Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

Di Susun Oleh :
Siwi Agustini (200201015)

DOSEN PEMBIMBING : NS. ISNANIAR, S.KEP., M.KEP

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN AALAM DAN


KESEHATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2022
A. DEFINISI DEABETES MELLITUS

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya

hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas

untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target

tersebut. Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

yang ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan

kurangnya aktivitas insulin pada sel target.

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya

hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja

dan atau sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada pasien diabetes melitus

yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan.

B. ETIOLOGI
a. Obesitas
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target di seluruh
tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan
efek metabolik.
b. Usia
Cenderung meningkat di atas usia 65 tahun.
c. Kelompok etnik
d. Faktor genetik
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan
kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Rendi &
Margareth, 2012)

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala diabetes melelitus seperti rasa haus yang berlebihan, sering kencing
terutama pada malam hari, banyak makan atau mudah lapar, dan berat badan
turun dengan cepat.Kadang terjadi keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan
dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun,
luka sukar sembuh, dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4kg
(Suyono, 2004). Karakteristik diabetes melitus atau kencing manis
diantaranya sebagai berikut (Mirza, 2012)
1) Buang air kecil yang berlebihan
2) Rasa haus yang berlebihan
3) Selalu merasa lelah
4) Infeksi di kulit’penglihatan menjadi kabur
5) Turunnya berat badan
Diabetes Mellitus sering muncul dan berlangsung tanpa timbulnya tanda
dangejala klinis yang mencurigakan, bahkan kebanyakan orang tidak
merasakan adanya gejala.Akibatnya, penderita baru mengetahui menderita
Diabetes Mellitus setelah timbulnya komplikasi. Diabetes Mellitus tipe 1 yang
dimulai pada usia muda memberikan tanda-tanda yang mencolok seperti tubuh
yang kurus, hambatan pertumbuhan, retardasi mental, dan sebagainya
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula dalam
darah yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dalam tubuh
dibentuk di dalam hati dari makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh.
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas yang berfungsi
untuk memfasilitasi atau mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan
mengatur produksi dan penyimpanannya. Defisiensi insulin ini menyebabkan
penggunaan glukosa dalam tubuh menurun yang akan menyebabkan kadar
glukosa darah dalam plasma tinggi atau hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi
ini akan menyebabkan terjadinya glukosuria dikarenakan glukosa gagal
diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana keadaan ini akan
menyebabkan gejala umum diabetes mellitus yaitu polyuria, polydipsia, dan
polyphagia.(Kerner and Brückel, 2014 ,Ozougwu, 2013)

E. PENATALKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan pasien dengan Diabetes Melitus adalah
mengontrol gula darah dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah,
ada lima faktor penting yang harus diperhatikan yaitu:
a. Asupan makanan atau manajemen diet.
b. Latihan fisik atau exercise.
c. Obat-obatan penurun gula darah.
d. Pendidikan kesehatan.
e. Monitoring.
Tujuan daripada penatalaksanaan diabetes mellitus adalah untuk
meningkatkan tingkat daripada kualitas hidup pasien penderita diabetes
mellitus, mencegah terjadinya komplikasi pada penderita, dan juga
menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit diabetes mellitus.
Penatalaksanaan diabetes mellitus dibagi secara umum menjadi lima yaitu:
1) Edukasi
Edukasi terhadap pasien diabetes mellitus merupakan pendidikan
dan pelatihan yang diberikan terhadap pasien guna menunjang perubahan
perilaku, tingkat pemahaman pasien sehingga tercipta kesehatan yang
maksimal dan optimal dan kualitas hidup pasien meningkat.
2) Terapi Nutrisi Medis (Diet)
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes
memperbaiki kebiasaan aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik, mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal, mencapai kadar serum lipid yang optimal, memberikan
energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai dan meningkatkan tingkat kesehatan secara keseluruhan
melalui gizi yang optimal. Standar dalam asupan nutrisi makanan
seimbang yang sesuai dengan kecukupan gizi baik adalah sebagai berikut :
a) Protein : 10 – 20 % total asupan energi
b) Karbohidrat : 45 – 65 % total asupan energy
c) Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori, tidak boleh melebihi 30 % total
asupan energi
d) Natrium : < 2300 mg perhari
e) Serat : 20 – 35 gram/hari

