Disusun oleh:
Rahel Nuraeni Natalia
NIM: 2153005
Lokasi : Universitas Advent Indonesia,Bandung
Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu
penyebab plasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai,
sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Multiparitas dan cacat rahim juga
berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini berkaitan dengan proses
peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas bedah caesar, kuretase,
dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar bahkan dapat menaikkan insiden
dua sampai tiga kali lebih besar.
Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa.
Penelitian yang dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat
terhadap 169.000 kelahiran yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan
bahwa insiden 1 : 1.500 pada ibu berusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 :
100 untuk ibu berusia 35 tahun atau lebih tua.
Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita
perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab
lainnya antara lain plasenta yang terlalu besar, misalnya pada kehamilan
ganda dan kasus erotroblastosis fetalis. Kelainan tersebut menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim, sehingga dapat
menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.
Penatalaksanaan/Terapi Spesifik
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir
prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui
kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.
Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.Syarat pemberian
terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal)
d. Janin masih hidup.
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
2) Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta
letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan
inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain (Raees, 2015).
3) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina.
Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai.
4) Transvaginal sonography (TVS)
TVS digunakan untuk menyelidiki lokasi plasenta kapan saja saat
hamil dan saat lokasi plasenta berada dianggap rendah. Sonographers
didorong untuk melaporkan jarak sebenarnya dari tepi plasenta ke os
serviks internal di TVS.
2) Diagnosa
a) Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah
yang besar.
b) Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya
pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
c) Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal,
kerusakan system imun.
3) Intervensi
No.
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DX
1. Setelah dilakukanya 1. Kaji dan catat TTV, 1. Pengkajian yang akurat
Tindakan keperawatan 2 X 24 TD serta jumlah mengenai status
jam diharapkan penurunan perdarahan. hemodinamik
kardiak output tidak terjadi atau 2. Bantu pemberian merupakan dasar untuk
teratasi dengan kriteria pelayanan kesehatan perencanaan,
hasil: Volume darah atau mulai sarankan intervensi, evaluasi.
intravaskuler dan kardiak terapi cairan IV atau 2. Memperbaiki volume
output dapat diperbaiki terapi transfuse vaskuler membutuhkan
sampai nadi, tekanan darah, darah sesuai terapi IV dan intervensi
nilai hemodinamik, serta kebutuhan. farmakologi.
nilai laboratorium Kehilangan volume
menunjukkan tanda normal. darah harus diperbaiki
untuk mencegah
komplikasi seperti
infeksi, gangguan janin
dan gangguan vital ibu
nnnhamil
2. Setelahdilakukan tindakan 1. Terapi bersama 1. Kehadiran perawat dan
keperawatan selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara
diharapkan ansietas dapat menyatakan empati merupakan alat
berkurang dengan kriteria hasil: perasaan. terapi yang potensial
Pasangan dapat mengungkapkan 2. Menentukan tingkat untuk mempersiapkan
harapannya dengan kata-kata pemahaman pasangan untuk
tentang manajemen yang sudah pasangan tentang menanggulangi situasi
direncanakan, sehingga situasi dan yang tidak diharapkan.
dapat mengurangi manajemen yang Hal yang diberikan
kecemasan pasangan. sudah direncanakan. perawat akan
3. Berikan pasangan memperkuat penjelasan
informasi tentang dokter dan untuk
memberitahu dokter
manajemen yang jika ada penjelasan
sudah direncanakan. yang penting.
2. Pendidikan pasien yang
diberikan
merupakancara yang
efektif mencegah dan
menurunkan rasa
cemas.
3. Pengetahuan akan
mengurangi ketakutan
akan hal-hal yang tidak
diketahui.
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji jumlah darah 1. Hemoragi berlebihan
keperawatan selama 3 x 24 2. Catat suhu, hitung dan menetap dapat
diharapkan resiko tinggi cedera SDP, dan bau serta mengancam hidup klien
(janin) b/d Hipoksia jaringan / warna rabas vagina, atau mengakibatkan
organ, profil darah abnormal, dapatkan kultur bila infeksi pasca partum,
kerusakan system imun dapat dibutuhkan anemia pasca partum,
berkurang dengan kriteria hasil: 3. Catat masukan/ KID, gagal ginjal, atau
Menunjukkan profil darah keluaran urin. Catat nekrosis hipofisis yang
dengan hitung SDP, Hb, dan berat jenis urin. disebabkan oleh
pemeriksaan koagulasi DBN 4. Berikan heparin, hipoksia jaringan dan
normal. bila diindikasikan malnutrisi.
