang kabur. melihat.
4. Telinga Fungsi pendengaran baik Fungsi pendengaran baik
5. Hidung Lubang hidung simetris kira dan kakan, tidak terdapa sekkret,polip. Tidak ada kelainan yang ditemukan
Tidak ada kelainan yang ditemukan
6. Mulut Mukosa bibir kering, gigi masih lengkap Mukosa bibir lembab, gigi lengkap.
7. Dada Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2
(normal),tidak terdapat palpitasi, suara mur-mur tidak ada, ronchi tunggal,tidak terdapat palpitasi, suara mur-mur tidak ada, ronchi
tidak ada, wheezing tidak ada tidak ada, wheezing tidak ada
8. Abdomen Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus 10x/menit, tidak pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
ada bekas luka operasi 10x/menit, tidak ada bekas luka operasi
9 Kulit : Kulit Tn. J sudah keriput dan tidak elastis, warna kulit putih, tidak Nn.I memiliki kulit elastis, warna kulit sawo matang.
Turgor ada lesi dan lainnya.
10 Ekstremita Kekuatan otot 5 5 Kekuatan otot 5 5
s 5 5 5 5
Ket : 5/5 : Mampu menggerakan persendian dengan gaya gravitasi, Ket : 5/5 : Mampu menggerakan persendian dengan gaya
mampu melawan dengan tahanan penuh. gravitasi, mampu melawan dengan tahanan penuh
Kekuatan otot Tn. J masih baik, walaupun klien sering mengeluh
Gerakan nyeri di kedua lututnya (Asam Urat 6.7 mg/dl)

. Vital sign BP: 130/80 mmHg BP: 110/70 mmHg


R: 20x/menit R: 20x/menit
P: 74x/menit N: 88x/menit
T: 36,30C S: 36,70C
BB : 57 kg BB : 41 kg
GDS : 140 mg/dl
- Tn. J mengatakan kadang tidak mengikuti anjuran dokter.
- Tn. J mengatakan mengetahui tentang diet DM tapi sering
mengabaikan diit tersebut.
- Tn. J mengatakan kurang berolahraga
- Tn. J mengatakan sering merasa lemas dan cepat lelah.
VIII. Harapan Keluarga dibidang Kesehatan
a. Terhadap Masalah Kesehatan
Keluarga Berharap Tn. J selalu menjaga pola makannya dan meningkatkan
kesehatanya.
b. Terhadap Petugas Medis
Keluarga berharap kepada tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan
yang baik dan tepat pada siapa saja yang membutuhkan.

IX. Pengkajian Fokus : sesuai tugas perkembangan keluarga saat ini


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah Tn. J membantu anak tertua
untuk terjun ke dunia luar anak-anaknya yang telah menikah telah menetap dan
tingggal secara mandiri, Tn. J terus mensuport anak terkecilnya, yaitu
membantunya untuk menjadi mandiri.
Klasifikasi Data ;

Data subjektif Data objektif


1. Tn. J mengatakan badannya 1. Keadaan umum sedang
terasa lemas 2. GCS 15 Coposmentis
2. Tn. J mengatakan kadang 3. Konjungtiva anemis
pusing ketika beraktivitas 4. Tampak jarak antara kamar tidur
3. Tn. J mengatakan Tn. J dengan WC cukup jauh
penglihatannya kadang kabur 5. GDS 140 mg/dL
(kurang baik) 6. Tanda-tanda vital
4. Tn. J mengatakan sudah BP : 130/80 mmHg
menderita penyakit diabates RR : 20x/menit
mellitus selama 1 tahun dan P: 74x/menit
selain itu pula Tn. J 7. Kekuatan otot
mengkonsumsi obat 5 5
glibenclamide ketika kadar 5 5
gula darahnya tinggi. 8. Kekuatan oto : 5/5 : Mampu
5. Tn. J mengatakan mengetahui menggerakan persendian dengan
dampak yang terjadi dari gaya gravitasi, mampu melawan
peningkatan kadar gulah dengan tahanan penuh.Kekuatan
darah tapi kadang Tn. J otot Tn. J masih baik, walaupun
mengabaikannya. klien sering mengeluh nyeri di
6. Tn. J mengatakan kadang kedua lututnya (Asam Urat 6.7
tidak mengikuti anjuran mg/dl)
dokter. 9. Kurang mampu menjalankan
7. Tn. J mengatakan perilaku sehat.
mengetahui tentang diet DM
tapi sering mengabaikan diit
tersebut.
8. Tn. J mengatakan kurang
berolahraga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
I. Analisis dan sintesis data

