Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN TN.

U
DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI
RUANGAN RAWAT INAP GEDUNG B
RSUD CILILIN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Profesi Ners

Dewi Nur Fadilah


D522088

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. (Smeltzer & Bare, 2014).
Diabetes melitus merupakan penyakit menahun (kronis) berupa gangguan
metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.
(Kementrian Kesehatan RI, 2020).

2. Etiologi Diabetes Melitus


Diabetes tipe 2 sebelumnya dikenal sebagai NIDDM atau diabetes onset
dewasa, yaitu merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dan
lingkungan. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik yang berhubungan
dengan gangguan sekresi insulin, seperti:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas, makan berlebihan, kurang olahraga, stress dan serta penuaan
3) Riwayat keluarga diabetes. (Smeltzer & Bare, 2014).

3. Patofisiologi Diabetes Melitus


Respon sel yang terbatas terhadap hiperglikemia tampaknya menjadi faktor
utama dalam perkembangannya. Sel beta yang telah terpapar kadar gula darah
dalam waktu lama menjadi progresif, tidak efesien, dan berangsur-angsur
menurun. Fenomena ini disebut desensitiasi dan dapat kembali ke kadar gula
darah normal. Rasio proinsulin (pra-insulin) terhadap insulin yang disekresikan
juga meningkat.
Proses patofisiologis kedua dari diabetes tipe II adalah resistensi hati dan
jaringan sekitarnya terhadap aktivitas biologis insulin. Kondisi ini disebut
resistensi insulin. Pada pasien dengan diabetes tipe II, insulin kurang sensitif
terhadap kadar glukosa, yang dapat menyebabkan produksi glukosa terus menerus
di hati dan bahkan kadar gula darah tinggi. Mekanisme yang menyebabkan
resistensi insulin perifer tidak jelas, tetapi tampaknya terjadi setelah insulin yang
berikatan dengan reseptor permukaan sel. (Black & Hawks, 2014).
4. Pathway

5. Manifestasi Klinis
Menurut (Smeltzer & Bare, 2014) ada beberapa manifestasi klinis di penderita
diabetes melitus, yaitu:
1) Poliuria, polidipsia, polifagia
2) Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak, sensasi
kesemutan atau kebas ditangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit atau luka
yang lambat sembuh atau infeksi berulang
3) Awitan diabetes tipe 1 dapat disertai dengan penurunan berat badan mendadak
atau mual, muntah, atau nyeri lambung
4) Diabetes tipe 2 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif dan
berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan mengakibatkan komplikasi jangka
panjang apabila diabetes tidak terdeteksi selama bertahun-tahun (misalnya,
penyakit mata, neuropati, perifer, penyakit vaskular perifer)
5) Komplikasi dapat muncul sebelum diagnosis yang sebenarnya ditegakkan.
Tanda dan gejala ketoasidosis diabetes (DKA) mencakup nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, dan napas berbau buah. DKA yang tidak
tertangani dapat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran, koma, dan
kematian.

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Glukosa darah sewaktu
2) Kadar glukosa darah puasa
3) Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena <100 100-200 >200
- Darah kapiler <80 80-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena <100 110-120 >126
- Darah kapiler <90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) 200 mg/dl

