Dosen pengampu
Ns.Hendrik Prabo Sasongko,S.Kep,MM
Oleh:
RIFKIYATUL MAQFIROH (14.401.17.073)
WINARTI (14.401.17.088)
1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes militus merupakan suatu gangguan metabolik dengan kriteria
kadar gula darah yang berlebihan yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemi kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
beberapa oragan tubuh , terutama mata,ginjal,saraf,jantung dan pembuluh darah.
World health orgsnization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan
problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumblah faktor di mana didapat
defisiensi unsulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
WHO maupun America Diabetes Association (ADA) menganggap
perubahan dalam diagnosa dan klasifikasi DM menjadi baik. Para pakar
diindonesia sudah bersepakat melalui PERKENI (perkumpulan endokrinologi
indonesia) pada tahun 1993 untuk membicarakan standar pengelolaan diabetes
militus, yang kemudian juga melakukan revisi konsensus tersebut pada tahun
1998dan 2002 yang menyesuaikan dengan perkembangan baru.
Secara epiemiologik diabetes sering tidak terdeteksi dan dikatakan onset
dan mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosa ditegakkan,
sehingga morbiditas dan moralitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi
ini. Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanitas, populasi
diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku
rual-tradisyonal menjadi urban. Faktor risiko secara epidemiologi diperkirakan
adanya:usia yang bertambah, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi
lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan insulin yang berlebih dalam
darah. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang
berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.
3
Selain itu karena diabetes sudah merupakan suatu penyakit global dan
malah menurut p.Zimmet suda merupakan suatu epidemi, banyak penelitian
yang telah dilakukan untuk mencoba mengatasi. saat ini terdapat berbagai
penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan orang dengan diabetes,
ada yang berusaha untuk mencari obat untuk menyembuhkan juga ada pula yang
mempelajari dampak diabetes pada beberapa populasi di dunia. [ CITATION
sya14 \p 2323 \l 1057 ]
B. BatasanMasalah
Dalam askep ini dibatasi pada masalah secara umum yang sering terjadi.
Bahasannya mencakup:
1. Definisi
2. Etiologi
3. Tanda dan gejala
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
6. Komplikasi , serta
7. Konsep asuhan keperawatan
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit diabetes millietus ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien diabetes millietus
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami konsep asuhan keperawatan dengan penyakit diabetes
millitus
2. Tujuan Khusus
1. Untuk memahami definisi diabetes millietus
2. Untuk memahami etiologi diabetes millietus
3. Untuk memahami tanda dan gejala diabetes millietus
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes militus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah akibat
kekurangan insulin baik absolute maupun relative.[ CITATION sus15 \p 72 \l
1057 ]
Diabetes militus adalah penyakit metabolic yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda kadar glukosa darah yang berlebih dan glukosaria,
disertai dengan tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai
akibat dari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh. Gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolism lemak dan protein.[ CITATION sus15 \p 73 \l 1057 ]
2. Etiologi
Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil dan
sebagian besar dari sel beta dan pulau Langerhans pada pangkreas yang
berfungsih menghasilkan insulin, yang berakibat kekuragan insulin.
[ CITATION sus15 \p 74 \l 1057 ]
Di samping itu, diabetes militus juga dapat terjadi karena gangguan
terhadap fungsi insulin dalam memasukkan kadar gula darah ke dalam sel.
Gangguan itu terjadi karena kegemukan atau adapenyebab lain yang belum
diketahui. Diabetes militus mempunyai etiologi yang hiterogen , yakni
berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulit, tetapi determina
genetik biasanya memegang perana penting pada mayoritas Diabetes
milietus. factor lain yang di anggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu
sebagai berikut.[ CITATION sus15 \p 74 \l 1057 ]
a. Kelainan sel beta pancreas,berkisar dari hilangnya sel beta hingga
kegagalan sel beta melepas insulin.
6
b. Faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain adalah
agen yang menimbulkan infeksi , diet pemasukan karbohidrat dan gula
yang diproses secara berlebihan, serta obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan system imunitas. system ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel-sel antibody antipangkreatikjuga
mengakibatkan kerusakan sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan
kepekaan sel beta oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada klien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin karena kurangnya reseptor insulin yang berada
pada membrane sel yang responsive terhadap insulin.[ CITATION sus15 \p
74 \l 1057 ]
Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM
atau tidak table berikut menunjukkan criteria DM.
