Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PRAKTIKUM GIZI KULINER II


PENYAKIT DIABETES MELITUS 1400 KKAL

DISUSUN OLEH
NAMA : RINA
NIM : 060116A027

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Menurut WHO, Diabetes Melitus
(DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis
dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).
Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit
gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia.
Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol,
misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan
gangren.
1.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American Diabetes
Association, 2010 adalah sebagai berikut:
A. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut):
1. Autoimun
2. Idiopatik.
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering ternyata
pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin
mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi
sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari semua
penderita diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada
usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti
infeksi virus atau faktor gizi dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil
insulin di pankreas (Merck, 2008).
B. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi
insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin). Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non
Insulin Dependent) ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat
terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat
tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek
insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang
berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan
peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes
tipe 2. Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita di abetes tipe 2
mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin
menurun, maka dari itu orang obesitas.
C. Diabetes tipe lain.
1. Defek genetik fungsi sel beta :

2. DNA mitokondria.

3. Defek genetik kerja insulin.

4. Penyakit eksokrin pankreas :


─ Pankreatitis.

─ Tumor/ pankreatektomi.

─ Pankreatopati fibrokalkulus.
5. Endokrinopati.

─ Akromegali.

─ Sindroma Cushing.

─ Feokromositoma.

─ Hipertiroidisme.

6. Karena obat/ zat kimia.

7. Pentamidin, asam nikotinat.


8. Glukokortikoid, hormon tiroid.

D. Diabetes mellitus Gestasional


Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari peningkatkan kadar
glukosa darahnya. Terdapat beberapa kriteria diagnosis Diabetes Melitus
berdasarkan nilai kadar gula darah, berikut ini adalah kriteria diagnosis
berdasarkan American Diabetes Association tahun 2010. Kriteria
Diagnostik Diabetes melitus menurut American Diabetes Association
2010 :
1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1
mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
Gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa
sebab.
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).Puasa adalah
pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.
3. Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L). Tes
Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa
anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. Apabila hasil pemeriksaan
tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan
ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TTGO) atau
Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) tergantung dari hasil yang
dipeoleh :
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199
mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa darah puasa antara 100 –
125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L).

1.1.3 Diet Nutrisi Diabetes Mellitus


A. Definisi Diet Nutrisi Pasien Diabetes Mellitus Diet diabetes mellitus
merupakan pengaturan pola makan bagi penderita diabetes mellitus
berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian makanan (Sulistyowati,
2009). Prinsip diet bagi penderita DM adalah mengurangi dan mengatur
konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme
pengaturan gula darah. Menjadi diabetisi sering segera dikaitkan dengan
tidak boleh makan gula. Memang benar gula menaikkan gula darah namun
perlu diketahui bahwa semua makanan juga menaikkan gula darah.
Pengaturan makan (diet) merupakan komponen utama keberhasilan
pengelolaan Diabetes Mellitus, akan tetapi mempunyai kendala yang sangat
besar yaitu kepatuhan seseorang untuk menjalaninya. Prinsip pengaturan
makan pada penderita diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk
orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam bergizi dan
berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal
yang sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal
Jadwal makan, jenis dan jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3 J.
Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi
tersebar sepanjang hari. Hal-hal yang penting harus diperhatikan dalam
perencanaan makan adalah kebutuhan energi / kalori ditentukan berdasarkan
umur, jenis kelamin, berat badan, aktifitas fisik, kehamilan / menyusui.
Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM di Indonesia menetapkan
empat pilar utama dalam pengelolaan DM, yaitu edukasi, terapi nutrisi
medis (diet), latihan jasmani dan intervensi farmakologi. tetapi yang akan
dilakukan dalam pencegahan ini adalah terapi nutrisi medis (diet).