No Data Etiologi Problem


1 Faktor risiko : Ketidak mapuan Resiko Ketidakstabilan
1. Tn. J mengatakan sering keluarga untuk kadar glukosa darah
terbangun pada malam hari mengenal/meny (SDKI 0038)
untuk berkemih. adari
2. Tn. J mengatakan badanya Adanya sumber-
terasa lemas ketika sumber masalah
beraktivitas kesehatan.
3. Tn. J mengatakan kadang
pusing ketika beraktivitas
4. Tn. J mengatakan sudah
menderita penyakit diabates
mellitus selama 1 tahun dan
selain itu pula Tn. J
mengkonsumsi obat
glibenclamide ketika kadar
gula darahnya tinggi.
5. Tn. J mengatakan mengetahui
dampak yang terjadi dari
peningkatan kadar gulah
darah tapi kadang Tn. J
mengabaikannya.
6. Tn. J mengatakan kadang
tidak mengikuti anjuran
dokter.
7. Tn. J mengatakan
mengetahui tentang diet DM
tapi sering mengabaikan diit
tersebut.
8. Tn. J mengatakan kurang
berolahraga
9. GDS : 140 mg/dL

2 Ds : Ketidakmampua Resiko jatuh


Faktor Resiko n keluarga (SDKI D.0143)
1. Usia 64 Tahun dalam
2. Tampak jarak antara kamar memelihara
tidur Tn. J dengan WC cukup lingkungan baik
jauh fisik, psikis dan
3. Perubahan kadar gula darah spiritual
(GDS 140 mg/dl)
4. Kesemutan (kram)

3 Ds : Kesiapan peningkatan
1. Tn. J mengatakan ingin Manajemen kesehatan
mengikuti anjuran dokter (SDKI D.0112)
dengan mengontrol asupan
makananya agar terhindar
dari tingginya kadar
glukosa darah
2. Ny.M mengatakan ingin
melakukan pemeriksaan
glukosa darah secara rutin.
3. Keluarga Ny.M mengatakan
dapat melakukan perawatan
yang baik untuk mencegah
tingginya glukosa darah
Pada Tn. J
Do :
Tn. J dan keluarga
mengekspresikan keinginan
untuk mengelola masalah
kesehatan pada diabetes melitus
dan pencegahan diabetes
melitus

II. Perumusan Diagnosa Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan (PES)
1 Resiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah (SDKI 0038) b/d Ketidak
mapuan keluarga untuk mengenal/menyadari adanya sumber-sumber masalah
kesehatan. (Penyakit Diabetes Melitus).
2 Resiko jatuh (SDKI D.0143) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara
lingkungan baik fisik, psikis dan spiritual.
3 Kesiapan peningkatan Manajemen kesehatan(SDKI D.0112)

III.Penilaian (Skoring) diagnosa keperawatan


Dx 1 Resiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah (SDKI 0038) b/d Ketidak mapuan
keluarga untuk mengenal/menyadari adanya sumber-sumber masalah kesehatan.
(Penyakit Diabetes Melitus).
N KRITERIA PENGHITUNGA SKOR PEMBENARAN
O N
1 Sifat Masalah Skala : Dikatan resiko karena
2/3x1 = 2/3 2/3
Ancaman Kesehatan Tn. J selalu rutin
mengkonsumsi obat
untukmenurunkan kadar
kadar gula darahnya.
Hasil GDS : 140 mg/dl

