Anda di halaman 1dari 111

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

S,
DENGAN DIABETES MELITUS

RS HERMINA GRANDWISATA

Disusun Oleh :

Ni Kadek Ayu Heni

RS. HERMINA GRAND WISATA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan kasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. S dengan Diabetes Melitus ” ini tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing, yang telah membimbing
saya dalam menyelesaikan kasus Asuhan Keperawatan ini.

Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna dalam menyusun kasus ini,
untuk itu sangat dibutuhkan masukan baik kritik maupun saran yang bersifat membangun.

Bekasi, 26 Mei 2021

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang

ditandai oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat

mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan

oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau

tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak

teraturnya metabolisme(Brunner & Suddarth, 2008).

Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat.

Penderita diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan

diabetes mellitus menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker

Sedangkan di Indonesia penderita diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3%

dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam

urutan nomor empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit

kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes

mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat

menimbulkan berbagai komplikasi. (Donna D. ignativius, 2013).

Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul

komplikasi baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan

pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik koma

dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah beberapa

tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati dan makro

angiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler (Brunner & Suddarth, 2008).

raga, atau latihan fisik dan obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah
Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olah
raga atau latihan fisik yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus itu

meliputi latihan ringan yang dapat dilakukan ditempat tidur untuk. penderita di

rumah sakit latihan ini tidak memerlukan persiapan khusus cukup gerak ringan

diatas tempat tidur kurang lebih 5 sampai 10 menit misalnya menggerakkan

kedua tangan, ujung jari, kaki dan kepala. Selain itu bisa dilakukan senam,

senam ini harus disertai dengan kemampuan yang harus disesuaikan dengan

kemampuan kondisi penyakit penyerta(Brunner & Suddarth, 2008).


Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat adalah

sebagai Educator, dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health

Education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat

pencegahan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,

perawat dapat menekankan pada tindakan keperawatan yang berorientasi pada

upaya promotif dan preventif. Maka dari itu, peranan perawat dalam

penanggulangan Diabetes Melitus yaitu perawat dapat memberikan pendidikan

kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan

dari penyakit, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan seperti diet

untuk penderita Diabetes Melitus. Manfaat pendidikan kesehatan bagi keluarga

antara lain meningkatkan pengetahuan keluarga tentang sakitnya hingga pada

akhirnya akan meningkatkan kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013).

Berdasarkan data yang ada di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand

Wisata, ada pasien yaitu yang menderita Diabetes Melitus. Pasien Tn. S

mengeluh lemas, mual dan mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus

sejak 3 tahun yang lalu berobat di Poliklinik Penyalit Dalam Rumah Sakit

Hermina Grand Wisata .


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah bagaimanakah

gambaran pelaksanaan Asuhan keperawatan Tn. S dengan Diabetes Melitus di

Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata.

a. Bagaimanakah pengkajian Tn S dengan Diabetes Melitus di Ruang ICU

Rumah Sakit Hermina Grand Wisata.

b. Bagaimanakah diagnosa Tn. S dengan Diabetes Melitus di Ruang

ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata.

c. Bagaimanakah intervensi yang akan diterapkan Tn. S dengan Diabetes

Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata.

d. Bagaimanakah implementasi keperawatan Tn. S dengan Diabetes

Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata.

e. Bagaimanakah evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan

Tn. S dengan Diabetes Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina

Grand Wisata.

f. Bagaimanakah pendokumentasian Asuhan keperawatan Tn. S dengan

Diabetes Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata.

g. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan

Asuhan keperawatan Tn. S dengan Diabetes Melitus di Ruang ICU

Rumah Sakit Hermina Grand Wisata.


C. Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan

keperawatan Tn. S dengan Diabetes Melitus di Ruang ICU Rumah

Sakit Hermina Grand Wisata.

b. Tujuan khusus

Penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam:

i. Melaksanakan Asuhan keperawatan Tn. S dengan Diabetes

Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata

dengan menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

ii. Melaksanakan proses pendokumentasian Asuhan keperawatan

Tn.. . S dengan Diabetes Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit

Hermina Grand Wisata.

iii. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat

dalam pelaksanaan Asuhan keperawatan Tn, S dengan

Diabetes Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand

Wisata.

D. Ruang Lingkup

a. Lingkup waktu

Asuhan keperawatan T n . S dengan Diabetes Melitus di Ruang I C U


Rumah Sakit Hermina Grand Wisata ini dilaksanakan selama 3 hari

yaitu mulai tanggal 08 – 10 Mei 2021.

b. Lingkup kasus

Asuhan keperawatan Tn. S dengan Diabetes Melitus di Ruang ICU

Rumah Sakit Hermina Grand Wisata ini penulis menggunakan atau

menerapkan proses keperawatan yang meliputi pengakjian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

Kasus dalam karya tulis ilmiah ini digambarkan tentang penyakit tidak

menular yaitu penyakit Diabetes Melitus.

c. Lingkup tempat

Asuhan keperawatan Tn. S dengan Diabetes Melitus di Ruang ICU

Rumah Sakit Hermina Grand Wisata ini dilaksanakan di Ruang ICU

Rumah Sakit Hermina Grand W.

E. Manfaat penulisan

a. Bagi penulis

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat membantu

penulis maupun penulis lainnya untuk mengembangkan pengetahuan,

wawasan dan menambah pengalaman nyata dalam Asuhan

Keperawatan pada pasien yang menderita Diabetes Melitus.

b. Bagi Ruangan

Hasil penulisan karya tulis ilmiah diharapkan dapat bermanfaat bagi

Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata dan menjadi

masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yaitu

program kesehatan yang ada khususnya tentang untuk Diabetes

Melitus.
c. Bagi institusi pendidikan

Hasil penulisan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi dan bacaan sehingga dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan, khususnya tentang Asuhan keperawatan Tn. S dengan

Diabetes Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata.

F. Metode Pengumpulan Data

a. Metode

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode

deskripsi yaitu pemaparan kasus yang bertujuan untuk memecahkan

masalah dimulai dengan tahap pengkajian sampai pendokumentasian

berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang selanjutnya dianalisa

dan berakhir pada penarikan kesimpulan.

Penjelasan yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

i.Pengumpulan data primer dengan cara:

1. Wawancara (komunikasi).

Wawancara yang dilakukan dalam tahap pengkajian untuk

memperoleh data subjektif yaitu mengenai keluhan pasien,

riwayat pasien, pola aktivitas, pola makan, diet Diabetes

Melitus yang dilakukan, asuhan keperawatan yang sudah

terlaksana dan yang belum terlaksana, sampai evaluasi.

2. Observasi.

Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku serta keadaan

pasien yang menderita Diabetes Melitus untuk memperoleh


data berupa data objektif seperti klien tampak lemas, dan lain-

lain.

3. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengumpulkan data

penderita Diabetes Melitus dengan melakukan tehnik

pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien

Diabetes Melitus meliputi:

a. Keadaan umum: kesadaran, peningkatan pola

bicara, tanda- tanda vital: kenaikan tekanan

darah, suhu dingin

b. Pemeriksaan mata: gangguan penglihatan

c. Pemeriksaan leher: kaku kuduk

d. Pemeriksaan dada: nafas pendek, perubahan

irama jantung, takipnea

e. Pemeriksaan ekstremitas atas, ekstremitas

bawah, dan persendian: adanya edema,

gangguan koordinasi, cara jalan.

ii.Pengumpulan data sekunder

1. Studi dokumentasi.

Dengan mempelajari catatan kesehatan pasien yang terdahulu

dan hasil pemeriksaan penunjang lain di dalam status pasien

dalam rekam medis di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina

Grand Wisata.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu terdiri dari 5 BAB yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,


ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Pada BAB ini diuraikan tentang tinjauan teori yang terdiri dari asuhan

keperawatan meliputi: pengertian, pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan untuk konsep

penyakit meliputi: definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, pathway,

manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi, dan konsep asuhan

keperawatan teoritis.

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini berisi laporan kasus Asuhan keperawatan Tn. S dengan

Diabetes Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata

yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan dan membandingkan antara

tinjauan teori dengan tinjauan kasus mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

BAB IV PENUTUP

Pada BAB ini disampaikan mengenai kesimpulan dan saran dari

penulis terhadap masalah yang ditemukan yang berhubungan dengan

pokok karya tulis ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Diabetes Mellitus

Menjelaskan tentang konsep diabetes mellitus yang meliputi dari

pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, komplikasi,

pemeriksaan penunjang, penatalaksaan, pencegahan diabetes mellitus, faktor

yang mempengaruhi penyembuhan luka diabetik, proses penyembuhan luka,

dan teknik perawatan luka.

2. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia dan glukosuria disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik

akut maupun kronik, sebagai akibat kurangnya insulin di dalam tubuh,

gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai

dengan gangguan metabolisme lemak dan protein (Aspiani, 2014).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang

ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemi) disebabkan karena

ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh

dibutuhkan memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan

untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin

menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan peningkatan

gula darah, sedangkan sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan

dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto, 2012).

9
12

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit dimana kadar gula di dalam

darah meningkat tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan insulin secara

adekuat (Nabyl R.A, 2012).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya

gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dalam tubuh.

Gangguan tersebut disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin yang

diperlukan dalam proses perubahan gula menjadi tenaga. Kekurangan insulin

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula dalam darahatau terdapatnya

kandungan gula dalam air kencing (Iskandar, 2009).

2.1.1 Etiologi Diabetes Mellitus

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah :

1. Diabetes Mellitus tipe I

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel

beta pankreas yang disebabkan oleh :

a. Faktor genetik

Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya

diabetes tipe I.

b. Faktor imunologi

Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana

antibodi terarah padaaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

jaringan asing.
13
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autonium yang

menimbulkan ekstruksi sel beta.

2. Diabetes Mellitus tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor

resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe

II antara lain :

a. Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun,

tetapi pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga pada

umur 11 sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak

menghasilkan insulin.

b. Obesitas

Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat

hormon insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam

menghantar glukosa yang ada dalam darah. Pengurangan berat badan

sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan

pemulihan toleransi glukosa. Obesitas terjadi karena tubuh kelebihan

lemak minimal 20% dari berat badan ideal. Menurut Adriani (2012)

obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok

1) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

2) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%

3) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%

Klasifikasi IMT (Indeks Masa Tubuh) menurut Tjokoprawiro (2015)

pencegahan diabetes ada 2 yaitu :


1) IMT <18,5 : BB kurang

2) IMT 18,5-22,9 : BB normal

3) IMT > 23,0 : BB lebih

4) IMT 23,0-24,9 : dengan

resiko 5) 25,0-29,9 : obesitas I

6) IMT >30 : obesitas II

c. Riwayat dalam keluarga

Pada riwayat keluarga yang salah satunya memiliki riwayat diabetes

mellitus bisa diturunkan sejak remaja pada anaknya. Kaum pria

sebagai penderita sesungguhnya dan perempuan sebagai pihak

pembawa gen atau keturunan. Gen yang mempengaruhi pada diabetes

tipe II adalah gen TC7L2. Gen ini sangat berpengaruh pada

pengeluaran insulin dan produksi glukosa.

2.1.2 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis diabetes mellitus menurut Tandra (2013) yaitu :

1.Banyak kencing (poliuri)

2.Rasa haus (polidipsi)

3. Berat badan menurun meski sudah banyak makan

(polifagi) 4.Rasa seperti flu dan lemah

5.Pandangan kabur

6.Luka yang sukar sembuh

7. Gusi merah dan bengkak

8.Kesemutan

9. Kulit kering dan gatal


10.Mudah terkena infeksi

11.Gatal pada kemaluan

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi diabetes mellitus menurut Riyadi &Sukarmin (2008) :

1. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) yaitu defisiensi insulin

karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian

merusak sel-sel pulau langerhans di pankreas. Kelainan ini berdampak

pada penurunan produksi insulin.

2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yaitu diabetes

resisten sering terjadi pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur.

Kebanyakan penderita mengalami kelebihan berat badan, ada

kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik

selama stres.

3. Diabetes type lain adalah DM yang terjadi karena penyakit lain, penyakit

pankreas, hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan

reseptor insulin, sindroma genetik tertentu.

4. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa) yaitu kadar

glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau menjadi

normal atau tetap tidak berubah.

5. Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) yaitu intoleransi yang terjadi

selama kehamilan
2.1.4 Patofisiologi

Terjadi pada kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang

DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh

darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik

akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian

menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan

selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan

terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang

luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah

rumitnya pengelolaan kaki diabetes (Askandar, 2001 dalam Andra Safer,

2013). Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar

dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya

pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek

terhadap saraf perifer, kolagen, keratin, dan suplai vaskuler. Dengan adanya

tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami

beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma

berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan area kalus.

Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai

permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka

abnormal menghalangi resolusi. Mikrooranisme yang masuk mengadakan

kolonasi di daerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space

infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria

sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.


Menurut Suryadi, (2004) dalam buku Andra (2013) penyakit neuropati

dan vaskuler adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya luka.

Masalah luka yang terjadi pada pasien diabetik terkait dengan adanya

pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal sebagai

neuropati perifer. Pada pasien dengan diabetik sering kali mengalami

gangguan pada sirkulasi. Gangguan sirkulasi ini adalah yang berhubungan

dengan “pheripheral vascular diseases”. Efek sirkulasi inilah yang

menyebabkan kerusakan pada saraf. Hal ini terkait dengan diabetik neuropati

yang berdampak pada sistem saraf autonom, yang mengontrol fungsi otot-otot

halus, kelenjar dan organ viseral.

Dengan adanya gangguan pada saraf autonom pengaruhnya adalah

terjadinya perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran

darah. Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun

pemberian antibiotik tidak menyukupi atau tidak dapat mencapai jaringan

perifer, juga tidak memenuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut.

Efek pada autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit menjadi kering,

antihidrosis yang memudahkan kulit menjadi rusak dan mengkontribusi untuk

terjadinya ganggren. Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer

yang mempengaruhi kepada saraf sensorik dan motorik yang menyebabkan

sensasi nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.


2.1.5 Pathway Diabetes Mellitus

Skema patofisiologidiabetes mellitus (Nanda, 2013).

Faktor genetik,imunologik, gestasi,faktor lingkungan, infeksi virus

Perubahan fisiologis pankreas

Kerusakan sel beta pankreas

Defisiensi insulin

Metabolisme karbohidrat, lemak&protein terganggu

Karbohidrat Lemak Protein


 Glikolisis menurun Lipolisis meningkat Anabolisme protein
 Glukogenelisismeningkat & menurun
 Glukoneogenesis meningkat Lipogenesis menurun
 Glikogenesis menurun Sintesa protein
Simpanan lemak menurun
Hiperglikemi menurun
leukosit
Gula tidak dapat Penurunan berat badan menurun
diserap tubuh
Kekebalan tubuh
Melebihi batas ambang Sel tubuh kekurangan menurun
nutrisi ginjal
Nutrisi kurang dari Resiko infeksi b/d tauma
Glukosuria kebutuhan b/d gangguan pada jaringan
keseimbangan insulin
Deuresis osmotik Lemak bebas
Gula terbang bersama urin meningkat
Poliuri
Sel kekurangan bahan pembentukan badan
Kekurangan cairan elektrolit untuk metabolisme keton
berlebih
Merangsang hipotalamus Badan keton
Kekurangan volume meningkat
cairan elektrolit b/d Selalu merasa haus dan
gejala poliuria dan lapar Ketoasidosis
dehidrasi
Polidipsi &Polifagi diabetikum
Hiperglikemi

Oamolalitas meningkat,
viskositas darah

Penurunan perfusi oksigen,


nutrisi ke jaringan

Makrovaskuler Mikrovaskuler Neuropati

Aliran darah lambat


Jantung Otak Ginjal Mata
Iskemik jaringan
 Infark Suplai O2 Neuropati Retinopati perifer
miokard ke otak
akut menurun Gagal ginjal Nekrosis luka
 Hipertensi
 Glaukoma Ganggren

Ketidakefektifan perfusi Kerusakan integritas kulit


jaringan perifer b/d b/d gangguan sirkulasi,
penurunan sirkulasi darah gangguan status
ke perifer
metabolik dan gangguan
sensasi

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Mellitus


2.1.6 Hubungan Antar Konsep
Faktor Resiko:

Faktor genetik Usia >45 tahun


Faktor imunologi Jenis Kelamin
Faktor lingkungan Berat Badan
Merokok
Hipertensi
Lamanya Diabetes

Ketidakseimbanga
n
produksi insulin

Neuropati sensori
perifer
(klien tidak merasakan
sakit)

Nekrosis luka

Ganggren/
ulkus Proses Keperawatan:
diabetikum
Pengkajian

Kerusakan integritas Diagnosa


kulit
Intervensi

Implementasi

Evaluasi

Gambar 2.2 Hubungan Antar Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabtes
Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit.
2.1.7 Komplikasi

Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), beberapa komplikasi diabetes mellitus

adalah:

1. Komplikasi akut

a. Koma hipoglikemia

Koma hipoglikemis terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetic

yang melebihi dosis yang dianjurkan singga terjadi penurunan glukosa

dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk

masuk ke dalam sel.

b. Ketoasidosis

Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari

sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada

glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan

mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton

yang berlebih dapat mengakibatkan asidosis.

c. Koma hipersmolar non ketotik

Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan

ekstrasel karena banyak diekresi lewat urine.

2. Komplikasi kronik

a. Makroangiopati

Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh

darah jantung, pembuluh darah otak. Pembuluh darah pada pembuluh

darah besar dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada


DMTTI/ NIDDM. Komplikasi magroangiopati adalah penyakit

vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler parifer.

b. Mikroangiopati

Mikroangipati yang mengalami pembuluh darah kecil, retinopati

diabetika, nefropati diabetik. Perubahan- perubahan mikrovaskuler

yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara

jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTTI/

IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.

c. Neuropati diabetika

Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik

mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan

sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.

d. Infeksi

Retansi infeksi seperti tuberculusis paru, gingivitis, dan infeksi

saluran kemih.

e. Kaki diabetik

Pembuluh mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati

menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya

dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, ganggren, penurunan

sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi

trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan ganggren.


2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Kadar glukosa darah

a. Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dl) menurut Nurarif & Kusuma

(2015)

Tabel 2.1: kadar glukosa darah sewaktu


Kadar Glukosa darah sewaktu DM Belumpasti DM
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100

b. Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) menurut Nurarif & Kusuma (2015) Tabel

2.2: kadar glukosa darah puasa


Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8mmol/L)

c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200

mg/dl)

3. Tes Laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes

pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

4. Tes saring

Tes-tes saring pada DM

a. GDP, GDS

b. Tes glukosa urine


1) Tes konvensional (metode reduksi/ benedict)

2) Tes carik celup (metode glucose oxidase/ hexodinase)

5. Tes diagnostik

Tes-tes diagnostik pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (Glukosa darah

2 jam post prandial), Glukosa jam ke 2 TTGO.

6. Tes monitoring terapi

Tes-tes monitoring terapi DM adalah

a. GDP plasma vena, darah kapiler

b. GD2PP : plasma vena

c. A1c darah vena, darah kapiler

7. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :

a. Mikroalbuminuria urine

b. Ureum, kreatinin, asam urat

c. Kolesterol total plasma vena (puasa)

d. Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)

e. Kolesterol HDL: plasma vena (puasa)

f. Trigliserida: plasma vena (puasa)

2.1.9 Penatalaksanaan

1. Terapi Farmakologi

Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), antara lain:

a. Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)


1) Golongan sulfoniluria

Cara kerjanya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan

insulin. Jadi golongan sulfoniluria hanya bekerja bila sel-sel beta

utuh, mengalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan

jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon.

Indikasi pemberian obat golongan sulfoniluria adalah bila berat

badan sekitar ideal kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila

kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stres akut,

seperti infeksi berat.

2) Golongan biguanid

Cara kerjanya tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid

dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan

istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Efek

samping obat ini (metformin) menyebabkan anoreksia, nausea,

nyeri abdomen dan diare.

3) Alfa glukosidase inhibitor

Cara kerjanya menghambat kerja insulin alfa glukosidase di dalam

saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan

menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen

usus dan tidak menyebabkan hiperglikemia dan tidak berpengaruh

pada kadar insulin.

4) Insulin sensitizing agent

Mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai

masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.


b. Insulin ada 3 jenis menurut cara kerjanya, antara lain :

1) Cara kerjanya cepat : RI (regular insulin) dengan masa kerja 2-4

jam. Contoh obatnya: Actrapid

2)Cara kerjanya sedang: NPN dengan masa kerja 6-12 jam

3) Cara kerjanya lambat: PZI (Protamne Zinc Insulin) dengan masa

kerjanya 18-24 jam

2. Terapi non farmakologi

a. Jenis makanan

1) Karbohidrat

Sebagai sumber energi yang diberikan pada dibetisi tidak boleh

lebih dari 55-65% dari total kebutuhan energi sehari atau tidak

boleh lebih dari 70% jika dikombinasi dengan pemberian asam

lemak tidak jenuh rantai tunggal. Pada setiap hari karbohidrat

terdapat kandungan energi sebesar 4 kilokalori.

2) Protein

Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15%

dari total kalori per hari. Pada penderita dengan kelainan ginjal

dimana diperlukan pembatasan asuhan protein sampai 40 gram per

hari, maka perlu ditambahkan pemberian suplementasi asam amino

esensial. Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori/ gram.

3) Lemak

Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori/ gram.

Bahkan makanan ini sangat penting untuk membawa vitamin larut

dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Berdasarkan ikatan


rantai karbonnya, lemak dikelompokkan menjadi lemak jenuh dan

tidak jenuh. Pembatasan lemak jenuh dan kolesterol sangat

disarankan bagi diabetisi karena terbukti dapat memperbaiki profil

lipid tidak normal yang sering dijumpai pada diabitis.

b. Jadwal makan

Jadwal makan pengidap diabetes mellitus dianjurkan lebih sering

dengan porsi sedang. Disamping jadwal makan utama pagi, siang, dan

malam dianjurkan juga porsi makanan ringan di sela- sela waktu

tersebut.

c. Jumlah kalori

Jumlah kalori perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi,

umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani. Penentuan 24

status gizi dapat dipakai indeks massa tubuh (IMT) atau rumus

Brocca.

Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT berdasarkan rumus Brocca.

Tabel 2.3 Klasifikasi gizi berdasarkan IMT menurut Riyadi &


Sukarmin (2008)
No Indeks Massa Tubuh Klasifikasi
1 <18,5 Berat badan kurang
2 18,5-22,9 Berat badan normal
3 >23,0 Berat badan rendah
23-24,9 Berat badan lebih beresiko
25-29,9 Obesitas I
>30 Obesitas II
Pertama-tama lakukan perhitungan berat badan ideal berdasarkan

rumus berat badan ideal (BBI kg)= (TB cm-100)- 10%. Untuk laki-

laki <160 cm dan wanita <150 cm, perhitungan bb ideal tidak

dikurangi 10%.
d. Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang

lebih setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous

Rythmiccal Intensity Progressive Endurance). Latihan dilakukan

terus- menerus tanpa henti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara

teratur. Latihan CRIPE minimal dilakukan selama 3 hari dalam

seminggu, sedangkan

2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan oahraga

kesenangannya. Adanya kontraksi otot yang teratur akan merangsang

peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa kedalam sel.

Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari (sebelum jam 06.00) karena

selain udara yang masih bersih juga suasana yang belum ramai

sehingga membantu penderita lebih nyaman dan tidak mengalami

stress yang tinggi. Olahraga yang teratur akan memperbaiki sirkulasi

insulin dengan cara meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh darah

sehingga membantu masuknya glukosa ke dalam sel (Riyadi &

Sukarmin, 2008).

2.1.10 Pencegahan diabetes mellitus

Tips umum dalam upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus menurut

Nabyl R.A (2012) dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Bila kegemukkan segera turunkan berat badan

2. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, joging, dan jalan cepat)

paling tidak lakukan 3 kali seminggu


3. Minum gula sedikit mungkin atau seperlunya karena bukan merupakan

bagian penting dari diet. Zat karbohidrat (misal beras sereal, bakmi,

roti, kentang) bisa memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan tubuh

4. Setelah umur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun,

terutama bagi anda dengan riwayat keluarga penderita diabetes mellitus

2.1.11 Ulkus Diabetik

1. Definisi

Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang

melibatkan gangguan pada syaraf peripheral dan autonomic. Luka

diabetik terjadi karena adanya kelainan pada syaraf, kelainan pembuluh

darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak diatasi dengan

baik, hal ini akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan amputasi

(Andra, 2013).

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan

ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman

saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menebabkan ulkus berbau,

ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan

perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer (Andra, 2013). Ulkus

diabetik dikenal dengan istilah ganggren didefinisikan sebagai jaringan

nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli

pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah

terhenti (Andra 2013). Ganggren diabetik adalah nekrosis jaringan pada

bagian tubuh perifer akibat diabetes mellitus. Biasanya ganggren terjadi

pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis


dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik kuman yang biasa

menginfeksi pada ganggren diabetik adalah streptococcus (Andra 2013)

2. Etiologi

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi

menjadi faktor endogen dan eksogen:

a. Faktor endogen: genetik metabolik, angiopati diabetik, neuropati

diabetik.

b. Faktor eksogen: trauma, infeksi, obat.

Faktor utama yang berperan timbulnya ulkus diabetikum adalah

angiopati, neuropati, dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan

menyebabkan hilang atau menurunnya trauma tanpa terasa yang

mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik

saja akan mengakibatkan terjadi atrofi pada otot kaki sehingga

merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki

pasien. Apabila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang

lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya

sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati

tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,

oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka

yang sukar sembuh (Andra, 2013).

3. Manifestasi klinis

Ganggren diabetik akibat mikroangiopati disebut juga ganggren ganas

karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan teraba

hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsar arteri di bagian


distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada kaki. Proses

mikroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan

secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5P yaitu:

a. Pain (nyeri)

b. Palenes (kepucatan)

c. Paresthesia (kesemutan)

d. Pulselessness (denyut nadi hilang)

e. Paralysis (lumpuh)

Bila terjadi sumbatan kronik akan timbul gambaran klinis menurut pola

fontainse:

a. Stadium I : asimtomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)

b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten

c. Stadium III : timbul nyeri saat istirahat

d. Stadium IV : terjadi kerusakan jaringan karena ulkus (Brunner &

Suddarth, 2005).

2.1.12 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka diabetik

Proses penyembuhan luka diabetik menurut Kristianto (2010) dipengaruhi

oleh faktor sistemik antara lain:

1. Perfusi yang tidak adekuat

Proses penyembuhan memerlukanaliran darah yang adekuat sehingga

oksigen dan nutrisi memenuhi kebutuhan sel untuk berkembang. Pada

penderita ulkus diabetik perubahan perfusi dilihat dari adanya

perubahan denyut nadi arteri tibialis anterior, arteri dorsal pedis, dan

arteri perianal sebagai damapak dari adanya oklusi.


2. Adanya infeksi

Infeksi dapat menghambat proses penyembuhan luka akibat adanya

produksi eksudat yang akan mengganggu proses terbentuknya jaringan

yang baru.

3. Edema

Edema dapat menghambat proses penyembuhan luka akibat adanya

hambatan sirkulasi aliran darah pada luka sehingga kebutuhan jaringan

akan oksigen dan nutrisi tidak tercukupi.

4. Nutrisi yang inadekuat

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak adekuat pada penderita DM

dapat dilihat dari kadar rata-rata gula darah yang tidak terkontrol yang

akan mengganggu dalam transportasi nutrisi dalam sel. Hambatan

dalam sekresi insulin mengakibatkan peningkatan kadar gula darah,

nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terjadi penurunan

kalori tubuh.

2.1.13 Teknik perawatan luka

Untuk menangani luka di kaki, bengkak, borok, bernanah, atau kering dan

hitam (nekrosis) perlu dilakukan perawatan luka. Teknik perawatan luka

pada penderita diabetes mellitus meliputi pencucian luka, debridemen, dan

balutan luka (dressing) yaitu:

1. Pencucian luka

Pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan

luka yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik

tubuh pada cairan luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki,


dan mempercepat penyembuhan luka serta menghindari terjadinya

infeksi. Cairan yang digunakan untuk membersihkan luka yang

direkomendasikan adalah cairan normal NaCl 0,9% atau air steril

karena cairan ini merupakan cairan isotonis, tidak toksik terhadap

jaringan, tidak menghambat proses penyembuhan dan tidak

menyebabkan alergi. Cairan pembersih lain dan banyak dikenal seperti

iodine, alkohol 70%, chlorin, hydrogen perokside, rivanol dan lainnya

sering kali menimbulkan bahaya alergi dan perlukaan di kulit sehat dan

kulit luka (Huda, 2010).

2. Debridemen

Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihan benda

asing dan jaringan nekrotik pada luka. Jaringan nekrotik dapat

menghalangi proses penyembuhan luka. Luka tidak akan sembuh

apabila masih didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus fistula/ rongga

yang memungkinkan kuman berkembang (Huda, 2010).

3. Dressing

Teknik dressing pada luka diabetes mellitus dapat dilakukan dengan

cara konvensional dan modern dressing yang menekankan moist wound

healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Prinsip dressing

adalah bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan lembab

sehingga luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat

dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket

dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeabel terhadap

gas (Huda, 2010).


Apilkasi teknik modern dan konvensional terletak pada saat proses

penggantian balutan. Ketika mengganti balutan primer dari dasar luka

perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan trauma. Ada

beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dressing

yang akan digunakan yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada

tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya. Ada beberapa jenis

balutan modern yang digunakan yaitu: balutan alginat, balutan foam,

balutan hidropolimer, balutan hidrofiber, balutan hidrokoloid, balutan

hidrogel, balutan transparan film, balutan absorben dan sebagainya.

Jenis balutan konvensional yang digunakan antara lain kassa, antiseptik,

antibiotik (Kristianto, 2010)

2.1.14 Penatalaksanaan gangren diabetik

Penatalaksaan ganggren diabetik menurut Kristianto (2010) antara lain:

1. Evaluasi keadaan kaki dengan cermat, keadaan klinis luka, gambaran luka

radiologi (adakah benda asing, osteomielitis, gas subkutis), lokasi luka,

vaskularisasi luka.

2. Pengendalian keadaan metabolik sebaik-baiknya.

3. Debridement luka yang adekuat dan radikal, sampai bagian yang hidup.

4. Antibiotik yang adekuat.

5. Perawatan luka yang baik, balutan yang memadai sesuai dengan keadaaan

luka.

6. Mengurangi edema.

7. Tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki khusus, total

contact casting.
8. Perbaikan sirkulasi-vakuler.

9. Tindakan bedah atau rehabilitatif untuk mempercepat proses

penyembuhan luka.

10. Senam kaki Diabetik

Berikut ini beberapa Gerakan Senam Kaki Diabetes yang dapat dilakukan

oleh pasien Diabetes Melitus, yaitu:

a. Posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh

lantai

b. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan

keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam

sebanyak 10 kali

c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki

ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan

tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki

kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan

buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali.

e. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan

turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi

sebanyak 10 kali.
f. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut

dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali

kelantai.

g. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan

pergelangan kaki kedepan dan kebelakang

h. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki ,

tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara

bergantian.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode yang terorganisasi dan sistematis

dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, yang berfokus pada

respon manusia baik sebagai individu, keluarga, maupun masyarakat karena

adanya gangguan kesehatan aktual maupun potensial (Asmadi, 2008).

Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang saling berhubungan yaitu

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Nursalam,

2008).

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian pada pada klien diabetes mellitus yang mengalami kerusakan

integritas kulit meliputi mengumpulkan riwayat kesehatan, melakukan

pengkajian fisik, meninjau catatan klien, meninjau literatur, dan melakukan

konsultasi dengan orang pendukung dan tenaga kesehatan profesional

(Berman & Snyder, 2010).

1. Pengumpulan data

a. Identitas umum

Pengkajian identitas umum meliputi nama, usia/ tanggal lahir

(umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis secara drastis

setelah usia 40 tahun dan diabetes sering muncul setelah memasuki

usia tersebut terutama setelah seseorang memasuki usia 45 tahun

terlebih dengan overwight (Riyadi & Sukarmin, 2008), jenis kelamin,

suku bangsa, alamat, tanggal dan masuk rumah sakit, sumber

informasi (orang yang dapat dihubungi dan no. Telepon), diterima dari
(rumah, rumah sakit, puskesmas, tunawisma), cara datang (jalan kaki,

kursi roda, ambulance, brankar).

b. Riwayat perawatan

1) Alasan MRS/ keluhan utama

Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol badan terasa

sangat lemas, penglihatan yang kabur, disertai dengan kelemahan

otot tungkai bawah. Meskipun banyak keluhan banyak kencing

(poliuri) kadang penderita belum tahu kalau salah satu tanda

penyakit diabetes mellitus (Riyadi & Sukarmin, 2008).

2) Riwayat penyakit sekarang

Penderita biasanya mengalami kesemutan pada kaki atau tungkai

bawah serta kesulitan dalam menjalankan aktifitasnya karena

terjadi kelemahan pada kaki dan tungkai bawahnya ditandai dengan

adanya ganggren. Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan

adalah munculnya sering buang air kecil (poliuri), sering haus dan

lapar (polifagia) sebelum klien mengeluhkan adanya gangguan

kulit seperti gatal/ luka (Riyadi & Sukarmin, 2008).

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Mempunyai riwayat gula darah yang tinggi pada semasa muda,

keluhan kesemutan pada kaki atau tungkai bawah. Diabetes terjadi

saat hamil saja dan biasanya tidak dialami setelah melahirkan

namun perlu diwaspadai akan kemungkinan mengalami diabetes

yang sesungguhnya di kemudian hari. Diabetes sekunder

digambarkan sebagai kondisi penderita yang pernah mengalami


suatu penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan atau zat kimia

tertentu (Riyadi & Sukarmin, 2008).

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Diabetes mellitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan

tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik akan

disampaikan informasinya pada keturunan berikutnya (Riyadi &

Sukarmin, 2008).

c. Pola Fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Biasanya penderita belum menyadari perjalanan penyakit diabetes

mellitus. Penderita baru tahu kalau sudah memeriksakan diri di

pelayanan kesehatan. Diabetes sekunder digambarkan sebagai

kondisi penderita yang pernah mengalami suatu penyakit dan

mengkonsumsi obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti

Glukokortikoid (sebagai obat radang), Furosemid (sebagai

diuretik), Thiazid (sebagai diuretik), Beta bloker (untuk mengobati

gangguan jantung) (Riyadi &Sukarmin, 2008). Pada pasien dengan

ganggren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi tata laksana

hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak

ganggren kaki diabetik (Nabyl R.A, 2012).

2) Pola aktivitas dan personal hygiene

Kebutuhan personal hygiene mungkin tidak terganggu kecuali pada

periode kelemahan fisik yang mengganggu (skor kekuatan otot 2-0)


atau terjadi penurunan kesadaran (apatis sampai koma). Data

pernafasan yang terjadi adalah irama dalam dan cepat karena

banyak benda keton yang terbongkar. Penderita dengan diabetes

mellitus akan mengalami penurunan gerak karena kelemahan fisik ,

kram otot, dan penurunan tonus otot. Penderita juga dapat mudah

jatuh karena penurunan glukosa pada otak dan mengakibatkan

penurunan pusat keseimbangan (Riyadi & Sukarmin, 2008).

Adanya luka ganggren dan kelemahan otot pada tungkai bawah

menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari-

hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan

(Nabyl R.A, 2012).

3) Pola nutrisi/ cairan dan metabolisme

a) Berat badan melalui penampilan kurus ramping pada penderita

diabetes mellitus fase lanjutan dan lama tidak mengalami terapi.

Sedangkan gemuk, padat dan gendut terjadi pada fase awal

penyakit atau penderita lanjutan dengan pengobatan yang rutin

dan pola makan yang masih tidak terkontrol (Riyadi &

Sukarmin, 2008).

b) Akral teraba dingin akibat penurunan sirkulasi. Suhu tubuh

biasanya masih berkisar normal sekitar kecuali sudah ada infeksi

(suhu >37C). Pembesaran kelenjar limfe leher dapat muncul

apabila ada infeksi sistemik (Riyadi & Sukarmin, 2008)


4) Pola tidur dan istirahat

Nyeri pada kaki yang luka dan poliuri akan mempengaruhi pola

dan waktu tidur penderita (Nabyl R.A, 2012). Penderita sering

terbangun pada malam hari karena frekuensi kencing yang

meningkat. Rata-rata tidur penderita pada malam hari 4-5 jam.

Selain itu dapat dilihat penampilan penderita dengan wajah sayu,

mata merah dan verbalisasi keluhan rasa kantuk (Riyadi &

Sukarmin, 2008)

5) Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik

yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran

glukosa pada urine (glukosuria) (Nabyl R.A, 2012). Data eliminasi

untuk BAK akan dijumpai jumlah urine banyak baik secara

frekuensi maupun volumenya mungkin 2500-3000 CC/hari). Untuk

warna mungkin tidak ada perubahan sedangkan bau mungkin ada

aroma unsur gula. Sedangkan untuk BAB tidak ada perubahan yang

mencolok, frekuensi seperti biasa 1-2x/ hari dengan warna

kekuningan (Riyadi & Sukarmin, 2008).

6) Sensori – Persepsi

Pasien dengan ganggren cenderung mengalami neuropati atau mati

rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma (Nabyl

R.A, 2012). Penderita diabetes mellitus mungkin akan merasakan

gejala seperti pusing, sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada

otot, parastesis, gangguan penglihatan (Riyadi & Sukarmin, 2008).


Pasien diabetes mellitus mungkin akan mengalami gangguan rasa

nyeri panas pada punggung kaki tetapi pada skala yang ringan

dapat ditoleransi. (Riyadi & Sukarmin, 2008).

7) Pola peran hubungan/ interaksi sosial

Pasien mengalami penurunan harga diri karena perubahan pada

penampilan, perubahan identitas diri akibat tidak bekerja,

perubahan gambaran diri karena mengalami ganggren atau

amputasi, perubahan peran karena tidak mampu menjalankan tugas

sebagai orang tua (Riyadi & Sukarmin, 2008). Luka ganggren yang

sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan

menarik diri dari pergaulan (Nabyl R.A, 2012).

8) Pola persepsi diri dan toleransi terhadap stress

Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, bahkan biaya

perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami

kecemasan (Nabyl R.A, 2012). Pada penyakit perjalanan cukup

lama (>1 bulan) pasien mengalami penurunan optimisme dan

cenderung emosi labil, mudah tersinggung dan marah. Sedangkan

pada periode awal emosi pasien masih stabil dan mampu

mengekspresikan emosi dengan baik (Riyadi & Sukarmin, 2008).

9) Pola seksualitas/ reproduksi

Pada pasien diabetes mellitus ada yang dikucilkan istri karena

komplikasi dari organ reproduksi yang berupa impotensi untuk

laki-laki dan penurunan gairah seksual untuk wanita (Riyadi &

Sukarmin, 2008). Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh


darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan

potensi seks, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi

dampak pada proses ejakulasi serta orgasme (Nabyl R.A, 2012).

10) Pola keyakinan/ nilai

Ritual kegiatan iabdah (sholat, mengaji, pergi ke tempat ibadah)

mungkin akan mengalami hambatan akibat dari adanya luka

diabetes mellitus yang tak kunjung sembuh. Akan tetapi tidak

mempengaruhi pola ibadah mereka, penderita akan mulai berusaha

mencari sumber kekuatan terbesar pada Tuhan YME dengan cara

yang lain seperti berdoa (Riyadi & Sukarmin, 2008).

d. Pemeriksaan fisik

Barbara Baters (1997) dalam Sujono Riyadi & Sukarmin (2008)

menyatakan bahwa pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain:

i. Keadaan umum: yang sering muncul adalah kelemahan fisik

ii. Tingkat kesadaran: normal, latergi, stupor, koma (tergantung kadar

gula yang dimiliki dan kondisi fisiologi untuk melakukan

kompensasi kelebihan gula darah).

3) Tanda-tanda vital

a) Nadi: takikardi (terjadi kekurangan energi sel sehingga jantung

melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman).

b) Tekanan darah: hipertensi (karena peningkatan vikositas darah

oleh glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada dinding

pembuluh darah dan risiko terjadinya plak pada pembuluh


darah, kondisi ini terjadi pada fase diabetes mellitus yang sudah

lama atau penderita yang memang mempunyai bakat hipertensi).

c) Pernafasan: takipnea ( pada kondisi ketoasidosis)

d) Suhu: deman (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada

luka atau pada jaringan lain), hipotermia pada penderita yang

tidak mengalami infeksi atau penurunan metabolik akibat

menurunnya masukan nutrisi secara drastis)

4) Kepala

Rambut: termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur rambut. Kulit

kepala: termasuk benjolan atau lesi antara lain: kista pilar dan

psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita diabetes mellitus

karena penurunan antibody. Wajah: termasuk simetris dan ekspresi

wajah antara lain paralisis wajah (pada penderita dengan

komplikasi stroke) dan emosi.

5) Mata

Alis mata: dermatitis, sorobea, (penderita sangat beresiko

timbulnya mikroorganisme dan jamur pada kulit). Sclera ikterik,

konjungtiva anemis pada penderita yang sulit tidur karena banyak

kencing pada malam hari. Kornea, iris, dan lensa: opaksitas atau

katarak (penderita diabetes mellitus sangat beresiko pada

kekeruhan lensa mata). Pupil: miosis, midrosis, atau anisokor.

6) Telinga

Daun telinga masih simetris antara kanan dan kiri. Gendang

telinga tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan dan masih


dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak mengalami infeksi

sekunder. Pengkajian terhadap pendengaran terhadap bisikan

maupun tes garpu tala dapat mengalami penurunan

7) Hidung

Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada

infeksi sekunder seperti influenza

8) Mulut dan faring

Bibir: sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan

perfusi jaringan pada stadium lanjut). Mukosa oral: kering (dalam

kondisi dehidrasi akibat deuresisi osmosis). Langit-langit mulut:

terdapat bercak keputihan karena pasien mengalami penurunan

kemampuan personal hygiene akibat kelemahan fisik.

9) Thoraks dan paru-pau

Data pernafasan yang terjadi adalah irama dalam dan cepat karena

banyak benda keton yang dibongkar dan pernafasan cheyne-stokes

(pada kondisi ketoasidosis). Dengarkan pernafasan pasien apabila

terdengar stridor pada obstruksi jalan nafas. Mengi (apabila

penderita sekaligus mempunyai riwayat asma atau bronchitis

kronik)

10) Dada

Inspeksi: deformitas atau esiemtris dan retruksi inspirasi abdomen.

Palpasi: adanya nyeri tekan atau tidak. Perkusi: pekak terjadi

apabila cairan atau jaringan padat menggantikan bagian paru yang

normalnya terisi udara (terjadi pada penyakit lain: efusi pleura,


tumor atau pasca penyembuhan TBC). Auskultasi: bunyi nafas

vesikuler, bronco vesikuler (dalam keadaan normal).

11) Abdomen

Inspeksi: pada kulit apakah ada stise dan simetris, adanya

pembesaran organ (pada penderita dengan penyerta penyakit

sirosishepatic atau Hepatomegali dan Splenomegali). Auskultasi:

bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan motilitas.

Perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta

kepekaan. Palpasi: untuk mengetahui adanya nyeri tekan ada tidak

12) Integumen

Warna kulit: kerotenemia (pada penderita yang mengalami

peningkatan trauma mekanik yang berakibat luka sehingga

menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitaman disekitar luka.

Kelembaban: lembab (pada penderita yang tidak mengalami

diuresis osmosis dan tidak mengalami dehidrasi), kering (pada

pasien yang mengalami osmosis dan dehidrasi). Suhu: dingin (pada

pasien yang tidak mengalami infeksi dan menurunnya masukkan

nutrisi, hangat (mengalami infeksi atau kondisi intake nutrisi oral

sesuai aturan diet). Tekstur: halus (cadangan lemak dan glikogen

belum banyak dibongkar, kasar (terjadi pembongkaran lemak,

protein, glikogen otot untuk produksi energi). Turgor: menurun

pada dehidrasi.

13) Kuku
Warna: pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi

ketoasidosis atau komplikasi infeksi saluran pernafasan)

14) Genetalia

Inspeksi mengenai warna, kebersihan, benjolan seperti lesi, massa,

atau tumor

15) Ekstermitas

Menilai kekuatan otot pada keempat ekstermitas, biasanya terdapat

kelemahan dengan kisaran 4, biasanya pada salah satu ekstermitas

atau lebih mengalami ganggren/luka.

e. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Alief (2012), ditemukan sebagai

berikut:

1) Test Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (200mg/dl).

2) Gula darah puasa normal (70-15 mg/dl) atau diatas normal

(>115mg/dl).

3) Gula darah 2 jam post prandial (PP) > 140mg/dL.

4) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal (5-6%).

5) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton, berat jenis dan

osmolalitas urin mungkin meningkat.

6) Kolesterol dan trigliserida serum dapat meningkat.

7) Elektrolit (mungkin normal, menurun atau bahkan meningkat)

a) Natrium: mungkin normal, menurun, atau meningkat

b) Kalium: mungkin normal atau terjadi peningkatan semu akibat

perpindahan seluler, selanjutnya akan menurun


c) Fosfor: lebih sering menurun

8) Insulin darah (mungkin menurun bahkan sampai tidak ada).

9) Hb Glikolisat kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang

mencerminkan kontrol diabetes mellitus kurang selama 4 bulan

terakhir.

10) Trombosit darah (Ht)

Mungkin meningkat (dehidrasi) atau normal, leukositosis

hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi, gangguan status

metabolik dan gangguan sensasi yang ditandai dengan adanya luka

ganggren.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan

keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani.

3. Keidakseimbangan cairan elektrolit b.d gejala poliuria dan dehidrasi.

4. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes

mellitus).

5. Ketidakefektifan perfusi jaringanperifer b.d penurunan sirkulasi darah

keperifer, proses penyakit (DM).


2.2.3 Intervensi keperawatan

Tabel 2.4 Intervensi keperawatan kerusakan integritas kulit

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1 Peiksa turgor 1 Kulit akan
kulit berhubungan tindakan kuli. kembali dengan
dengan penurunan keperawatan 2 Monitor cepat jika
sirkulasi, kondisi selama 6x24 jam membran pasien terhidrasi
gangguan metabolik, diharapkan mukosa, dengan baik
dan gangguan kerusakan turgor kulit 2 Mengetahui
sensasi yang ditandai integritas kulit 3 Monitor respon haus
adanya luka dapat edema 3 Adanya
ganggren terpenuhi dengan pada kaki dan penumpukkan
Definisi: Kriteria Hasil: tungkai kaki cairan pada kaki
Kerusakan 1 Pemulihan 4 Anjurkan 4 Mengidentifikasi
Integritas kulit luka pasien untuk adanya
merupakan 2 Kontrol memonitor tanda-tanda
suatu kondisi resiko: suhupada infeksi pada luka
seseorang yang hipertermia kaki dengan di kaki
mengalami 3 Perfusi menggunakan 5 Mencegah
perubahan atau jaringan punggung terjadinya luka
gangguandermis 4 Perfusi tangan atau mencegah
atau epidermis jaringan: 5 Anjurkan semakin tidak
Batasan seluler pasien akan terasanya
karakteristik: 5 Perfusi pentingnya sensasi
1 Benda jaringan: pemeriksaan pada kaki
asing menusuk perifer kaki terutama 6 Mencegah
permukaan kulit ketika sensasi adanya
2 Kerusakan mulai terasa penumpukkan
integritas kulit berkurang cairan
Faktor yang 6 Inspeksi pada ekstermitas
berhubungan: adanya bawah
External: edema pada 7 Mengidentifikasi
1 Agen ekstermitas tingkat
farmaseutikal bawah metabolisme
2 Cedera 7 Observasi jaringan dan
kimiawi kulit kondisi luka: tingkat
3 Faktor mekanik lokasi, kerusakan
4 Hipertermia dimensi, integritas
5 Hipotermia kedalaman 8 menjaga
6 Kelembaban luka, jaringan kontaminasi
7 Terapi radiasi nekrotik. luka dan
8 Usia ekstrem 8 Lakukan mencegah
Internal: rawat prosentase
1 Gangguan luka dengan mikroorganisme
metabolisme teknik akibat
2 Gangguan aseptik kelainan
pigmentasi (steril) metabolik
3 Gangguan dan kaji area (glukosa
sensasi luka yang tinggi)
4 Gangguan setiap 9 Jaringan
sirkulasi kali nekrotik
5 Gangguan mengganti dapat
turgor kulit balutan. menghambat
6 Gangguan 9 Bersihkan granulasi
volume cairan jaringan 10 Mengetahui
7 Nutrisi nekrotik ketebalandan
tidak adekuat dengan perubahan
8 Perubahan menggunting warna kuku
hormonal jaringan 11
9 Tekanan nekrotik Mencegah
pada sedikit demi terjadinya
tonjolan tulang sedikit dekubitus
10 Periksa 12 Mencegah
kuku terjadinya
11 Anjurkan penambahan
pasien luka
membolak pada ekstermitas
mbalikkan bawah
badan setiap 13
2 jam sekali Menghindari
12 Gunakan adanya
bantal untuk bakteri
menyokong di kulit area luka
anggota 14 masase berguna
tubuh yang untuk
luka merangsang
13 Gosok kulit sirkulasi
pasien darah
dengan agen sehingga
antibakteri meningkatkan
yang sesuai proses
14 Lakukan penyembuhan
masase di 15 pemberian
area sekitar insulin
luka untuk untuk
merangsang menurunkan
sirkulasi hiperglikemia
15 Kolaborasi dan
dengan tim meningkatkan
medis penyembuhan
dalam sedangkan
pemeriksaan pemberian
kadar gula antibiotik untuk
pengobatan
infeksi
darah,
pemberian
insulin dan
antibiotik

Sumber: Gloria dkk, (2015)

2.2.4 Implementasi

Implementasi keperawatan pada penderita diabetes mellitus dengan

gangguan integritas kulit adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Sebelum melakukan tindakan yang sudah

direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana

tersebut masih sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan klien saat ini

(Nursalam, 2009).Implementasi keperawatan menurut Asmadi (2011)

dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara

profesional diantaranya:

1. Independen

Independen implemenasi merupakan implementasi yang diprakarsai

oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya

sesuai dengan kebutuhan.

2. Interdependen

Interdependen implementasi adalah tindakan keperawatan atas dasar

kerja sama sesame tim keperawatan atau dengan tim kesehatan

lainnya seperti dokter.

3. Dependen

Dependen implementasi adalah tindakan perawat atas dasar rujukan

dari profesi lain seperti ahli gizi, psikolog, dan


sebagainnya dalam hal pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan

diit yang telah dibuat oleh ahli gizi.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana

intervensi, dan implementasinya (Nursalam, 2008).

Hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan ada tiga

yaitu:

1. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standart

yang telah ditentukan.

2. Tujuan tercapai sebagian jika klien menunjukkan perubahan pada

sebagian kriteria yang telah ditetapkan.

3. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan

dan tidak ada kemajuan sama sekali serta timbul masalah baru (Asmadi,

2008).

Perumusan evaluasi formatif meliputi 4 komponen yang dikenal dengan

istilah SOAP (Asmadi, 2008)

S (Subjektif): data berupa keluhan klien.

O (Objektif): data hasil pemeriksaan

A (Assasement/ analisa data): pembanding data dengan teori

P (Planning): perencanaan

Evaluasi yang diharapkan pada klien diabetes mellitus yang mengalami

gangguan integritas kulit adalah:


a. Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal yang dapat

ditunjukkan dengan hasil nadi perifer teraba kuat dan reguler,

warna kulit disekitar luka tidak pucat/ sianosis, kulit sekitar luka

teraba hangat

b. Meningkatnya pebaikan status metabolik yang dibuktikan oleh gula

darah terkontrol

c. Terjadi proses penyembuhan luka pada kulit ditunjukkan dengan

pus pada luka berkurang, tumbuhnya jaringan granulasi, bau busuk

luka berkurang (Riyadi & Sukarmin, 2008).

A. Konsep Penyakit

B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

1. Pengkajian

Menurut (Santosa, Budi. 2008)

1. Identitas klien, meliputi :

Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.

2. Keluhan utama

a. Kondisi hiperglikemi:

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,

dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

b. Kondisi hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit

kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya

ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional,

penurunan kesadaran.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal

pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,

kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu


klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan

muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,

kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala,

kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Diabetes Melitus dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas,

gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-

obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker,

kontrasepsiyang mengandung estrogen.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM

6. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas dan Istirahat

Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot,

tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.

Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas, letargi, disorientasi, koma

b. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard

akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus

pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia,

perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit

panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.

c. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial

yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri

terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.


Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus

lemah, hiperaktif pada diare.

e. Makanan dan cairan


Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,

peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan

berat badan, haus, penggunaan diuretik.

Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi

abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton

f. Neurosensori

Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,

parastesia, gangguan penglihatan.

Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan

memori, refleks tendon menurun, kejang.

g. Kardiovaskuler

Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD

postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)

h. Pernapasan

Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa

sputum.

Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.

i. Seksualitas

Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme

pada wanita

j. Gastro intestinal

Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,

wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.

k. Muskulo skeletal

Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,

reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.


l. Integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor

jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),

kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik

3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas


2.2.3 RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi insulin selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula Observasi :
darah membaik
KH : - Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
 Kestabilan kadar glukosa darah - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
membaik
Terapeutik :
 Status nutrisi membaik
 Tingkat pengetahuan meningkat - Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan
olah raga
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu

 Edukasi program pengobatan


Observasi :
- Identifikasi pengobatan yang
direkomendasi
Terapeutik :
- Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan

58
benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1  Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun
KH : Observasi :
 Tingkat nyeri menurun - Identifikasi identifikasi lokasi,
 Penyembuhan luka membaik karakteristik, durasi, frekuensi,
 Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
 Edukasi teknik nafas dalam
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik
nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam

3 Infeksi b.d peningkatan Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Pengcegahan Infeksi


Leukosit selama 1x 24 jam maka tingkat infeksi
menurun Observasi
KH : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
 Tingkat nyeri menurun dan sistematik
 Integritas kulit dan jaringan
membaik Terapetik
 Kontrol resiko meningkat
- Berikan perawatan kulit pada area
edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
 Perawatan luka
Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase,
warna ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik :
- Lepaskan balutan dan plester seccara
perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejala infeksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur debridement
4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Terapi aktivitas
imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas
membaik Observasi :
KH : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 Toleransi aktivitas membaik - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
 Tingkat keletihan menurun dalam aktivitas tertentu
Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
 Manajenen program latihan
Observasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk memulai/


melanjutkan aktivitas fisik
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik
3. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat

menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar

manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan

perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,

penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan

lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa

aman, nyaman dan keselamatan klien.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana

mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan

dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk

mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur

hasil dari proses keperawatan.

48
C. Dokumentasi Keperawatan

Pendokumentasian yang digunakan dalam kasus ini adalah model

dokumentasi POR ( Promblem Oriented Record ) menggunakan SOAPIE

(subyek, obyek, analisa, planning, implementasi, evaluasi ). Dalam setiap

diagnosa keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan kemudian

penulis mendokumentasikan yaitu dalam memberikan tanda tangan waktu

dan tanggal. Jika ada kesalahan dicoret diberi paraf oleh penulis.
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus

Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Mei 2021

Jam : 08.00 WIB

Tempat : Ruang ICU

Oleh : Ni Kadek Ayu Heni Andari

Sumber data : Pasien, keluarga pasien, dan status rekam medis pasien

Metode : Wawancara, observasi, dan studi dokumen

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Pasien
1) Nama Pasien : Tn. S

2) Tempat tanggal lahir : Jakarta, 28 September 1974

3) Jenis Kelamin : Laki - laki

4) Agama : Islam

5) Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan : Karyawan Swasta

7) Status Perkawinan : Kawin

8) Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

9) Alamat : Perum Bekasi Elok I Blok A2 No. 23 Bekasi

10) Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus


11) No.RM : L155136

12) Tanggal Masuk RS : 8 Mei 2021

b. Penanggung Jawab/ Keluarga

1) Nama : Ny. N

2) Umur : 46 tahun

3) Pendidikan : SMA

4) Pekerjaan : Karyawan Swasta

5) Alamat : Perum Bekasi Elok A2 No.23 Bekasi

6) Hubungan dengan pasien: Istri

7) Status perkawinan : Nikah

2. Riwayat Kesehatan

a. Kesehatan Pasien

1) Keluhan Utama saat Pengkajian

Pasien mengeluhkan badan lemas, mual, muntah

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Alasan masuk RS :pasien mengatakan badan terasa lemas, mual,

muntah 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mempunyai

riwayat DM 3 tahun yang lalu.

b) Riwayat kesehatan pasien : pasien mengatakan badan terasa lemas,

mual,muntah sejak 2 hari yang lalu. Pada tanggal 8 Mei 2021

pasien berobat di IGD Hermina Grand Wisata kemudian pasien

menjalani rawat inap di ICU.


3) Riwayat Kesehatan Dahulu

a) Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun yang lalu, pasien

berobat rutin di Poliklinik Penyakit Dalam RS Hermina Grand

wisata, mendapatkan terapi Novomix inj 3x 8 unit (sc).

b) Istri pasien mengatakan 2 hari pasien tidak suntik insulin.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Genogram Gambar 3. Genogram

Gambar 3 Pathway

Keterangan :

2) : laki-laki

3) : perempuan

: sudah meninggal

: tinggal dalam satu rumah


: garis keturunan
: garis perkawinan

: pasien

2) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari pihak keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit

DM seperti pasien.

3. Kesehatan Fungsional

a. Aspek Fisik-Biologis

1) Nutrisi

a) Sebelum sakit

Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang

dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian pasien

minum 8-10 gelas perhari (1500-2000cc) berupa air putih.

Pasien selalu minum teh manis setiap hari.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, habis setengah porsi.

Makanan yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk.

Kemudian pasien minum 8-10 gelas perhari (1500-2000cc)

berupa air putih.

2) Pola Eliminasi

a) Sebelum sakit
BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses

lunak berwarna kuning kecoklatan. Buang air kecil lancar

kurang lebih sebanyak 5-6 kali.

b) Selama sakit

Selama dirumah sakit pasien buang air besar 1 kali sehari warna

coklat konsistensi lunak,bau khas. Untuk buang air kecil pasien

lancarr sehari 5-6 kali sehari. Urine berwarna kuning jernih.

3) Pola Aktivitas

a) Sebelum sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari-hari

Pasien setiap hari bekerja sebagai karyawan swasta.

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan,

BAB/ BAK dan berpakaian pasien melakukannya secara

mandiri dan tidak menggunakan alat bantu

(2) Keadaan pernafasan

Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan

teratur.

(3) Keadaan kardiovaskuler

Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung.

b) Selama sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari-hari


Pasien setiap hari bekerja sebagai karyawan swasta.

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan,

BAB/ BAK dan berpakaian pasien dibantu perawat.

(2) Keadaan pernafasan

Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan

teratur.

(3) Keadaan kardiovaskuler

Pasien mengatakan tidak berdebar-debar setelah

melakukan aktivitas.
4) Kebutuhan Istirahat-tidur

a) Sebelum sakit

Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasien tercukupi,

pasien biasanya dalam sehari tidur 6-8 jam.

b) Selama sakit

Selama sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola

tidurnya di rumah sakit. Selama di Rumah Sakit pasien lebih

banyak waktunya untuk istirahat.

b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual

1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan

Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di

puskesmas terdekat. Pasien sudah mengerti tentang pengobatan rutin

tentang penyakitnya.

2) Pola hubungan

Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama istri

3) Koping atau toleransi stres

Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan oleh

pihak keluarga, terutama istri pasien dan pasien.

4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya

a) keadaan mental pasien dalam keadaan compos mentis

(sadar penuh)

b) Berbicara pasien dapat berbicara dengan lancar


c) bahasa yang dipakai bahasa Sunda dan Indonesia

d) kemampuan bicara tidak ada gangguan

e) pengetahuan pasien pasien mengatakan paham mengenai

terhadap penyakit penyakit yang dideritanya.

f) persepsi tentang pasien menurut pada apa yang

penyakit disarankan oleh keluarganya.

5) Konsep diri

a) Gambaran diri

Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit terganggu

dalam menjalankan aktivitas karena merasa lemas.

b) Harga diri

Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan

terhadap hidupnya

c) Peran diri

Pasien mengakui perannya sebagai seorang kepala rumah tangga,

pasien mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan berkumpul

dengan keluarga.

d) Ideal diri

Pasien lebih menurut pada keluarganya

e) Identitas diri

Pasien mengenali siapa dirinya

6) Seksual

Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya


7) Nilai

Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat,

pasien memahami hal-hal yang baik dan yang benar

c. Aspek Lingkungan Fisik

Rumah pasien berada di kota.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1) Kesadaran : Composmentis

2) Status Gizi :

TB = 155cm

BB = 60 kg

IMT = 24,97 kg/m2

3) Tanda Vital

TD = 100/70 mmHg Nadi = 88 x/menit

Suhu = 36,2oC RR = 22 x/menit

(4) Skala Nyeri

Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada tubuhnya.

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)

1) Kulit

Kulit lembab berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi,


pertumbuhan rambut merata. Turgor kulit baik.

2) Kepala

a) rambut rambut lurus, rambut hitam dan

Rambut tertata rapi.

b) mata konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil normal,

reflek pupil baik, sklera baik

c) hidung normal dan simetris tidak terdapat lesi.

d) telinga kedua lubang telinga bersih tidak mengeluarkan

cairan

e) mulut mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat

berwarna putih kekuningan, mukosa bibir lembab,

tidak berbau mulut

3) Leher

Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)

4) Tengkuk

Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.

5) Thorax

a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit

merata

b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris

c) Perkusi : suara sono

d) Auskultasi : suara trakheal, bronkhial, bronko vesikuler


6) Kardivaskuler

a) Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut

merata

b) Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari

midklavikularis kiri.

c) Perkusi : Suara redup

d) Auskultasi : Suara S1 dan S2

7) Punggung

Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, kulit berwarna sawo

matang.

8) Abdomen

a) inspeksi warna kulit sawo matang, warna kulit merata,

tidak terdapat bekas luka.

b) auskultasi peristaltik usus 38 kali permenit, terdengar jelas

c) perkusi terdengar hasil ketukan ―tympani‖ di semua

kuadran abdomen

d) Palpasi tidak ada nyeri tekan,, tidak terdapat edema, tidak

terdapat massa dan benjolan yang abnormal

9) Panggul

Bentuk panggul normal, warna kulit panggul merata kecoklatan,

tidak terdapat lesi, pertumbuhan rambut tipis merata


10) Anus dan rectum

Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat

pembengkakan. Warna merah tua.

11) Genetalia

a) Pada Laki - laki

Genetalia pasien normal, tidak ada luka.

12) Ekstremitas

a) atas tangan kanan dan kiri bisa digerakkan secara

leluasa. Kekuatan otot 5. Tangan kiri terpasang

infus NaCl 0,9 % 1000cc/24 jam.

b) bawah kedua telapak kaki kanan dan kiri tidak terjadi

kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak

terdapat edema,kekuatan otot 5. Kuku pada jari

kaki terlihat bersih


5. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan Patologi Klinik


Tanggl 8 Mei 2021
Hemoglobin 12,8
Hematokrit 39,1
Leucosit 14.100
Trombosit 403.000
Glucosa Darah Sewaktu 549

Tanggal 9 Mei 2021


Glucosa Darah Sewaktu 177

Tanggal 9 Mei 2021


Glucosa Darah Sewaktu 131

b. Terapi pengobatan

Infus Nacl 0,9 % 1000cc/24 jam


Novorapid 3x12 unit Sc
Ceftriaxone 2x2 gram iv
Levofloxacin 1x500 mg iv
Pantoprazole 2x40 mg iv
Ondancentron 2x8mg iv
Sucralfat 3x10cc p

TABEL

ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1 DS Ketidakstabilan gula Resistensi insulin


 Pasien mengatakan badan
lemas darah

DO
 Glucosa darah sewaktu 549
 Klien tampak lelah

2 DS Defisit nutrisi Intake tidak adekuat
 Klien mengatakan mual
DO
 Makan habis ½ porsi
3 DS Intoleransi Aktivitas Imobilitas fisik
 Pasien mengatakan lemas
DO
 Aktivitas klien
dibantu perawat
 Pasien tampak lemas
3.1 RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi insulin selama 3x 24 jam diharapkan Observasi :
ketidakstabilan gula darah teratasi
DS - Identifikasi kemungkinan penyebab
KH :
hiperglikemia
 Pasien mengatakan - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
badan lemas  Kestabilan kadar glukosa darah
membaik Terapeutik :
DO  Glucosa darah sewaktu <200
- Berikan asupan cairan oral
 Klien tampak lelah
 Glucosa darah Edukasi :
sewaktu 549
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian insulin

 Edukasi program pengobatan

Observasi :

- Identifikasi pengobatan yang


direkomendasi

Terapeutik :
- Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar

Edukasi:

- Jelaskan mamfaat dan efek samping


pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
Indikasi
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan  ManajajemenNutrisrisi
Defisit nutrisi b.d intake yang selama 3 x 24 jam diharapkan defisit nutrisi
tidak adekuat teratasi Observasi
KH : - Monitor tanda dan gejala d e f i s i t
DS
 Mual berkurang nutrisi
Pasien mengatakan mual  Makan habis ¾ porsi Terapeutik
- Berikan Makanan dalam porsi kecil
DO
tetapi sering
Pasien tampak lemah - Libatkan keluarga dalam memberikan
makanan dalam kondsi hangat
Makan habis ½ porsi Edukasi
- Penkes pentingnya nutrsi untuk
Penyembuhan
Kolaborasi
- Kolaborasi Ahli Gizi untuk nutrsi
pasien
3 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Terapi aktivitas
imobilitas fisik selama 3 x 24 jam diharapkan intoleransi
aktivitas terratasi Observasi :
DS
KH : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 Pasien mengtakan  Toleransi aktivitas - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
aktivitas dibantu  Pasien tampak segar dalam aktivitas tertentu
perawat
Terapeutik :
 klien mengatkan
badanlemas - Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuiakan lingkungan
DO
untuk mengakomodasi aktivitas
 aktivitas klien tampak yang di pilih
dibantu perawat - Libatkan keluarga dalam aktivitas
 aktivitas tampak Edukasi:
terbatas
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih

 Manajenen program latihan


Observasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas

Terapeutik :

- Motivasi untuk memulai/


melanjutkan aktivitas fisik

Edukasi:

- Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik


3.2 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N HARI/TANGG DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


O AL
1 Sabtu 8 Mei Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S :
. 2021 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan masih
berhubungan Observasi : lemas
dengan - Mengidentifikasi O:
resistensi kemungkinan penyebab  Glucosa darah sewaktu 549
insulin hiperglikemia(dengan cara  Klien tampak lemah
menanyakan bagaimana pola
makan klien) A : Ketidakstabilan gula darah belum
- Memonitor tanda dan gejala teratasi
hiperglikemia(dengan cara P :intervensi dilanjutkan
menanyakan apakah sering  Melakukan manajemen
haus dan lapar dan sering hiperglikemia
BAK
Terapeutik :
- Memberikan asupan cairan
oral(menberikan minum pada
pasien)
Edukasi :
- mengajurkan kepatuhan
terhadap diet
Kolaborasi :
- melakukan kolaborasi
pemberian insulin
 Melakukan edukasi program
09.00  Melakukan edukasi program pengobatan
pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi (dengan
menanyakan apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Defisit Nutrisi 10.00  Melakukan Manajemen Nutrisi S:


b.d intake yang Observasi  Klien mengatakan masih mual
tidak adekuat - Memonitor tanda dan gejala O:
Terapetik
-
-  Makan habis ½ porsi
 Pasien tampak lemah
A : Defisit Nutrisi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
 Melakukan manajemen nutrisi
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan tidak bisa
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan beraktivitas sendiri
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengtakan aktivitas dibantu
tertentu(dengan cara perawat
menanyakan apa saja aktivitas
yang bisa dilakukan tampa O :
dibantu keluarga)  aktivitas klien tampak dibantu
Terapeutik : perawat
- Memfasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi A : Intoransi aktivitas belum teratasi
aktivitas yang di pilih P : intervensi dilanjutkan
- Melibatkan keluarga  Melakukan terapi aktivitas
13.00 dalam aktivitas  Melakukan manajemen program
Edukasi: latihan
- Mengajarkan cara
melakukan aktivitas yang
ringan
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
2 Minggu 09 Mei Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S :
. 2021 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan l e m a s
berhubungan Observasi : berkurang
dengan - Mengidentifikasi O:
resistensi kemungkinan penyebab  Glucosa darah sewaktu 177
insulin hiperglikemia(dengan cara  Klien tampak lebih segar
menanyakan bagaimana pola A : Ketidakstabilan gula darah belum
makan klien) teratasi
- Memonitor tanda dan gejala P :intervensi dilanjutkan
hiperglikemia(dengan cara  Melakukan manajemen
menanyakan apakah sering hiperglikemia
haus dan lapar dan sering  Medukasi program pengobatan
BAK
Terapeutik :
- Memberikan asupan cairan
oral(menberikan minum pada
pasien)
Edukasi :
- mengajurkan kepatuhan
terhadap diet
Kolaborasi :
- melakukan kolaborasi
pemberian insulin
 Melakukan edukasi program
09.00 pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan sudah mulai
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan bisa beraktivitas sendiri
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengatakan lemas berkurang
tertentu(dengan cara O:
menanyakan apa saja aktivitas  aktivitas klien tampak dibantu
yang bisa dilakukan tampa perawatsesebagian
dibantu keluarga)  A : I n toransi aktivitas belum
Terapeutik : teratasi
- Memfasilitasi pasien dan P : intervensi dilanjutkan
keluarga dalam
menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi
aktivitas yang di pilih
- Melibatkan keluarga  Melakukan terapi aktivitas
12.30 dalam aktivitas  Melakukan manajemen program
Edukasi: latihan
- Mengajarkan cara
melakukan aktivitas yang
dipilih
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
3 Senin 10 Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S:
. gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan l e m a s
berhubungan Observasi : b e r k u r a n g
dengan - Mengidentifikasi  Keluarga mengatakan
resistensi kemungkinan penyebab pasien sudah patuh terhadap
insulin hiperglikemia(dengan cara pengobatan
menanyakan bagaimana pola O :
makan klien)  Glucosa darah sewaktu 131
- Memonitor tanda dan gejala  Klien tampak lebih segar
hiperglikemia(dengan cara
menanyakan apakah sering A : Ketidakstabilan gula darah
haus dan lapar dan sering teratasi
BAK P : Intervensi dihentikan
Terapeutik :
- Memberikan asupan cairan
oral(menberikan minum pada
pasien)
Edukasi :
- mengajurkan kepatuhan
terhadap diet
Kolaborasi :
- melakukan kolaborasi
pemberian insulin
 Melakukan edukasi program
09.00 pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan sudah mulai bisa
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan beraktivitas sendiri
berpartisipasi dalam aktivitas  O:
tertentu(dengan cara  Pasien tampak melakukan
menanyakan apa saja aktivitas aktivitas sendiri
yang bisa dilakukan tampa A : Intoransi aktivitas teratasi
dibantu keluarga) P : Intervensi dihentikan
Terapeutik :
- Memfasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi
aktivitas yang di pilih
- Melibatkan keluarga
13.00 dalam aktivitas
Edukasi:
- Mengajarkan cara
melakukan aktivitas yang
dipilih
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
BAB IV

PEMBAHASA

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. S dengan Diangnosa

Diabetes Melitus Diruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata pada tanggal 08 –

11 Mei 2021. Beberarapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam penerapan

kasus keperawatan tersebut, penulis berusaha mencoba menerapkan dan

mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus

sesuai dengan teori –teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas Asuhan Keperawtan yang

diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan

proses Keperawatan dimulai dari pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan

Evaluasi

4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data

tentang individu, keluarga dan kelompok (Carpenito& Moyet,2007) Dalam

melakukan pengkajian pada klien data didapatkan dari Tn. S, beserta keluarga,

catatan medis serta tenaga kesehatan lain.

a. Identitas klien

Pada tinjauan kasus dan teori tidak ada teredapatkan kesenjangan anatara teori

dan kasus, dalam melakukan pengkajian kasus pada klien, penulis tidak ada

kesulitan untuk mendapatkan data dari klien sendiri, dan keluarga klien juga

banyak memberikan informasi jika ditanya.

83
1. Keluhan utama

Pada keluahan utama pada tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada

teredapatkan kesenjangan anatara teori dan kasus

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada

kesenjangan

3. Riwayat kesehatan dahulu

Pada tinjauan kasus saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak ada

menderita penyakit lain, pada konsep teoritis riwayat kesehatan dahulu ada

riwayat penyakit jantung, obesitas.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari genogram keluarga ada

mengalami penyakit yang sama seperti klien,karena konsep teoritis terdapat

penyebab Diabetes Melitus yang paling tinggi yaitu faktor genetik (Keturunan).

5. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran

Pada saat melakukan pengkajian kesadran klien yaitu composmentis dengan

Glasgow Coma Scale (GCS) 15 E (respon membuka mata): 4 V (respon

verbal/bicara): 5 M ( respon motorik/ perintah): 6, tidak terdapat

kesenjangan teoritis dan tinjauan kasus.

b. Head to toe

a) Kepala dan leher

Secara teoritis tang dikaji bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau

tidak, yang didapatkan sat melakukan pengkajian rambut klie tampak


kotor, kusam dan tidak ada lesi disekitar kepala, tidak ada masalah

dibagian kepala klien, tidak ada kesenjangan secara teoritis dan tinjauan

kasus.

b) Mata

Secara teoritis umunya penglihatan kabur dan kelopak mata terkulai dan

saat dilakukan pengkajian klien mersa ingin tidur saja, tidak ada

kesenjangan secara teoritis dan tinjauan kasus.

c) Telinga , hidung , mulut dan tenggorokan

Secara teoritis yang dikaji yaitu bentuk, kebersihan, fungsi indranya

adanya gangguan atau tidak. Dan pada saat dilakukan pengkajian tidak

terdapat gangguan namum mokosa bibir tampak kering, Jadi tidak

terdapat kesenjangan secara teoritis dan tinjauan kasus.

6. Pemeriksaan penunjang

Pada tinjauan teoritis dilakukan periksaan penunjang yaitu pemeriksaan

laboratorium, dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar

glukosa darah puasa. Kemudian dilakukan dengan tes toleransi glukosa standar,

sedangkan pada tinjauan kasus dilakukan pemeriksaan laboratorium juga dan

pada pemeriksaan dapat hasil positif glukosa darah untuk kelompok DM tinggi

seperti usia dewasa atau tekanan darah tinggi, obositas dan adanya riwayat

keluarga mengasikan pemeriksaan positif perlu penyaringan setiap tahun. Bagi

beberapa pasien yang berusia tua tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaringan

dapat dilakukan setiap 3 tahun.


4.2 Diangnosa Keperawatan

Diagnosa keperawtan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon

individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko maslaah

kesehatan atau proses kehidupan. Diagnosa keperawtan merupkan bagian vital

dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapi

kesehatan yang optimal( SDKI( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)

Pada tinjauan teoritis ditemukan 4 diangnosa keperawatan sedangkan pada tinjauan

kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan Diabetes Melitus

menurut teori SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) yaitu:

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan dalam
mengenal diit DM
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

Saat diakaji ditemukan 4 diagnosa keperawatan yang mucul pada tinjauan kasus

karena saat pengkajian lebih diutamakan diagnosa prioritas, aktual potensial.faktor

pendukung diagnosa yang muncul adalah:

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin Faktor

pendukung diagnosa pertama yaitu, saat dilakukan pengkajian hari

s a b t u t a n g g a l 8 M e i p a s i e n m e n g a t a k a glukosa darah klien

tinggi saat sebelum dibawa ke rumah sakit yaitu 549 mg/dl, karena klien

kontrol ke rumah sakit ,klien mengatakan Pasien mengatakan badan lemah.


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Faktor pendukung ke 2 saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan mual, pasien di rumah
sakit makan habis ½ porsi

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

Faktor pendukung keempat saat dilakuka pengkajian pasien mengatakan

sulit beraktivitas, dan aktivitas dibantu perawat.

4.3 Intervensi keperawatan

Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien, keluarga

dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan

guna mengatasi permasalahan klien. Perencanaan merupakan suatu

pentujuk atau bukti tertulis yang mengambarkan secara tepat rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan (asmadi,2008)

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan

priotas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori

ditegakkan pada tinjauan kasus karena pada tinjauan kasus disesuaikan

dengan keluhan dan keadaan klien


a. Untuk Diagnosa pertama

Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin rencana

yang dilakukan manajemen hiperglikemia, edukasi program pengobatan

b. Untuk Diagnosa kedua

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat, rencana yang dilakukan manjemen nutrisi, edukasi pemenuhan

kebutuhan nutrisi.

c. Untuk Diagnosa yang ketiga

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas rencana tindakan yang

dilakukan, Terapi aktivitas, manajemen program latihan.

4.4 Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan

keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (asmadi 2008)

a. Untuk Diagnosa pertama

Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin

tindakan yang dilakukan Manajemen hiperglikemia, ,Edukasi

program pengobatan

b. Untuk Diagnosa kedua


Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat, tindakan yang dilakukan manjemen nutrisi, edukasi

pemenuhan kebutuhan nutrisi.

c. Untuk Diagnosa ketiga


Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas t i n d akan

yang dilakukan, Terapi aktivitas,manajemen program latihan.

4.5 Evaluasi

Dari 3 diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan

dalam studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah

mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dar itu dalam

melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal

memerlukan adanya kerja sama antara penulis pasien, perawat, dokter, dan

tim kesehatan lainnya.

Penulis mengevaluasi selama 3 hari berturut turut dari tanggal 8 – 10 Mei 2021

a. Pada Diagnosa Pertama yakni Ketidakstabilan gula darah berhubunga

dengan resistensi insulin sudah teratasi kadar glukosa darah klien sudah

menurun

b. Pada Diagnosa Kedua yakni Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sudah teratasi, mual

yang di rasakan sudah hilang

c. Untuk Diagnosa ketiga

Pada Diagnosa Ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan

imobilitas sudah teratasi karena intoleransi aktivitas sudah mulai

membaik
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah di lakukan pada Tn .S dengan

Diabetes Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit Hermina Grand Wisata pada

tanggal 8 – 9 Mei 2021 dapat disimpulkan :

1. Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus dapat

dilakukan dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam

mengumpulkan data

2. Diagnosa

Pada diagnosa asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus

didapatakan 3 diagnosa ditinjauan kasus,yaitu

a. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

c. Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas

3. Perencanaan asuhan keperawatan

Pada perencanaan asuhan keperawatan pasienn dengan Diabetes Melitus di

Ruang ICU Rumah sakit Hermina Grand Wisata pada tahun 2021 semua

perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus. Tujuan yang diharapkan

dari asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus yaitu


agar gula darah membaik, nutrisi terpenuhi dan intoleransi aktivitas

membaik

4. Implementasi

Pada Implementasi asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus di

Ruang ICU Hermina Grand Wisata pada tahun 2021 hampir semua dapat

dilakukan.

5. Evaluasi pada pasien dengan Diabetes Melitus di Ruang ICU Rumah Sakit

Hermina Grand Wisata pada tahun 2021 dilakukan dengan baik.

5.2 Saran

Berdasarkan dari hasil kesimpulan dari tanggal 8 – 9 Mei 2021 maka penulis mengharapkan :
a. Penulis dapat meningkatkan ketelitian dalam mengkaji masalah yang ada pada pasien.
b. Penulis dapat memperhatikan perencanaan dan pelaksanaan yang tepat atau menunjang
untuk dilakukan tindakan diluar masalah umum pada pasien
c. Penulis lebih mampu meningkatkan kerja sama yang baik dalam melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan.
d. Penulis dapat lebih meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang baik untuk pasien dan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017


Diabetes bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics

(IDF). (2015) . Idf diabetes altas sixth edition. Diakses pada tanggal 15 april 2016 dari
http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-2015_EN.pdf

PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia. Jakarta :PERKERNI

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan pengembangan


Kesehatan

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC

115

Anda mungkin juga menyukai