Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS

GASTROENTERITIS

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Nama Dosen : Gilny Aileen Joan Rantung S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh:
Rahel Nuraeni Natalia
NIM: 2153005
Lokasi : Universitas Advent Indonesia,Bandung

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2021/2022
1. Definisi
GA adalah peradangan akut yang terjadi pada permukaan mukosa lambung
yang menimbulkan terjadinya erosi pada bagian superficial (Mattaqin et al.,
2012).
Gastroenteritis disebabkan oleh virus yang menyebabkan infeksi pada usus
atau perut. Indikasi terjadinya. Gastroenteritis adalah saat defekasi atau feses hasil
buang air besar berkonsentrasi cair atau setengah cair, dan kandungan feses lebih
sedikit dari kandungan air (Riddle et al., 2016).
Dari pengertian dari beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis akut adalah peradangan pada mukosa lambung yang disebabkan
oleh virus yang menginfeksi pada usus dan perut. Gejala pada gastroenteritis akut
adalah dengan munculnya diare yang berlangsung selama 14 hari, muntah dan
sakit perut yang diiringi dengan dehidrasi hipovelemik.
2. Etiologi dan faktor predisposisi
 Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
 Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
 Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
 Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
 Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
3. Tanda dan Gejala
a. Konistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
b. muntah (umumnya tidak lama)
c. demam (mungkin ada atau tidak)
d. kram abdomen, tenesmus
e. membrane mukosa kering
f. fontanel cekung (bayi)
g. BB menurun
h. malaise
serta dapat menumbulkan beberapa komplikasi, diantaranya :
 Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
 syok hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolic, perfusi
sistemik menurun)
 kejang demam
 bakterimia
4. Patofisiologi
Penyebab awal timbulnya diare adalah terjadinya gangguan osmotik.
Gangguan osmotik adalah saat makanan tidak dapat diserap dan akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergesern air dan elektrolit dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga menimbulkan diare. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air
dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. Mekanisme terjadinya diare
dan termaksut juga peningkatan sekresi atau penurunan absorbsi cairan dan
elektrolit dari sel mukosa intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi
mukosa intestinal (Wiffen et al, 2014).
Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare noninflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi
bakteri dan sitoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare
disertai lendir dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik,
mual, muntah, tetenus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Diare juga dapat terjadi
akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin
yang menyebakan terjadinya diare. Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa
kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitoksin. Satu
jenis bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk
mengatasi pertahanan mukosa usus (Amin, 2015).

5. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai. Analisa
data merupakan proses berpikir yang meliputi kegiatan mengelompokkan data,
mencari kemungkinan penyebab dan dampak, serta menentukan masalah
keperawatn pada klien atau penyimpangan yang merumuskan diagnose
keperawatan (Setiadi, 2012).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat lakukan pada pasien dewasa berdasarkan
World Gastroenterology Organization Global atau WGO Guideline (2012), yaitu :
a. Melakukan penilaian awal.
b. Menangani dehidrasi.
c. Mencegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi
menggunakan cairan rehidrasi oral, menggunakan cairan yang dibuat
sendiri atau larutan oralit.
d. Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan
oralit, dan pasien dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan
intravena yang sesuai.
e. Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral 6. Atasi gejalagejala lain.
f. Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis.
g. Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik.
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien gastroenteritis akut
yang disebabkan oleh infeksi pada orang dewasa adalah; rehidrasi, terapi
simptomatik, dan memerikan terapi definit (Sudoyo, 2014).