Kemungkinan Masalah Tn. J dan keluarga bila


dapat diberitahu dapat
Diubah Skala : menerima dengan baik
Sebahagian informasi mengenai
resiko ketidakstabilan
glukosa darah namun
Tn. J mengatakan masih
sulit dalam mengontrol
gula darahnya. (kadang
mengabaikan diet DM)
½x2=1 1

3 Potensial Masalah Dikatakan cukup karena


untuk dicegah Skala : Tn. J dapat
2/3x 1 = 2/3 2/3
Cukup menggunakan fasilitas
kesehatan dengan baik
namun karena
kurangnya kontrol
dalam hal asupan
makanan membuat
ketidakstabilan glukosa
darah pada Tn. J
4 Menonjolnya Masalah 2/2 x 1 = 1 Masalah berat harus
1
Skala : segera ditangani, karena
Masalah berat, harus Tn. J dan keluarga
segera ditangani merasa sangat khawatir
jika terjadi
ketidakstabilan gula
darah pada Tn. J Dan
dari hasil pemeriksaan
GDS didapatkan 140
mg/dL

4
2=
3

Dx 2 Resiko jatuh (SDKI D.0143) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara


lingkungan baik fisik, psikis dan spiritual.
N KRITERIA PENGHITUNGA SKOR PEMBENARAN
O N
1 Sifat 2/3x1 = 2/3 Dikatakan resiko
2/3 karena faktor.
Masalah
Skala :
1. Usia 64 Tahun
Ancaman Kesehatan
2. Tampak jarak
(Risiko)
antara kamar
tidur Tn. J
dengan WC
cukup jauh
3. Perubahan kadar
gula darah(GDS
140 mg/dl)
4. Kesemutan
(kram)

Kemungkinan Masalah Masalah masih


dapat dapat diubah dengan
diubah mudah karena
Skala : keluarga sangat
Mudah mendukung Tn. J
dalam perawatannya
dan jika diberikan
informasi dapat
menerima dengan
mudah.
2/2 x 2 =2 2

3 Potensial Masalah untuk Dikatakan tinggi


3/3 x1 = 1 1
dicegah Skala : karena keluarga Tn.
Tinggi J mampu merawat
Tn. J dengan baik
dan mengetahui
faktor-faktor yang
dapat meningkatkan
resiko jatuh pada
Tn. J
4 Menonjolnya Masalah Keluarga Tn. J
Skala : menyadari bahwa
2/2x1 =1 1
Masalah berat, harus segera Tn. J dapat beresiko
ditangani untuk jatuh karena
kondisinya yang
sering lemas dan
pusing serta
seringnya berkemih
pada malam hari,
keluarga berusaha
meningkatkan
pemeliharaan
lingkungan rumah
untuk mengurangi
resiko jatuh.

∑=
2
4=
3

Dx 3 Kesiapan peningkatan Manajemen kesehatan (SDKI D.0112)

NO KRITERIA PENGHITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1 Sifat Masalah Tn. J dan keluarga
Skala : Mengatakan akan
1/3 x1 = 1/3 1/3
Keadaan sejahtera melakukan
pemeriksaan
glukosa darah
secara rutin dan
mengtrol asupan
makan Tn.J
Kemungkinan Masalah dapat Tn. J dan
diubah keluarga
Skala : mengetahui
dengan mudah informasi dan
dapat memberikan
perawatan yang
2 2
baik pada Tn. J
2/2 x 2 = 2

3 Potensial Masalah untuk dicegah Keluarga Tn. J


3/3 x1 =1
Skala : merupakan
1
Tinggi petugas kesehatan
yang dapat
memgontrol
masalah kesehatan
pada keluarganya
berdasarkan ilmu
dan kiat
keperawatan yang
ia miliki.

