Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS (DM)

Disusun Oleh:

Melda Olynfiana Putri

2011010015

PROGRAMN STUDI KEPERAWATAN D3

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah istilah kolektif untuk gangguan
metabolisme heterogen yang temuan utamanya adalah hiperglikemia
kronis. Penyebabnya adalah sekresi insulin yang terganggu atau efek
insulin yang terganggu atau biasanya keduanya.(Petersmann et al.,
2019)
2. Etiologi Diabetes Mellitus
Diabetes adalah prioritas kesehatan global, dengan 415 juta
kasus orang dewasa yang diketahui di seluruh dunia, 91% di antaranya
adalah diabetes. Penuaan populasi diperkirakan akan mendorong
peningkatan substansial dalam prevalensi (diperkirakan menjadi 642
juta pada tahun 2040) dengan sangat cepat meningkat di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Beban komplikasi diabetes
tinggi, termasuk penyakit jantung, stroke, neuropati, nefropati, dan reti
nopati. Diabetes berkembang sebagai akibat dari faktor genetik,
lingkungan, dan perilaku, termasuk gaya hidup menetap dan pola
makan kaya energi dan miskin nutrisi, keduanya merupakan faktor
predisposisi obesitas. (Roberts et al., 2017)
3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau
relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.
Gejala yang dikeluhkan pada penderita diabetes yaitu (Bhatt et al.,
2016) :
1. Polidipsia (sering merasa haus)
2. Poliuria (sering buang air kecil)
3. Polifagia (sering merasa lapar)
4. Penurunan berat badan
5. Kesemutan
4. Patofisiologi Diabetes Mellitus
a. Diabetes mellitus tipe 1
Patofisiologi penghancuran autoimun sel beta yang
mengakibatkan defisiensi insulin progresif telah dipelajari dengan
baik selama 40 tahun terakhir, dan data biomarker genetik dan larut
sangat luas.
Sebagian besar presentasi klinis cukup untuk membuat diagnosis
tanpa memerlukan pengukuran fungsi sel beta, pengukuran
autoimunitas, atau pengujian genetik spesifik. Diagnosis diabetes
tipe 1 jelas menunjukkan perlunya terapi penggantian insulin. Jika
ada ketidakpastian tentang diagnosis dan kebutuhan terapi insulin
yang sesuai, maka pengukuran fungsi sel beta dan tes antibodi sel
islet diindikasikan untuk memandu keputusan pengobatan.
b. Diabetes tipe 2
Jenis diabetes mellitus yang paling umum, tipe 2,sebelumnya
disebut tes diabetes onset dewasa atau diabetes yang tidak
tergantung pada insulin. Namun, sekarang diketahui terjadi juga
pada anak-anak dan sering kali membutuhkan terapi insulin untuk
kontrol glikemik. Diabetes tipe 2 ditandai dengan beberapa efek
biokimia dan patofisiologi yang berhubungan dengan
hiperglikemia. Konsep penurunan produksi insulin yang tidak
dimediasi oleh mekanisme imun dan resistensi insulin telah dikenal
selama beberapa dekade. Mekanisme tambahan yang telah
dijelaskan terkait dengan peradangan,peningkatan produksi
glukosa hepatik, perubahan kadar hormon usus yang mengatur
insulin dan glukagon dan perubahan ambang glukosa ginjal.
(Hoogwerf, 2020)
5. Pathway Diabetes Mellitus

6. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk diagnosis DM tipe II
dapat meliputi :
1. Pemeriksaan gula darah sewaktu/acak (GDS)
2. Gula darah puasa (GDP)
3. Toleransi glukosa dengan pemeriksaan oral glucose tolerance test
(OGTT)
4. Hemoglobin terglikasi (HbA1c).
7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
1. Perencanaan makanan merupakan salah satu pilar pengelolaan
diabetes. Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan
adalah cara memasak, proses penyiapan makanan dan bentuk
makanan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak dan
protein), yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung
dan serat.
2. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu
pilar dalam pengelolaan diabetes tipe. Latihan jasmani dapat
menurunkan berat badan (jalan, bersepeda santai, jogging,
berenang).
3. Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis
terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
4. Pemeriksaan laboratorium bagi penderita DMdiperlukan untuk
menegakkan diagnosis serta memonitor terapi dan timbulnya
komplikasi. Perkembangan penyakit bisa dapat mencegah
komplikasi.
5. Edukasi Diabetes Mellitus pendidikan dan pelatihan kepada
penderita DM tentang penyakit DM dan perawatannya,
memberikan motivasi kepada keluarga dan penderita bahwa
perawatan secara rutin pada penderita DM penting dilakukan untuk
menghindari komplikasi, serta mengadakan follow up secara
berkala setiap bulan yaitu 2 kali kunjungan rumah.
8. Focus Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis pada pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien mengeluh nyeri atau mengakui ketidaknyamanan.
2. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang dirasakan
pasien sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan perawatan di
rumah sakit sampai dilakukannya pengkajian. Pada pasien post TUR.P
biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri. Keluhan nyeri dikaji
menggunakan PQRST : P (provokatif), yaitu faktor yang mempengaruhi
awat atau ringannya nyeri. Q (Quality), yaitu kualitas dari nyeri, seperti
apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (Region), yaitu daerah / lokasi
perjalanan nyeri. S (Severity), yaitu skala/ keparahan atau intensitas nyeri.
T (Time), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami
sebelum nya, terutama yang mendukung atau memperberat kondisi
gangguan system perkemihan pada pasien saat ini seperti pernakah pasien
menderita penyakit kencing manis, riwayat kaki bengkak (edema),
hipertensi, penyakit kencing batu, kencing berdarah, dan lainnya. Tanyakan:
apakah pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah
pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya (Muttaqin, 2011)
4. Riwayat Keluarga
Tanyakan mungkin di antara keluarga klien sebelumnya ada yang
menderita penyakit yang sama dengan penyakit klien sekarang.
5. Pengkajian Psiko-sosio-spirutual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
Kecemasan pasien terhadap penyakitnya, kognitif, dan prilaku pasien.
Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik
dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian
psikososiospiritual yang saksama (Muttaqin, 2011).
6. Pola sehari-hari
a. Nutrisi
Pola nutrisi sebelum dan sesudah sakityang harus dikaji adalah
frekuensi, jenis makanan dan minuman, porsi, tanyakan perubahan
nafsu makan yang terjadi. Pada post TUR.P biasanya tidak
terdapat keluhan pada pola nutrisi.
b. Eliminasi
BAB :Tanyakan tentang frekuensi, jumlah, warna BAB terakhir
BAK : Mengkaji frekuensi, jumlah, warna BAK pada pasien post
TUR.P terpasang kateter threeway, mengkaji jumlah, warna biasanya
kemerahan.
c. Tidur/istirahat
Pola tidur dapat terganggu maupun tidak terganggu, tergantung
bagaimana toleransi pasien terhadap nyeri yang dirasakannya.
d. Personal Hygiene
Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.

