Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

I. DIAGNOSA (MEDIK)

A. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya


hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak mampu memproduksi insulin atau
kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas yang di temukan pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ada pada penderita penyakit diabetes
melitus dikarenakan aktivitas insulin pada target sel kurang (Kerner and Bruckel, 2014).

Diabetes melitus merupakan kelainan yang terjadi karena meningkatnya kadar gula darah
atau hiperglikemia. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang terjadi karena
peningkatan kadar gula dalam darah yang terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin
sehingga memperlambat kerja insulin (Hasdinah dan Suprapto, 2014).

B. Etiologi

Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen, akan
tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam mayoritas
Diabetes Melitus (Riyadi, 2011).

Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit Diabetus Melitus
antara lain :

a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan terjadinya
kegagalan pada sel Bmelepas insulin.

b. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain agen yang
mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula yang diproses
secara berlebih, obesitas dan kehamilan.

c. Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system imunologi

d. Adanya kelainan insulin

e. Pola hidup yang tidak sehat

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pasien DM dibagi menjadi dua macam yaitu gejala kronik dan gejala akut
serta munculnya ulkus diabetic, yaitu :

1) Gejala akut yang timbul pada pasien DM berupa :

a. Pasien akan banyak mengkonsumsi makanan

b. Pasien akan banyak mengkonsumsi minum

c. Pasien akan lebih sering buang air kecil

Apabila gejala tersebut tidak segera ditangani maka akan timbul gejala lain seperti
menurunnya nafsu makan pasien dan berat badan akan turun, mudah merasa lelah, pada
keadaan tertentu pasien akan koma.

2) Gejala kronis yang muncul antara lain :

a. Pasien biasanya akan mengeluh kesemutan

b. Kulit pasien akan terasa panas

c. Kulit pasien terasa tebal

d. Mengalami kram

e. Cepat mengantuk

f. Pandangan pasien kabur

g. Gigi mudah goyang dan sering lepas

h. Pada wanita hamil kemungkinan terburuknya dalah keguguran dan prematuritas.

3) Luka diabetic

Luka diabetic atau sering biasa disebut ulkus diabetik luka yang disebabkan karena
pulsasi pada bagian arteri distal.

E. KOMPLIKASI

1. Komplikasi Akut

a. Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada dibawah nilai normal < 50 mg/dl

b. Hiperglikemia, yaitu suatu keadaan kadar gula dalam darah meningkat secara tiba – tiba

dan dapat berkembang menjadi metabolisme yang berbahaya

2. Komplikasi Kronik
a. Komplikasi Makrovaskuler

Pada DM sering terjadi perubahan ateosklerotik dalam pembuluh darah besar. Berbagai
macam penyakit dapat saja terjadi, tergantung pada lokasi aterosklerotik. Penyakit yang sering
terjadi adalah arteri koroner, serebrovaskular dan vaskular perifer. Vaskular perifer
merupakan perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah
sehingga dapat menyebabkan ulkus diabetik dan amputasi ekstermitas bawa

b. Komplikasi Mikrovaskuler

Penyakit mikrovaskular diabetik (mikro angiopati) ditandai oleh penebalan membrane katalis
pembuluh kapiler. Gangguan fungsi kapiler akan berakibat serius jika terjadi pada mikro
sirkulasi mata dan ginjal. Gangguan fungsi kapiler pada retina dapat menyebabkan retinopati.

c. Neuropati

Neuropati adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi saraf penderita DM tanpa ada
penyebab lain selain DM. apabila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil
diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah
kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf sehingga terjadi
kerusakan saraf yang disebut Neuropati diabetik.

F. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS

1. DM tipe 1 yang disebabkan oleh kerusakan pada sel beta pankreas dan biasanya termasuk
ke dalam defisiensi insulin absolut.

2. DM tipe 2 yang disebabkan oleh kerusakan progresif pada sekresi hormon insulin sehingga
mengakibatkan resistensi insulin.

3. DM gestasional yang terdiagnosa pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan biasanya
setelah melahirkan akan kembali dalam keadaan normal.

