Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS (DM)


Tugas ini disusun sebagai salah satu bentuk penugasan dalam Praktik Profesi Ners
Stase Keperawatan GADAR Kritis

Disusun Oleh :
DANANG FITRI ANTORO

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021
KONSEP PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM)

A. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik
yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang diakibatkan oleh
gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai macam komplikasi kronik
pada organ mata, ginjal, saraf, pembuluh darah disertai lesi padda membran
basalis dalam dengan menggunakan pemeriksaan dalam mikroskop (Tarwoto,
2012). Diabetes Melitus juga merupakan gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati (Varena,
2019).

B. Etiologi
1. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang
dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
b. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara
lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
c. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik
dan mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin
yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
2. Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
a. Faktor endogen :
1) Genetik, metabolic
2) Angiopati diabetic
3) Neuropati diabetik
b. Faktor eksogen :
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat

C. Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering
ditemukan sebagai berikut :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien banyak kencing
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehngga untuk mengeimbangi klien lebih banyak
minum
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
kan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM banyak makan akan tetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukkan katarak

D. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita
setelah menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan
perawatan dalam jangka panjang.
1. Medis Menurut Shadine (2010) penatalaksaan secara medis sebagai
berikut:
a. Obat hiperglikemik Oral.
b. Insulin :
1) Ada penurunan BB dengan drastis.
2) Hiperglikemi berat.
3) Munculnya ketoadosis diabetikum.
4) Gangguan pada organ ginjal atau hati.
c. Pembedahan Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan
pembedahan yang bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke
jaringan yang masih sehat, tindakannya antara lain :
1) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus
diabetikum.
2) Neucrotomi.
3) Amputasi.
2. Keperawatan Menurut Shadine (2010), dalam penatalaksaan medis secara
keperawatan yaitu :
a. Diit Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
b. Latihan Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil,
jalan – jalan sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
c. Pemantauan Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya
secara mandiri dan optimal.
d. Terapi insulin Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2
kali sesudah makan dan pada malamhari.
e. Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan
sebagai edukasi bagi penderita ulkus dm supaya penderita mampu
mengetahui tanda gejala komplikasi pada dirinya dan mampu
menghindarinya.
f. Nutrisi Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka
debridement, karena asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol
energy yang dikeluarkan.
g. Stress Mekanik Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya
adalah seperti bedrest, dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur
jika diperlukan. Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan
pemeriksaan dan perawatan (medikasi) untuk mengetahui
perkembangan luka dan mencegah infeksi luka setelah dilakukan
operasi debridement tersebut.
h. Tindakan pembedahan Fase pembedahan menurut Wagner ada dua
klasifikasi antara lain :
1) Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau
tidak ada.
2) Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis,
dan dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan
luka terkontrol dengan baik.
3. Debridement
Debridement merupakan salah satu penatalaksanaan yang dilakukan
pada pasien dengan ulkus kaki diabetik yang sudah mengalami neuropatik
perifer dan luka sudah masuk pada jaringan subkutan.Operasi debridement
merupakan teknik yang dilakukan untuk pengangkatan jaringan mati pada
luka ulkus yang dapat terlihat dari warna luka tersebut yaitu pucat, bahkan
hitam karena jaringan sudah mati. Adapun pilihan dalam tindakan untuk
debridement tersebut antara lain yaitu :

a. Debridement Mekanik
Debridement mekanik dilakukan menggunakan irigasi lukacairan
fisiologis, ultrasoniclaser, untuk membersihkan jaringan nekrotik.

b. Debridement Enzimatik
Pemberian enzim pada permukaan luka guna menghancurkan residu –
residu protein yang terdapat pada luka tersebut.

c. Debridement Autolitik
Tindakan debridement ini secara alami apabila terkena luka. Proses ini
melibatkan enzimproteolitik endogen yang secara alamiakan
meliliskan jaringan nekrotik dan memacu granulasi.

d. Debridement Biologi
Belatung (Lucilla serricatta) yang disterilkan sering digunakan pada
tindakan debridement biologi.Karena belatung ini menghasilkan enzim
yang mampu menghancurkan jaringan nekrotik padaluka ulkus
tersebut.

e. Debridement Bedah
Debridement bedah ini lebih sering dilakukan karena lebih cepat dan
efisien untuk menghambat infeksi, antara lain tujuannya,
mengevakuasi bakteri kontaminasi, mengangkat jaringan nekrotik,
menghilangkan kalus dan menghilangkan resiko infeksi lokal.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kadar glukosa darah :
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah DM Belum pasti DM
Sewaktu
Plasma vena >200 100 – 200
Darah kapiler >200 80 – 100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah DM Belum pasti DM
Puasa
Plasma vena >120 110 – 120
Darah kapiler >120 90 – 110
2. Kriteria diagnostic untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L).
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L).
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200
mg/dl).
3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi :
a. Tes saring meliputi :
1) Glukosa Darah Sewaktu (GDS) dan Glukosa Darah Puasa (GDP).
2) Tes glukosa urin :
a) Tes konvensional (metode reduksi/benedict).
b) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase).
b. Tes diagnostik meliputi : GDS, GDP, GD2PP (Glukosa Darah 2 Jam
Post Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO
c. Tes monitoring terapi meliputi :
1) GDP : plasma vena, darah kapiler
2) GD2PP : plasma vena
3) A1c : darah vena, darah kapiler
d. Tes untuk mendeteksi komplikasi meliputi :
1) Mikroalbuminuria : urin
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6) Trigliserida : plasma vena (puasa
F. WOC

- Faktor genetik Ketidakseimbangan produksi Gula dalam darah tidak dapat


- Infeksi virus Kerusakan sel beta dibawa masuk dalam sel
insulin
- Pengrusakan imunologik

Glukosuria Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia Anabolisme protein menurun

Syok hiperglikemik Kerusakan pada antibodi


Dieresis osmotik Kehilangan kalori Vikositas darah
meningkat
Kekebalan tubuh menurun
Sel kekurangan bahan Koma diabetik
Poliuri Aliran darah lambat
untuk metabolisme

Merangsang Iskemik jaringan Resiko Infeksi Neuropati sensori perifer


Retensi Kehilangan
Urine elektrolit dalam hipotalamus
sel Perfusi Perifer Tidak Klien tidak merasa sakit
Pusat lapar dan Efektif
Dehidrasi haus
Nekrosis luka

Resiko Polydipsia
Polipagia Gangrene
Syok

Gangguan Integritas
Defisit Nutrisi
Kulit/Jaringan
KONSEP ASU HAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
DIABETES MELITUS (DM)

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri
pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
j. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah (+++), dan merah bata ( ++++ ).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.

B. Diagnosa/Masalah Keperawatan
1. Defisit Nutrisi b.d polydipsia dan polipagia
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d iskemik jaringan
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d nekrosis pada luka (gangrene)
4. Retensi Urine b.d poliuri
5. Resiko Infeksi b.d kekebalan tubuh menurun
6. Resiko Syok b.d dehidrasi
C. Intervensi
NO.D DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
X
1. D.0019 L.03030 I.12394
Defisit Nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Edukasi nutrisi
Definisi : status nutrisi dapat adekuat Definisi :
Asupan nutrisi Kriteria Hasil : Memberikan informasi untuk
tidak cukup Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat meningkatkan kemampuan
untuk Menurun Meningkat pemenuhan kebutuhan
Pengetahuan 1 2 3 4 5
memenuhi nutrisi.
tentang
kebutuhan pilihan Tindakan :
metabolisme makanan yg Observasi
sehat - Periksa status gizi, status
Pengetahuan 1 2 3 4 5 alergi, program diet,
tentang kebutuhan dan
pilihan
minuman yg kemampuan pemenuhan
sehat kebutuhan gizi
Pengetahuan 1 2 3 4 5 - Identifikasi kemampuan
tentang dan waktu yang tepat
asupan nutrisi menerima informasi
yg tepat
Terapeutik
Membur Cukup Sedang Cukup Membaik
uk Memburuk Membaik - Persiapkan materi dan
Berat badan 1 2 3 4 5 media seperti jenis – jenis
IMT 1 2 3 4 5 nutrisi, table makanan
Bising usus 1 2 3 4 5 penukar, cara mengelola,
dan cara menakar
makanan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan pada pasien dan
keluarga alergi makanan,
makanan yang harus
dihindari, kebutuhan
jumlah kalori, jenis
makanan yang dibutuhkan
pasien
- Ajarkan cara
melaksanakan diet sesuai
program (mis.makanan
tinggi protein, rendah
garam, rendah kalori)
- Jelaskan hal – hal yang
dilakukan sebelum
memberikan makan
(mis.perawatan mulut,
penggunaan gigi palsu,
obat – obat yang harus
diberikan sebelum makan)
- Demonstrasikan cara
membersihkan mulut
- Demonstrasikan cara
mengatur posisi saat
makan
- Ajarkan pasien/keluarga
memonitor asupan kalori
makanan
(mis.menggunakan buku
harian)
- Ajarkan pasien dan
keluarga memantau
kondisi kekurangan
nutrisi
- Anjurkan
mendemonstrasikan cara
memberi makan,
menghitung kalori,
menyiapkan makanan
sesuai program diet
2. D.0009 L.02011 I.02079
Perfusi Perifer Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Perawatan Sirkulasi
Tidak Efektif perifer efektif Definisi
Definisi Kriteria Hasil : Mengidentifikasi dan
penurunan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun merawat area local dengan
sirkulasi darah meningkat menurun keterbatasan sirkulasi perifer
Warna kulit 1 2 3 4 5
pada level Observasi :
pucat
kapiler yang Edema perifer 1 2 3 4 5 1. Periksa sirkulasi perifer
dapat Nyeri 1 2 3 4 5 (mis, nadi perifer,
menganggu ektremitas edema, pengisian
metabolisme Parastesia 1 2 3 4 5 kapiler, warna, suhu,
tubuh Kelemahan 1 2 3 4 5 anklebrachial index)
otot
2. Identifikasi faktor
Kram otot 1 2 3 4 5
Bruit 1 2 3 4 5 gangguan sirkulasi (mis,
femoralis diabetes, perokok, orang
Nekrosis 1 2 3 4 5 tua, hipertensi dan
kolestrol tinggi
3. Monitor panas,
kemerhan, nyeri atau
bengkak pada
ekstermitas
Terapeutik :
1. Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet
pada area cidera
4. Lakukan pencegahan
infeksi
5. Lakukan perawatan kaki
dan kuku
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti
merokok
2. Anjurkan berolahraga
rutin
3. Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
4. Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan darah
secara teratur
6. Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
7. Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang
tepat (mis. Melembabkan
kulit kering pada kaki)
8. Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
9. Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi ( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
10. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan ( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)

3. D.0129 L.14125 I.11353


Gangguan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Perawatan Integritas Kulit
integritas integritas kulit/jaringan membaik Definisi :
kulit/jaringan Kriteria Hasil : Mengidentifikasi dan
Definisi : Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat merawat kulit untuk menjaga
Kerusakan kulit Menurun Meningkat keutuhan, kelembapan dan
(dermis mecegah perkembangan
dan/atau Elastisitas 1 2 3 4 5 mikroorganisme
epidermis) atau Observasi:
jaringan Hidrasi 1 2 3 4 5 Terapeutik :
(membrane 1. Identifikasi penyebab
mukosa, kornea, Perfusi 1 2 3 4 5 gangguan integritas kulit
fasia, otot, jaringan (mis.perubahan sirkulasi,
tendon, tulang, Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun perubahan status nutrisi,
kartilago, Meningkat Menurun penurunan kelembapan,
kapsul sendi Kerusakan 1 2 3 4 5 suhu lingkungan
dan/atau jaringan ekstrem, penurunan
ligament) Kerusakan 1 2 3 4 5 mobilitas)
lapisan Edukasi :
kulit 1. Anjurkan menggunakan
Kemerahan 1 2 3 4 5 pelembab (mis.lotion,
serum)
Nekrosis 1 2 3 4 5 2. Anjurkan minum air
yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal
300 saat berada diluar
rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Terapeutik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan
pada area penonjolan
tulang, jika perlu
3. Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama periode
diare
4. Gunakan produk
berbahan petroleum atau
minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitive
6. Hindari produk
berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
4. D.0050 L.04036 I.03098
Retensi urine Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Manajemen Cairan
Definisi : retensi urine teratasi Definisi :
Pengosongan Kriteria Hasil : Mengidentifikasi dan
kandung kemih Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat mengelola keseimbangan
yang tidak menurun Meningkat cairan mencegah komplikasi
Kemampuan 1 2 3 4 5
lengkap berkemih akibat ketidakseimbangan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun cairan
Meningkat Menurun
Tindakan
Nokturia 1 2 3 4 5
Residu 1 2 3 4 5 Observasi:
volume urine 1. Monitor status
setelah hidrasi (mis.frekuensi
berkemih nadi, kekuatan nadi,
Enuresis 1 2 3 4 5 akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa,
turgor kulit, tekanan
darah)
2. Monitor berat badan
berlebihan
3. Monitor berat badan
sebelum dan sesudah
dianalisa
4. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
(mis.hemaktorit, Na, K,
Cl, berat jenis urine,
BUN)
5. Monitor status
hemodinamik
(mis.MAP, CVP, PAP,
PCWP, jika tersedia)

Terapeutik:
1. Catat intake –
hitung balance cairan 24
jam
2. Berikan asupa
sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan
jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pe
diuretic, jika perlu
5. D.0142 L.14137 I.14137
Resiko Infeksi Tingkat infeksi Pencegahan infeksi
Definisi : Tujuan: Observasi :
Beresiko Setelah dilakukan tindakan selama 2x 24 jam diharapkan resiko infeksi 1. Monitor tanda dan gejala
mengalami pada pasien menurun. infeksi local dan sistemik
peningkatan Kriteria Hasil: Terapiutik :
terserang Kemampuan Menurun Cukup Sedan Cukup Meningk 1. Batasi jumlah pengunjung
organisme menuntaskan menurun g meningkat at 2. Cuci tangan sebeum dan
patogenik aktivitas sesudah tindakan ke
Kebersihan 1 2 3 4 5 pasien
tangan Edukasi :
Kebersihan 1 2 3 4 5 1. Jelaskan tanda dan gejala
badan infeksi
2. Ajarkan cara merawat
Meningkat Cukup Sedang Cukup menurun pasien
meningkat menurun 3. Anjurkan meningkatkan
Demam 1 2 3 4 5 asupan nutrisi
Kemerahan 1 2 3 4 5 Kolaborasi :
Bengkak 1 2 3 4 5 1. Pemberian obat antibiotic
6. D. 0039 L.14136 I.02068
Risiko Syok Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam risiko syok Pencegahan Syok
Definisi : dapat teratasi Definisi :
Beresiko Kriteria Haasil : Mengidentifikasi dan
mengalami Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat menurunkan resiko
ketidakcukupan Menurun Meningkat terjadinya ketidakmampuan
aliran darah ke Turgor kulit 1 2 3 4 5 tubuh menyediakan oksigen
jaringan tubuh, Output urine 1 2 3 4 5 dan nutrient untuk
yang dapat mencukupi kebutuhan
mengakibatkan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun jaringan
disfungsi seluler Meningkat Menurun Tindakan
Berat badan 1 2 3 4 5
yang Observasi:
Perasaan 1 2 3 4 5
mengancam lemah
1. Monitor status
jiwa Keluhan 1 2 3 4 5 kardiopulmonal
haus (frekuensi dan kekuatan
Konsentrasi 1 2 3 4 5 nadi, frekuensi nafas,
urine TD, MAP)
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik 2. Monitor status
Memburuk Membaik
Tekanan 1 2 3 4 5
oksigenasi (oksimetri
darah nadi, AGD)
Membrane 1 2 3 4 5 3. Monitor status cairan
mukosa (masukkan dan haluaran,
Kadar Hb 1 2 3 4 5 turgor kulit, CRT)
Berat badan 1 2 3 4 5 4. Monitor tingkat
Oliguria 1 2 3 4 5 kesadaran dan respon
Intake cairan 1 2 3 4 5 pupil
5. Periksa riwayat alergi
Terapeutik :
1. Yakinkan keluarga
bahwa anggota
keluarganya akan
diberikan pelayanan
terbaik
2. Berikan harapan yang
realistis
3. Bina hubungan saling
percaya dengan keluarga
4. Dengarkan keinginan
dan perasaan keluarga
5. Dukung mekanisme
koping adaptif yang
digunakan keluarga
6. Advokasi keluarga, jika
perlu
Edukasi :
1. Ajarkan mekanisme
koping yang dapat
dijalankan keluarga
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu : a. Evaluasi formatif.
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana
dalam metode evaluasi ini menggunakan soap.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI DPP SDKI Pokja Tim. 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
: Jakarta : DPP PPNI
Shadine, M. 2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit
Keenbooks
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: Trans Info Mediaq
Varena, Muthia. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. Z Dengan Diabetes
Melitus Di Ruang Rawat Inap Ambun Suri Lantai 3 Rs Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi. Padang : Program Studi DIII Keperawatan Stikes
Perintis Padang

Anda mungkin juga menyukai