4 Menonjolnya Masalah
0x1 0
Skala :
Masalah tidak dirasakan
1
∑= 3=
3

IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Skoring
1 Resiko jatuh (SDKI D.0143) Ketidakmampuan keluarga 2
dalam memelihara lingkungan baik fisik, psikis dan 4=
3
spiritual.
2 Kesiapan peningkatan Manajemen kesehatan (SDKI 1
3=
D.0112) 3
3 Resiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah (SDKI 0038)
b/d Ketidak mapuan keluarga untuk mengenal/menyadari 4
2=
adanya sumber-sumber masalah kesehatan. (Penyakit 3
Diabetes Melitus).
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Evaluasi
No Intervensi Rasional
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1 Resiko jatuh Setelah 3x Selama 1 x 60 Kognitif 1. Keluarga 1. Identifikasi prilaku 1. Untuk
(SDKI dilakukan menit memahami dan faktor yang mengetahui apa
D.0143) pembinaan Kunjungan tentang mempengaruhi resiko saja yang dapat
Ketidakmam selama 1 kerumah faktor jatuh mengurangi
puan minggu keluarga resiko yang terjadinya
keluarga diharapkan mampu : dapat kecelakaan
dalam Tn. J 1. Mengidentif mempengat
memelihara beserta ikasi faktor uhi resiko
lingkungan keluarga yang dapat jatuh
baik fisik, melakukan memicu
psikis dan pencegahan jatuh Kognitif 2. Keluarga 2. Identifikasi 2. Untuk
spiritual. dan dilingkunga memahami karakteristik mengetahui apa
pengendali n individu tentang hal- lingkungan yang dapat saja yang dapat
an agar 2. Mengendali hal yang meningkatkan potensi menyebabkan
tidak resiko kan resiko dapat untuk jatuh (misalnya terjadinya
jatuh tidak jatuh meningkatk lantai licin dan tangga kecelakaan
terjadi. an potensi yang terbuka)
untuk jatuh
3. Hindarkan lingkungan
Psikomotor 3. Keluarga yang berbahaya 3. Untuk
memindahk (misalnya mengurangi
an memindahkan terjadinya
perabotan perabotan) kecelakaan
yang
berbahaya
4. Tempatkan saklar
Psikomotor 4. Keluarga lampu ditempat yang 4. Memudahkan
menemoatk mudah dijangkau pasien untuk
an saklar pasien. mengurangi
pada kamar resiko jatuh
mandi

5. Berikan penerangan 5. Memudahkan


Psikomotor 5. Keluarga yang cukup dan ganti pasien untuk
memasang bohlam dengan yang melihat hal yang
bohlam lebih terang dapat
yang lebih menyebabkan
terang kecelakaan

6. Anjurkan keluarga
Psikomotor 6. Keluarga untuk menemani 6. Mengurangi
menemani pasien. terjadinya
pasien ke kecelakaan
kamar
mandi
7. Pindahkan barang-
Psikomotor 7. Keluarga barang yang dapat 7. Mengurangi
memindahk membahayakan terjadinya
an kursi tabrakan ke
yang benda yang
menghalan menjadi
gi jalan penghalang
ketika berjalan
8. Sediakan pegangan
Psikomotor 8. Keluarga tangan terlihat dan 8. Dengan adanya
menyediak memegang tiang pegangan dapat
an
pegangan mengurangi
di dinding resiko jatuh atau
terjadinya
kecelakaan.
2 Kesiapan Setelah 3x Selama 1 x 60 Psikomotor 1. Tn. J dan 1. Identifikasi 1. Kesiapan
peningkatan dilakukan menit keluarga kesiapan dan fisik dan
Manajemen pembinaan Kunjungan melakuka kemampuan mental
kesehatan selama 1 kerumah n tidakan menerima untuk
(SDKI minggu keluarga untuk informasi pelaksanaan
D.0112) diharapkan mampu : menguran intervensi
Tn. J 1. Mengatur gi faktor selanjutnya.
beserta dan resiko.
keluarga mengintegras Psikomotor 2. Menerapk 2. Identifikasi faktor- 2. Faktor yang
mampu ikan an faktor yang dapat dapat
mengatur penangnan program meningkatkan dan meninkatkan
dan dalam perawatan menurunkan dan
mengintegr kehidupan . motivasi. menurunkan
asikan sehari-hari 3. Sediakan materi motivasi.
penangana 2. Aktivitas Psikomotor 3. Meningka dan pendidikan 3. Materi yang
n masalah hidup sehari- tkan kesehatan sesuai disediakan
kesehatan. hari efektif aktivitas kesepakatan dapat
memenuhi hidup menambah
tujuan sehari- pengetahuan
kesehatan. hari untuk pasien
meningkat tentang
kan tujuan status
kesehatan. kesehatan.