4. DM tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya penyakit eksokrin, atau obat-obatan yang
menyebabkan DM.
G. PENATALAKSANAAN KASUS

Penatalaksanaan diabetes dititikberatkan pada 4 pilar penatalaksanaan diabetes, yaitu edukasi,


terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis

a. Edukasi

Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang memerlukan
partisipasi efektif dari klien dan keluarga klien. Tujuan utama dari pemberian edukasi pada
pasien DM dan juga pada keluarga adalah harapan diamana pasien dan keluarga akan
mengerti bagaimana cara penanganan yang tepat dilakukan pada pasien DM. Edukasi pada
pasien bisa dilakukan meliputi pemantauan kadar gula darah, perawatan luka, kepatuhan
dalam pengansumsian obat, peningkatan aktivitas fisik, pengurangan asupan kalori dan
juga pengertian serta komplikasi dari penyakit tersebut

b. Terapi Gizi Medis

Pasien DM harus mampu memenuhi prinsip 3J pada dietnya, meliputi (jumlah makanan
yang dikonsumsi, jadwal diet yang ketat dan juga jenis makanan apa yang dianjurkan dan
pantangan makannya)

c. Olahraga

Olahraga secara teratur 3-4x dalam seminggu kurang lebih 30 menit

d. Intervensi farmakologis

Berupa pemberian obat Hipoglikemik oral (sulfonilurea, biguanid/metformin, inhibitor alfa


glukosidase dan insulin)

Dengan penanganan yang benar baik pencegahan dan perawatannya, diharapkan gangren
dapat dilakukan pengobatannya secara benar agar pasien DM bisa berkurang. Penatalaksanaan
gangren sebagai berikut :

a. Kontrol kadar gula darah Pengendalian gula darah dan berbagai upaya sangat penting
dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai.

b. Penanganan ulkus/gangren

Tindakan yang dilakukan untuk penanganan ulkus/gangren ini, antara lain : bedah minor
seperti insisi, pengaliran abses, debridemen, dan nekrotomi dengan tujuan untuk
mengeluarkan semua jaringan nekrosis untuk mengeliminasi infeksi, sehingga diharapkan
dapat mempercepat penyembuhan luka.

c. Memperbaiki sirkulasi darah


1) Memperbaiki status rheologi, merupakan tindakan memberikan obat antiagregasi
trombosit hipolipidemik yang bertujuan untuk memperbaiki jaringan yang terserang.

2) Memperbaiki struktur vaskuler, merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara


embolektomi, endarteriktomi atau biasa disebut dengan rekontruksi pembuluh darah.

d. Penanganan infeksi Berikan antibiotik ika terindikasi adanya infeksi.

e. Perawatan luka Perawatan luka dilakukan dengan cara manajemen jaringan, kontrol infeksi
dan infeksi, serta perluasan tepi luka.

a) Tissue managemen (Managemen jaringan)

Manajemen jaringan dilakukan melalui debridemen, yaitu menghilangkan jaringan mati


pada luka. Jaringan yang perlu dihilangkan adalah jaringan nekrotik dan slaf. Manfaat
debridemen adalah menghilangkan jaringan yang sudah tidak tervaskularisasi, bakteri, dan
eksudat sehingga akan menciptakan kondisi luka yang dapat menstimulasi munculnya
jaringan yang sehat. Ada beberapa cara debridemen yang dapat dilakukan, berupa :

(1) Debridemen mekanis Yaitu metode yang dilakukan dengan cara menempelkan kasa
lembab kemudian tutup atau letakkan kasa kering diatasnya. Biarkan hingga kasa
kering setelah kering angkat.

(2) Debridemen bedah Pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan tindakan medis
berupa tindakan pembedahan atau operasi.

(3) Debridemen autolitik Tindakan pembalutan luka setelah dicuci atau dibersihkan.