A. Terapi Rehidrasi
Terapi rehidrasi merupakan langkah pertama dalam melaksanakan terapi pada pasien
gastroenteritis akut. Rehidrasi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan rehidrasi oral.
Jumlah kehilangan cairan dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan kasar dengan
melakukan perbandingan berat badan pasien saat keadaan normal dengan berat badan pasien
saat terkena diare. Penanganan kehilangan cairan selanjutnya dapat dilakukan untuk
memenuhi cairan pasien. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan
rehidrasi yang cepat dan akurat adalah: (Sudoyo, 2014 dan Barr et al, 2017)
a. Jenis Cairan
Cairan yang tersedia banyak dipasaran dan mudah ditemukan pada saat ini
adalah cairan Ringer Laktat. Kekurangan dari cairan ini adalah kadar kalium yang
terkandung lebih sedikit dari kadar kalium dalam tinja. Opsi lain yang dapat
digunakan adalah cairan NaCl isotonik. Apabila menggunakan cairan Nacl isotonik
dianjurkan untuk menambahkan satu ampul Na
bikarbonat 7,5% sebanyak 50 ml per satu liter. Dengan penambahan cairan ini,
asidosis dapat diatasi dalam kurun waktu 1-4 jam. Cairan aau bubuk oralit yang
beredar dipasaran dapat digunakan untuk menangani khasus diare akut awal yang
masih ringan untuk menanggulangi masalah dehidrasi. Garam dan glukosa yang
sudah dikombinasikan dengan air harus terdapat didalan rehidrasi oral atau oralit
(Sudoyo, 2014 dan Barr et al, 2017)
b. Jumlah Cairan
Kehilangan cairan dapat dihitung dengan mengunakan metode Daldiyono. Metode
ini didasarkan pada keadaan klinis dengan skor. Kondisi rehidrasi dapat dicapai
dengan melakukan rehidrasi cairan selama 1-2 jam. Idealnya cairan yang masuk
kedalam tubuh sama dengan cairan yang telah keluar dari tubuh. (Sudoyo, 2014).
Tabel 2. 1 Skor Daldiyono
Sumber: Sudoyo, 2014
Keadaan klinis Skor
Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60 mmHg 2
Frekuensi nadi >120x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, spoor, atau koma 2
Frekuensi napas >30x/menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer’s woman’s hand 1
Sianosis 2
-
Umur 50-60 tahun
1
-
Umur >60 tahun
2

Kebutuhan cairan = 𝑠𝑘𝑜𝑟15 × 10% × 𝑘𝑔𝐵𝐵 × 1𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟


c. Jalur Pemberian Cairan
Terapi cairan pada orang dewasa dapat dilakukan hanya pada oral dan intravena.
Larutan oralit yang digunakan per-oral memiliki komposisi berkisar antara 29gr glukosa,
3.5gr NaCl, 2.5gr Na bikarbonat dan 1.5kg KCl per-liter (Sudoyo, 2014).

B. Terapi Simptomatik
Terapi simptomatik memiliki banyak kerugian yang disebabkan daripada
keuntungannya apabila tidak diperhitungkan dan dipertimbangkan dengan baik. Pemberian
antiemetrik harus diperhatikan dengan sangat baik karena sebagai contoh Metoklopropamid
dapat menimbulkan kejang pada anak dan remaja, karena rangsangan dari ekstraindikasi.
Apabila tidak terjadi kontradiksi pada diare akut yang ringan dapat dipentimbangkan untuk
pemberian Bismuth subsalisilat atau loperamid dalam waktu yang singkat apabila tidak
terjadi rehidrasi peroral. Pada diare berat pemberian obat obat tersebut dapat dipertimbangkan
dengan kurun waktu yang relative singkat dengan melakukan kombinasi dengan oabat
antimikrobial (Amin, 2014).

C. Terapi Antibiotik
Pada diare akut infeksi pemberian antibiotic secara empiris jarang dilakukan. Hal ini
disebabkan karena 40% kasus diare dapat sembuh tanpa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotic dapat dilakukan dengan pasien dengan indikasi tanda diare infeksi seperti demam,
feses berdarah, leukosit pada feses. Kegunaan pemberian antibiotik adalah untuk mengurangi
eksresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotic dapat dilakukan
secara empiris, tetapi antibiotic secara spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi
kuman (Amin, 2015).

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut Desak (2017), beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan,


diantaranya :
Pemeriksaan pertama yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah, yang meliputi :

a. Darah perifer lengakap,


b. Serum elektrolit seperti Na+, K+, Cl-,
c. Melakukan analisa pada gas darah jika ditemukan tanda gangguan terhadap
keseimbangan asam basa,
d. Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen protozoa
(Giardia, E. histolytica).
Pemeriksaan kedua yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan terhadap feses, yang meliputi:

a. Feses lengkap,
b. Biakan dan resistensi feses.

Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan GEA karena infeksi,


karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif.

8. Pengkajian
Tahapan awal pada proses perawatan yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber disebut juga dengan proses pengkajian keperawatan. Data yang
dikumpulkan digunakan untuk proses evaluasi dan identifikasi status kesehatan pada klien.
Asuhan keperawatan setiap individu adalah berbeda, oleh karena itu tahap pengkajian
keperawatan dapat dijadikan sebagai pemikiran dasar dalam pemberian asuhan keperawatan
pada klien. Secara umum tujuan dari dilakukannya pengkajian keperawatan adalah untuk
mengetahui status keadaan klien, mengkaji fisiologi dan patologi, dengan cepat dapat
mengetahui masalah pada perawatan klien, serta dapat melakukan identifikasi masalah
kesehatan dan dapat menemukan solusi yang tepat agar dapat menghindari permasalahan
yangmungkin terjadi (Evania, 2013).

A. Identitas Klien
Identitas klien yang perlu dikaji sebagai gambaran umum adalah nama,
tempat dan tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor medical record, diagnose medis
dan alamat (Evania, 2013).

B. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien dengan gastroenteritis akut datang dengan berbagai gejala
klinik tergantung penyebab penyakitnya. Keluhan gastroenteritis akut biasanya
berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 15 hari. Gastroenteritis akut yang
disebabkan karena penyakit pada usus halus biasanya berhubungan dengan
malabsorpsi dan dehidrasi. Gastroenteritis akut yang disebabkan oleh kelainan pada
kolon sering berhubungan dengan jumlah tinja yang keluar sedikit tetapi memiliki
intervensi yang tinggi. Tinja yang keluar biasanya bercampur dengan darah. Pasien
gastroenteritis akut biasanya datang dengan keluhan yang khas, yaitu; mual, muntah,
nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, malabsortif, atau berdarah tergantung
pada bakteri patogen yang bersifat spesifik (Juffrie, 2010).
b) Keluhan Utama Saat Dikaji
Saat klien akan dikaji, keluhan utama yang diraasakan oleh klien dapat diuraikan
dalam konsep PQRST berbentuk narasi. Pada klien dengan gastroenteritis akut
keluhan utama yang dirasakan saat dikaji adalah mual,muntah, BAB dengan
konsistensi cair >3 kali, dan nyeri pada bagian perut (Muttaqin, 2012).
(a) P : Provokatif atau paliatif
Apa penyebabnya, apa yang memperberat dan apa yang
mengurangi.
(b) Q : Quality atau kualitas
Dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya, berapa banyak.
(c) R : Region atau radiasi
Lokasinya dimana, penyebarannya.
(d) S : Saverity atau scale
Intensitas (skala), pengaruh terhadap aktivitas.
(e) T : Timing
Kapan muncul keluhan, berapa lama, bersifat tiba-tiba, sering atau
bertahap.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat penyakit pada pasien gastroenteritis dikaji kemungkinan adanya riwayat
klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya, atau klien mengalami penyakit
yang akan memperberat keadaannya seperti penyakit jantung, DM, atau riwayat konsumsi
obat – obatan, Riwayat pembedahan pada daerah usus, kemoterapi, radioterapi, alergi obat.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Pada riwayat kesehatan keluarga apakah keluarga ada yang mengalami
hal yang sama, adanya riwayat penyakit keturunan seperti DM, riwayat alergi.

C. Pola Aktivitas Sehari-hari


Pola aktivitas dikaji untuk mengetahui kesenjangan kebiasaan pasien sebelum
masuk rumah sakit dan setelah masuk rumah sakit. Pada pasien gastroenteritis akut akan
ditemukan kebutuhan cairan yang dirumah biasa normal maka dirumah sakit makan dan
minum akan berkurang karena klien merasa mual dan nyeri perut, pada eliminasi akan
ditemukan dirumah sakit buang air besar lebih dari 3 kali/hari, BAK pada pasien akan
berkurang, personal hygiene kemungkinan pasien akan memerlukan bantuan perawat atau
keluarga. Pola tidur jika mencret masuh sering pola tidurnya akan terganggu.

D. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada gastroenteritis menurut muttaqin (2011).

a. Sistem Pencernaan

Akan ditemukan keluhan pasien mencret lebih dari 3 kali/hari, mual, muntah,
anoreksi, mules. Pada auskultasi bising usus akan meningkat lebih dari 25 kali/menit, pada
perkusi abdomen akan ditemukan tymphani pada abdomen kembung, palpasi kemungkinan
akan ditemukan elastisitas dinding abdomen optimal dan juga nyeri tekan pada area
abdomen.

b. Sistem Kardiovaskular

Pada pengkajian akan ditemukan tekanan darah yang menurun, nadi cepat dan lemah,
adanya peningkatan JVP, pucat, sianosis, jika keadaan berlanjut akan ditemukan bradikardi
terutama pada lansia akan lebih cepat.

c. Sistem Pernafasan

Jika sudah terdapat perubahan akut elektrolit maka akan ditemukan pernafasan cepat
dan dalam (kusmaul).

d. Sistem Genitourinaria

Pasien dikaji adanya penurunan urine output, semakin berat kondisi dehidrasi maka
akan didapatkan kondisi oliguria bahkan sampai anuria.

e. Sistem Musculockeletal
Dikaji adanya kelemahan fisik secara umum, jika diare kronis terjadi deflesi elektrolit dan
nutrisi akan ditemukan kram otot ekstremitas.

f. Sistem Integument
Pada integument akan ditemukan turgor kulit yang menurun <3 detik, peningkatan suhu
tubuh, pada keadaan lanjut akan ditemukan pucat, sianosi, keringat dingin dan diaporasis.
g. Sistem Persyarafan
Pada pasien yang mengalami dehidrasi akan mengeluh nyeri kepala, lesu, lebih lanjut
akan ditemukan gangguan mental, halusinasi, dan delirium.

h. Sistem endokrin
Pada endokrin gejala akan ditemukan pada sistem lain seperti kardiovaskular, genita
urinaria.

E. Data Psikososial
Pasien diare akan merasakan dampak psikososial berupa ketakutan karena malu akibat
ketidakmampuan dalam mengontrol eliminasi. Dampak lain yang dirasakan adalah
kecemasan akan keadaan penyakit yang semakin buruk.

F. Data Penunjang
a. Darah
Hematokrit meningkat, leukosit menurun

b. Feses
Bakteri atau parasit.

c. Elektrolit
Kalium dan natrium menurun.

d. Urinalisa
Urin pekat, BJ meningkat.

e. Analisa gas darah


Asidosi metabolik (jika sudah kekurangan cairan).

9. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan gastroenteritis adalah :

a. Actual/resiko kekurangan volume cairan yang disebabkan oleh diare, kehilangan cairan
pada gastrointesnial, gangguan absorbs usu besar, pengeluarann elektrolit dari muntah.

b. Actual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhhubungan


dengan kurangnya asupan makanan yang adekuat.

c. Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal


10. Perencanaan keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. kekurangan volume NOC : Fluid balance, NIC 1. Penurunan
cairan yang Hydration. Fluid management sisrkulasi volume
disebabkan oleh Nutritional status: 1. Pantau tanda dan cairan
diare, kehilangan food and fluid intake menyebabkan
gejala kekurangan
cairan pada Setelah dilakukan kekeringan mukosa
gastrointesnial, tindakan cairan dan dan pemekataj urin.
gangguan absorbs keperawatan selama Deteksi dini
elektrolit.
usu besar, …x… keseimbangan memungkinkan
pengeluarann dan elektrolit 2. Pertahankan terapi pergantian
elektrolit dari dipertahankan secara cairan segera untuk
catatan intake
muntah. maksimal , memperbaiki
kriteria hasil : output yang akurat defisit
1. Mempertahankan 2. Dehidrasi dapat
3. Timbang berat
urine output sesuai meningkatkan laju
dengan usia dan BB, badan setiap hari filtrasi glomerulus
BJ urine normal, HT membuat keluaran
4. Anjurkan
normal tak aadekuat untuk
2. Tekanan darah, keluarga untuk membersihkan sisa
nadi, suhu tubuh metabolisme.
memberi minum
dalam batas normal 3. Mendeteksi
3. tidak ada tanda- banyak pada kien, kehilangan cairan ,
tanda dehidrasi, penurunan 1 kg BB
2-3 lt/hr
elastisitas turgor sama dengan
kulit baik, membrane 5. Kolaborasi : kehilangan cairan 1
mukosa lembab, lt
- Pemeriksaan
tidak ada rasa haus 4. Mengganti
yang berlebihan. laboratorium serum cairan dan
elektrolit yang
elektrolit (Na,
hilang secara oral
K,Ca, BUN) 5. - koreksi
keseimbang cairan
- Cairan parenteral
dan elektrolit, BUN
( IV line ) sesuai untuk mengetahui
faal ginjal
dengan umur
(kompensasi).
- Obat-obatan : - Mengganti cairan
dan elektrolit
(antisekresin,
secara adekuat dan
antispasmolitik, cepat.
- anti sekresi untuk
antibiotik)
menurunkan
sekresi cairan dan
elektrolit agar
simbang,
antispasmolitik
untuk proses
absorbsi normal,
antibiotik sebagai
anti bakteri
berspektrum luas
untuk menghambat
endotoksin.

2. Ketidakseimbangan NOC : 1. Nutritional NI : C Nutrition 1. Serat tinggi,


nutrisi kurang dari status food and fluid Management lemak,air terlalu
kebutuhan tubuh intake, 2. Nutritional 1. Diskusikan dan panas / dingin
berhhubungan status nutrient dapat merangsang
jelaskan tentang
dengan kurangnya intake, 3. Weight mengiritasi
asupan makanan control pembatasan diet lambung dan sluran
yang adekuat. setelah dilakukan usus.
(makanan berserat
tindakan perawatan 2. situasi yang
selama …x… tinggi, berlemak nyaman, rileks
kebutuhan nutrisi akan merangsang
dan air terlalu
terpenuhi, dengan nafsu makan.
kriteria hasil: panas atau dingin) 3. Mengurangi
1. adanya pemakaian energi
2. Ciptakan
peningkatan berat yang berlebihan
badan sesuai dengan lingkungan yang 4. Mengetahui
tujuan jumlah output
bersih, jauh dari
2. Berat badan ideal dapat
sesuai dengan tinggi bau yang tak sedap merencenakan
badan jumlah makanan.
atau sampah,
3. Mampu 5. Mengandung zat
mengidentifikasi sajikan makanan yang diperlukan ,
kebutuhan nutrisi untuk proses
dalam keadaan
4. Tidak ada tanda- pertumbuhan
tanda malnutrisi hangat
5. Menunjukan
3. Berikan jam
peningkatan fungsi
pengecapan dan istirahat (tidur)
menelan
serta kurangi
6. Tidak terjadi
penurunan berat kegiatan yang
badan yang berarti
berlebihan
4. Monitor intake
dan out put dalam
24 jam
5. Kolaborasi
dengan tim
kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet
TKTP rendah serat,
susu
b. obat-obatan atau
vitamin ( A)
3. Hipertermi Setelah dilakukan 1) Monitor suhu 1. Deteksi dini
berhubungan tindakan perawatan terjadinya
tubuh setiap 2
dengan respon selama …x… tidak perubahan
sistemik dari terjadi peningkatan jam abnormal fungsi
inflamasi suhu tubuh, dengan tubuh ( adanya
2) Kolaborasi
gastrointestinal kriteria hasil: infeksi)
 suhu tubuh pemberian 2. Merangsang
pusat pengatur
dalam batas antipirektik
suhu tubuh di otak
normal ( 36-
37,5 C)
 Tidak
terdapat
tanda infeksi
(rubur, dolor,
kalor, tumor,
fungtio leasa)

11. Pendidikan Kesehatan

Edukasi dan promosi kesehatan gastroenteritis adalah pentingnya vaksinasi. Vaksinasi


rotavirus  belum termasuk dalam imunisasi wajib namun merupakan pilihan untuk upaya
promosi kesehatan gastroenteritis. Masyarakat juga perlu mendapat edukasi untuk menjaga
sanitasi dan higiene air dan makanan yang dikonsumsi untuk mencegah gastroenteritis.