F. KOMPLIKASI
Secara umum komplikasi daripada diabetes mellitus dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Komplikasi Macrovaskular
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai
pembuluh darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan
atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit jantung
koroner, hipertensi, dan stroke.Komplikasi makrovaskular yang umum
berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah
perifer.Komplikasi makrovaskular ini sering terjadi pada penderita
diabetes mellitus tipe-2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia
dan atau kegemukan.
2) Komplikasi Microvaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes
mellitus tipe-1.Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein
yang terglikasi menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin
lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah
kecil.Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati.
G. PATWAY
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (penurunan
perfusi jaringan perifer)
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3) Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelebihan intake nutrisi (tipe 2)
4) Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
5) Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia
jaringan.
6) PK: Hipoglikemi / PK: Hiperglikemi

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017


I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA SDKI SLKI
1 Nyeri akut
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen keperawatan selama ...x... secara komprehensif termasuk
injuri jam diharapkan nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
biologis teratasi dengan kriteria hasil frekuensi, kualitas dan faktor
(penurunan : presipitasi.
perfusi  Pasien mampu 2. Observasi reaksi nonverbal
jaringan mengontrol nyeri (tahu dari ketidaknyamanan
perifer) penyebab nyeri, mampu 3. Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti
nonfarmakologi untuk suhu ruangan, pencahayaan
mengurangi nyeri) dan kebisingan
 Mampu mengenali nyeri 4. Ajarkan tehknik
(slaka, intensitas, nonfarmakologi (nafas dalam,
frekuensi dan tanda relaksasi, distraksi, kompres
nyeri) hangat / dingin) untuk
 Melaporkan bahwa mengurangi nyeri
nyeri berkurang dengan 5. Kolaborasi dengan dokter
menggunakan dalam pemberian analgetik
management nyeri untuk mengurangi nyeri

 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
 Tanda-tanda vital dalam
rentang normal.
2 Ketidakseimb Nutritional Status : Food Nutrition Management
angan nutrisi and Fluid Intake 1. Monitor intake makanan dan
kurang dari Setelah dilakukan tindakan minuman yang dikonsumsi
kebutuhan keperawatan selama ...x... klien setiap hari
tubuh b.d. jam diharapkan 2. Tentukan berapa jumlah kalori
ketidakmamp ketidakseimbangan nutrisi dan tipe zat gizi yang
uan kurang dari kebutuhan dibutuhkan dengan
menggunaka tubuh teratasi dengan berkolaborasi dengan ahli gizi
n glukose kriteria hasil : 3. Dorong peningkatan intake
(tipe 1)  Intake makanan peroral kalori, zat besi, protein dan
yang adekuat vitamin C
 Intake NGT adekuat 4. Beri makanan lewat oral, bila
 Intake cairan peroral memungkinkan
adekuat 5. Kaji kebutuhan klien akan

 Intake cairan yang pemasangan NGT

adekuat 6. Lepas NGT bila klien sudah

 Intake TPN adekuat bisa makan lewat oral

3 Ketidakseimb Nutritional Status : Weight Management


angan nutrisi Nutrient Intake 1. Diskusikan dengan pasien
lebih dari Setelah dilakukan tindakan tentang kebiasaan dan budaya
kebutuhan keperawatan selama ...x... serta faktor hereditas yang
tubuh b.d. jam diharapkan mempengaruhi berat badan.
kelebihan ketidakseimbangan nutrisi 2. Diskusikan resiko kelebihan
intake nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berat badan.
(tipe 2) teratasi dengan kriteria hasil 3. Kaji berat badan ideal klien.
: 4. Kaji persentase normal lemak
 Kalori tubuh klien.
 Protein 5. Beri motivasi kepada klien

