Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN IBU HAMIL DENGAN PLACENTA PREVIA

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas


Stase Keperawatan Maternitas
Nama Dosen : Sapti H. Widiyarti, S.Kep, Ns, MPH
NIDN: 0404126501

Disusun oleh:
Rahel Nuraeni Natalia
NIM: 2153005
Lokasi : Universitas Advent Indonesia,Bandung

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2021/2022
A. Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak dibagian
bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan
perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke perdarahan. Plasenta previa
telah diklasifikasikan oleh tingkat perambahan pada os. servikal internal. Dalam plasenta
previa, perdarahan lebih mungkin terjadi selama trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari
perkembangan segmen bawah rahim dan pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh
kontraksi uterus, pemeriksaan vagina juga dapat menyebabkan perdarahan antepartum.
Faktor risiko untuk pengembangan plasenta previa termasuk pengiriman sebelum seksio
sesarea, terminasi kehamilan, operasi intrauterine, merokok, kehamilan multifetal,
peningkatan paritas, usia ibu dan peningkatan tingkat seksio caesar. Plasenta previa
berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra-Uterine
Growth Restriction (IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan,
transfusi darah ibu dan histerektomi darura

B. Etiologi Plasenta Previa


Faktor-faktor predisposisi meliputi:
a. Multiparitas (80% klien yang menderita adalah multipara)
b. Usia ibu lanjut (lebih dari 35 tahun pada 33% kasus)
c. Kehamilan multipel
d. Riwayat kelahiran sesar sebelumnya
e. Insisi uterus
f. Riwayat plasenta previa sebelumnya (insidennya adalah 12 kali lebih besar
pada wanita dengan riwayat plasenta previa sebelumnya)

Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu
penyebab plasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai,
sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Multiparitas dan cacat rahim juga
berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini berkaitan dengan proses
peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas bedah caesar, kuretase,
dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar bahkan dapat menaikkan insiden
dua sampai tiga kali lebih besar.
Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa.
Penelitian yang dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat
terhadap 169.000 kelahiran yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan
bahwa insiden 1 : 1.500 pada ibu berusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 :
100 untuk ibu berusia 35 tahun atau lebih tua.
Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita
perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab
lainnya antara lain plasenta yang terlalu besar, misalnya pada kehamilan
ganda dan kasus erotroblastosis fetalis. Kelainan tersebut menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim, sehingga dapat
menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.

C. Patofisiologi Plasenta Previa


Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebihbanyak tempat
untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta
terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada
pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk
menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300
ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada
kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot
selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium
dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang
dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot
menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh
darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast (Karen, 2017).
Menurut Ahmed (2015) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim
dapat disebabkan:
a) Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
b) Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi janin
c) Villi korealis pada korion leave yang persisten
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih
melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada
segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks
tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya
sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saai itu mulailah terjadi
perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan dengan darah yang
disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber
perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III
dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin
baru berdarah setelah persalinan mulai (Karen, 2017).
Terjadinya plasenta previa biasa terjadi pada tahap pertama setengah
dari kehamilan, dan persistensinya terhadap istilah akan tergantung padausia
kehamilan dan definisi yang digunakan untukhubungan yang tepat dari os
serviks interna ke plasenta di TVS. Dalam panduan ini, terminologi berikut
dianjurkan untuk menggambarkan hubungan ini: kapan tepi plasenta tidak
mencapai os internal, jaraknya dilaporkan dalam milimeter dari os internal;
ketika tepi plasenta tumpang tindih os internal dengan jumlah apapun, jarak
digambarkan sebagai milimeter tumpang tindih.
Sebuah tepi plasentayang persis mencapai os internal digambarkan oleh
pengukuran 0 mm.Untuk tepi plasenta mencapai atau tumpang tindih os
internal,Mustafa et al. menemukan dalam sebuah studi longitudinal sebuah
kejadian42% antara 11 dan 14 minggu, 3,9% antara 20 dan 24 minggu, dan
1,9% pada saat. Dengan tumpang tindih antara 23 mm11 dan 14 minggu, mereka
memperkirakan bahwa probabilitas plasenta previa pada saat itu adalah 8%.
Demikian pula Hill et al. Melaporkan kejadian 6,2% untuk plasenta yang
membentang di atasOs internal antara 9 dan 13 minggu. Dalam seri mereka
1252pasien, 20 (1,6%) memiliki tumpang tindih tepi plasenta16 mm atau lebih,
dan hanya 4 yang memiliki plasenta previa bertahan sampai term (0,3%). Dua
studi tambahan yang ada memeriksa berbagai jarak tumpang tindih antara 9
dan16 minggu23,24 sepakat bahwa persistensi plasenta previa adalahsangat tidak
mungkin jika tingkat tumpang tindih plasenta tidak lebih dari 10 mm.
Dua penelitian meneliti nilai cut-off di18 sampai 23 minggu
gestasi.25,26 Ini menemukan kejadian serupa dari plasenta mencapai atau
tumpang tindih internalOs hingga 2%, dan keseluruhan kurang dari 20% ini
bertahan sebagai plasenta previa Kemungkinan plasenta persisten previa
efektif nol saat tepi plasenta tercapainamun tidak tumpang tindih os (0 mm)
dan meningkat secara signifikan melebihi 15 mm tumpang tindih sehingga
jarak> 25 mm, tumpang tindih memiliki kemungkinan adanya plasenta previa
saat melahirkan antara 40% dan 100%.