5. Berikan antibiotic 2. Kehilangan darah
secara parenteral berlebihan dengan
penurunan Hb
meningkatkan risiko
klien untuk terkena
infeksi.
3. Penurunan perfusi
ginjal mengakibatkan
penurunan haluaran
urin.
4. Heparin dapat
digunakan pada KID di
kasus kematian janin,
atau kematian satu janin
pada kehamilan
multiple, atau untuk
memblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-
faktor pembekuan dan
menurunkan hemoragi
sampai terjadi
perbaikan pembedahan
5. Mungkin diindikasikan
untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.
Laporan Kasus
Ibu Hamil dengan Placenta Previa
1. Pengkajian
A. Identitas
1. Pasien
Nama Pasien : Ny. “A’
Umur Pasien : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Plasenta previa totalis primigravida 32
minggu
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. “F"
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, nyeri bertambah saat
bayi dalam kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala
nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa hilang timbul.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Selain nyeri, pasien mengeluh mual, demam hingga menggigil,
sempat muntah 1x pada tanggal 16 November 2020 dan perdarahan
pada jalan lahir, berwarna merah segar.
3. Riwayat kehamilan
a. Primigravida G1P0A0
1) HPMT : 30 Maret 2020
2) HPL : 7 Januari 2021
3) Usia Kehamilan : 32 minggu
b. Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
1) Trimester I: Pasien mengatakan tidak ada keluhan
2) Trimester II : Pasien mengatakan pada usia kandungan 6 bulan
merasakan nyeri perut, mual, muntah, pusing, lemas dan
terjadi perdarahan pada jalan lahir.
3) Trimester III : Pasien mengatakan terjadi perdarahan, merasa
demam hingga menggigil, mual, muntah dan lemas.
c. Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin
sudah sekitar 1 tahun yang lalu
3. Riwayat kesehatan
keluarga a. Genogram
Pasien
Keterangan :
: garis perkawinan
b. Penyakit keluarga
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun
alergi.
D. Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi tiap kali
makan, pasien mengatakan lebih banyak makan cemilan.
Sedangkan pola minum pasien yaitu pasien minum air putih
sebanyak 3000 cc tiap hari. Pasien menyatakan tidak mempunyai
alergi terhadap makanan tertentu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali
makan. Pola minum pasien, pasien lebih banyak minum air putih yaitu
3100 cc, dan susu ibu hamil sebanyak 2 gelas setiap hari.
c. Temperatur : 38,5oC
d. Respirasi : 22 x/menit
e. DJJ : 153 x/menit
2. Status Gizi
a. Berat badan sebelum hamil : 45 kg
b. Berat badan terakhir : 55 kg
c. Tinggi badan : 161 cm
2 2
d. IMT : 55/(1,61) = 21,21 kg/m (Normal)
3. Kulit, rambut, dan kuku
a. Kulit : kulit lembab tidak kering.
b. Kuku dan rambut : kuku pendek dan bersih, rambut hitam.
4. Kepala dan leher
a. Wajah : tidak oedem, tidak pucat, pasien terlihat meringis
kesakitan, pasien terlihat melindungi area nyeri
b. Mata : sklera putih, konjungtiva tidak anemis, terdapat
lingkaran hitam di sekitar mata, terlihat sayu.
c. Telinga : simetris, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada peningkatan JVP.
5. Mulut, dan hidung
a. Mulut : Membran mukosa lembab, bibir tidak kering.
b. Hidung : Tidak ada lesi, tidak ada cairan keluar dari hidung.
6. Thoraks
a. Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
b. Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
c. Perkusi : suara sonor.
d. Auskultasi : terdengar suara vesikuler, tidak ada suara tambahan.
7. Payudara
Payudara simetris. Areola terlihat hiperpigmentasi. Puting menonjol.
8. Jantung
HEMATOLOGI
MCH 30 pg 27-31
CH 31,3 pg
KIMIAWI
Glukosa 0
Bilirubin 0 mg/dL
pH 6.5
Nitrit 1+ mg/dL
Warna Tidak
berwarna
Lekosit pucat ++
Glitter cell 0
Eritrosit ++
Epitel tubuli 0
Uretra 0
Silinder hialin 0
Granuler 0
Epitel 0
Eritrosit 0
Leukosit 0
Kristal ca oksalat 0
Bakteri ++
2. Hasil pemeriksaan USG tanggal 16 November 2018
Janin tunggal, presentasi kepala, DJJ +, gerak +, plasenta berada di corpus depan
menutupi jalan lahir, gr II, Ak cukup, EFN 1105 gr.
2. Analisis Data
No DATA PENYEBAB MASALAH
1.DS : Pasien menyatakan Agen cedera Nyeri akut
- Nyeri biologis
P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif
Q : Seperti tertekan
R : Perut bagian bawah
S : 3 dari 0-10
T : Hilang timbul
- Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman
bagi pasien
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir
grade II
- Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut
- Tanda-tanda vital :
- DJJ 153 x/menit
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DX. 2
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
18 November 1. Mengkaji penyebab mual S : Pasien mengatakan merasakan mual
2020, 10.00 pasien apabila mencium bau yang menyengat
WIB seperti ikan, pasien mengatakan mal
2. Mengobservasi mual dan berkurang dan tidak muntah, akan
muntah makan makanan yang lunak dalam porsi
3. Menganjurkan makan dalam kecil tapi sering, mengatakan makan
porsi kecil tapi sering diet RS habis ½ porsi
4. Menganjurkan kepada pasien O : Terlihat sedang makan camilan
untuk memakan makanan yang A : Masalah mual teratasi
lunak P : Observasi mual dan muntah
19 November 1. Mengkaji mual dan muntah S : Pasien mengatakan masih sedikit
2020, 08.30 2. Menganjurkan pasien makan mual, tidak muntah, dan menyatakan
WIB sedikit-sedikit tapi sering mengerti untuk makan makanan yang
3. Menganjurkan pasien disukai sedikit-sedikit tapi sering
memakan makanan yang O : obat dan dosis : sulfas ferosus 600
disukai mg, albumin 500 mg, rute: oral, pada
4. Mengelola pemberian Ny. S, pukul 08.30 WIB
suplemen dan vitamin : sulfas A : Mual teratasi sebagian
ferosus 600 mg/oral , albumin P : Monitor mual dan muntah
500 mg/oral
DX. 3
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
17 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Keluarga pasien mengatakan suhu
2020, 11.00 tanda gejala infeksi tubuh pasien panas
o
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan O : Suhu 38,5 C
sesudah kontak, batasi A : Masalah risiko infeksi teratasi
pengunjung P : Kelola pemberian parasetamol tablet
500mg per oral
18 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Pasien mengatakan sudah tidak
2020, 08.00 tanda gejala infeksi demam lagi
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan O : Suhu 36,6oC, pasien terpasang infus
sesudah kontak, batasi RL di tangan kanan sejak tanggal 17
pengunjung November 2018 kondisi bersih tidak
3. Memberikan injeksi cefotaxim 1 terlihat tanda flebitis dan infeksi,
gram per IV cefotaxim 1 gram masuk per IV
A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1
gram/12 jam per IV
19 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Pasien mengatakan masih flek-flek,
2020, 09.00 tanda gejala infeksi pasien mengatakan sudah banyak
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan minum sehari kurang lebih 2 botol aqua,
sesudah kontak, batasi keluarga dan pasien mengatakan sudah
pengunjung paham mengenai tanda dan gejala
3. Menganjurkan pasien banyak infeksi.
o
minum : 2 liter per hari O : S : 37 C, TD : 110/70 mmHg, N :
4. Memberiahu keluarga dan 78 x/menit, RR : 22 x/menit, injeksi
pasien mengenai tanda dan cefotaxim sudah masuk melalui IV
gejala infeksi dan cara A : Risiko infeksi teratasi
mencegahnya P : Kelola pemberian cefotaxim
5. Mengelola pemberian antibiotik 1gram/12jam per IV
inj cefotaxim 1gr/12 jam
19 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S:-
2020, 20.00 tanda gejala infeksi O : Suhu 36,2oC, pasien terpasang infus
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan RL di tangan kanan sejak tanggal 17
sesudah kontak, batasi November 2018 kondisi bersih tidak
pengunjung terlihat tanda flebitis dan infeksi,
3. Memberikan injeksi cefotaxim 1 cefotaxim 1 gram masuk per IV
gram per IV A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1
gram/12 jam per IV
DX. 4
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
17 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan masih keluar
2020, 14.30 pervaginam darah dari jalan lahir, darah berwarna
WIB 2. Mengkaji jumlah darah yang merah segar, pasien mengatakan akan
hilang. Memantau tanda dan sering miring ke kiri dan membatasi
gejala syok hipovolemi pergerakan
3. Memonitor bunyi jantung janin O : DJJ : 152 x/menit, pasien bedrest
4. Menganjurkan pasien istirahat A : Masalah risiko tinggi cedera (janin)
dan bedrest teratasi
5. Menganjurkan pasien agar miring P : Monitor perdarahan pervaginam
ke kiri
6. Menganjurkan pasien untuk
membatasi pergerakan
19 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan perdarahan
2020, 20.15 pervaginam berkurang, tinggal flek, pasien
WIB 2. Mengkaji jumlah darah yang mengatakan akan sering miring ke kiri
hilang. Memantau tanda dan dan membatasi pergerakan
gejala syok hipovolemi O : DJJ : 149 x/menit, pasien bedrest
3. Memonitor bunyi jantung janin A : Masalah risiko tinggi cedera (janin)
4. Menganjurkan pasien istirahat teratasi
dan bedrest P : Monitor perdarahan pervaginam
5. Menganjurkan pasien agar miring
ke kiri
6. Menganjurkan pasien untuk
membatasi pergerakan
REFERENCE
Hacker, N. F., Gambone, J. C., & Hobel, C. J. (2016). Hacker & Moores
essentials of obstetrics and gynecology. Philadelphia, PA: Elsevier.