(4) Debridemen Enzim

Debridemen enzim merupakan cara debridemen dengan menggunakan enzim yang


dibuat secara kimiawi untuk dapat mencerna jaringan mati atau melonggarkan ikatan
antara ikatan antara jaringan mati dan jaringan hidup. Enzim ini bersifat selektif, yaitu
hanya akan memakan jaringan mati. Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan
jenis debridemen ini adalah menghindari penggunaan balutan luka yang mengandung
logam berat seperti silver, mineral, seng, cairan basa atau asam, karena dapat
menginaktivasi enzim. Pada luka dengan skar (luka jaringan nekrotik yang kering),
maka kita perlu melakukan sayatan pada skar dengan menggunakan pisau agar enzim
dapat meresap pada skar dan permukaan luka tetap lembab.

(5) Debridemen biologi

Debridemen biologi dapat dilakukan dengan menggunakan belatung yang sudah


disteril. Jenis belatung yang digunakan adalah spesies Lucia Cerrata atau Phaenica
Sericata. Belatung ini diletakkan didasar luka selama 1-4 hari. Belatung ini
mensekresikan enzim preteolitik yang dapat memecah jaringan nekrotik dan mencerna
jaringan yang sudah dipecah. Sekresi dari belatung ini memiliki efek anti mikrobial
yang membantu 15 dalam mencegah pertumbuhan dan proliferasi bakteri, termasuk
Metchilin-resistant Staphylococcus aureus.

b) Kontrol infeksi dan inflamasi

Infeksi bisa bersifat lokal (termasuk didalamnya selulitis), atau sistemik (sepsis).
Tanda infeksi yaitu meningkatnya eksudat, nyeri, adanya kemerahan (eritema) yang
baru atau meningkatnya kemerahan pada luka, peningkatan temperatur pada daerah
luka, dan bau luka atau eksudat. Cara yang dilakukan adalah meningkatkan daya tahan
tubuh, debridemen, pembersihan luka dan mencuci luka untuk menghilangkan bakteri,
eksudat, dan jaringan mati, serta memberikan balutan luka anti mikroba.

c) Mempertahankan kelembaban

d) Perluasan tepi luka Salah satu tanda dari penyembuhan luka pasien bisa dilihat dengan
luasnya sel epitel menuju tengah luka.
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua
data mengenai identitas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2) Identitas penanggung jawab Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk
memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Pada pasien dengan diabetes melitus biasanya akan merasakan badannya lemas dan
mudah mengantuk terkadang juga muncul keluhan berat badan turun dan mudah
merasakan haus. Pada pasien diabetes dengan ulkus diabetic biasanya muncul luka yang
tidak kunjung sembuh

2) Riwayat penyakit sekarang

Pasien biasanya merasakan nyeri, merasakan paresthesia ekstremitas bawah, luka yang
susah untuk sembuh, turgor kulit jelek, mata cekung, nyeri kepala, mual dan muntah,
kelemahan otot, letargi, mengalami kebingungan dan bisa terjadi koma

3) Riwayat kesehatan yang lalu

Biasanya hipertensi dan penyakit jantung. Gejala yang muncul pada pasien DM tidak
terdeteksi, pengobatan yang di jalani berupa kontrol rutin ke dokter maupun instansi
kesehatan terdekat.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Muncul akibat adanya keturunan dari keluarga yang menderita penyakit DM

c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum :

a) Status Kesehatan umum : meliputi keadaan penderita yang sering muncul adalah
kelemahan fisik.

b) Kesadaran : normal, letargi, stupor, koma (tergantung kadar gula yang dimiliki dan
kondisi fisiologis untuk melakukan kompensasi kelebihan kadar gula dalam darah)

c) Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah (TD) : biasanya mengalami hipertensi dan juga ada yang mengalami
hipotensi.

2 Nadi (N) : biasanya pasien DM mengalami takikardi saat beristirahat maupun


beraktivitas.