D. Manifestasi Klinis Plasenta Previa


Karen (2017) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup
satu atau kedua hal berikut:
1) Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari
ringan sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan
dapat terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling
umum selama trimester ketiga.
2) Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda
plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti
untuk sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu
kemudian. Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala
apapun. Dalam kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG
dilakukan untuk alasan lain (Karen, 2017).
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan
belum masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta
previa sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau
bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak
jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang (Kodla,
2015).
Gejala klinis yang muncul :
- Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
Perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester ketiga, darah
biasanya berwarna merah segar. Dapat juga dipicu oleh trauma,
coitus (penetrasi penis), maupun pemeriksaan
bimanual/spekulum. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya
tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam
sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit.
Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih
banyak.Perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan
khusus sebelum kembali terjadi pada beberapa hari atau beberapa
minggu kemudian
- Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan
letak janin.
- Janin biasanya masih baik

E. Penatalaksanaan Plasenta Previa


Penatalaksanaan plasenta previa dibagi dua, yaitu ekspektatif
(konservatif) dan aktif.
- Konservatif : Dilakukan bila perdarahan sedikit, keadaan ibu dan janin
baik, berat janin < 2500 gram atau usia gestasi < 36 minggu. Bila terjadi
perdarahan banyak atau gawat janin, dilakukan tindakan aktif. Pemberian
tokolitik hanya pada kasus terpilih.
- Aktif : Dilakukan bila TBJ ³ 2500 gram atau usia gestasi ³ 36 minggu.
Bila terjadi perdarahan banyak lakukan resusitasi cairan, atasi anemia
(transfusi), dan PDMO. Plasenta yang terletak dua sentimeter dari
OUI merupakan indikasi kontra persalinan per vaginam (RCOG
Evidence Base Level III). Cara persalinan harus berdasarkan keputusan
klinik disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Pada kasus sulit dengan
kemungkinan terjadi plasenta akreta, sebaiknya didampingi spesialis
obstetri dan ginekologi senior.

Penatalaksanaan/Terapi Spesifik
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir
prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui
kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.
Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.Syarat pemberian
terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal)
d. Janin masih hidup.

- Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.


- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
- Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
a) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru
janin
- Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari
test amniosentesis.
- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di
sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa
menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling
untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali
apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS
lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi
perdarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.Untuk diagnosis placenta previa dan
menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan
dipenuhi, lakukan PDOM jika :
- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor
(misal : anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati
PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)

Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :


1. Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup
tindakan ini tetap dilakukan.Tujuan SC antara lain :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik
uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah
robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering menjadi
sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan
serabut otot dengan korpus uteri. Pada saat melakukan SC siapkan
darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan
lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan
perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Amniotomi dan akselerasi
b) Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis
dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan
memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah
rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus
belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin.
3. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan
tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
4. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan placentadan seringkali menyebabkan
perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
F. Pathway Plasenta Previa
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan
resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi
hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan
resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan
abdomen menjadi pernapasan dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri 7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick), Hipertropi epithelium
8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang
canggung, Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal

b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
2) Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta
letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan
inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain (Raees, 2015).
3) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina.
Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai.
4) Transvaginal sonography (TVS)
TVS digunakan untuk menyelidiki lokasi plasenta kapan saja saat
hamil dan saat lokasi plasenta berada dianggap rendah. Sonographers
didorong untuk melaporkan jarak sebenarnya dari tepi plasenta ke os
serviks internal di TVS.
2) Diagnosa
a) Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah
yang besar.
b) Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya
pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
c) Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal,
kerusakan system imun.
3) Intervensi

No.
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DX
1. Setelah dilakukanya 1. Kaji dan catat TTV, 1. Pengkajian yang akurat
Tindakan keperawatan 2 X 24 TD serta jumlah mengenai status
jam diharapkan penurunan perdarahan. hemodinamik
kardiak output tidak terjadi atau 2. Bantu pemberian merupakan dasar untuk
teratasi dengan kriteria pelayanan kesehatan perencanaan,
hasil: Volume darah atau mulai sarankan intervensi, evaluasi.
intravaskuler dan kardiak terapi cairan IV atau 2. Memperbaiki volume
output dapat diperbaiki terapi transfuse vaskuler membutuhkan
sampai nadi, tekanan darah, darah sesuai terapi IV dan intervensi
nilai hemodinamik, serta kebutuhan. farmakologi.
nilai laboratorium Kehilangan volume
menunjukkan tanda normal. darah harus diperbaiki
untuk mencegah
komplikasi seperti
infeksi, gangguan janin
dan gangguan vital ibu
nnnhamil
2. Setelahdilakukan tindakan 1. Terapi bersama 1. Kehadiran perawat dan
keperawatan selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara
diharapkan ansietas dapat menyatakan empati merupakan alat
berkurang dengan kriteria hasil: perasaan. terapi yang potensial
Pasangan dapat mengungkapkan 2. Menentukan tingkat untuk mempersiapkan
harapannya dengan kata-kata pemahaman pasangan untuk
tentang manajemen yang sudah pasangan tentang menanggulangi situasi
direncanakan, sehingga situasi dan yang tidak diharapkan.
dapat mengurangi manajemen yang Hal yang diberikan
kecemasan pasangan. sudah direncanakan. perawat akan
3. Berikan pasangan memperkuat penjelasan
informasi tentang dokter dan untuk
memberitahu dokter
manajemen yang jika ada penjelasan
sudah direncanakan. yang penting.
2. Pendidikan pasien yang
diberikan
merupakancara yang
efektif mencegah dan
menurunkan rasa
cemas.
3. Pengetahuan akan
mengurangi ketakutan
akan hal-hal yang tidak
diketahui.
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji jumlah darah 1. Hemoragi berlebihan
keperawatan selama 3 x 24 2. Catat suhu, hitung dan menetap dapat
diharapkan resiko tinggi cedera SDP, dan bau serta mengancam hidup klien
(janin) b/d Hipoksia jaringan / warna rabas vagina, atau mengakibatkan
organ, profil darah abnormal, dapatkan kultur bila infeksi pasca partum,
kerusakan system imun dapat dibutuhkan anemia pasca partum,
berkurang dengan kriteria hasil: 3. Catat masukan/ KID, gagal ginjal, atau
Menunjukkan profil darah keluaran urin. Catat nekrosis hipofisis yang
dengan hitung SDP, Hb, dan berat jenis urin. disebabkan oleh
pemeriksaan koagulasi DBN 4. Berikan heparin, hipoksia jaringan dan
normal. bila diindikasikan malnutrisi.
5. Berikan antibiotic 2. Kehilangan darah
secara parenteral berlebihan dengan
penurunan Hb
meningkatkan risiko
klien untuk terkena
infeksi.
3. Penurunan perfusi
ginjal mengakibatkan
penurunan haluaran
urin.
4. Heparin dapat
digunakan pada KID di
kasus kematian janin,
atau kematian satu janin
pada kehamilan
multiple, atau untuk
memblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-
faktor pembekuan dan
menurunkan hemoragi
sampai terjadi
perbaikan pembedahan
5. Mungkin diindikasikan
untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.
Laporan Kasus
Ibu Hamil dengan Placenta Previa