B. Terapi Nutrisi Medis (TNM) / Diet


Terapi Nutrisi Medis (TNM)/diet merupakan hal yang sangat penting dalam
mencegah DM, mengelola DM jika sudah terjadi, dan mencegah atau
setidaknya memperlambat tingkat perkembangan komplikasi DM (ADA,
2008). Perkeni (2011) juga menjelaskan bahwa penatalaksanan diet pada
penderita DM tipe 2 merupakan bagian dari penatalaksanaan DM tipe 2
secara total. Penatalaksanaan diet ini ditekankan pada keteraturan dalam hal
jumlah energi, jenis makanan dan jadwal makan. Tjokopurwo (dikutip
dalam Suprihatin, 2012) mengatakan bahwa diet diabetes mellitus adalah
pengaturan makanan yang diberikan kepada penderita DM dimana diet yang
dilakukan harus tepat jumlah energi yang dikonsumsi dalam satu hari, tepat
jadwal sesuai 3 kali makan utama dan 3 kali makanan selingan dengan
interval waktu 3 jam antara makan utama dan makanan selingan serta tepat
jenis yaitu menghindari makanan yang tinggi kalori. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Widodo (2012) dalam Adyana (2014) di Instalasi Rawat
Jalan RS Baptis Kediri menunjukkan bahwa ada hubungan diet tepat dalam
jumlah energi dengan peningkatan kadar gula darah puasa sedangkan pada
diet tepat jadwal dan jenis tidak ada hubungan. Penatalaksanaan diet yang
harus dilakukan pada penderita diabetes melitus yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan
ADA (2008) menjelaskan bahwa tujuan penatalaksanaan diet ini antara lain:
a. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam
rentang normal atau seaman mungkin.
b. Menjaga dan mempertahankan kadar lipid dan profil lipid untuk
mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.
c. Menjaga tekanan darah agar tetap normal.
d. Mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi
kronikpada DM dengan memodifikasi asupan makanan dan gaya
hidup.
e. Untuk memenuhi kebutuhan gizi individu dengan
mempertimbangkan preferensi pribadi dan kemauan untuk
berubah.
f. Untuk tetap menjaga kenikmatan makan yaitu dengan cara
membatasi makanan pilihan.

2. Kebutuhan kalori
Cara untuk menentukan kebutuhan kalori pada penderita DM yaitu dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB
ideal. Kebutuhan kalori ini Di pengaruhi oleh beberapa faktor (Perkeni,
2011), antara lain :
a. Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori
wanita sebesar 25 kal/kgBB dan untuk pria
sebesar 30 kal/kgBB.
b. Usia
Penderita DM usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk
dekade antara 40 dan 59 tahun, 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun
dan 20 % untuk usia di atas 70 tahun.
c. Berat badan
Kebutuhan kalori pada penderita yang mengalami kegemukan di kurangi sekitar
20–30% (tergantung tingkat kegemukan), sedangkan pada penderita yang
kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan berat badan Makanan sejumlah kalori dengan komposisi
tersebut di bagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%)
dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%).

3. Pemilihan Jenis Makanan


Penderita DM harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa yang boleh di
makan secara bebas, makanan yang harus dibatasi dan makanan yang harus di
batasi secara ketat (Almatsier, 2008).
a. Makanan yang dainjurkan adalah makanan yang mengandung sumber
karbohidrat kompleks (seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan
sagu), mengandung protein rendah lemak (seperti ikan, ayam tanpa
kulit,tempe, tahu dan kacang-kacangan) dan sumber lemak dalam jumlah
terbatas yaitu bentuk makanan yang diolah dengan cara dipanggang,
dikukus, direbus dan dibakar).
b. Makanan yang perlu di hindari yaitu makanan yang mengandung
karbohidrat sederhana (seperti gula pasir, gula jawa, susu kental manis,
minuman botol manis, es krim, kue-kue manis, dodol) mengandung banyak
kolesterol, lemak trans, dan Lemak jenuh (seperti cake, makanan siap saji,
goreng-gorengan) serta tinggi natrium (seperti ikan asin, telur asin dan
makanan yang di awetkan (Almatsier, 2008).
c. Penderita DM juga harus membatasi makanan dari jenis gula, minyak dan
garam. Makanan untuk diet DM biasanya kurang bervariasi, sehingga
banyak penderita DM yang merasa bosan, sehingga variasi di perlukan agar
penderita tidak merasa bosan. Hal itu di perbolehkan asalkan penggunaan
makanan penukar memiliki kandungan gizi yang sama dengan makanan
yang digantikan (Suyono, 2011).