 Lemak untuk menurunkan   berat

 Karbohidrat badan.
6. Timbang berat badan setiap
 Vitamin
hari.
 Mineral
7. Buat rencana untuk
 Zat besi
menurunkan berat badan klien.
 Kalsium
8. Buat rencana olahraga untuk
klien.
9. Ajari klien untuk diet sesuai
dengan kebutuhan nutrisinya.
4 Defisit ü Fluid balance Fluid management
Volume ü Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika
Cairan b.dü Nutritional Status : Food diperlukan
Kehilangan and Fluid Intake 2.  Pertahankan catatan intake dan
volume Setelah dilakukan tindakan output yang akurat
cairan secara keperawatan selama ...x... 3. Monitor status hidrasi
aktif, jam diharapkan defisit (kelembaban membran mukosa,
Kegagalan volume cairan teratasi nadi adekuat, tekanan darah
mekanisme dengan kriteria hasil: ortostatik), jika diperlukan
pengaturan  Mempertahankan urine 4. Monitor vital sign
output sesuai dengan 5. Monitor masukan makanan /
usia dan BB, BJ urine cairan dan hitung intake kalori
normal, HT normal harian
 Tekanan darah, nadi, 6. Kolaborasikan pemberian cairan
suhu tubuh dalam batas IV
normal 7. Kolaborasi dokter jika tanda
 Tidak ada tanda tanda cairan berlebih muncul meburuk
dehidrasi, elastisitas 8. Atur kemungkinan tranfusi
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
5 Perfusi ü Circulation status Peripheral Sensation Management
jaringan tidakü Tissue Prefusion : cerebral (Manajemen sensasi perifer)
efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya daerah tertentu
hipoksemia keperawatan selama ...x... yang hanya peka terhadap
jaringan. jam diharapkan panas/dingin/tajam/tumpul
ketidakefektifan perfusi 2. Monitor adanya paretese
jaringan teratasi dengan 3. Instruksikan keluarga untuk
kriteria hasil : mengobservasi kulit jika ada lesi
 Mendemonstrasikan atau laserasi
status sirkulasi 4. Gunakan sarung tangan untuk
 Tekanan systole proteksi
dandiastole dalam 5. Batasi gerakan pada kepala,
rentang yang diharapkan leher dan punggung
 Tidak ada ortostatik 6. Monitor kemampuan BAB
hipertensi 7. Kolaborasi pemberian analgetik
 Tidak ada tanda tanda 8. onitor adanya tromboplebitis
peningkatan tekanan 9. Diskusikan menganai penyebab
intrakranial (tidak lebih perubahan sensasi
dari 15 mmHg)
 Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai
dengan:berkomunikasi
dengan jelas dan sesuai
dengan kemampuan,
menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan
orientasi, memproses
informasi,  membuat
keputusan dengan benar
6 PK: Setelah dilakukan tindakan Managemen Hipoglikemia:
Hipoglikemia keperawatan selama ...x... 1. Monitor tingkat gula darah
PK: jam diharapkan dapat sesuai indikasi
Hiperglikemi meminimalkan episode 2. Monitor tanda dan gejala
hipo/ hiperglikemia. hipoglikemi ; kadar gula darah <
70 mg/dl, kulit dingin, lembab
pucat, tachikardi, peka
rangsang, gelisah, tidak sadar ,
bingung, ngantuk.
3. Jika klien dapat menelan
berikan jus jeruk / sejenis jahe
setiap 15 menit sampai kadar
gula darah > 69 mg/dl
4. Berikan glukosa 50 % dalam IV
sesuai protokol
5. K/P kolaborasi dengan ahli gizi
untuk dietnya.

Managemen Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala
diabetik ketoasidosis ; gula
darah > 300 mg/dl, pernafasan
bau aseton, sakit kepala,
pernafasan kusmaul, anoreksia,
mual dan muntah, tachikardi,
TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan,
pandangan kabur atau kadar
Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor:TD dan nadi sesuai
indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai
kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter jika
tanda dan gejala Hiperglikemia
menetap atau memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika
terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah
>250 mg/dl khususnya adanya
keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi
( frekuensi & irama, warna kulit,
waktu pengisian kapiler, nadi
perifer dan kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan sesuai
kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ. 2019. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Ircham Machfoedz, 2013. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau


di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya

Johnson, M., et all. 2011. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 2011. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Nurarif, A, H; Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi. Penerbit Mediaction
Jogja : Yogyakarta

Smeltzer, S.C., 2015, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.


Potter & Perry, 2015, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Ed 9. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2019. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

NANDA DIAGNOSA 2012.Nursing Diagnosis : Definition and Classification


2012-2014. NANDA International. Philadelphia.

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA. Yogyakarta: MediAction.

Rab, T. 2018. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT


Alumni

Anda mungkin juga menyukai