.
4. Jadwalkan
pendidikan 4. Melakukan
kesehatan sesuai kontrak
kesepakatan waktu
sebelum
5. Berikan kegiatan.
kesempatan untuk 5. Feedback
bertanya. apakah klien
mengerti
dengan
penjelasan
yang
disampiakan
6. Jelaskan faktor
resiko yang dapat 6. Untuk
mempengaruhi mengindari
kesehatan. perilaku
yang
menyimpang
yang dapat
mempengaru
hi status
kesehatan.

7. Ajarakan strategi 7. Perilaku


yang dapat hidup bersih
digunakan untuk dan sehat
meningkatkan dapat
perilaku hidup meningkatka
bersih dan sehat. n
kesejahteraa
n hidup dan
meminimalk
an
komplikasi
yang dapat
terjadi.

3. Resiko Setelah 3x Selama 1 x 60 Kognitif 1. Keluarga 1. Kaji pengetahuan 1. Untuk


Ketidakstabil dilakukan menit dapat keluarga mengenai mengetahui
an kadar kunjungan Kunjungan menjelaska pengertian DM sampai
glukosa rumah kerumah n tentang dimana klien
darah (SDKI diharapkan keluarga DM mengerti
0038) b/d Tn. J mampu : dengan
Ketidak beserta penyakit yang
1. Mengungka
mapuan keluarga dieritanya
pkan
keluarga mengetahui
pemahaman
untuk tentang
tentang
mengenal/me resiko Kognitif 2. Keluarga 2. Gambarkan tanda dan 2. Mempermuda
Resiko
nyadari ketidakstab memahami gejala yang biasa h pasien
yang dapat
adanya ilan gula penjelasan mucul pada penyakit, dalam
terjadi
sumber- darah yang dengan cara yang mencerna
sumber akibat diberikan tepat kata-kata yang
masalah ketidakstabi disampaikan
kesehatan. lan gula 3. Untuk
(Penyakit darah Psikomotor 3. Keluarga 3. Lakukan pemeriksaan mengetahui
Diabetes 2. Menjelaska membawa gula darah dengan Gula darah klien
Melitus). n penyebab klien ke menggunakan “Finger dan pendidikan
dan dampak pelayanan Stick”. Instruksikan kesehatan yang
ketidakstabi kesehatan pasien untuk harus diberikan
lag glukosa pemeriksaan keton
darah urinenya jika glukosa
3. Melaksanak darah lebih tinggi dari
an anjuran 250 mg/dL 4. Makan-
yang di makanan yang
berikan Psikomotor 4. Keluarga 4. Diskusikan tentang tidak sehat dapat
mengikuti rencana diet, membuat gula
penjelasan penggunaan makanan darah pasien
yang tinggi serat dan cara meningkat dan
dianjurkan untuk melakukan pasien dapat
makan diluar rumah lebih mudah
mencari
makanan ketika
diluar rumah
5. Kontrol
kesehatan secara
teratur dapat
Psikomotor 5. Tn. J 5. Anjurkan kepada mengurangi
berjalan keluarga untuk komplikasi yang
disekitar melakukan aktivitas lebih lanjut
rumah fisik 30 menit perhari 6. Aktivitas
setiap pagi fisik dapat
mebuat tubuh
menjadi lebih
sehat serta dapat
Psikomotor 6. Keluarga 6. Anjurkan keluarga menstabilkan
melakukan kontrol ke pelayanan gula darah
anjuran kesehatan
yang 7. Dapat
diberikan meningkatkan
hubungan saling
percaya yang
baik antara
Kognitif 7. Keluarga 7. Berikan pujian petugas
dapat terhadap keaktifan kesehatan dan
meningkatk keluarga keluarga
an memanfaatkan
pemanfaata pelayanan kesehatan
n pelayanan
kesehatan