4. Pengaturan Jadwal Makan


Penderita DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama dan 3 kali makan
selingan dengan interval waktu 3 jam. Jadwal makan standar untuk penderita DM
yaitu:
Tabel 2.3 Jadwal makan penderita DM

Jenis makanan Waktu Total kalori


Makan Pagi 07.20 20%

Selingan 10.00 10%

Makan Siang 13.00 30%

Selingan 16.00 10%

Makan Sore/Malam 19.00 20%

Selingan 21.00 10%

Sumber : Waspadji (2007)

5. Standar dan Prinsip Diet


Waspadji (2007) mengatakan bahwa standar diet DM di berikan pada penderita
DM sesuai kebutuhannya. Ada 8 jenis standar diet menurut kandungan energi
yaitu diet DM 1100, 1300, 1500, 1700, 1900, 2100, 2300, dan 2500 kalori. Secara
satandar diet untuk penderita DM yang gemuk adalah 1100-1600 kalori, penderita
dengan berat badan normal 1700-1900 kalori dan 2100-2500 kalori untuk
penderita DM yang kurus. Prinsip diet bagi penderita DM (Perkeni, 2011) yaitu:
a. Energi disesuaikan dengan kebutuhan dan faktor koreksi umur, jenis kelamin,
aktivitas dan berat badan
b. Karbohidrat 45-65% dari energi total
c. Protein 10-20% dari energi total
d. Lemak 20-25% dari energi total, penggunaan lemak jenuh <7%; lemak tidak
jenuh ganda <10%; selebihnya lemak tidak jenuh tunggal; dan kolesterol <300
mg/hari.
e. Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang banyak mengandung
kolesterol, lemak trans, lemak jenuh serta makanan yang banyak mengandung
natrium.
f. Makanan yang dianjurkan adalah sumber karbohidrat kompleks, makanan
tinggi serat dan makanan yang di olah dengan sedikit minyak.
g. Gula untuk bumbu diperbolehkan dengan ketentuan <5% dari kebutuhan
energi.
6. Jenis diet dan indikasi pemberian
Bahan makanan yang dianjurkan untuk Diet DM adalah sebagai berikut :
a. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi,
dan sagu.
b. Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, usu skim, tempe,
tahu, dan kacang-kacangan.
c. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah di
cerna. Makanan terutama diolah dengan cara di panggang, dikukus, disetup,
direbus, dan dibakar.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau di hindari untuk Diet DM,
adalah:
a. Mengandung banyak gula sederhana, seperti :
Gula pasir, gula jawa Sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan
gula, susu kental manis, minuman botol ringan, es krim Kue-kue manis,
dodol, cake, dan tarcis.
b. Mengandung banyak lemak, seperti : cake, makanan siap saji (fast food),
goreng-gorengan.
c. Mengandung banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan.

1.1 Tujuan Praktikum


Mahasiswa mamapu merencanakan, mengelolah dan menyajikan sesuai dengan
standar maknan umum rumah sakit.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
A. Menu makan Pagi

Gambar : Hamburger Temyam

B. Selingan pagi

Gambar : Buah Apel

C. Menu makan siang

Gambar : Potato Sushi

Nama Energy (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kh (gr)


