I. DIAGNOSA (MEDIK)
Diabetes melitus merupakan kelainan yang terjadi karena meningkatnya kadar gula darah
atau hiperglikemia. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang terjadi karena
peningkatan kadar gula dalam darah yang terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin
sehingga memperlambat kerja insulin (Hasdinah dan Suprapto, 2014).
B. Etiologi
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen, akan
tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam mayoritas
Diabetes Melitus (Riyadi, 2011).
Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit Diabetus Melitus
antara lain :
a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan terjadinya
kegagalan pada sel Bmelepas insulin.
b. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain agen yang
mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula yang diproses
secara berlebih, obesitas dan kehamilan.
Apabila gejala tersebut tidak segera ditangani maka akan timbul gejala lain seperti
menurunnya nafsu makan pasien dan berat badan akan turun, mudah merasa lelah, pada
keadaan tertentu pasien akan koma.
d. Mengalami kram
e. Cepat mengantuk
3) Luka diabetic
Luka diabetic atau sering biasa disebut ulkus diabetik luka yang disebabkan karena
pulsasi pada bagian arteri distal.
E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada dibawah nilai normal < 50 mg/dl
b. Hiperglikemia, yaitu suatu keadaan kadar gula dalam darah meningkat secara tiba – tiba
2. Komplikasi Kronik
a. Komplikasi Makrovaskuler
Pada DM sering terjadi perubahan ateosklerotik dalam pembuluh darah besar. Berbagai
macam penyakit dapat saja terjadi, tergantung pada lokasi aterosklerotik. Penyakit yang sering
terjadi adalah arteri koroner, serebrovaskular dan vaskular perifer. Vaskular perifer
merupakan perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah
sehingga dapat menyebabkan ulkus diabetik dan amputasi ekstermitas bawa
b. Komplikasi Mikrovaskuler
Penyakit mikrovaskular diabetik (mikro angiopati) ditandai oleh penebalan membrane katalis
pembuluh kapiler. Gangguan fungsi kapiler akan berakibat serius jika terjadi pada mikro
sirkulasi mata dan ginjal. Gangguan fungsi kapiler pada retina dapat menyebabkan retinopati.
c. Neuropati
Neuropati adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi saraf penderita DM tanpa ada
penyebab lain selain DM. apabila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil
diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah
kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf sehingga terjadi
kerusakan saraf yang disebut Neuropati diabetik.
1. DM tipe 1 yang disebabkan oleh kerusakan pada sel beta pankreas dan biasanya termasuk
ke dalam defisiensi insulin absolut.
2. DM tipe 2 yang disebabkan oleh kerusakan progresif pada sekresi hormon insulin sehingga
mengakibatkan resistensi insulin.
3. DM gestasional yang terdiagnosa pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan biasanya
setelah melahirkan akan kembali dalam keadaan normal.
4. DM tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya penyakit eksokrin, atau obat-obatan yang
menyebabkan DM.
G. PENATALAKSANAAN KASUS
a. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang memerlukan
partisipasi efektif dari klien dan keluarga klien. Tujuan utama dari pemberian edukasi pada
pasien DM dan juga pada keluarga adalah harapan diamana pasien dan keluarga akan
mengerti bagaimana cara penanganan yang tepat dilakukan pada pasien DM. Edukasi pada
pasien bisa dilakukan meliputi pemantauan kadar gula darah, perawatan luka, kepatuhan
dalam pengansumsian obat, peningkatan aktivitas fisik, pengurangan asupan kalori dan
juga pengertian serta komplikasi dari penyakit tersebut
Pasien DM harus mampu memenuhi prinsip 3J pada dietnya, meliputi (jumlah makanan
yang dikonsumsi, jadwal diet yang ketat dan juga jenis makanan apa yang dianjurkan dan
pantangan makannya)
c. Olahraga
d. Intervensi farmakologis
Dengan penanganan yang benar baik pencegahan dan perawatannya, diharapkan gangren
dapat dilakukan pengobatannya secara benar agar pasien DM bisa berkurang. Penatalaksanaan
gangren sebagai berikut :
a. Kontrol kadar gula darah Pengendalian gula darah dan berbagai upaya sangat penting
dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai.
b. Penanganan ulkus/gangren
Tindakan yang dilakukan untuk penanganan ulkus/gangren ini, antara lain : bedah minor
seperti insisi, pengaliran abses, debridemen, dan nekrotomi dengan tujuan untuk
mengeluarkan semua jaringan nekrosis untuk mengeliminasi infeksi, sehingga diharapkan
dapat mempercepat penyembuhan luka.
e. Perawatan luka Perawatan luka dilakukan dengan cara manajemen jaringan, kontrol infeksi
dan infeksi, serta perluasan tepi luka.
(1) Debridemen mekanis Yaitu metode yang dilakukan dengan cara menempelkan kasa
lembab kemudian tutup atau letakkan kasa kering diatasnya. Biarkan hingga kasa
kering setelah kering angkat.