Bukan DM Puasa Vena < 100 2 jam PP
Kapiler < 80
Gangguan Puasa Vena 100-140 2 jam PP Vena 100-140
toleransi Kapiler 80- Kapiler 80-
glukosa 120 120
DM Puasa Vena > 140 2 jam PP Vena > 200
Kapiler > 120 Kapiler > 200
[ CITATION sus15 \p 75 \l 1057 ]
c. Factor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses imun
yang menyerang diri sendirisehingga menimbulkan estruksi sel beta pada
diabetes tipe 1.[CITATION har16 \p 166 \l 1033 ]
d. Diabetes militus tipe 2 dapat disebabkan oleh factor resiko yaitu: usia
(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th), obesitas,
riwayat dan keluarga.[CITATION har16 \p 166 \l 1033 ]
d. Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenaga yang berkurang, dan
gangguan pada kinerja sekolah serta pekerjaan; semua ini disebabkan
oleh kadar glukosa intrasel yang rendah.
e. Kram otot, iritabilitasi, dan emosi yang labil akibat ketidakseimbangan
elektrolit.
f. Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur, akibat pembengkakan
yang disebabkan glukosa.
g. Patirasa (baal) dan kesemutan akibat kerusakan jaringan saraf.
h. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen akibat neuropati
otonom yang menimbulkan gastroparesis dan konstipasi.
i. Mual, diare, atau konstipasi akibat dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit ataupun neuropati otonom.
j. Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhnya; rasa gatal pada
kulit.
k. Infeksi kandida yang rekuren pada vagina atau anus.
4. Patofisiologi
Sebagian besar gamparan patologik dari Diabetes milleatus bisa
dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut.
[ CITATION sus15 \p 76 \l 1057 ]
a. Berkurangnya pemakaian kadar gula darah oleh sel-sel tubuh yang
dapat mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-
1.200 ml dan lain-lain.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari darah penyimpanan lemak yang
dapatmenyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang tidak normal
disertai dengan adanya endapan kolesterol pada dinding pembuluh
darah.
c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
9
Poliuri
Syok hiperglikemi Kekebalan tubuh
Kehilangan menurun
elektrolit dalam sel Koma diabetek
Ketidakseimbanga nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
10
5. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes militus
a. Klasifikasi klinis
1) DM
a) Tipe I: IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
terjadinya proses autoimun.[ CITATION har16 \l 1057 ]
b) Tipe II: NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relativ sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati:[ CITATION
har16 \p 166 \l 1057 ]
(1) Tipe II dengan obesitas
(2) Tipe II tanpa obesitas
c) Diabetes kehamilan (gestasional) yang mucul pada saat hamil
namun hilang pada saat kehamilan berakhir.[ CITATION bla14 \p
632 \l 1057 ]
b. Klasifikasi resiko statistik :[ CITATION har16 \p 166 \l 1057 ]
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa.
6. Komplikasi
a. Komplikasi akut diabetes militus
1) Hiperglikemia
Akibat saat hlukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel karena
kekurangan insulin. Tanpa tersedianya KH untuk bahan bakar sel,dan
hati mengubuah simpanan glikogennya kembali ke glukosa
(glikogenolisis) serta meningkatkan biosintesis glukosa
(glukoneogenesis).[ CITATION bla14 \p 661 \l 1057 ]
11
12
2) Ketoasidosis
Asidosis metabolik berkembang dari pengaruh asam (PH rendah)
akibat keton asetoasetat dan hidroksibuktirat-beta. Kondisi ini disebut
ketoasidosis asidosis.[ CITATION bla14 \p 661 \l 1057 ]
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia(juga di kenal sebagai reaksi insulin atau reaksi
hipoglikemia) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga di temukan
di dalam klien dengan DM tipe 2 yang diobati dengan insulin atau
obat oral.[ CITATION bla14 \p 668 \l 1057 ]
b. Komplikasi kronis diabetes militus
Komplikasi kronis adalah pnyebab utamanya kesakitan dan kematian
pada klien DM. Perubahan ini banyak memengaruhi sistem tubuh dan
dapat menghancurkan klien dan keluarganya; perubahan ini
mempengaruhi klien DM tipe 1 dan DM tipe 2. Komplikasi terkait
diabetes diklasifikasikan 1 dari 2 tipe.
1) Makrovaskular, termasuk penyakit jangtung koroner, penyakit
jantung pembuluh, hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer dan
infeksi.
2) Mikrovaskular, termasuk retinapati, nepropati, dan
neuropati[ CITATION bla14 \p 174 \l 1057 ].