3. Pernapasan (RR) : biasanya pasien mengalami takipnea

4. Suhu (S) : biasanya suhu tubuh pasien mengalami peeningkatan jika terindikasi adanya
infeksi.

5. Berat badan : pasien DM biasanya akan mengalami penuruan BB secara signifikan pada
pasien yang tidak mendapatkan terapi dan terjadi peningkatan BB jika pengobatan pasien
rutin serta pola makan yang terkontrol.

d) Kepala dan leher

1. Wajah : kaji simetris dan ekspresi wajah, antara lain paralisis wajah (pada klien
dengan komplikasi stroke).

2. Mata : kaji lapang pandang klien, biasanya pasien mengalami retinopati atau
katarak, penglihatan kabur, dan penglihatan ganda (diplopia).

3. Telinga : pengkajian adakah gangguan pendengaran, apakah telinga kadang-kadang


berdenging, dan tes ketajaman pendengaran dengan garputala atau bisikan.

4. Hidung : tidak ada pembesaran polip dan tidak ada sumbatan, serta peningkatan
pernapasan cuping hidung (PCH).

5. Mulut :

a Bibir : sianosis (apabila mengalami asidosis atau penurunanperfusi jaringan pada


stadium lanjut).

b. Mukosa : kering, jika dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis osmosis.

c. Pemeriksaan gusi mudah bengkak dan berdarah, gigi mudah goyah.


6. Leher : pada inspeksi jarak tampak distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar
limfe dapat muncul apabila ada infeksi sistemik

e) Thorax dan paru-paru

1. Inspeksi : bentuk dada simetris atau asimetris, irama pernapasan, nyeri dada, kaji
kedalaman dan juga suara nafas atau adanya kelainan suara nafas, tambahan atau
adanya penggunaan otot bantu pernapasan

. 2. Palpasi : lihat adnya nyeri tekan atau adanya massa.

3. Perkusi : rasakan suara paru sonor atau hipersonor.

4. Auskultasi : dengarkan suara paru vesikuler atau bronkovesikuler.

Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulent
(tergantung adanya infeksi atau tidak)

Tanda : frekuensi pernapasan meningkat dan batuk

f) Abdomen

1. Inspeksi : amati bentuk abdomen simetris atau asimetris.

2. Auskultasi : dengarkan apakah bising usus meningkat.

3. Perkusi : dengarkan thympany atau hiperthympany.

4. Palpasi : rasakan adanya massa atau adanya nyeri tekan.

g) Integumen

1. Kulit : biasanya kulit kering atau bersisik

2. Warna : tampak warna kehitaman disekitar luka karena adanya gangren, daerah yang
sering terpapar yaitu ekstremitas bagian bawah.

3. Turgor : menurun karena adanya dehidrasi

4. Kuku : sianosis, kuku biasanya berwarna pucat

5. Rambut : sering terjadi kerontokan karena nutrisi yang kurang.

h) Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ektremitas,
ulkus pada kaki dan penyembuhan lama.

Tanda : adanya takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, disritmia


i) Genetalia : adanya perubahan pada proses berkemih, atau poliuria, nokturia, rasanyeri
seperti terbakarpada bagian organ genetalia, kesulitan berkemih (infeksi).

j) Neurosensori : terjadi pusing, pening, sakit kepala, kesemutan, kebas pada otot. Tanda :
disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut)

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada klien Diabetes Mellitus:

a. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d Hiperglikemia

b. Risiko Perfusi Perifer tidak Efektif b/d Diabetes Mellitus

c. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorsi nutrien

d. Nyeri Akut b/d neuropati sensori perifer

3. Intervensi Keperwatan

A. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d Hiperglikemia)

tujuan :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selam.. x 24 jam. Diharapkan kadar gula
dalam darah stabil

Kriteria hasil : Tingkat nyeri L.08066

a) Kesadaran meningkat

b) Mengantuk menurun

c) Perilaku aneh menurun

d) Keluhan lapar menurun

e) Kadar glukosa dalam darah membaik

Manajemen Hiperglikemi

Observasi :

a) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia

b) Monitor kadar glukosa darah


c) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis, poliurs, polidipsia, polifagia, kelemahan
pandangan kabur, sakit kepala)

d) Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis, penyakit


kambuhan)