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


1 Resiko jatuh 3 Juli 2020 1. Mengucapkan salam Tanggal : 8 Juli 2020
(SDKI D.0143) Pukul 09.00- 2. Mengingatkan kontrak Jam : 09.30-09.45
Ketidakmampuan 09.30 WITA 3. Menyampaikan tujuan penyuluhan
keluarga dalam 4. Menyampaikan pokok pembahasan S:
memelihara Tn. J dan keluarga mengatakan
a. Mengidentifikasi prilaku dan faktor yang
lingkungan baik menerima dn memahami anjuran
mempengaruhi resiko
fisik, psikis dan yang diberikan untuk mencegah
spiritual. terjadinya resiko jatuh
b. Mengidentifikasi karakteristik lingkunan
yang dapat meningkatkan potensi untuk
O:
jatuh
Tn. J dan keluarga tampak
c. Menghindarkan lingkungan yang memahami dan serius mengikuti
berbahaya penjelasan yang diberikan
A:
d. Menempatkan saklar lampu ditempat
Resiko jatuh tidak terjadi
yang mudah dijangkau pasien

P:
e. Memberikan penerangan yang cukup
1. Tempatkan saklar lampu
dan mengganti bohlam dengan yang
ditempat yang mudah
lebih terang
dijangkau pasien.
2. Berikan penerangan yang
f. Menganjurkan keluarga untuk menemani
cukup dan ganti bohlam
pasien.
dengan yang lebih terang
g. Memindahkan barang-barang yang dapat 3. Sediakan pegangan tangan
membahayakan terlihat dan memegang tiang

h. Menyediakan pegangan tangan terlihat


dan memegang tiang

No Diagnosa Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


2 Kesiapan 03 Juli 2020 8. Mengidentifikasi kesiapan dan Tanggal: 08 Juli 2020
peningkatan Pukul 09.45- kemampuan menerima informasi Jam : 10.00-10.15
Manajemen 10.00 WITA 9. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat S :
kesehatan meningkatkan dan menurunkan motivasi. - Tn. J dan keluarga mengatakan
(SDKI D.0112) 10. Menyidiakan materi dan pendidikan akan melakukan pola hidup
kesehatan sesuai kesepakatan yang sehat untuk mencegah
11. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai penyakit atau masalah
kesepakatan kesehatan yang ada dikeluarga.
12. Memberikan kese mpatan untuk bertanya. - Tn. J mengatakan akan
13. MenJelaskan faktor resiko yang dapat mengikuti saran dokter
mempengaruhi kesehatan. maupun keluarga untuk
14. Mengajarakan strategi yang dapat mengontrol asupan makan dan
digunakan untuk meningkatkan perilaku rajin berolahraga.
hidup bersih dan sehat. O:
- Tn. J dan keluarga
mengekspresikan keinginan
untuk melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat dalam
lingkungan keluarga
- Keluarga dapat melakukan
fungsi/ tugas keluarga dengan
baik.
A: Kesiapan Peningkatan
Manajemen kesehatan

P:
1. Mengajarakan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.