makanan
hambuger 445 23 19 58

apel 40 0 0 10

Sub total 485 23 19 68

Potato sushi 380 18.5 12.5 49

pisang 40 0 0 10

Sub total 420 18,50 12.5 59

Nasi bakar 469.5 19.75 12.5 67.8


ikan

Jambu biji 40 10

Sub total 509.5 19.75 12.5 77.8

total 1414.5 61.25 44 204.8

3.2 Pembahasan
Pada praktikum ke 2 ini kami mengolah menu diet diabetes mellitus
dengan menu makan pagi yaitu hamburger yang berasal dari makanan kontinental
dan potato sushi yang berasal dari makanan oriental dengan energy 1400 kkal.
Tjokopurwo dikutip dalam (Suprihatin, 2012) mengatakan bahwa diet diabetes
mellitus adalah pengaturan makanan yang diberikan kepada penderita DM dimana
diet yang dilakukan harus tepat jumlah energi yang di konsumsi dalam satu hari,
tepat jadwal sesuai 3 kali makan utama dan 3 kali makanan selingan dengan interval
waktu 3 jam antara makan utama dan makanan selingan serta tepat jenis yaitu
menghindari makanan yang tinggi kalori, dalam praktikum diet diabetes mellitus ini
yaitu makan pagi, selingan pagi dan makan siang menu yang kami hidangkan untuk
makan pagi yaitu hamburger tempe ayam yang merupakan adonan yang di
campurkan daging ayam dan tempe dan pada isian hamburger sampai selingan pagi
kami memberikan banyak serat yaitu sayur dan buah karena makanan berserat akan
memberikan serat pangan yaitu vitamin dan mineral serta substansi lain yang
penting bagi kesehatan. Dengan mengonsumsi serat dalam jumlah yang cukup dapat
memberikan manfaat metabolik berupa pengendalian gula darah, hiperinsulinemia
dan kadar lipidplasma atau faktor risiko kardiovaskuler hal ini sejalan dengan teori
Hartanti (2004) menemukan asupan serat sebagian besar penderita diabetes mellitus
masih kurang dari angka kecukupan serat 25 gram/hari dan asupan serat makanan
berkontribusi pada teknik pengolahan isi hamburger temyam kami menggunakan
metode braising, yaitu merebus bahan makanan di atas api atau di dalam oven
dengan menggunakan cairan dalam jumlah sedikit atau setengah dari bahannya
dengan menggunakan api kecil secara perlahan-lahan (Indiari, 2012). untuk
pemberian garam dan lada kami batasi agar masakan tidak memiliki flavor yang
tajam sehingga tidak dapat meragsang saluran cerna pasien, untuk selingan pagi
kami memberikan buah apel utuh tujuan untuk memberikan buah apel yaitu untuk
memenuhi zat gizi karena di dalam buah apel mengantung serat yang tinggi dan
tidak terlalu mengenyangkan sehingga baik untuk diet dibetes melitus hal ini sejalan
dengan (Soedarmo, 1991) salah satu syarat makanan selingan adalah diberikan porsi
kecil dan tidak mengenyangkan namun memberikan nilai gizi dan kalori yang
cukup. Tetapi untuk selingan pagi tidak sesuai dengan perencanaan menu pada buah
apel yang saya butuhkan porsi terlalu besar sehingga kebutuhan energy terlalu
berlebihan.
Menu makan siang kami membuat potato sushi di mana potato sushi
kami menggunakan 1 penukar kentang yaitu 2 bj sdg dengan berat 2000 gr tersebut
sudah mencukupi energy yang yang di dalamnya terdiri dari karbohidrat, protein,
nabati dan sayur pada pembuatan potato sushi membutuhkan waktu yang lama di
karenakan untuk kentang dan tahu yaitu melalui proses pengukusan selama 30
menit, dalam pembuatan adonan isi yaitu kentang membutuhkan teknik yang benar
di karenakan jika makanan terlalu lembek dan indeks glikemik terlalu tinggi akan
menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah lebih cepat. Oleh karena itu dianjurkan
bagi pasien penderita diabetes mellitus agar memilih makanan dengan IG rendah.1
Diet rendah IG akan memperbaiki kadar glukosa darah pada penderita diabetes
mellitus dan di menu makan siang kami membatasi garam, minyak dan gula dalam
penggunaan gula kami menggunakan 1 penukar yaitu 1 sdm dengan berat 5 gram
hal ini sesuai dengan teori (Suyono, 2011) Penderita dm juga harus membatasi
makanan dari jenis gula, minyak dan garam. Makanan untuk diet DM biasanya
kurang bervariasi, sehingga banyak penderita DM yang merasa bosan, sehingga
variasi di perlukan agar penderita tidak merasa bosan. Hal itu di perbolehkan
asalkan penggunaan makanan penukar memiliki kandungan gizi yang sama dengan
makanan yang di gantikan.

BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
5.1.2 Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya
5.1.3 Prinsip diet bagi penderita DM adalah mengurangi dan mengatur konsumsi
karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula
darah.
5.1.4 Makanan yang dainjurkan adalah makanan yang mengandung sumber
karbohidrat kompleks (seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi
dan sagu), mengandung protein rendah lemak (seperti ikan, ayam
tanpa kulit,tempe, tahu dan kacang-kacangan) dan sumber lemak
dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang diolah dengan cara
dipanggang, dikukus, direbus dan dibakar).
5.1.5 Makanan yang perlu di hindari yaitu makanan yang mengandung
karbohidrat sederhana (seperti gula pasir, gula jawa, susu kental
manis, minuman botol manis, es krim, kue-kue manis, dodol)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, sunita.(2007). Penuntun diet. Jakarta : PT Gramedia Utama
https://crimoet.wordpress.com/2010/09/04 Diakses pada 28 Mei 2018 pada jam
20:07

Dewi, Rahmawati. Faktor resiko penderita diabetes mellitus tipe II dengan komplikasi
gangguan system kemih di RSUP Dr.M.Djamil Padang Tahun 2010. Tesis.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang dalam
http://repository.unand.ac.id Diakses tanggal 2 Juli 2011.
Snehalatha, Chamukuttan dan Ramachandran, Ambady. Diabetes melitus dalam gizi
kesehatan masyarakat. Editor : Michael J Gibney, et al. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2009.2. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan hasil riset kesehatan
dasar nasional tahun 2007. jakarta. Departemen Kesehatan RI. 3.
Anwar, I. dkk. 2011 .Evaluasi Sistem Penyelenggaraan Makanan Lunak dan Analisis
Sisa Makanan Lunak di Beberapa Rumah Sakit di DKI Jakata, Tahun 2011.
Jurnal Gizi Indon 2012, 35(2):97-108
Ariefuddin MA, Kuntjoro T, Prawiningdyah Y. Analisis sisa makanan lunak rumah sakit
pada penyelenggaraan makanan dengan sistem outsourcing di RSUD Gunung
Jati Cirebon. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2009; 5(3):133- 42.
Aula, Lisa Ellizabet. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjaidnya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.
Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta
Blessing, IA. and IO. Gregory. Effect of processing on the proximate composition of the
dehulled and undehulled mungbean [Vigna radiata (L.) Wilczek] Flours.
Pakistan Journal of Nutrition.2010; 9 (10) : 1006-1016
Fatimah S, Kuntjoro T, Castro T. Pengaruh pelatihan kuliner juru masak terhadap mutu
makanan pasien di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia 2007; 4(2):87- 91.
https://curhatbebas.wordpress.com/2009/05/16/ Diakses pada 23 Mei 2017 Pada
jam 18:45
Hayati. Pengaruh pelatihan kuliner tentang menu pilihan pada tenaga pengolahan
makanan terhadap mutu makanan pasien rawat inap paviliun di RSUP Dr. M.
Djamil Padang [Tesis]. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM; 2003.
Osman, AM. Effect of different processing methods on nutrient composition, anti-
nutritional factors and in vitro protein digestibility on Dolichos lablab bean
(Lablab purpureus (L) Sweet). Pak. J. Nutr. 2007; 6 (4) : 299-303.
Yuristrianti N, Kuntjoro T, Castro T. Pengaruh pelatihan penjamah makanan tentang
sistem pengolahan dan penyajian makanan terhadap mutu makanan pasien di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Gizi Klinik Indonesia
2007; 3(3):130-4. https://crimoet.wordpress.com/2010/09/04 Diakses pada 22
Mei 2018 pada jam 20:07

Anda mungkin juga menyukai