Upaya pencegahan
Pengenalan dan penanganan dini terhadap dehidrasi merupakan upaya dalam
mencegah kematian pada kasus gastroenertis usia balita akibat diare yang berlanjut.
Bayi/anak yang telah mendapatkan vaksinasi campak menurunkan risiko insiden dan tingkat
keparahan diare. Kasus diare yang menjadi penyebab kedua kematian pada anak-anak di
bawah usia 5 tahun merupakan kondisi yang dapat dicegah dan diobati.

vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus oral, yang aman dan efektif, dengan nama dagang
Rotarix dan RotaTeq, sudah mendapat ijin BPOM untuk diedarkan di Indonesia. Vaksin
rotavirus ini menjadi bagian dalam jadwal imunisasi pada bayi oleh IDAI. Walau demikian,
vaksin ini secara nasional belum termasuk dalam jadwal imunisasi wajib secara gratis, namun
dimasukkan sebagai imunisasi pilihan. Rotarix and RotaTeq merupakan dua jenis vaksin oral,
yang juga tersedia internasional, berisi rotavirus yang dilemahkan. Vaksin tersebut mencegah
gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus serotipe G1 dan non-GI seperti G2, G3, G4,
G9. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali. Dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis
kedua dengan interval minimal 4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu. Vaksin
rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga
dengan interval 4-10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu.
Edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien, keluarga dan masyarakat
Petugas kesehatan hendaknya mengedukasi dan memotivasi keluarga pasien untuk
menerapkan upaya pencegahan. Hal-hal penting yang perlu diedukasi kepada keluarga
pasien, terutama kepada ibu, yaitu:

Pemberian ASI eksklusif

Berikan sedikitnya selama 6 bulan pertama, setelah itu ASI dapat dilanjutkan sampai
usia anak dua tahun. Makanan tambahan dapat diberikan normalnya pada bayi mulai usia 6
bulan. Namun, makanan tambahan dapat diberikan lebih dini sekitar usia 4 bulan apabila
pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak memuaskan.

Penggunaan Air yang Bersih

Air hendaknya dari sumber yang bersih dan aman. Buangan air kotor hendaknya jauh
dari sumber air, sekitar 10 meter jaraknya dan posisinya lebih kebawah daripada sumber air.
Jauhkan hewan dari sumber air tersebut. Mengambil dan menyimpan air dalam wadah yang
bersih. Wadah tersebut hendaknya dibilas dan dibersihkan tiap hari. Wadah mesti ditutup,
dan tidak memperbolehkan anak-anak atau hewan mengambil minuman dari situ. Ambil air
dengan gayung khusus untuk wadah tersebut, dan tidak membiarkan tangan mengotori air.
Air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mengandung zat kimia atau
logam berat, dan mesti disterilkan sebelum diminum, minimal dimasak hingga tampak busa
didihan yang menyeluruh.

Cuci Tangan

Menerapkan cuci tangan yang benar dan baik dengan sabun dan air bersih mengalir
setelah menggunakan kamar mandi, menangani BAB/BAK anak atau mengganti popok,
menyiapkan makanan, dan sebelum makan.

Keamanan dalam Mengonsumsi Makanan


Tidak mengonsumsi makanan mentah yang kotor. Sayuran dan buah hendaknya
dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Makanan hendaknya dimasak sampai
matang, dan dikonsumsi selagi masih hangat. Peralatan masak dan perangkat makanan dicuci
sebelum dan sesudah makan. Pisahkan perangkat makanan tempat menampung makanan
mentah dan matang agar tidak terkontaminasi. Lindungi makanan dari jangkauan lalat atau
serangga lainnya.

Daftar Pustaka

Al Jassas B, Khayat M, Alzahrani H, Asali A, Alsohaimi S, Alharbi H, et al. Gastroenteritis


in adults. Int J Community Med Public Health. 2018 Nov;5(11)

Medscape. Bacterial gastroenteritis. Tersedia di:


https://emedicine.medscape.com/article/176400-overview#a5

Medscape. Pediatric gastroenteritis. Tersedia di:


https://emedicine.medscape.com/article/964131-overview#a4

WHO. The treatment of diarrhoea: A manual for physicians and other senior health workers.
2017; Tersedia di:
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/9241593180/en/
Singh A, F.M. Acute Gastroenteritis--An Update. EBM: Pediatric Emergency Medicine
Practice. 2010.

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada


Dewasa di Indonesia. Jakarta; 2009

Amin, Lukman Zulkifli. Continuing Medical Education: Tatalaksana Diare Akut. Jakarta;
2015 BPOM R.I. Vaksin Rotavirus. 2021. Tersedia di:
http://pionas.pom.go.id/monografi/vaksin-rotavirus

Kementerian Kesehatan R.I. InfoDatin: Situasi Imunisasi di Indonesia. 2016; Tersedia di:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-Imunisasi-
2016.pdf

Anda mungkin juga menyukai