Terapeutik :

a) Berikan asupan cairan oral

b) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk

Edukasi :

a) Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL

b) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga

c) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis, penggunaan insulin, obat oral)

Manajemen Hipoglikemia Observasi :

a) Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia

b) Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia

Terapeutik:

a) Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu

b) Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet

c) Hubungi layanan medis darurat, jika perlu

Edukasi:

a) Anjurkan memnawa karbohidrat sederhana setiap hari

b) Jelaskan interasi anatara diet, insulin oral, dan olahraga

c) Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis. Mengurangi insulin/agen


oral dan atau meningkatkan asupan makanan untuk berolahraga

B Risiko Perfusi Perifer tidak Efektif b/d Diabetes Mellitus

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama ... Diharapkan Perfusi perifer normal
Kriteria hasil :

a. Denyut nadi perifer meningkat

b. Penyembuhan luka meningkat

c. Sensasi meningkat

d. Warna kulit pucat minangkat

e. Edema perifer meningkat

f. Nyeri esktremitas

g. Parastesia meningkat

h. Kelemahan otot meningkat

i. Kram otot meningkat

Observasi :

a) Mengontrol status pulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi , frekuensi napas,

b) Monitor status oksglenasi (oksimetri nadi, AGD)

c) Monitor status cairan (masukan dan haluran, turgor kulit, CRT)

d) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil

e) Periksa riwayat alergi

Terapeutik :

a) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen> 94%

b) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu

c) Pasang jalur IV, jika perlu d) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu

e) Lakukan skin tes untuk mencegah reaksi alergi

Edukasi :

a) Jelaskan penyebab/faktor resiko syok

b) Jelaskan tanda dan gejala awal syok

c) Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok


d) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

e) Anjurkan menghondari alergi

C. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorsi nutrien

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam.Diharapkan status nutrisi


membaik.

Kriteria hasil : Status nutrisi L.06053

a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat

b. Kekuatan otot pengunyah meningkat

c. Kekuatan otot menelan meningkat

d. IMT membaik

e. Frekuensi makan membaik

f. Nafsu makan membaik

g. Bising usus membaik

h. Membran mukosa membaik

Intervensi :Manajemen nutrisi I.03119

Observasi :

a. Identifikasi status nutrisi

b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c. Identifikasi makanan yang disukai

d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

f. Monitor asupan makanan

g. Monitor berat badan

h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium


Terapeutik :

a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (piramida makanan)

c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai d. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi

e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

f. Berikan suplemen makanan, jika perlu

g. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika supan oral dapat ditoleransi

Edukasi :

a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu

b. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :

a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

D. Nyeri akut b/d neuropati sensori perifer

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam.Diharapkan nyeri


berkurang

Kriteria Hasil :

a) Keluhan nyeri berkurang

b) Meringis berkurang

c) Sikap protektif menurun

d) Gelisah menurun

e) Kesulitan tidur menurun

Observasi :

a. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


b. Identifikasi skala nyeri

c. Identifikasi respons nyeri non verbal

d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

i. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :

a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)

b. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

c. fasilitasi istirahat dan tidur

d. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi :

a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

b. Jelaskan strategi meredakan nyeri

c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan pengelolahan dan wujud dari rencana keperawatan


yang telah disusun pada tahap perencanaan atau intervensi (Setiadi, 2012). Implementasi
merupakan realisasi tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan. Mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru (Nikmatur dan Walid,
2017) Pada penelitian ini penulis menggunakan implementasi keperawatan sebagai
perencanaan yang sudah ditentukan untuk lansia Diabetes Mellitus dengan Ketidakstabilan
Gula Darah

5. Evaluasi keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah suatu perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga, serta tenaga medis lainnya. Tujuan dalam
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Daftar Pustaka
Riyadi, S. d. (2015). Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endrokin
pada Pankreas . Yogyakarta : Graha Ilmu.
TIM POKJA SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

TIM POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama (21-6)

Anda mungkin juga menyukai