13
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan
komposmentis juga mengalami hipoglikemi karena ada akibat
dari reaksi penggunaan insulin yang kurang tepat. Biasanya
pasien gemetaran, gelisah, takikardia (60-100 x per menit),
tremor dan pucat.[ CITATION moh13 \p 40 \l 1057 ]
b) Tanda-tanda vital
15
2) Body System
a) Sistem pernafasan
Frekuensi pernafasan meningkat atau biasa disebut juga sesak
napas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM juga mudah
terjadi infeksi.[ CITATION moh13 \p 41 \l 1057 ]
b) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang
takikardi/brakikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
[ CITATION moh13 \p 40 \l 1057 ]
c) Sistem persarafan
Biasanya terjadi penurunan sensoris parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflex lambat, kacau mental, disorientasi.
[ CITATION moh13 \p 41 \l 1057 ]
d) Sistem perkemihan
Poliuri (sering berkemih), retensio urine, inkontinensia urine,
rasa panas atau sakit saatberkemih.[ CITATION moh13 \p 41 \l 1057 ]
e) Sistem pencernaan
Terdapat polifagi.Polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan, perubahan dengan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.[ CITATION moh13 \p 41 \l 1057 ]
f) Sistem integument
Turgor kulit menurun, kulit kering, adanya ulkus di kulit,
serta akral dingin, capillarry refil kurang dari 3 detik, adanya
pitting edema.[ CITATION moh13 \p 41 \l 1057 ]
g) Sistem muskuloskeletal
16
h) Sistem endokrin
Autoimun aktif menyerang sel beta pankreas dan produknya
mengakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat yang
menyebabkan DM tipe 1, respon sel beta pankreas terpapar secara
kronis terhadap kadar glukosa darah yang tinggal menjadi
progesif kurang efisien yang menyebabkan DM tipe 2.[ CITATION
bla14 \p 634 \l 1057 ]
i) Sistem reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,
gangguan kualitas maupun ereksi, dan memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.[ CITATION moh13 \p 38 \l 1057 ]
j) Sistem penglihatan
Retinopati diabetik adalah penyebab utama kebutaan di antara
klien dengan DM.[ CITATION bla14 \p 677 \l 1057 ]
k) Sistem imun
Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi
infeksi, infeksi sulit untuk pengobatan. Area yang terinfeksi
sembuh secara pelan-pelan karena kerusakan sistem pembuluh
darah tidak dapat membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat
gizi, dan antibodi ke tempat luka. Infeksi meningkatkan
kebutuhan insulin dan mempertinggi kemungkinan ketoasidosis.
[ CITATION bla14 \p 677 \l 1057 ]
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berdasarkan[ CITATION har16 \p 399 \l 1057 ]
Definisi :asupan nurisi yang tidak cukup untuk memenuhi memenuhi
kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik:
1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen
3) Menghindari makanan
4) Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebih (rambut rontok)
8) Bising usus hiper aktif
9) Kurang makanan
10) Kurang informasi
11) Kurang minat pada makanan
12) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
13) Kesalahan konsepsi
14) Kesalahan informasi
21
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosupresi
c) Leukopenia
d) Supresi respon inflamasi
e) Vaksinasi tidak adekuat
Kondisi klinis terkait
1) AIDS
2) Luka bakar
3) Penyakit paru obstruksi kronis
4) Diabetes millietus
5) Tindakan invasif
6) Kondisi penggunaan terapi steroid
7) Penyalahgunaan obat
8) Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
9) Kanker
10) Gagal ginjal
11) Immunosupresi
12) Lymphedema
13) Leukositopenia
14) Gangguan fungsi hati
c. Kerusakan integritas kulit[ CITATION Her18 \p 406 \l 1057 ]
Definisi: terjadi kerusakan pada epidermis dan/atau dermis (kulit)
Batasan karakteristik:
1) Nyeri akut
2) Gangguan integritas kulit
3) Perdarahan
4) Benda asing menusuk permukaan kulit
5) Hematoma
23
5) Kardiopati
6) Cedera medula spinalis
7) Anafilaksis
8) Sepsis
9) Koagulasi intravaskular diseminata
10) Sindrom respons inflamasi diseminata
3. Intervensi
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh[ CITATION
wil16 \p 282 \l 1057 ]
1) Tujuan
Memperlihatkan suatu nutrisi, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstem, berat, sedang, ringan, atau
tidak ada penyimpangan dari rentang normal): Asupan gizi, dan Asupan
makanan, Asupan cairan, Energi.
2) Kriteria hasil
Selera makan: keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau
sedang menjalani pengobatan.
Perilaku kepatuhan : program diet : tindakan personal untuk mengikuti
anjuran asupan makanan dan cairan oleh profesional kesehatan untuk
kondisi kesehatan khusus.