No Diagnosa Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


3 Resiko 03 Juli 2020 a. Mengkaji pengetahuan keluarga mengenai Tanggal: 08 Juli 2020
Ketidakstabilan Pukul 09.45- pengertian DM Jam : 10.00-10.15
kadar glukosa 10.00 WITA
b. Menggambarkan tanda dan gejala yang
darah S:
biasa mucul pada penyakit, dengan cara
(Diagnosis Tn. J dan keluarga mengatakan
yang tepat
Keperawatan sudah dapat memahami tentang
2015-2017 hal resiko ketidakstabilan glukosa
c. Melakukan cara pemeriksaan gula darah
187) darah dan dapat menerima
dengan menggunakan “Finger Stick”.
berhubungan anjuran yang diberikan
Instruksikan pasien untuk pemeriksaan
dengan O:
keton urinenya jika glukosa darah lebih
ketidakmampua Tn. J dan keluarga tampak
tinggi dari 250 mg/dL.
n keluarga mendengarkan penjelasan yang
mengenal diberikan dan dapat memahami
d. Mendiskusikan tentang rencana diet,
masalah secara singkat materi yang
penggunaan makanan tinggi serat dan cara
kesehatan diberikan
untuk melakukan makan diluar rumah
(Penyakit A:
e. Menganjurkan kepada keluarga untuk
Diabetes Glukosa darah dalam batas
melakukan aktivitas fisik 30 menit perhari
Mellitus) normal.
P:
f. Menganjurkan keluarga kontrol ke
1. Anjurkan kepada keluarga
pelayanan kesehatan
untuk melakukan aktivitas
g. Memberikan pujian terhadap keaktifan fisik 30 menit perhari.
keluarga memanfaatkan pelayanan 2. Anjurkan keluarga kontrol ke
kesehatan pelayanan kesehatan.
3. Berikan pujian terhadap
keaktifan keluarga
memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
RAHMAWATI, S.Kep
NIM D1907011

PROFESI NERS
DOMISILI SINJAI
FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN
1. Kegiatan Pengkajian
2. Kegiatan Implementasi
3. Evaluasi
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIABETES MELLITUS (DM)

DI SUSUN OLEH :

RAHMAWATI, S.Kep
NIM : D. 19 07 011

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROFESI NERS KELAS KONVERSI SINJAI
TAHUN 2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi : Penyakit Diabetes Melitus

Pokok Bahasan : Perawatan dan Pencegahan Diabetes Melitus

Sasaran : Klien dan Keluarga

Hari/Tanggal : Senin, 06 Juli 2020

Waktu : 30 menit

Tempat : Jln. Andi Muh. Saleh, Kec. Sinjai Utara, Kab. Sinjai

A. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga Tn.J dapat

melakukan perawatan pada penyakit Diabetes Melitus

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit, Tn. J

dan keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :

a. Pengertian Diabetes Melitus

b. Penyebab Diabetes Melitus

c. Klasifikasi Diabetes Melitus

d. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

e. Pengelolaan Diabetes Melitus

f. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan

g. Komplikasi Diabetes Melitus


B. MATERI PENYULUHAN

(Terlampir)

C. MEDIA

 Materi SAP

 Leafleat

D. METODE

 Ceramah

 Tanya Jawab

 Diskusi
E. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Waktu


1 Pembukaan Menjawab salam 5 menit

 Memberi salam Memberi salam

 Memberi pertanyaan apersepsi Menyimak

 Menjelaskan tujuan penyuluhan

 Menyebutkan materi/pokok

bahasan yang akan disampaikan


2 Pelaksanaan Menyimak dan 15 menit

Menjelaskan materi penyuluhan secara Memperhatikan

berurutan dan teratur.

Materi :

 Pengertian DM

 Penyebab DM

 Klasifikasi DM

 Tanda dan Gejala DM

 Pengelolaan DM

 Makanan yang di pantang dan

juga yang diperbolehkan.

 Komplikasi DM

3 Evaluasi Memperhatikan 5 menit

 Menyimpulkan inti penyuluhan dan Menjawab


 Menyampaikan secara singkat

materi penyuluhan

 Memberi kesempatan kepada ibu-

ibu untuk bertanya

 Memberi kesempatan kepada ibu-

ibu untuk menjawab pertanyaan

yang dilontarkan

4 Penutup : Menyimak dan 5 menit

 Menyimpulkan materi Mendengarkan

penyuluhan yang telah Menjawab salam

disampaikan

 Menyampaikan terima kasih atas

perhatian dan waktu yang telah di

berikan kepada peserta

 Mengucapkan salam

Lampiran Materi

DIABETES MELITUS
A. Pengertian

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang

melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi & Sukarmin,

2008).