9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa
darah.
10. Intervensi keperawatan
O:
- Memonitor kadar glukosa darah
- Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan
insulin meningkat.
- Memonitor intake dan output cairan
T:
- Memberikan asupan cairan oral
E:
- Mengajarkan memantau glukosa darah secara mandiri
- Menganjurkan kepatuhan diet dan olahraga.
K:
- Mengkolaborsi pemberian insulin, jika perlu.

a. Implementasi
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari suatu
rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Fokus
pada intervensi keperawatan antara lain: mempertahankan daya tahan
tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem tubuh,
menetapkan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan
dokter (Wahyuni, Nurul. S, 2016).
b. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil
pada psserencanaan (Sri Wahyuni, 2016). Teknik penulisan SOAP
menurut (Zaidin Ali, 2010) adalah sebagai berikut :
1. S (Subjective) : bagian ini meliputi data subjektif atau informasi yang
didapatkan dari klien setelah mendapatkan tindakan, seperti klien
menguraikan gejala sakit atau menyatakan keinginannya untuk
mengetahui tentang pengobatan. Ada tidaknya data subjektif dalam catatan
perkembangan tergantung pada keakutan penyakit klien.
2. O (Objective) : Informasi yang didapatkan berdasarkan hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan perawat setelah
tindakan. Misalnya pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, observasi atau
hasil radiologi.
3. A (Assesment) : Membandingkan antara informasi subjektif & objektif
dengan tujuan & kriteria hasil yang kemudian dapat ditarik kesimpulan
bahwa masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, atau masalah tidak
teratasi
4 P (Planning) : Perencanaan bergantung pada pengkajian situasi yang
dilakukan oleh tenaga ksehatan. Rencana dapat meliputi instruksi untuk
mengatasi masalah klien, mengumpulkan data tambahan tentang masalah
klien, pendidikan bagi individu atau keluarga, dan tujuan asuhan. Rencana
yang terdapat dalam evaluasi atau catatan SOAP dibandingkan dengan
rencana pada catatan terdahulu, kemudian dapat ditarik keputusan untuk
merevisi, memodifikasi, atau meneruskan tindakan yang lalu.
Nama : Melda Olynfiana Putri
Nim : 2011010015
Kasus : Sistem metabolic endrokin (Diabetes Mellitus)
Deskripsi Seorang pasien perempuan berusia 53 dirawat diruang
kasus/Rangkuman cempaka dengan diagnosa medis diabetes Mellitus
pengkajian mengeluhkan lemas , mual dan sedikit pusing. Hasil
pemeriksaan fisik :
TD : 136/69 mmHg
N : 112x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,2
SPO2 : 97%
Hasil pemeriksaan penunjang yaitu GDS : 118 mg/dL

Diagnosa Utama DS : Pasien mengatakan mengeluhkan badanya lemas,


mual , pusing.
DO : Pasien tampak terlihat lemas dan terlihat gelisah.
Hasil GDS di pagi hari 118 mg/dL
DX : Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d efek agen
farmakologis.
Alasan : Karna selama perawatan kadar glukosa darah
pasien terpantau kurang dari 200 mg/dL.
Intervensi O:
- Memonitor kadar glukosa darah
- Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan
insulin meningkat.
- Memonitor intake dan output cairan
T:
- Memberikan asupan cairan oral
E:
- Mengajarkan memantau glukosa darah secara mandiri
- Menganjurkan kepatuhan diet dan olahraga.
K:
- Mengkolaborsi pemberian insulin, jika perlu.

Tindakan Prioritas “Memonitor kadar glukosa darah”


Alasan : Agar kadar glukosa darah tetap terpantau untuk
menghindari terjadinya hiperglikemia atau hipoglikemia.

Evaluasi Kadar glukosa darah terpantau stabil dengan kadar


glukoosa darah GDS 118 mg/dL.
Masalah ketidakstabilan darah teratasi.

Anda mungkin juga menyukai