Fungsi gastrointestinal : tingkat makanan (melalui konsumsi atau
memberikan makan melalui slang) berpindah dari konsumsi hingga
ekskresi.
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Aktivitas umum untuk semua ketidakseimbangan nutrisi.
Pengkajian
a) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
b) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kenutuhan nutrisi.
25
3) Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Lihat juga aktivitas keperawatan pada kerusakan integritas kulit, risiko.
Pengkajian
a) Kaji fungsi alat-alat, seperti alat penurun tekanan, meliputi kasur
udara statis, terapi low-air loss, terapi udara yang dicairkan, dan
kasur air.
b) Perawatan area insisi (NIC)
c. Inspeksi luka pada setiap mengganti balutan.
d. Kaji krakteristik luka, meliputi drainase, warna, ukuran, dan
bau.
e. Kaji luka terhadap karakteristik berikut: lokasi, luas, dan
kedalaman.
f. Adanya dan karakter eksudat, termasuk kekentalan, warna, dan
bau.
g. Ada atau tidaknya granulasi atau epitelialisasi.
h. Ada atau tidaknya jaringan nekrotik, deskripsikan warna, bau,
dan banyaknya.
i. Ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi luka setempat (mis,.
Nyeri saat palpasi, edema, pruritus, indurasi, hangat, bau busuk,
eskar, dan eksudat).
j. Ada atau tidaknya perluasan luka ke jaringan di bawah kulit dan
pembentukan saluran sinus.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan
gejala infeksi, cara mempertahankan luka insisi tetap kering saat
mandi, dan mengurangi penekanan pada insisi tersebut.
29
Aktivitas kolaboratif
a) Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein,
mineral, kalori, dan vitamin.
b) Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian
makanan dan nutrisi enteral atau parenteral untuk meningkatkan
potensi penyembuhan luka.
c) Rujuk ke perawat terapi enterostoma untuk mendapatkan bantuan
dalam pengkajian, penentuan derajat luka, dan dokumentasi
perawatan luka atau kerusakan kulit.
d) Perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS (trans cutaneous
elektrical nerve stimulation) untuk peningkatan proses
penyembuhan luka, jika perlu
Aktivitas lain
a) Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topikal yang dapat
meliputi balutan hidrokoloid, balutan hidrofilik, balutan absorben,
dan sebagainya.
b) Lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin yang
dapat meliputi tindakan berikut:
(1) Ubah atur posisi pasien secara sering.
(2) Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan
kelembapan yang berlebihan.
(3) Lindungi pasien dari kontaminasi feses atau urine.
(4) Lindungi pasien dari eksresi luka lain dan eksresi slang drain
pada luka.
c) Bersihkan dan balut area insisi pembedahan menggunakan prinsip
steril atau tindakan asepsis medis berikut, jika perlu:
1) Gunakan sarung tangan sekali pakai (steril, jika perlu).
2) Bersihkan area insisi dari area “bersih ke kotor”
menggunakan satu kasa atau satu sisi kasa pada setiap
usapan.
30
3. Intervensi IC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya., suhu tubuh, denyut
jantung, drainasi, penampilan luka, sekresi, penampilan urine,
suhu kulit, lesi kulit, dan malayse).
b) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
(misalnya., usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, lulu imun dan
malnutrisi).
c) Amati penampilan praktik higiene personal untuk perlindungan
terhadap infeksi.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi
meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
b. Instruksikan untuk menjaga kebersihan diri untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi (misalnya mencuci tangan)
c. Jelaskan rasional dan manfaat serta efek samping imunisasi.
d. Berikan pasien dan keloarga metode untuk mencatat imunisasi
(misanya formulir imunisasi, buku catatan harian).
e. Pengendalian infeksi (NIC)
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk
dan meninggalkan ruangan pasien
Aktivitas kolaboratif
a. Ikuti protocol institusi untuk melaporkan infeksi yang dicurigai
atau kultur positif.
b. Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibioti, bila
diperlukan
34
DAFTAR PUSTAKA
black, m. d. (2014). keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan. jakarta: cv pentasada media edukasi.
Herdman, T. (2018). Nanda-I diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020. jakarta:
EGC.
PPNI. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia. jakarta: Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
susanto, j. d. (2015). standar asuhan keperawatan dan prosedur tetap dalam praktik
keperawatan. jakarta: salemba medika..
syam, a., & dkk. (2014). buku ajar ilmu penyaki dalam edisi IV jilid II. jakarta: internapubliing.