B. Penyebab

1. Faktor genetik/Keturunan

2. Usia

3. Kegemukan

4. Gaya hidup yang kurang sehat

5. Riwayat keluarga

6. Dislipidemia (Nurarif & Hardhi, 2015)

C. Tanda Dan Gejala

1. Sering kencing merasa haus

2. Rasa haus berlebihan

3. Rasa lapar berlebihan

4. Pandangan kabur

5. Mudah lelah

6. Luka lambat sembuh

7. Berat badan turun drastis (Sujono & Sukarmin, 2008)

D. Pengelolaan Diabetes Melitus

Perawatan Diabetes Melitus dirumah saat ini sangat dianjurkan karena

pengobatan dan perawatan Diabetes Melitus membutuhkan waktu yang lama.


Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :

1. Minum obat secara teratur sesuai program

2. Diet yang tepat

Syarat diet DM hendaknya dapat :

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita

b. Mengarahkan pada berat badan normal

c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.

d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.

e. Menarik dan mudah diberikan.

f. Jumlah sesuai kebutuhan

g. Jadwal diet ketat

h. Jenis: boleh dimakan/tidak

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti

pedoman 3 J yaitu :

a. Jumlah kalori yang diberikan yang diberikan harus habis, jangan

dikurangi atau ditambah.

b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.

c. Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan

oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan


dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR =

Berat Badan Normal) dengan rumus :

1) Kurus (underweight) BBR<90%

2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%

3) Gemuk (overweight) BBR > 110%

4) Obesitas apabila BBR > 120%

 Obesitas ringan BBR 120 % - 130%

 Obesitas sedang BBR 130% - 140%

 Obesitas berat BBR 140% - 200%

 Morbid BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk

penderita DM yang bekerja biasa adalah :

1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari

2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari

3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari

4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari

3. Olahraga yang teratur

4. Kontrol GD teratur

5. Pencegahan komplikasi (Mansjoer, A dkk. 2008)

E. Makanan Yang Dipantang Dan Diperbolehkan


Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM : Berdasarkan

anjuran dari PERKENI ( perkumpulan Endokrinologi Indonesia ) diet harian

penderita DM disusun sebagai berikut:

a. Karbohidrat : 60-70 %

b. Protein         : 10-15%

c. Lemak          : 20-25%

Jenis Makanan yang Harus diKonsumsi  yang dikonsumsi oleh penderita

DM diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :

1) Manisan Buah

2) Gula pasir

3) Susu Kental Manis

4) Madu

5) Abon

6) Kecap

7) Sirup

8) Es Krim

b. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS

DIBATASI ;

1) Nasi

2) Singkong

3) Roti
4) Telur

5) Tempe

6) Tahu

7) Kacang Hijau

8) Kacang Tanah

9) Ikan

c. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :

1) Kol

2) Tomat

3) Kangkung

4) Oyong

5) Bayam

6) Kacang Panjang

7) Pepaya

8) Jeruk

9) Pisang

10) Labu Siam  

F. Komplikasi

Komplikasi menurut Sujono & Sukarmin (2008), yang dapat terjadi bila

penderita DM tidak dirawat dengan baik sehingga gula darah selalu tinggi adalah :

1. Kerusakan ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi

2. Kerusakan jantung : Hipertensi, Gagal Jantung


3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati

4. Syaraf : Neuropati, mati rasa

5. Disfungsi seksual

6. Kerusakan pembuluh darah kaki

7. Kerusakan dan kematian jaringan

Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :

1. Diet dengan benar

2. Minum obat teratur

3. Kontrol gula darah teratur

4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)

5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING,KERINGAT DINGIN maka cepat

MINUM TEH MANIS

6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin,

tangga ( undak-undakan tidak tinggi)

7. Cegah Kegemukan

Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada

penderita  DM :

1. Hindari terlalu sering merendam kaki

2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik

3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau menghilangkan

kalus.
4. Hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit

5. Hindari Rokok

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Keperawatan Beerdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta: Mediaction Jogja.

Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Garaha Ilmu.

Sukarmin & Riyadi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai