Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY.

W
DENGAN MASALAH UTAMA DIABETES MELITUS
DI PAMANUKAN, SUBANG JAWA BARAT

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Profesi Ners Stase Keluarga

Disusun oleh:

Rois Sahidin
NIM 1953061

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2019
1. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus

A. Definisi
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
(kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau
keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes melitus kemampuan
tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan
sama sekali produksi insulin (Brunner and Suddarth, 2015)

B. Etiologi
1) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor
genetik, imunologi dan lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkiakan turut
menimbulkan destruksi sel beta. Faktor faktor genetik. Penderita diabetes tidak
mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri; tetapi mewarisi suatu presdiposisi atau
kecendrungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe satu. Kecendrungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen
tansplantasi dan proses imun lainnya.
Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggpanya seolah-olah sebagai jaringan asing. Bahkan beberapa tahun sebelum
timbulnya gejala klinis diabetes tipe 1.
Faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat
dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan. Penyelidikan juga
sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat memicu
destruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu prises otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam etiologi
diabetes tipe 1 merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun
kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya, namun
pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor dasar yang melandasi proses
terjadinya diabetes tipe 1 merupakan hal yang secara umum bisa diterima.
2) Diabetes tipe II
Obesitas.
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh sehingga
insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik.
Usia. Cenderung meningkat di atas 65 tahun
Gestasional, diabetes mellitus ( DM) dengan kehamilan (diabetes melitus gaestasional
DMG) adalah kehamilan normal yang di sertai dengan peningkatan insulin resistensi
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes di
alami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi
glukosa pertama kali di dapat selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau
ketiga (Brunner & suddarth, 2015).

C. Manifestasi Klinis
- Poliuri Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler,
aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibatdari hiperosmolariti dan akibatnya akan
terjadi diuresis osmotic (poliuria).
- Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel.
Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
- Poliphagia Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa
lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan
(poliphagia).
- Penurunan berat badan Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka
sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan
penurunan secara otomatis.
- Malaise atau kelemahan
- Kesemutan
- Lemas
- Mata kabur (Brunner & Suddart, 2015)

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
- Postprandial Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas
130mg/dl mengindikasikan diabetes.
- Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilaikadar gula
darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi6,1% menunjukkan
diabetes.
- Tes toleransi glukosa oral Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air
dengan 75 gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang
normaldua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
- Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample
darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin
glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang
dapat dilakukan dirumah.

E. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai penyakit
dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai
tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :
a) Perencanaan Makanan Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
- Karbohidrat sebanyak 60 – 70 % 2)
- Protein sebanyak 10 – 15 % 3)
- Lemak sebanyak 20 – 25 %
b) Latihan Jasmani Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasaselama 30 menit,
olahraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat jogging.
c) Obat Hipoglikemik Sulfonilurea. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara:
- Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
- Menurunkan ambang sekresi insulin.
- Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini
biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai pada pasien
yang beratnya sedikit lebih
d) Insulin Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
- Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan
ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
- DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
(perencanaan makanan).
- DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis
insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan - lahan
sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka
dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin.
2. Konsep Dasar Keluarga
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Sudiharto, 2007: 22).
B. Bentuk Atau Tipe Keluarga
Bentuk/type keluarga menurut Suprayitno (2004), yaitu :
- Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
- Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan
sejanis (guy/lesbian families).
- Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) Keluarga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak, atau anak-anak mereka telah tidak tinggal bersama.
- Orang tua tunggal (Single Parent Family) Keluarga inti yang suami atau istrinya telah
becerai atau meninggal dunia.
- Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother) Keluarga inti
ibu dengan anak tanpa perkawinan
- Keluarga berjenis kelamin sama (Gay And Lesbian Family) Keluarga yang di bentuk
oleh pasangan yang berjenis kelamin sama baik dengan atau tanpa perkawinan yang
sah.
C. Tahap Dan Tugas Perkembangan Keluarga Menurut Friedman (dalam Suprajitno, 2004)
tahap dan tugas perkembangan keluarga sebagai berikut:

Tahap perkembangan keluarga Tugas perkembangan keluarga


1. Keluarga baru menikah - Membina hubungan yang harmonis dan
memuaskan
- Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman dan kelompok social
- Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir - Persiapan menjadi orang tua
- Adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga baru, kegiatan, dan
hubungan seksual
- Mempertahankan hubungan untuk
memuaskan pasangan
3. Keluarga dengan anak usia pra-sekolah - Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
- Membantu anak untuk bersosialisasi
- Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir
- Mempertahnkan hubungan yang sehat
- Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak
- Pembagian tanggung jawab
- Stimulasi tumbuh kembang anak
4. Keluarga dengan anak usia sekolah - Membantu sosialisasi anak di luar
rumah, sekolah dan masyarakat
- Mepertahankan keharmonisan
pasangan
- Memenuhi kebutuhan yang meningkat,
biaya hidup, sekolah, kesehtan, dll.
5. Keluarga dengan anak remaja - Memberikan kebebasan yang seimbang
dan bertanggungjawab pada remaja.
- Mempertahankan hubungan yang
harmonis dalam keluarga.
- Mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orang tua. Hindarkan
terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan
permusuhan.
- Mempersiapkan perubahan sistem
peran dan tumbuhkembang remaja.
6. Keluarga dengan anak usia dewasa - Memperluas jaringan keluarga inti
menjadi keluarga besar
- Mempertahankan keharmonisan
pasangan
- Membantu anak untuk mandiri di
masyarakat
- Penataan kembali peran orang tua dan
kegiatan di rumah
7. Keluarga usia pertengahan - Mempertahan kesehatan individu dan
pasangan
- Mempertahankan hubungan yang serasi
dan memuaskan dengan anakanak dan
sebaya
- Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga Usia Tua - Mempertahankan suasana kehidupan
rumah tangga
- adaptasi terhadap proses kehilangan
pasangan, kesehatan fisik dan
pengahasilan
- mempertahankan keakraban pasangan
dan saling merawat
- Melakukan life review

D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga (Sudiharto, 2007: 24), sebagai berikut:
1) Fungsi Afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan
mendukung.
2) Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di
lingkungan sosial.
3) Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
5) Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan Fungsi perawatan kesehatan, adalah
kemampuan keluarg untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
E. Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan,
meliputi :
- Mengenal masalah kesehatan keluarga.
- Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
- Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
- Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga.
- Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.

HASIL STUDI KASUS

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada keluarga Ny. M. R pada tanggal 18 Juni 2020, di kediaman
keluarga Tn. K.

A. Data umum

Nama kepala keluarga: Tn K

Tempat Tanggal Lahir: Subang, 09 Februari 1953

Usia : 67 tahun
Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Komposisi keluarga

N Nama Jenis Umur Status Tempat Suku Agama Pendidik Pekerjaan


o kelamin dalam tanggal an
keluarga lahir
1 Tn. K L 67 Suami Subang, 09 Jawa Islam SD Petani
Februari
1953
2 Ny. W P 68 Istri Subang, 10 Jawa Islam SD IRT
Mei 1952

3 Tn. R L 22 Anak Subang, 02 Jawa Islam S1 Pelajar


april 1998

B. Status Kesehatan
Tn K dengan keadaan umum tampak sehat
Ny. W dengan keadaan umum tampak sakit
Tn. R dengan keadaan umum tampak sehat
Pengkajian fisik anggota keluarga yang sakit Ny. W menderita DM sejak Februari 2019.
Awal mulanya pasien mengeluh pusing, keringat dingin, mata kabur, badan lemas,
kesemutan, pegel-pegel dan baal dibagian kaki. Disaat merasakan itu klien dan keluarga
langsung kefasilitas kesehatan untuk diperiksa. Dokter mendiagnosa klien menderita
Diabetes Melitus. Saat dikaji keadaan umum klien composmentis, dengan TTV, TD: 120/70
mmHg, N: 88x/menit, S: 36 0C, RR : 16x/menit. Keadaan ekstremitas atas semua baik,
esktremitas bawah agak sedikit kaku, tonus otot baik.
C. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini, keluarga Ny. W adalah termasuk dalam tahap
perkembangan VI (Keluarga dengan anak dewasa muda). Keluarga Ny. W sudah
melaksanakan tugas perkembangan keluarga dimana memperluas keluarga inti menjadi
keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri sebagai
keluarga baru di masyarakat, menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anak. Setiap anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan langsung
dibawah ke fasilitas kesehatan terdekat. Keluarga Ny. W tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit turunan.
D. Data lingkungan
Rumah yang ditempati Ny. W anak, menantu, dan cucunya merupakan rumah milik
pribadi, jenis bangunan permanen dan lantainya keramik. Dari hasil pengamatan kondisi
rumah dari halaman depan samapai belakang tampak bersih dan tidak ada sampah yang
berserakan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan setiap ruangan memiliki Ventilasi yang
baik dan disetiap kamar memiliki jendela kecil, sedangkan diruang tamu sekaligus keluarga
ada jendela yang cukup besar. Rumah Ny. W memiliki lampu penerangan dan pencahayaan
matahari yang baik, dimana diruang teras, ruang tamu mendapatkan penerangan yang baik
pada malam hari. Dari hasil pengamatan yang dilakukan limbah di buang didalam lubang
penampungan limbah yang terletak di belakang rumah, Ny. W mengatakan sumber air yang
mereka gunakan untuk kehidupan sehari-hari berasal dari satelit. Menggunakan WC di dalam
rumah, kondisi WC bersih tidak berbauh dan memenuhi syarat layak pakai. Biasanya sampah
ditampung dikarung, setelah sampah penuh langsung dibuang ditempat sampah dan dibakar.
Dari hasil wawancara dan observasi keluarga tinggal di lingkungan yang tidak padat
penduduk, cukup rapih dan asri, ada banyak pepohonan didepan dan belakang rumah, ada
tetangga disekitar rumah. Tidak ada kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, hubungan dengan
tetangga baik. Keluarga Ny. W tinggal sejak tahun 1980 sampai sekarang tidak berpindah-
pindah. Keluarga juga berinteraksi dengan baik dengan tetangga disekitarnya.

E. Perilaku hidup bersih dan sehat


di rumah tangga Keluarga Ny. W selalu menggunakan air bersih untuk makan dan minum
serta untuk kebutuhan lainnya yang tidak berwarna,tidak berasa dan tidak berbau. Keluaraga
Ny. W biasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan menggunakan sabun.
Keluarga Ny. W setiap hari mengkonsumsi nasi, sayur, tahu, tempe, ikan kadang
mengkonsumi buah. Ny. M. R semenjak sakit, setiap harinya tidak melakukan aktivitas
seperti biasanya, hanya tiduran dan duduk dibelakang rumah. Anggota keluarga tidak ada
yang merokok

F. Pemanfaatan fasilitas kesehatan


Tn K dan Ny W rutin mengecek gula darah, asam urat, tekanan darah setiap minggu
dilakukan sendiri.jika tinggi dan lemas dan terdapat keluhan lain pergi ke fasilitas kesehatan
(puskesmas) terdekat
G. Status Sosial Ekonomi
o Pendidikan
Riwayat pendidikan Tn. K adalah SD dan Ny W SD tetapi dalam mempimpin dan
mengurus keluarga dalam bidang pendidikan, pengelolaan kebutuhan sehari-hari dll
anak-anaknya sangat baik
o Pekerjaan dan penghasilan
Pekerjaan Tn. K bekerja sebagai Petani. cukup umtuk menafkasi anak-anaknya untuk
berkuliah, bersekolah, uang saku, dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
H. Struktur Keluarga

Tn.K ataupun Ny. W tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.

Tn.K Ny.B

Ny.Y Tn.A Tn.R


Keterangan:

= pria

= wanita
= menikah

= anak

Setiap anggota keluarga melakukan perannya masing- masing, Tn.K sebagai kepala keluarga
dengan Ny.W. sebagai ibu rumah tangga. Keluarga Ny.W sangat menjaga norma dalam
keluarga di mana mereka selalu beribadah setiap hari 5 waktu, dan selalu memperhatikan
sopan santun. Keluarga Ny.W berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Sunda. Ny.W
mengatakan selalu berdiskusi secara terbuka dan langsung dalam menyelesaikan suatu
masalah.

I. Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi yang digunakan oleh keluarga ini adalah pola komunikasi terbuka, setiap
keluarga memiliki hak yang sama untuk berpendapat terhadap suatu masalah atau sesuatu yang
ingin disampaikan kepada angota keluarga yang lain

J. Struktur kekuatan keluarga

Pengambilan keputusan utama diambil oleh Tn.K dan Ny.W dengan kedudukan yang sama atas
keputusan menyelesaikan sesuatu masalah, ataupun perihal anak-anaknya, seperti membuat
aturan jam malam, dan aturan-aturan lainnya yang ada di dalam rumah.
K. Fungsi Keluarga
a. Fungsi ekonomi Penghasilan yang didapat Tn.K cukup untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga Ny.W
b. Fungsi sosialisasi Keluarga aktif bersosialisasi dengan tetangga. Setiap anggota
keluarga mampu bersosialisasi baik didalam rumah maupun diluar rumah
c. Fungsi pendidikan Ny.W mengatakan anaknya ada yang sudah menikah dan satu anak
bungsu baru saja lulus S1 keperawatan dan sedang menjalani profesi ners
d. Fungsi rekreasi Keluarga mengatakan jarang melakukan rekreasi, dan keluarga biasa
duduk untuk menonton TV bersama di rumah dan jika ada acara keluarga dan acara
besar
e. Fungsi religius Keluarga mengatakan selalu mengikuti kegiatan kerohanian seperti pergi
ke masjid dan melakukan sholat 5 waktu.
f. Fungsi reproduksi Ny.W memiliki 3 orang anak, Ny.W tidak memakai KB karena
sudah mengalami menopause.
g. Fungsi afeksi Keluarga telah menjalankan fungsi kasih sayang dengan baik dan sopan
santun dengan siapa saja lebih diutamakan.
h. Fungsi pemenuhan pemeliharaan/perawatan kesehatan Keluarga Ny. W tidak
mengetahui bahwa Ny. W mengalami sakit diabetes melitus. Keluarga Ny.W mampu
mengambil keputusan, keluarga mengatakan jika anggota keluarga yang sakit segera
diobati.
Jika ada anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lain juga
merasakan masalah kesehatan. Keluarga Ny. W tidak pernah menyerah dengan keadaan
sakit yang dialami oleh anggota keluarga dan mereka selalu melakukan pemeriksaan
kesehatan. Keluarga mengatakan penyakit yang dialami oleh Ny.W adalah penyakit
berbahaya dan keluarga tidak mengetahui apa yang harus dilakukan kedepannya untuk
mengobati penyakit tersebut selain berobat terus-menerus. Keluarga selalu mendukung
setiap upaya kesehatan yang dilakukan untuk proses penyembuhan Ny. W. Keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang sakit yaitu Ny.W. tetapi Ny.W susah untuk diet
mencegah peningkatan dan memperparah gula darah seperti Ny.W masih sering
mengkonsumsi makanan seperti Mie, es, susu dsb. Keluarga mampu memelihara dan
memodifikasi lingkungan karena kondisi rumah selalu bersih, pencahayaan baik, lantai
tidak licin, terdapat pintu dan jendela yang dilengkapi dengan ventilasi disetiap ruangan.
Suasana rumah nyaman dan tenang, tidak ada keributan atau kegaduhan dan keluarga
saling mendukung satu sama lain. Ny. W mengetahui mengenai sumber-sumber yang
dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Ny.W mengatakan manfaat pemeliharaan
lingkungan adalah agar lingkungan tampak bersih dan sehat dan pada saat dikaji, rumah
Ny. W tampak bersih, rapi dan tidak berserakan. Ny. W mengetahui fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat dengan rumahnya yaitu di Puskesmas Legon Kulon. Keuntungan yang
didapat di fasilitas pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan sangat
memuaskan, dan juga mendapatkan obat dengan mudah.
L. Stres dan koping keluarga
Keluarga Ny.W untuk saat ini tidak mengalami stres karena keluarga mengatakan dibalik ini
semua pasti ada rencana Tuhan yang lebih indah. Keluarga mencoba untuk tenang jika ada
masalah selalu dibicarakan bersama untuk mencari pemecahan dan menyerahkan semuanya
kepada Tuhan. Setiap masalah yang dihadapi keluarga selalu dihadapi dengan kekeluargaan.

M. Harapan Keluarga
Harapan keluarga Ny. W adalah selalu percaya kepada Tuhan pasti memberikan kesembuhan
bagi Ny. W dan keluarga selalu sehat kedepannya.

N. Kriteria Kemandirian Keluarga


Kemandirian keluarga tingkat 2 karena menerima petugas kesehatan, menerima pelayanan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat
mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, melakukan tindakan keperawatan
sederhana sesuai dengan yang dianjurkan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
secara aktif.

O. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada keluarga Ny.W di Wilayah Legonkulon 18 juni
2020 adalah “Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Keluaarga”. Diagnosa
ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga di tetapkan karena berdasarkan hasil
pengkajian pada keluarga Ny. W didapatkan data :
1). keluarga tidak mengerti secara apa yang menyebabkan Ny.M.R mengalami DM,
2). keluarga belum mengetahui secara baik tanda dan gejala DM,
3). Keluarga tidak mengetahui faktor-faktor yang

P. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang direncanakan pada keluarga Ny.W di Wilayah Legon Kulon pada tanggal 18
juni 2020 yaitu:
1) bina hubungan saling percaya
2) jelaskan pada pasien dan keluarga tentang proses penyakit DM.
3) Identifikasi penyebab dan factor resiko DM
4) jelaskan pada pasien dan keluarga tanda dan gejala DM
5) ajarkan pasien dan keluarga terapi senam kaki diabetik. diabetic.
6) anjurkan pasien dan keluarga untuk menyiapkan diet yang tepat.

Intervensi disusun dalam :


1) Bina hubungan saling percaya.Dengan membina hubungan saling percaya maka data
yang didapatkan lebih lengkap dan bersosialisasi dengan baik dengan keluarga dan
keluarga bisa menerima keberadaan petugas kesehatan. Pendapat ini berdasarkan teori
(Notoatmojo 2002) yaitu dengan rasa saling percaya, keluarga mampu mengungkapkan
perasaan sehingga data yang didapat akurat dan mudah melakukan tindakan
keperawatan.
2) jelaskan pada pasien dan keluarga tentang proses penyakit DM.Dengan menjelaskan
proses penyakit DM,maka pasien dan keluarga mampu mengetahui proses penyakit DM
3) Identifikasi penyebab dan factor resiko DM.Dengan mengidentifikasi penyebab dan
factor resiko DM,maka pasien dan keluarga mampu menjaga kondisi kesehatan
4) jelaskan pada pasien dan keluarga tanda dan gejala DM.Dengan menjelaskan tanda dan
gejala DM,maka pasien dan keluarga lebih cepat berespon apabila ada keluarga yang
menderitaDM.
5) ajarkan pasien dan keluarga terapi senam kaki diabetic.Dengan mengajarkan senam kaki
pasien dan keluarga dapat mengikuti dan mempraktikkannya Sendiri di rumah tanpa
harus didampingi oleh perawat,untuk melancarkan peredaran darah pada kaki klien.
6) Anjurkan pasien dan keluarga untuk menyiapkan diet yang tepat. Dengan diet DM
supaya kadar glukosa darah dapat terkontrol

Q. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
ditetapkan serta sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah diangkat berdasarkan
masalah yang ada pada pasien. Implementasi yang dilakukan pada keluarga Ny.W di
Wilayah Legonkulon pada tanggal 18 juni 2020 yang pertama memberikan edukasi yaitu :
memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian DM, penyebab DM, tanda dan
gejala DM, pencegahan DM. Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Ny.W yaitu:
1) pendidikan kesehatan.Dengan pendidikan kesehatan mempunyai peluang lebih besar
dalam perubahan sikap dan perilaku keluarga dibandingkan dengan tidak ada pendidikan
kesehatan sebelumnya
2) Demonstrasi.Dengan demonstrasi keluarga lebih mudah memahami cara pencegahannya
karena dilihat secara nyata lebih mudah diingat.

R. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapat pada tanggal 19 juni 2019 di Wilayah Legonkulon adalah :
1) Ny.W dan keluarga sudah mampu mengenal masalah kesehatan.Pada saat diberikan
pendidikan kesehatan pasien mengikuti dan memahaminya dengan baik dan pada
saatpenyuluh mengevaluasi kembali pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik,
karena pasien memperhatikan penyuluhan dengan baik
2) Keluarga sudah mampu merawat anggota keluarga yang sakit,setelah diberikan
demonstrasi senam kaki diabetic keluarga sudah mampu melakukan. Dengan
demonstrasi keluarga lebih mudah memahami cara pencegahannya karena dilihat secara
nyata dan lebih mudah diingat, dan saat dievaluasi keluarga mau melakukan senam kaki
sesuai yang diajarkan. Adannya kerja sama antara keluarga dan petugas kesehatan
dengan memberikan latihan senam kaki diabetic secara rutin, keluarga memberikan
respon yang baik, klien mau dan mampu melaksanakan latihan senam kaki diabetic.
Hasil selama melakukan senam kaki diabetic secara rutin didapatkan ada pengaruh
dilakukan senam kaki diabetic terhadap sensitifitas kaki dibuktikan dengan, sudah
berkurangnya rasa kebas dan kaku yang dirasakan Ny.M.R.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

A. PENGANTAR

Materi : Penyakit Diabetes Melitus


Pokok Bahasan : Perawatan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Hari/tanggal          :    Kamis/18 juni 2020

Waktu pertemuan : 35 menit


Tempat : Kp anjun legonkulon subang, kediaman Ny.W
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga Ny. W dapat melakukan perawatan pada
penyakit DM
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x45 menit, Tn K dan keluarga dapat
menjelaskan kembali tentang :
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Klasifikasi DM
d. Tanda dan gejala DM
e. Pengelolaan DM
f. Pemeriksaan penunjang
g. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan.

C. MATERI
(Terlampir)

D. MEDIA
 Materi SAP

E. METODE
 Ceramah
 Tanya jawab
 Diskusi

F. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Waktu


1 Pembukaan 5 menit
 Memberi salam Menjawab salam
 Memberi pertanyaan apersepsi Memberi salam
 Menjelaskan tujuan penyuluhan Menyimak
 Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan
2 Pelaksanaan 20 menit
Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. Memperhatikan
Materi :
 Pengertian DM
 Penyebab DM
 Klasifikasi DM
 Tanda dan gejala DM
 Pengelolaan DM
3 Evaluasi 5 menit
 Menyimpulkan inti penyuluhan             
 Menyampaikan secara singkat Memperhatikan
materi penyuluhan              menjawab
 Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya
 Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan

4 Penutup :
 Menyimpulkan materi penyuluhan Menyimak dan 5 menit
yang telah disampaikan Mendengarkan
 Menyampaikan terima kasih atas Menjawab
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
 Mengucapkan salam Menjawab salam
Lampiran Materi

DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula
kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy atau disimpan sebagai cadangan energi.

B. PENYEBAB
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan

C. TANDA DAN GEJALA


1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah

D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan dan
perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi

E. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN


Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI ( perkumpulan Endokrinologi Indonesia ) diet harian
penderita DM disusun sebagai berikut:
a. Karbohidrat : 60-70 %
b. Protein         : 10-15%
c. Lemak          : 20-25%

Jenis Makanan yang Harus diKonsumsi  yang dikonsumsi oleh penderita DM


diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :
1. Manisan Buah
2. Gula pasir
3. Susu Kental Manis
4. Madu
5. Abon
6. Kecap
7. Sirup
8. Es Krim

b. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI ;


1. Nasi
2. Singkong
3. Roti
4. Telur
5. Tempe
6. Tahu
7. Kacang Hijau
8. Kacang Tanah
9. Ikan

c. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :


1. Kol
2. Tomat
3. Kangkung
4. Oyong
5. Bayam
6. Kacang Panjang
7. Pepaya
8. Jeruk
9. Pisang
10. Labu Siam  

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik sehingga gula
darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis

Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :


1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING,KERINGAT DINGIN maka cepat MINUM
TEH MANIS
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin, tangga
( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan

Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada penderita  DM :
1. Hindari terlalu sering merendam kaki
2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau menghilangkan kalus
4. hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5. Hindari Rokok

Mengapa pengidap DM beresiko terhadap Ulkus Diabetik


1. Sirkulasi darah kaki kurang baik
2. Indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka
3. Daya Tahan tubuh terhadap infeksi menurun

Tindakan yang bisa  dilakukan bila kaki terluka:


1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril dan bila
dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter
2. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.

Perawatan kaki Diabetik :


1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung / sikat halus
2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna ( pucat,kemerahan ),bentuk
(pecah-pecah,lepuh,kalus,luka),Suhu (dingin,lebih panas)
4. Bila kaki kering,olesi dengan lotion
5. Potong kuku / kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu keras kaki
direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit.
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol
7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu
didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki dan jari-
jari kaki agar sirkulasi darah lancar
8. Lakukan senam kaki
9. Jangan biarkan luka sekcil apapun

Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM :


1. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar  kurang lebih ½ inchi  lebih panjang dari
kaki
2. Bentuk : Ujung sepatu  jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi
3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut
4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Pokok Bahasan : Home Care


Topik : Senam Kaki DM
Sasaran : Ny W dan keluarga                           
Hari / Tanggal : 18 Juni 2020
Waktu : 25 menit
Tempat : Di rumah Tn. W

A.     TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan selama 25 menit, diharapkan klien dan keluarga dapat
memahami tentang senam kaki DM dan dapat memperagakannya.

B.     TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit, klien dan keluarga dapat :
 Mengetahui pengertian senam diabetes mellitus
 Mengetahui tujuan senam diabetes mellitus
 Mengetahui manfaat senam diabetes mellitus 
 Mengetahui cara melakukan senam diabetes mellitus

C.    SASARAN
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya untuk pasien
dan keluarga Ny.W di rumah Ny W

D.     METODE
Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
 Ceramah
 Diskusi / tanya jawab
 Peragaan / Demonstrasi

E.     ALAT DAN BAHAN


 Kursi
 Koran

F.      MEDIA
 Leaflet

G.  MATERI
Terlampir

H.       KEGIATAN
a. Persiapan
1. Berpakaian rapi dan sopan.
2. Mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk penyuluhan, yaitu:  kursi
3. Mempersiapkan media untuk penyuluhan, yaitu : leaflet dan koran

b.      Pelaksanaan
N WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAAN
O PESERTA
Pembukaan :  Menjawab salam
a. Membuka / memulai kegiatan dengan  Mendengarkan
mengucapkan salam  Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri  Mendengarkan
5
1 c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan dan
Menit
d. Menyebutkan materi penyuluhan memperhatikan
e. Bertanya kepada peserta apakah sudah  Menjawab
mengerti tentang senam kaki DM pertanyaan

2. 15 Pelaksanaan :  Memperhatikan
Menit a. Menjelaskan pengertian senam diabetes  Memperhatikan
mellitus  Memperhatikan
b. Menjelaskan tujuan senam diabetes mellitus  Memperhatikan
c. Menjelaskan manfaat senam diabetes
mellitus  dan
d. Mendemonstrasikan cara melakukan senam memperagakan
diabetes mellitus dan memperagakannya kembali
e. Memberikan kesempatan kepada peserta  Mengajukan
untuk   bertanya pertanyaan
Evaluasi :  Menjawab
a. Menanyakan kepada peserta tentang materi pertanyaan
yang    telah disampaikan dan memberikan  Menjawab
4 reinforcement kepada peserta yang dapat pertanyaan
3.
Menit menjawab
b. Menanyakan kembali apakah ada      
peserta yang    kurang jelas mengenai isi
penyuluhan
Terminasi :  Mendengarkan
1 a. Mengucapkan terima kasih atas peran  Menjawab salam
4.
Menit sertanya.
b. Mengucapkan salam Penutup

VII. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir di tempat penyuluhan.
 Penyelenggaraan penyuluhan di rumah Ny W.
 Persiapan alat dan bahan penyuluhan (SAP, leaflet, dan koran)

2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
 Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai.
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.

3. Evaluasi Hasil
 Peserta mengetahui pengertian senam diabetes mellitus
 Peserta mengetahui tujuan senam diabetes mellitus
 Peserta mengetahui manfaat senam diabetes mellitus 
 Peserta mengetahui cara melakukan senam diabetes mellitus dan dapat
memperagakannya

Lampiran
SENAM KAKI DM

A. PENGERTIAN SENAM KAKI DIABETES MELITUS
Senam kaki adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana, disusun se
cara sistemik yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya 
luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki.

B. TUJUAN SENAM KAKI DIABETES MELITUS
1. Memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperkuat otot-otot kecil
3. Mencegah  terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha 
5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

C. MANFAAT SENAM KAKI DIABETES MELITUS
1. Mengontrol gula darah 
2. Dapat menurunkan berat badan. 
3. Memberikan keuntungan psikologis 
4. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin .
5. Mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi orang – orang  dengan  riwayat
keluarga.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi
duduk), hanskun.
2. Persiapan Klien : Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki
3. Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, Jaga privacy
pasien
4. Prosedur Pelaksanaan :
a. Perawat cuci tangan
b. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku
dengan kaki menyentuh lantai
Gambar 1. Pesien duduk di atas kursi

c. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu
dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali
Gambar 2. Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas
d. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada
kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke
atas.Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan
diulangi sebanyak 10 kali.
Gambar 3. Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat

e. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
Gambar 4. Ujung kaki diangkat ke atas

f. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
Gambar 5. Jari-jari kaki di lantai

g. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
h. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan
ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
i. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua kaki
secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
j. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan
kaki kedepan dan kebelakang.
k. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki , tuliskan pada
udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian. Gerakan ini
sama dengan posisi tidur.
Gambar 6. Kaki diluruskan dan diangkat

l. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua
belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan
kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja
m. Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
n. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
o. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan
sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
p. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

Gambar 7. Membentuk kertas koran

Anda mungkin juga menyukai