7. Penatalaksanaan
Menurut (Smeltzer & Bare, 2014) ada lima komponen dalam penatalaksanaan
diabetes, yaitu:
1) Nutrisi
2) Olahraga
3) Pemantauan
4) Terapi Farmakologis
5) Edukasi
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2020) ada empat penatalaksanaan
Diabetes Melitus, yaitu:
1) Pengaturan Pola Makan
Pengaturan pola makan menyesuaikan dengan kebutuhan kalori yang
dibutuhkan oleh penyandang Diabetes Melitus. Pengaturan meliputi
kandungan, kuantitas dan waktu asupan makanan (3J-Jenis, Jumlah, Jadwal)
agar penyandang Diabetes Melitus memiliki berat badan yang ideal dan gula
darah dapat terkontrol dengan baik.
2) Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik dilakukan dengan durasi minimal 30 menit/hari atau 150
menit/minggu dengan intensitas sedang (50-70% maximum heart rate).
3) Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi mengikuti saran dari dokter. Penting bagi penderita
Diabetes Melitus untuk memantau kadar gula darah secara teratur. Melalui
pengkajian ini diharapkan pasien diabetes menjadi lebih sehat dan patuh
terhadap manajemen obat, sehingga penyakitnya dapat lebih terkontrol dan
terkendali.
4) Partisifasi Dalam Peran Keluarga
Partisifasi keluarga mendorong pasien diabetes untuk mematuhi pengobatan
dan diet, mempertahankan gaya hidup sehat atau mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat, yang merupakan juga kunci keberhasilan pengendalian
penyakit bagi pasien diabetes.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
Identitas pasien meliputi Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan, No. Reg, Tgl.
MRS, Tgl Pengkajian dan Dx Medis.
2) Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan
yang kabur, kelemahan dan sakit kepala.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Dimulai dari akhir masa sehat yang ditulis secara kronologis sesuai urutan
waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan penyakitnya, keluhan utama,
dan gejala yang muncul seperti polifagia, polidipsia, poliuria umumnya
dialami oleh penderita Diabetes Melitus, tetapi hal itu jarang diperhatikan
sehingga klien yang diopname di rumah sakit biasanya yang sudah
mengalami komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan
utamanya biasanya keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus seperti tidak
ada nafsu makan, kuat minum dan kencing, badan lemas, luka tidak
sembuh-sembuh dan lain-lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga adalah
bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan yang dimiliki pada salah
satu anggota keluarga, pada klien dengan Diabetes Melitus ditanyakan
apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien,
penyakit kronis atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang
dilakukan jika mengalami sakit.
d. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual, menurut Virginia Handerson
a) Pola pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekuensi pernafasan,
gerakan dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa
sesak, pada klien dengan Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami
gangguan pada sistem pernafasan.
b) Pola nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, supplement
yang dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah
cairan dan makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah,
kesulitan menelan, penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit,
ada tidaknya masalah dalam status gizi dll, pada klien dengan Diabetes
Melitus mengalami gangguan atau perubahan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi. Klien mengalami peningkatan nafsu makan, klien
sering merasa lapar dan haus, sehingga klien menjadi banyak makan
dan banyak minum.
c) Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan
berkemih, ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuria, retensi,
inkontinentia, ada/tidaknya terpasang kateter, pada klien dengan
Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam BAK karena efek
peningkatan asupan cairan melalui Diit yang juga berhubungan dengan
efek peningkatan kadar gula dalam darah, sehingga ginjal akan
menghasilkan urin dalam jumlah berlebih, yang menjadikan klien
menjadi sering BAK.
d) Gerak dan keseimbangan tubuh
Pada aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan
mengalami gangguan gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena
kelemahan, atau akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami
gangguan, misalnya kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau
gangren.
e) Istirahat tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam
tidur pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur,
masalah selama tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi
buruk. Pada klien dengan Diabetes Melitus klien biasanya mengalami
kesulitan dalam istirahat dan tidurnya karena merasa lapar, haus, atau
ingin berkemih.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri kronis bd. Agen cedera fisik
2) Gangguan integritas kulit bd. Gangguan sirkulasi, gangguan status metabolik
dan gangguan sensasi
3) Resiko infeksi bd. Trauma pada jaringan