Latif, U. J., Iqbal, & Aftab, M. U. (2015). “Associated risk factors of placenta
previa a matched case control study,” Pakistan Journal of Medical and Health
Sciences, vol. 9, no. 4, pp. 1344–1346, 2015.
Raees, M., Parveen, Z., & Kamal, M. (2015). “Fetal and maternal outcome in
major degree placenta previa,” Gomal Journal of Medical Sciences, vol. 13, no. 3,
pp. 13– 16, 2015.
PENDIDIKAN KESEHATAN
I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang plasenta previa selama 10
menit, klien mampu memahami tentang konsep plasenta previa lebih dalam.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah proses penyuluhan selama 1 x 10 menit, diharapkan klien dapat :
a. Menjelaskan pengertian plasenta previa dengan benar
b. Menjelaskan penyebab plasenta previa dengan benar
c. Menjelaskan tanda dan gejala plasenta previa dengan benar
d. komplikasi plasenta previa dengan benar
e. Cara menyelesaikan persalinan plasenta previa dengan benar
II. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
III. Media
1. Leaflet
2. Lembar Balik
IV. Proses Penyuluhan
No Kegiatan Fasilitator Kegiatan Klien Waktu
1. Pembukaan
a.Mengucapkan salam dan Menjawab salam 2 menit
memperkenalkan diri
b.Menjelaskan tujuan Mendengarkan
penyuluhan
c.Melakukan kontrak Berpartisipasi
penyuluhan
d. Melakukan apersepsi Berpartisipasi
2. Kegiatan inti
a. Mempresentasikan materi Memperhatikan 6 menit
b. Memberi kesempatan Mengajukan
bertanya pertanyaan
c. Menjawab pertanyaan Mendengarkan
3. Penutup
a. Melakukan evaluasi Mendengarkan 2 menit
b. Menyimpulkan materi Melaksanakan
c. Salam penutup Menjawab salam
V. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah dibuat sebelumnya
b. Materi sudah disiapkan
c. Media sudah disiapkan
2. Evaluasi Proses
Klien:
a. Klien bersedia menerima penjelasan materi dari penyuluh
b. Klien mau bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya
c. Klien mampu menjawab pertanyaan yang telah diberikan
Mahasiswa:
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peranannya dengan baik
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Adanya pemahaman klien mengenai informasi tentang placenta previa.
VI. Referensi
1. Guspika, A 2011. KTI Gambaran Kejadian Plasenta Previa di RSUD
Tenriawaru. Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
1. Mansyoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta. Jakarta, Media
Aesculopus.
2. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
3. Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina
Pustaka, Jakarta.
4. Saifudin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.
5. Smeltzer, S & Bare, B 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC.
6. Sulaiman Sastra, W. Djamhoer, M & Firman, F.W. 2004. Ilmu Kesehatan
Reproduksi Obtetri Patologi. Jakarta. EGC
VII. Materi
Terlampir
B. PENYEBAB
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya mencakup ;
Perdarahan (hemorrhaging).
Usia lebih dari 35 tahun.
Multiparitas.
Pengobatan infertilitas.
Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
Keguguran berulang.
Status sosial ekonomi yang rendah.
Jarak antar kehamilan yang pendek.
Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor
yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi
rahim (radang panggul), kehamilan ganda,
D. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dianternya (Arief, M,2000) adalah :
1. Pada ibu dapat terjadi perubahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan, plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
2. Pada janin biasanya terjadi persalinan prematur dan komplikasinya seperti asfiksia
berat
E. Cara Penanganan
1. Operasi
2. Melahirkan dengan menekan plesenta