1. Pengkajian
A. Identitas
1. Pasien
Nama Pasien : Ny. “A’
Umur Pasien : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Plasenta previa totalis primigravida 32
minggu
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. “F"
Hubungan dengan pasien : Suami

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, nyeri bertambah saat
bayi dalam kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala
nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa hilang timbul.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Selain nyeri, pasien mengeluh mual, demam hingga menggigil,
sempat muntah 1x pada tanggal 16 November 2020 dan perdarahan
pada jalan lahir, berwarna merah segar.
3. Riwayat kehamilan
a. Primigravida G1P0A0
1) HPMT : 30 Maret 2020
2) HPL : 7 Januari 2021
3) Usia Kehamilan : 32 minggu
b. Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
1) Trimester I: Pasien mengatakan tidak ada keluhan
2) Trimester II : Pasien mengatakan pada usia kandungan 6 bulan
merasakan nyeri perut, mual, muntah, pusing, lemas dan
terjadi perdarahan pada jalan lahir.
3) Trimester III : Pasien mengatakan terjadi perdarahan, merasa
demam hingga menggigil, mual, muntah dan lemas.
c. Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin
sudah sekitar 1 tahun yang lalu

C. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Riwayat penyakit
Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi. Pada
usia kehamilan 6 bulan pasien memeriksakan diri ke RS sebanyak 3
kali karena perdarahan pada jalan lahir.
2. Riwayat reproduksi
a. Menstruasi
Menarche 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 3-6 hari,
tidak dismenhore, sifat darah khas darah menstruasi, tidak ada
keputihan.
b. Menikah
Pasien mengatakan sudah menikah satu kali yaitu sudah selama 1
tahun yang lalu.
c. Kehamilan yang dulu
Pasien menyatakan ini adalah anak pertama, belum pernah
keguguran.
d. Keluarga Berencana
Pasien mengatakan belum menggunakan program keluarga
berencana, namun pasien ingin menggunakan KB suntik.

3. Riwayat kesehatan
keluarga a. Genogram
Pasien

Keterangan :

: laki-laki :garis keturunan

: perempuan :tinggal serumah.

: garis perkawinan

b. Penyakit keluarga
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun
alergi.
D. Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi tiap kali
makan, pasien mengatakan lebih banyak makan cemilan.
Sedangkan pola minum pasien yaitu pasien minum air putih
sebanyak 3000 cc tiap hari. Pasien menyatakan tidak mempunyai
alergi terhadap makanan tertentu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali
makan. Pola minum pasien, pasien lebih banyak minum air putih yaitu
3100 cc, dan susu ibu hamil sebanyak 2 gelas setiap hari.

Pasien menyatakan nafsu makan menurun karena setiap kali makan


pasien merasakan mual. Pasien mengatakan merasakan mual
apabila mencium bau makanan yang menyengat.
2. Eliminasi
a. Buang air kecil
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAK sebanyak 4 kali sehari dengan jumlah
yang banyak setiap berkemih ±250 cc. Tidak ada keluhan saat
berkemih.
2) Selama sakit
Pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 600cc warna
kuning jernih.
b. Buang air besar
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAB rutin 1x sehari dengan konsistensi
lunak.
2) Selama sakit
Pasien menyatakan belum BAB selama 3 hari semenjak
dirawat di RSA.

3. Aktivitas dan Latihan


a. Sebelum sakit
Pasien menyatakan sebelum sakit dalam melakukan kegiatan sehari-
hari meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian pasien
melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring
saja, pasien tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur.
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Toileting √
Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √


Ambulasi/ROM √
Ket: 0:mandiri, 1:alat bantu, 2:dibantu orang lain, 3:dibantu orang
lain dan alat, 4:tergantung total
4. Istirahat dan Tidur
a. Sebelum sakit
Pasien menyatakan sedikit sulit tidur, dalam sehari pasien tidur
selama ±4-5 jam. Pasien tidak pernah tidur siang.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makin sulit untuk tidur, sering terbangun, tidur
mulai pukul 19.00 WIB, 1 jam tidur kemudian bangun, begitu
seterusnya. Pasien menyatakan sulit tidur karena nyeri dan demam
yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien.
5. Persepsi dan Kognitif
a. Status mental : baik
b. Sensasi : tidak ada gangguan pengecapan
c. Pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran.
d. Berbicara : tidak ada gangguan berbicara.
e. Penciuman : pasien dapat membedakan bau-bauan.
f. Perabaan : pasien dapat membedakan dingin, panas, kasar
g. Kejang : pasien menyatakan tidak ada riwayat kejang
h. Nyeri : pasien menyatakan nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri bertambah saat bayi dalam kandungan bergerak
aktif, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10,
nyeri terasa hilang timbul.
i. Kognitif : Pasien menyatakan mengerti mengenai plasenta
previa, yaitu plasenta yang turun hingga menutupi
jalan lahir.
E. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
1. Tanda-tanda Vital

a. Tekanan darah : 100/60 mmHg


b. Nadi : 90 x/menit

c. Temperatur : 38,5oC
d. Respirasi : 22 x/menit
e. DJJ : 153 x/menit
2. Status Gizi
a. Berat badan sebelum hamil : 45 kg
b. Berat badan terakhir : 55 kg
c. Tinggi badan : 161 cm
2 2
d. IMT : 55/(1,61) = 21,21 kg/m (Normal)
3. Kulit, rambut, dan kuku
a. Kulit : kulit lembab tidak kering.
b. Kuku dan rambut : kuku pendek dan bersih, rambut hitam.
4. Kepala dan leher
a. Wajah : tidak oedem, tidak pucat, pasien terlihat meringis
kesakitan, pasien terlihat melindungi area nyeri
b. Mata : sklera putih, konjungtiva tidak anemis, terdapat
lingkaran hitam di sekitar mata, terlihat sayu.
c. Telinga : simetris, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada peningkatan JVP.
5. Mulut, dan hidung
a. Mulut : Membran mukosa lembab, bibir tidak kering.
b. Hidung : Tidak ada lesi, tidak ada cairan keluar dari hidung.
6. Thoraks
a. Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
b. Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
c. Perkusi : suara sonor.
d. Auskultasi : terdengar suara vesikuler, tidak ada suara tambahan.
7. Payudara
Payudara simetris. Areola terlihat hiperpigmentasi. Puting menonjol.
8. Jantung

a. Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.


b. Palpasi : iktus cordis teraba.
c. Perkusi : suara redup.
d. Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 reguler.
9. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit, tidak terdapat striae gravidarum
terlihat linea alba.
Palpasi : Teraba gerakan janin aktif. Janin tunggal, memanjang,
presentasi kepala 5/5 bagian, TFU 22cm, teraba HIS 1x
selama 15 detik dalam 10 menit dengan kekuatan sedang
Auskultasi : Terdengar bising usus 6 kali/menit, terdengar DJJ
153 x/menit
10. Ekstremitas
Ekstremitas lengkap, tidak terlihat oedem maupun lesi. Akral teraba
hangat. CRT <2 detik.
11. Genetalia
Terpasang kateter sejak tanggal 15 November 2018. Pasien
menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di
pembalut.

F. Terapi (Senin, 17 November 2018)


1. Nifedipin 10 mg/8 jam per oral
2. Sulfas ferosus 600 mg/24 jam per oral
3. Injeksi cefotaxim 500 mg/12 jam per IV
4. Paracetamol tablet 500 mg per oral jika perlu
5. VIP Albumin 500 mg/24 jam per oral
6. Injeksi cefotaxim 500 mg/12 jam per IV
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan urin dan darah tanggal 16 November 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

HEMATOLOGI

BUN 7 mg/dL 7-20

Creatinin 0,50 mg/dL Lk: 0,9 – 1,3 Pr: 0,6 –


1,1

Natrium 137 mmol/L 136-145

Kalium 4,2 mmol/L 3,5-5,1

Klorida 102 mmol/L 98-107

HBsAg Non Non reaktif


reaktif
Leukosit 23,67 103/μL 4,5-11

Eritrosit 3,55 106/μL 4,5-5,2

Hemoglobin 10,6 g/dL M : 14-18 F : 12-16

Hematokrit 31,3 % Lk: 40 – 50 Pr: 37 - 43

MCV 88,2 fL 79-99

MCH 30 pg 27-31

MCHC 34 g/dL 33-37

CHCM 35,7 g/dL 33-37

CH 31,3 pg

RDW 14,4 % 11,5-15,5

HDW 2,6 % 2,2-3,2

Trombosit 224 x103/μL 150-450

MPV 7,3 fL 7,2-11,1

NEUT# 21,1 103/μL 1,8-8


3
LYMPH# 1,03 10 /μL 0,9-5,2
3
MONO# 1,25 10 /μL 0,16-1

EO# 0,07 103/μL 0,045-0,44

BASO# 0,01 103/μL 0-0,2


3
LUC # 0,21 10 /μL 0-0,1

NEUT% 89,1 % 50-70

LYMPH% 4,4 % 25-40

MONO% 5,3 % 2-8

EO% 0,3 % 2-4

BASO% 0.0 % 0-1

LUC% 0,21 % 0-0,1

PPT 13,6 detik 12,3-15,3

INR 0,98 0,9-1,1

Control PPT 13,9

APTT 27,3 detik 27,9-37

Control APTT 32,2

KIMIAWI

Glukosa 0

Protein 10 (+) mg/dL

Bilirubin 0 mg/dL

Urobilirubin Normal mg/dL

pH 6.5

Berat jenis 1.010


Blood/darah 0.2(2+) mg/dL

Keton 0.0 mg/dL

Nitrit 1+ mg/dL

Leukosit esterase 500.0 LEU/U

Warna Tidak
berwarna
Lekosit pucat ++

Glitter cell 0

Lekosit gelap +++

Eritrosit ++

Epitel tubuli 0

Epitel vesica 3-4


urinaria
Vagina 0

Uretra 0

Silinder hialin 0

Granuler 0

Epitel 0

Eritrosit 0

Leukosit 0

Kristal ca oksalat 0

Kristal triple fosfat 0

Bakteri ++
2. Hasil pemeriksaan USG tanggal 16 November 2018
Janin tunggal, presentasi kepala, DJJ +, gerak +, plasenta berada di corpus depan
menutupi jalan lahir, gr II, Ak cukup, EFN 1105 gr.

2. Analisis Data
No DATA PENYEBAB MASALAH
1.DS : Pasien menyatakan Agen cedera Nyeri akut
- Nyeri biologis
P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif
Q : Seperti tertekan
R : Perut bagian bawah
S : 3 dari 0-10
T : Hilang timbul
- Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman
bagi pasien

- Pasien terlihat meringis kesakitan saat nyeri


- Pasien terlihat sayu, terlihat lingkaran hitam di
sekitar mata
- Pasien terlihat melindungi area nyeri
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
2. DS : Pasien menyatakan Kehamilan Mual
- Nafsu makan menurun
- Makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan
karena mual
- Muntah 1x pada tanggal 16 November 2018
- Merasakan mual apabila mencium bau makanan yang
menyengat
DO :
- Pasien terlihat lemas
3. DS : Pasien mengatakan Ketidakadeku Risiko
- Demam hingga menggigil atan penyebaran
- Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah segar pertahanan infeksi
DO : sekunder
- Hasil pemeriksaan darah :
3
Leukosit 23,67 10 /μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
- Temperatur : 38,5oC
- Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 10
November 2018
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus
depan menutupi jalan lahir grade II
4. DS : Pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir, Ketidakadeku Risiko tinggi
berwarna merah segar atan perfusi cedera (janin)
DO : plasenta
- Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
APTT 27,3 detik
Hematokrit 31,3%
Eritrosit 3,55 106/μL
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus
depan menutupi jalan lahir grade II
- Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah
berwarna merah segar di pembalut
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
- DJJ 153 x/menit
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN BESERTA PRIORITAS
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai
dengan: DS : Pasien menyatakan
- Nyeri
S : 3 dari 0-10
T : Hilang timbul
- Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien
DO :
- Pasien terlihat meringis kesakitan saat nyeri
- Pasien terlihat sayu, terlihat lingkaran hitam di sekitar mata
- Pasien terlihat melindungi area nyeri
- Tanda-tanda vital :

B. Mual berhubungan dengan kehamilan ditandai


dengan: DS : Pasien menyatakan
- Nafsu makan menurun
- Makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan karena
mual
- Muntah 1x pada tanggal 16 November 2018
- Merasakan mual apabila mencium bau makanan yang menyengat
DO :
- Pasien terlihat lemas
C. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan
- Demam hingga menggigil
- Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah segar
DO :
- Hasil pemeriksaan darah :
3
Leukosit 23,67 10 /μL Hemoglobin
o
10,6 g/dL Temperatur : 38,5 C
- Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 10 November 2018
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir
grade II
D. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta
ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah segar DO :
- Hasil pemeriksaan darah :

- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir
grade II
- Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut
- Tanda-tanda vital :
- DJJ 153 x/menit

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO. RENCANA KEPERAWATAN


DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. 17 November 2020 17 November 2020 17 November 2020
12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji ulang lokasi, 1. Mengidentifikasi kondisi
keperawatan selama 3x24 karakteristik, durasi, dan dasar intervensi
jam diharapkan pasien tidak frekuensi dan skala nyeri. selanjutnya
merasakan nyeri dengan 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Mengidentifikasi kondisi
kriteria hasil : (TD, N, RR) dan dasar intervensi
1. Skala nyeri berkurang dari 3. Atur posisi senyaman selanjutnya
3 menjadi 1 dalam skala mungkin 3. Posisi yang nyaman dapat
0-10 4. Ajarkan teknik menurunkan rasa nyeri.
2. Pasien mengatakan nyeri manajemen nyeri 4. Nafas dalam
berkurang. nonfarmakologi : nafas meningkatkan suplai
3. Ekpresi wajah tampak dalam oksigen dan merilekskan
rileks. 5. Jelaskan penyebab nyeri ketegangan otot
4. Pasien dapat melakukan yang dialami pasien 5. Memberikan informasi
nafas dalam secara 6. Kelola pemberian kepada pasien tentang
mandiri parasetamol 500 mg per nyeri yang dialaminya,
oral jika perlu mengurangi ansietas
6. Analgetik memblok pusat
rasa nyeri

2. Senin, 17 November 2020 Senin, 17 November 2020 Senin, 17 November 2020


12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji penyebab mual pasien 1. Menentukan intervensi
keperawatan selama 2x24 2. Observasi mual dan muntah selanjutnya
jam diharapkan pasien tidak 2. Mengetahui kondisi pasien
mual dengan kriteria hasil : 3. Ciptakan suasana yang dan dasar intervensi
1. Pasien tidak muntah nyaman dan bersih selanjutnya
2. Nutrisi pasien terpenuhi
4. Beri makanan dalam porsi 3. Suasana yang bersih dan
kecil tapi sering nyaman membebaskan
5. Berikan pilihan makanan pasien dari bau-bau yang
yang disukai pasien dan menyebabkan mual.
makanan yang tidak berbau 4. Memberi kesempatan
menyengat, modifikasi diet lambung untuk mencerna
6. Anjurkan pasien untuk makanan, mencegah refluks
menjaga kebersihan mulut 5. Untuk meningkatkan nafsu
7. Anjurkan kepada pasien makan pasien dan mencegah
untuk memakan makanan timbulnya mual
yang lunak
6. Kebersihan mulut dapat
8. Kelola pemberian suplemen mengurangi mual,
dan vitamin : sulfas ferosus meningkatkan kenyamanan
600 mg/24 jam , albumin 7. Membantu mengurangi
500 mg/24 jam per oral keletihan pasien mengunyah
9. Kolaborasi dengan dokter makanan dan meningkatkan
pemberian obat antiemetik asupan nutrisi pasien
8. Memenuhi kebutuhan
asupan nutrisi pada masa
kehamilan
9. Antiemetik mencegah
refluks lambung

3. Senin, 17 November 2020 Senin, 17 November 2020 Senin, 17 November 2020


12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan1. Observasi suhu aksila dan 1. Mengetahui kondisi pasien
keperawatan selama 3x24 tanda gejala infeksi dan dasar intervensi
jam diharapkan pasien tidak 2. Lakukan vulva hygiene selanjutnya
mengalami infeksi dengan 2. Mengurangi risiko infeksi
kriteria hasil : dan meningkatkan rasa

1. Suhu rentang 36,5-37,5oC nyaman


2. Tidak terlihat tanda gejala 3. Cuci tangan sebelum dan 3. Mencegah kontaminasi
infeksi (tumor, rubor, kalor sesudah kontak, batasi silang dan risiko infeksi
dolor, fungsio laesa) pengunjung nosokomial
4. Anjurkan pasien banyak 4. Mengurangi iritasi pada
minum : 2 liter per hari mukosa kandung kemih
5. Ajarkan keluarga dan pasien 5. Keikutsertaan keluarga
mengenai tanda dan gejala dalam memonitor infeksi
infeksi dan cara dan mencegahnya
mencegahnya
6. Kelola pemberian antibiotik 6. Antibiotik membunuh
injeksi cefotaxim 500 mg/12 mikroorganisme penyebab
jam per IV infeksi

4. Senin, 17 November 2020 Senin, 17 November 2020 Senin, 17 November 2020


12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor perdarahan 1. Mengetahui kondisi pasien
keperawatan selama 3x24 pervaginam dan dasar intervensi
jam diharapkan janin tidak selanjutnya
mengalami cedera dengan 2. Kaji jumlah darah yang 2. Hemoragi berlebihan dan
kriteria hasil : hilang. Pantau tanda dan menetap dapat mengancam
1. Perdarahan minimal gejala syok hipovolemi hidup pasien atau
2. DJJ rentang 120-160 3. Monitor bunyi jantung janin mengakibatkan infeksi
x/menit 4. Istirahatkan pasien, pascapartum, anemia
anjurkan bedrest pascapartum, KID, gagal
5. Anjurkan pasien agar ginjal, atau nekrosis
miring ke kiri hipofisis yang disebabkan
6. Anjurkan pasien untuk oleh hipoksia jaringan.
membatasi pergerakan 3. Denyut jantung lebih >160
7. Kelola pemberian tokolitik serta <100 dapat
Nifedipin 10 mg/8 jam per menunjukkan gawat janin
oral kemungkinan terjadi
8. Kolaborasi dengan dokter gangguan perfusi pada
tentang pemberian oksigen plasenta
4. Melalui istirahat
kemungkinan terjadinya
pelepasan plasenta dapat
dicegah
5. Posisi miring kiri
menurunkan oklusi vena
cava inferior oleh uterus
dan meningkatkan aliran
balik vena ke jantung
6. Pergerakan yang banyak
dapat mempermudah
pelepasan plasenta sehingga
dapat terjadi perdarahan
7. Tokolitik menekan
kontraksi uterus
mengurangi perdarahan
8. Dengan pemberian O2 dapat
meningkatkan konsumsi O2
sehingga konsumsi pada
janin meningkat
5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DX. 1
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
17 November 1. Mengkaji ulang lokasi, S : Pasien megatakan nyeri masih
2020, 10.00 karakteristik, durasi, frekuensi terasa, pasien mengatakan merasa lebih
WIB dan skala nyeri.. nyaman ketika posisi berbaring, pasien
2. Mengatur posisi senyaman mengatakan sudah menerapkan nafas
mungkin. dalam ketika nyeri, pasien mengatakan
3. Mengajarkan teknik manajemen penyebab nyeri adalah gerakan janin
nyeri nonfarmakologi : nafas O: Wajah pasien terlihat tegang karena
dalam menahan nyeri, pasien terlihat sudah
4. Menjelaskan penyebab nyeri yang bisa nafas dalam dengan benar, posisi
dialami pasien pasien supinasi, teraba janin aktif di
abdomen
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Monitor TTV
19 November 1. Mengkaji ulang lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri perut
2020, 18.00 karakteristik, durasi, frekuensi berkurang, skala 1 (1-10)
WIB dan skala nyeri. O : TD : 110/80 mmHg, nadi 80
2. Memonitor tanda-tanda vital (TD, x/menit, respirasi 20 x/menit, terlihat
N, RR) nafas dalam secara mandiri, pasien
3. Mengatur posisi senyaman terlihat rileks, pasien posisi supinasi
mungkin A : Masalah nyeri aku teratasi
P : Monitor TTV

DX. 2
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
18 November 1. Mengkaji penyebab mual S : Pasien mengatakan merasakan mual
2020, 10.00 pasien apabila mencium bau yang menyengat
WIB seperti ikan, pasien mengatakan mal
2. Mengobservasi mual dan berkurang dan tidak muntah, akan
muntah makan makanan yang lunak dalam porsi
3. Menganjurkan makan dalam kecil tapi sering, mengatakan makan
porsi kecil tapi sering diet RS habis ½ porsi
4. Menganjurkan kepada pasien O : Terlihat sedang makan camilan
untuk memakan makanan yang A : Masalah mual teratasi
lunak P : Observasi mual dan muntah
19 November 1. Mengkaji mual dan muntah S : Pasien mengatakan masih sedikit
2020, 08.30 2. Menganjurkan pasien makan mual, tidak muntah, dan menyatakan
WIB sedikit-sedikit tapi sering mengerti untuk makan makanan yang
3. Menganjurkan pasien disukai sedikit-sedikit tapi sering
memakan makanan yang O : obat dan dosis : sulfas ferosus 600
disukai mg, albumin 500 mg, rute: oral, pada
4. Mengelola pemberian Ny. S, pukul 08.30 WIB
suplemen dan vitamin : sulfas A : Mual teratasi sebagian
ferosus 600 mg/oral , albumin P : Monitor mual dan muntah
500 mg/oral

DX. 3
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
17 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Keluarga pasien mengatakan suhu
2020, 11.00 tanda gejala infeksi tubuh pasien panas
o
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan O : Suhu 38,5 C
sesudah kontak, batasi A : Masalah risiko infeksi teratasi
pengunjung P : Kelola pemberian parasetamol tablet
500mg per oral
18 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Pasien mengatakan sudah tidak
2020, 08.00 tanda gejala infeksi demam lagi

WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan O : Suhu 36,6oC, pasien terpasang infus
sesudah kontak, batasi RL di tangan kanan sejak tanggal 17
pengunjung November 2018 kondisi bersih tidak
3. Memberikan injeksi cefotaxim 1 terlihat tanda flebitis dan infeksi,
gram per IV cefotaxim 1 gram masuk per IV
A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1
gram/12 jam per IV
19 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Pasien mengatakan masih flek-flek,
2020, 09.00 tanda gejala infeksi pasien mengatakan sudah banyak
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan minum sehari kurang lebih 2 botol aqua,
sesudah kontak, batasi keluarga dan pasien mengatakan sudah
pengunjung paham mengenai tanda dan gejala
3. Menganjurkan pasien banyak infeksi.
o
minum : 2 liter per hari O : S : 37 C, TD : 110/70 mmHg, N :
4. Memberiahu keluarga dan 78 x/menit, RR : 22 x/menit, injeksi
pasien mengenai tanda dan cefotaxim sudah masuk melalui IV
gejala infeksi dan cara A : Risiko infeksi teratasi
mencegahnya P : Kelola pemberian cefotaxim
5. Mengelola pemberian antibiotik 1gram/12jam per IV
inj cefotaxim 1gr/12 jam
19 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S:-

2020, 20.00 tanda gejala infeksi O : Suhu 36,2oC, pasien terpasang infus
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan RL di tangan kanan sejak tanggal 17
sesudah kontak, batasi November 2018 kondisi bersih tidak
pengunjung terlihat tanda flebitis dan infeksi,
3. Memberikan injeksi cefotaxim 1 cefotaxim 1 gram masuk per IV
gram per IV A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1
gram/12 jam per IV
DX. 4
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
17 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan masih keluar
2020, 14.30 pervaginam darah dari jalan lahir, darah berwarna
WIB 2. Mengkaji jumlah darah yang merah segar, pasien mengatakan akan
hilang. Memantau tanda dan sering miring ke kiri dan membatasi
gejala syok hipovolemi pergerakan
3. Memonitor bunyi jantung janin O : DJJ : 152 x/menit, pasien bedrest
4. Menganjurkan pasien istirahat A : Masalah risiko tinggi cedera (janin)
dan bedrest teratasi
5. Menganjurkan pasien agar miring P : Monitor perdarahan pervaginam
ke kiri
6. Menganjurkan pasien untuk
membatasi pergerakan
19 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan perdarahan
2020, 20.15 pervaginam berkurang, tinggal flek, pasien
WIB 2. Mengkaji jumlah darah yang mengatakan akan sering miring ke kiri
hilang. Memantau tanda dan dan membatasi pergerakan
gejala syok hipovolemi O : DJJ : 149 x/menit, pasien bedrest
3. Memonitor bunyi jantung janin A : Masalah risiko tinggi cedera (janin)
4. Menganjurkan pasien istirahat teratasi
dan bedrest P : Monitor perdarahan pervaginam
5. Menganjurkan pasien agar miring
ke kiri
6. Menganjurkan pasien untuk
membatasi pergerakan
REFERENCE

Ahmed, S. R., Aitallah, A., Abdelghafar, H. M., & Alsammani, M. A. (2015).


“Major placenta previa: rate, maternal and neonatal outcomes experience at a
tertiary maternity hospital, sohag, Egypt: a prospective study,” Journal of Clinical
and Diagnostic Research, vol. 9, no. 11, pp. QC17–QC19, 2015.

Hacker, N. F., Gambone, J. C., & Hobel, C. J. (2016). Hacker & Moores
essentials of obstetrics and gynecology. Philadelphia, PA: Elsevier.

Karen J. Gibbins, Brett D. Einerson, Michael W. Varner & Robert M. Silver.


(2017). Placenta previa and maternal hemorrhagic morbidity, The Journal of
Maternal-Fetal & Neonatal Medicine, DOI: 10.1080/14767058.2017.1289163

Kodla, C. S. (2015). “A study of prevalence, causes, risk factors and outcome of


severe obstetrics haemorrhage,” Journal of Scientific and Innovative Research,
vol. 4, no. 2, pp. 83–87, 2015.

Latif, U. J., Iqbal, & Aftab, M. U. (2015). “Associated risk factors of placenta
previa a matched case control study,” Pakistan Journal of Medical and Health
Sciences, vol. 9, no. 4, pp. 1344–1346, 2015.

Raees, M., Parveen, Z., & Kamal, M. (2015). “Fetal and maternal outcome in
major degree placenta previa,” Gomal Journal of Medical Sciences, vol. 13, no. 3,
pp. 13– 16, 2015.
PENDIDIKAN KESEHATAN

Pokok Bahasan : plasenta previa


Waktu : 1 x 10 menit
Pelaksana : Mahasiswa
Sasaran : klien

I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang plasenta previa selama 10
menit, klien mampu memahami tentang konsep plasenta previa lebih dalam.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah proses penyuluhan selama 1 x 10 menit, diharapkan klien dapat :
a. Menjelaskan pengertian plasenta previa dengan benar
b. Menjelaskan penyebab plasenta previa dengan benar
c. Menjelaskan tanda dan gejala plasenta previa dengan benar
d. komplikasi plasenta previa dengan benar
e. Cara menyelesaikan persalinan plasenta previa dengan benar

II. Materi Pengajaran


1. Pengertian plasenta previa
2. Penyebab plasenta previa
3. Tanda dan gejala plasenta previa
4. komplikasi plasenta previa
5. Cara menyelesaikan persalinan plasenta previa

II. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
III. Media
1. Leaflet
2. Lembar Balik
IV. Proses Penyuluhan
No Kegiatan Fasilitator Kegiatan Klien Waktu
1. Pembukaan
a.Mengucapkan salam dan Menjawab salam 2 menit
memperkenalkan diri
b.Menjelaskan tujuan Mendengarkan
penyuluhan
c.Melakukan kontrak Berpartisipasi
penyuluhan
d. Melakukan apersepsi Berpartisipasi
2. Kegiatan inti
a. Mempresentasikan materi Memperhatikan 6 menit
b. Memberi kesempatan Mengajukan
bertanya pertanyaan
c. Menjawab pertanyaan Mendengarkan

3. Penutup
a. Melakukan evaluasi Mendengarkan 2 menit
b. Menyimpulkan materi Melaksanakan
c. Salam penutup Menjawab salam

V. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah dibuat sebelumnya
b. Materi sudah disiapkan
c. Media sudah disiapkan
2. Evaluasi Proses
Klien:
a. Klien bersedia menerima penjelasan materi dari penyuluh
b. Klien mau bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya
c. Klien mampu menjawab pertanyaan yang telah diberikan
Mahasiswa:
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peranannya dengan baik
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Adanya pemahaman klien mengenai informasi tentang placenta previa.

VI. Referensi
1. Guspika, A 2011. KTI Gambaran Kejadian Plasenta Previa di RSUD
Tenriawaru. Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
1. Mansyoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta. Jakarta, Media
Aesculopus.
2. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
3. Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina
Pustaka, Jakarta.
4. Saifudin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.
5. Smeltzer, S & Bare, B 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC.
6. Sulaiman Sastra, W. Djamhoer, M & Firman, F.W. 2004. Ilmu Kesehatan
Reproduksi Obtetri Patologi. Jakarta. EGC

VII. Materi
Terlampir

MATERI PLASENTA PREVIA


A. PENGERTIAN
Placenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
yaitu di atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum (Guspika, A 2011).
Placenta previa adalah placenta yang berimplatasi rendah sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Sulaiman, S hh.33).
Jadi plasenta previa adalah plasenta yang letaknya pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir.

B. PENYEBAB
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya mencakup ;
 Perdarahan (hemorrhaging).
 Usia lebih dari 35 tahun.
 Multiparitas.
 Pengobatan infertilitas.
 Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
 Keguguran berulang.
 Status sosial ekonomi yang rendah.
 Jarak antar kehamilan yang pendek.
 Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor
yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi
rahim (radang panggul), kehamilan ganda,

C. TANDA DAN GEJALA


 Perdarahan tanpa nyeri.
 Perdarahan berulang.
 Warna perdarahan merah segar.
 Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
 Timbulnya perlahan-lahan.
 Waktu terjadinya saat hamil.
 His biasanya tidak ada.
 Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
 Denyut jantung janin ada.
 Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.
 Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggu
 Presentasi mungkin abnormal.
Jadi kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.

D. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dianternya (Arief, M,2000) adalah :
1. Pada ibu dapat terjadi perubahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan, plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
2. Pada janin biasanya terjadi persalinan prematur dan komplikasinya seperti asfiksia
berat

E. Cara Penanganan
1. Operasi
2. Melahirkan dengan menekan plesenta

F. Yang Harus Dilakukan Bila Ibu Hamil Mengalami Plasenta Previa


1. Bedrest total/ istirahat total
2. Mencegah bayi terlahir premature
3. Memperhatikan kebutuhan gizi ibu hamil
4. Persiapan biaya.

Anda mungkin juga menyukai