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(SLKI) Keperawatan
(SIKI)
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi
Definisi : keperawatan selama 1 x 24 lokasi,
Pengalaman sensorik atau jam diharapkan status tingkat karakteristik,
emosional yang berkaitan nyeri membaik dengan durasi, frekuensi,
dengan kerusakan jaringan kriteria hasil : kualitas, intensitas
aktual atau fungsional, - Keluhan nyeri menurun nyeri
dengan onset mendadak atau - Meringis menurun - Identifikasi skala
lambat dan berintensitas - Gelisah menurun nyeri
ringan hingga berat dan - Kesulitan tidur menurun - Identifikasi
konstan yang berlangsung - Frekuensi nadi menurun respon nyeri non
lebih dari 3 bulan. - Pola nafas membaik verbal
Penyebab : - Tekanan darah membaik - Identifikasi faktor
- Kondisi muskuloskeletal - Nafsu makan membaik yang
kronis - Pola tidur membaik memberberat dan
- Kerusakan sistem saraf memperingan
- Gangguan sistem nyeri
metabolik - Identifikasi
Gejala tanda mayor : pengetahuan dan
- Mengeluh nyeri keyakinan tentang
- Tampak meringis nyeri
- Tidak mampu - Identifikasi
menuntaskan aktifitas pengaruh nyeri
Gejala tanda minor : pada kualitas
- Merasa takut mengalami hidup
cedera berulang - Monitor
- Bersikap protektif (mis. keberhasilan
posisi menghindari nyeri) terapi
- Waspada komplementer
- Pola tidur berubah yang sudah
- Anoreksia diberikan
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi
Definisi : keperawatan 1x 24 jam penyebab
Kerusakan kulit (dermis diharapan integritas kulit/ gangguan
dan/atau epidermis/ atau jaringan membaik dengan integritas kulit
jaringan (membran mukosa, kriteria hasil : (mis. perubahan
kornea, fasia, otot, tendon, - Nyeri menurun sirkulasi,
tulang kartilago, kapsul sendi - Kemerahan menurun perubahan status
dan/ atau ligament) - Hematoma menurun nutrisi, penurunan
Penyebab : - Suhu kulit membaik kelembapan, suhu
- Perubahan sirkulasi - Tekstur membaik lingkungan
- Perubahan status nutrisi ekstrem,
(kelebihan atau penurunan
kekurangan) mobilitas)
- Kekurangan/ kelebihan - Ubah posisi tiap 2
volume cairan jam jika tirah
- Penurunan mobilitas baring
Gejala tanda mayor : - Anjurkan minum
- Kerusakan jaringan dan/ air yang cukup
atau lapisan kulit - Anjurkan
Gejala tanda minor : meningkatkan
- Nyeri asupan nutrisi
- Kemerahan - Anjurkan
Kondisi klinis terkait : meningkatkan
- Diabetes melitus buah dan sayur
- Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan - Demam menurun
Definisi : keperawatan 1x 24 jam - Kemerahan
Berisiko mengalami diharapan resiko infeksi menurun
peningkatan terserang membaik dengan kriteria - Nyeri menurun
organisme patogenik hasil : - Bengkak menurun
Penyebab : - Monitor tanda dan gejala - Cairan berbau
- Penyakit kronis (mis. infeksi lokal dan sistemik busuk menurun
diabetes melitus) - Batasi jumlah pengunjung - Gangguan kognitif
- Efek prosedur invasif - Berikan perawatan kulit menurun
- Malnutrisi pada area edema - Keadaan sel darah
- Ketidakadekuatan - Cuci tangan sebelum dan putih membaik
pertahanan tubuh primer : sesudah kontak dengan - Kultur darah
kerusakan integritas kulit, pasien dan lingkungan membaik
status cairan tubuh pasien - Kultur urine
- Ketidakadekuatan - Pertahankan teknik aseptik membaik
pertahanan tubuh sekunder pada pasien berisiko tinggi - Kultur sputum
: penurunan hemoglobin - Jelaskan tanda dan gejala membaik
Kondisi klinis terkait : infeksi - Kultur area luka
Diabetes melitus - Anjurkan meningkatan membaik
asupan nutrisi - Kultur feses
- Anjurkan meningkatkan membaik
asupan cairan
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai