DISUSUN OLEH
NAMA : RINA
NIM : 060116A027
2. DNA mitokondria.
─ Tumor/ pankreatektomi.
─ Pankreatopati fibrokalkulus.
5. Endokrinopati.
─ Akromegali.
─ Sindroma Cushing.
─ Feokromositoma.
─ Hipertiroidisme.
1. Tujuan
ADA (2008) menjelaskan bahwa tujuan penatalaksanaan diet ini antara lain:
a. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam
rentang normal atau seaman mungkin.
b. Menjaga dan mempertahankan kadar lipid dan profil lipid untuk
mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.
c. Menjaga tekanan darah agar tetap normal.
d. Mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi
kronikpada DM dengan memodifikasi asupan makanan dan gaya
hidup.
e. Untuk memenuhi kebutuhan gizi individu dengan
mempertimbangkan preferensi pribadi dan kemauan untuk
berubah.
f. Untuk tetap menjaga kenikmatan makan yaitu dengan cara
membatasi makanan pilihan.
2. Kebutuhan kalori
Cara untuk menentukan kebutuhan kalori pada penderita DM yaitu dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB
ideal. Kebutuhan kalori ini Di pengaruhi oleh beberapa faktor (Perkeni,
2011), antara lain :
a. Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori
wanita sebesar 25 kal/kgBB dan untuk pria
sebesar 30 kal/kgBB.
b. Usia
Penderita DM usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk
dekade antara 40 dan 59 tahun, 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun
dan 20 % untuk usia di atas 70 tahun.
c. Berat badan
Kebutuhan kalori pada penderita yang mengalami kegemukan di kurangi sekitar
20–30% (tergantung tingkat kegemukan), sedangkan pada penderita yang
kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan berat badan Makanan sejumlah kalori dengan komposisi
tersebut di bagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%)
dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
A. Menu makan Pagi
B. Selingan pagi
apel 40 0 0 10
pisang 40 0 0 10
Jambu biji 40 10
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ke 2 ini kami mengolah menu diet diabetes mellitus
dengan menu makan pagi yaitu hamburger yang berasal dari makanan kontinental
dan potato sushi yang berasal dari makanan oriental dengan energy 1400 kkal.
Tjokopurwo dikutip dalam (Suprihatin, 2012) mengatakan bahwa diet diabetes
mellitus adalah pengaturan makanan yang diberikan kepada penderita DM dimana
diet yang dilakukan harus tepat jumlah energi yang di konsumsi dalam satu hari,
tepat jadwal sesuai 3 kali makan utama dan 3 kali makanan selingan dengan interval
waktu 3 jam antara makan utama dan makanan selingan serta tepat jenis yaitu
menghindari makanan yang tinggi kalori, dalam praktikum diet diabetes mellitus ini
yaitu makan pagi, selingan pagi dan makan siang menu yang kami hidangkan untuk
makan pagi yaitu hamburger tempe ayam yang merupakan adonan yang di
campurkan daging ayam dan tempe dan pada isian hamburger sampai selingan pagi
kami memberikan banyak serat yaitu sayur dan buah karena makanan berserat akan
memberikan serat pangan yaitu vitamin dan mineral serta substansi lain yang
penting bagi kesehatan. Dengan mengonsumsi serat dalam jumlah yang cukup dapat
memberikan manfaat metabolik berupa pengendalian gula darah, hiperinsulinemia
dan kadar lipidplasma atau faktor risiko kardiovaskuler hal ini sejalan dengan teori
Hartanti (2004) menemukan asupan serat sebagian besar penderita diabetes mellitus
masih kurang dari angka kecukupan serat 25 gram/hari dan asupan serat makanan
berkontribusi pada teknik pengolahan isi hamburger temyam kami menggunakan
metode braising, yaitu merebus bahan makanan di atas api atau di dalam oven
dengan menggunakan cairan dalam jumlah sedikit atau setengah dari bahannya
dengan menggunakan api kecil secara perlahan-lahan (Indiari, 2012). untuk
pemberian garam dan lada kami batasi agar masakan tidak memiliki flavor yang
tajam sehingga tidak dapat meragsang saluran cerna pasien, untuk selingan pagi
kami memberikan buah apel utuh tujuan untuk memberikan buah apel yaitu untuk
memenuhi zat gizi karena di dalam buah apel mengantung serat yang tinggi dan
tidak terlalu mengenyangkan sehingga baik untuk diet dibetes melitus hal ini sejalan
dengan (Soedarmo, 1991) salah satu syarat makanan selingan adalah diberikan porsi
kecil dan tidak mengenyangkan namun memberikan nilai gizi dan kalori yang
cukup. Tetapi untuk selingan pagi tidak sesuai dengan perencanaan menu pada buah
apel yang saya butuhkan porsi terlalu besar sehingga kebutuhan energy terlalu
berlebihan.
Menu makan siang kami membuat potato sushi di mana potato sushi
kami menggunakan 1 penukar kentang yaitu 2 bj sdg dengan berat 2000 gr tersebut
sudah mencukupi energy yang yang di dalamnya terdiri dari karbohidrat, protein,
nabati dan sayur pada pembuatan potato sushi membutuhkan waktu yang lama di
karenakan untuk kentang dan tahu yaitu melalui proses pengukusan selama 30
menit, dalam pembuatan adonan isi yaitu kentang membutuhkan teknik yang benar
di karenakan jika makanan terlalu lembek dan indeks glikemik terlalu tinggi akan
menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah lebih cepat. Oleh karena itu dianjurkan
bagi pasien penderita diabetes mellitus agar memilih makanan dengan IG rendah.1
Diet rendah IG akan memperbaiki kadar glukosa darah pada penderita diabetes
mellitus dan di menu makan siang kami membatasi garam, minyak dan gula dalam
penggunaan gula kami menggunakan 1 penukar yaitu 1 sdm dengan berat 5 gram
hal ini sesuai dengan teori (Suyono, 2011) Penderita dm juga harus membatasi
makanan dari jenis gula, minyak dan garam. Makanan untuk diet DM biasanya
kurang bervariasi, sehingga banyak penderita DM yang merasa bosan, sehingga
variasi di perlukan agar penderita tidak merasa bosan. Hal itu di perbolehkan
asalkan penggunaan makanan penukar memiliki kandungan gizi yang sama dengan
makanan yang di gantikan.
BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
5.1.2 Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya
5.1.3 Prinsip diet bagi penderita DM adalah mengurangi dan mengatur konsumsi
karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula
darah.
5.1.4 Makanan yang dainjurkan adalah makanan yang mengandung sumber
karbohidrat kompleks (seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi
dan sagu), mengandung protein rendah lemak (seperti ikan, ayam
tanpa kulit,tempe, tahu dan kacang-kacangan) dan sumber lemak
dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang diolah dengan cara
dipanggang, dikukus, direbus dan dibakar).
5.1.5 Makanan yang perlu di hindari yaitu makanan yang mengandung
karbohidrat sederhana (seperti gula pasir, gula jawa, susu kental
manis, minuman botol manis, es krim, kue-kue manis, dodol)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, sunita.(2007). Penuntun diet. Jakarta : PT Gramedia Utama
https://crimoet.wordpress.com/2010/09/04 Diakses pada 28 Mei 2018 pada jam
20:07
Dewi, Rahmawati. Faktor resiko penderita diabetes mellitus tipe II dengan komplikasi
gangguan system kemih di RSUP Dr.M.Djamil Padang Tahun 2010. Tesis.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang dalam
http://repository.unand.ac.id Diakses tanggal 2 Juli 2011.
Snehalatha, Chamukuttan dan Ramachandran, Ambady. Diabetes melitus dalam gizi
kesehatan masyarakat. Editor : Michael J Gibney, et al. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2009.2. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan hasil riset kesehatan
dasar nasional tahun 2007. jakarta. Departemen Kesehatan RI. 3.
Anwar, I. dkk. 2011 .Evaluasi Sistem Penyelenggaraan Makanan Lunak dan Analisis
Sisa Makanan Lunak di Beberapa Rumah Sakit di DKI Jakata, Tahun 2011.
Jurnal Gizi Indon 2012, 35(2):97-108
Ariefuddin MA, Kuntjoro T, Prawiningdyah Y. Analisis sisa makanan lunak rumah sakit
pada penyelenggaraan makanan dengan sistem outsourcing di RSUD Gunung
Jati Cirebon. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2009; 5(3):133- 42.
Aula, Lisa Ellizabet. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjaidnya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011.
Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta
Blessing, IA. and IO. Gregory. Effect of processing on the proximate composition of the
dehulled and undehulled mungbean [Vigna radiata (L.) Wilczek] Flours.
Pakistan Journal of Nutrition.2010; 9 (10) : 1006-1016
Fatimah S, Kuntjoro T, Castro T. Pengaruh pelatihan kuliner juru masak terhadap mutu
makanan pasien di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia 2007; 4(2):87- 91.
https://curhatbebas.wordpress.com/2009/05/16/ Diakses pada 23 Mei 2017 Pada
jam 18:45
Hayati. Pengaruh pelatihan kuliner tentang menu pilihan pada tenaga pengolahan
makanan terhadap mutu makanan pasien rawat inap paviliun di RSUP Dr. M.
Djamil Padang [Tesis]. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM; 2003.
Osman, AM. Effect of different processing methods on nutrient composition, anti-
nutritional factors and in vitro protein digestibility on Dolichos lablab bean
(Lablab purpureus (L) Sweet). Pak. J. Nutr. 2007; 6 (4) : 299-303.
Yuristrianti N, Kuntjoro T, Castro T. Pengaruh pelatihan penjamah makanan tentang
sistem pengolahan dan penyajian makanan terhadap mutu makanan pasien di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Gizi Klinik Indonesia
2007; 3(3):130-4. https://crimoet.wordpress.com/2010/09/04 Diakses pada 22
Mei 2018 pada jam 20:07