(2) Debridemen bedah Pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan tindakan medis
berupa tindakan pembedahan atau operasi.
(3) Debridemen autolitik Tindakan pembalutan luka setelah dicuci atau dibersihkan.
Infeksi bisa bersifat lokal (termasuk didalamnya selulitis), atau sistemik (sepsis).
Tanda infeksi yaitu meningkatnya eksudat, nyeri, adanya kemerahan (eritema) yang
baru atau meningkatnya kemerahan pada luka, peningkatan temperatur pada daerah
luka, dan bau luka atau eksudat. Cara yang dilakukan adalah meningkatkan daya tahan
tubuh, debridemen, pembersihan luka dan mencuci luka untuk menghilangkan bakteri,
eksudat, dan jaringan mati, serta memberikan balutan luka anti mikroba.
c) Mempertahankan kelembaban
d) Perluasan tepi luka Salah satu tanda dari penyembuhan luka pasien bisa dilihat dengan
luasnya sel epitel menuju tengah luka.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua
data mengenai identitas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk
memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien dengan diabetes melitus biasanya akan merasakan badannya lemas dan
mudah mengantuk terkadang juga muncul keluhan berat badan turun dan mudah
merasakan haus. Pada pasien diabetes dengan ulkus diabetic biasanya muncul luka yang
tidak kunjung sembuh
Pasien biasanya merasakan nyeri, merasakan paresthesia ekstremitas bawah, luka yang
susah untuk sembuh, turgor kulit jelek, mata cekung, nyeri kepala, mual dan muntah,
kelemahan otot, letargi, mengalami kebingungan dan bisa terjadi koma
Biasanya hipertensi dan penyakit jantung. Gejala yang muncul pada pasien DM tidak
terdeteksi, pengobatan yang di jalani berupa kontrol rutin ke dokter maupun instansi
kesehatan terdekat.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum :
a) Status Kesehatan umum : meliputi keadaan penderita yang sering muncul adalah
kelemahan fisik.
b) Kesadaran : normal, letargi, stupor, koma (tergantung kadar gula yang dimiliki dan
kondisi fisiologis untuk melakukan kompensasi kelebihan kadar gula dalam darah)
c) Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah (TD) : biasanya mengalami hipertensi dan juga ada yang mengalami
hipotensi.
4. Suhu (S) : biasanya suhu tubuh pasien mengalami peeningkatan jika terindikasi adanya
infeksi.
5. Berat badan : pasien DM biasanya akan mengalami penuruan BB secara signifikan pada
pasien yang tidak mendapatkan terapi dan terjadi peningkatan BB jika pengobatan pasien
rutin serta pola makan yang terkontrol.
1. Wajah : kaji simetris dan ekspresi wajah, antara lain paralisis wajah (pada klien
dengan komplikasi stroke).
2. Mata : kaji lapang pandang klien, biasanya pasien mengalami retinopati atau
katarak, penglihatan kabur, dan penglihatan ganda (diplopia).
4. Hidung : tidak ada pembesaran polip dan tidak ada sumbatan, serta peningkatan
pernapasan cuping hidung (PCH).
5. Mulut :
1. Inspeksi : bentuk dada simetris atau asimetris, irama pernapasan, nyeri dada, kaji
kedalaman dan juga suara nafas atau adanya kelainan suara nafas, tambahan atau
adanya penggunaan otot bantu pernapasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulent
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
f) Abdomen
g) Integumen
2. Warna : tampak warna kehitaman disekitar luka karena adanya gangren, daerah yang
sering terpapar yaitu ekstremitas bagian bawah.
h) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ektremitas,
ulkus pada kaki dan penyembuhan lama.
j) Neurosensori : terjadi pusing, pening, sakit kepala, kesemutan, kebas pada otot. Tanda :
disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut)
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi Keperwatan
tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selam.. x 24 jam. Diharapkan kadar gula
dalam darah stabil
a) Kesadaran meningkat
b) Mengantuk menurun
Manajemen Hiperglikemi
Observasi :
Terapeutik :
b) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk
Edukasi :
a) Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
Terapeutik:
Edukasi:
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama ... Diharapkan Perfusi perifer normal
Kriteria hasil :
c. Sensasi meningkat
f. Nyeri esktremitas
g. Parastesia meningkat
Observasi :
Terapeutik :
c) Pasang jalur IV, jika perlu d) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
Edukasi :
Tujuan :
d. IMT membaik
Observasi :
c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai d. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
g. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika supan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Tujuan :
Kriteria Hasil :
b) Meringis berkurang
d) Gelisah menurun
Observasi :
Terapeutik :
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
d. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
Kolaborasi :
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah suatu perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga, serta tenaga medis lainnya. Tujuan dalam
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Daftar Pustaka
Riyadi, S. d. (2015). Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endrokin
pada Pankreas . Yogyakarta : Graha Ilmu.
TIM POKJA SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama (21-6)