Anda di halaman 1dari 24

askep kdm (kebutuhan dasar manusia)

Ditulis pada Mei 12, 2012


LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
DENGAN GANGGUAN RASA CEMAS DI RUANG ARGOPURO (BEDAH)
RSUD. R.A. BASOENI – MOJOKERTO

DI SUSUN OLEH:

KARTIKA
NIM: 02.11.223

PROGRAM DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2011 – 2012

LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN

– Kecemasan adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan


gelisah dan aktivasi sistem syaraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak
jelas atau nonspesifik. (Carpenito, 2000 : 9)

– Kecemasan merupakan suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, yang biasanya dirasakan oleh
pasien preoperatif. (David, 2003 : 96)

– Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu


diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan.
(Asmadi, 2009 : 165)

2. ETIOLOGI
 Sebab – sebab terjadinya rasa cemas:
a) Perasaan takut
b) Rasa trauma, seperti perpisahan dan kehilangan
c) Penolakan terhadap eksistensi diri
d) Pengalaman pertama, seperti kehamilan pertama dan akan melakukan proses
persalinan pertama kali.

(Asmadi , 2009 : 165)

3. PATOFISIOLOGI

( Asmadi , 2009)

 Skala Hars Cemas

Melalui skor dan item

o Skor > 6 : Tidak ada Kecemasan


o Skor 7 – 14 : Kecemasan ringan
o Skor 15 – 27 : Kecemasan sedang
o Skor > 27 : Kecemasan berat

4. MANISFESTASI KLINIK

 Tanda dan gejala timbulnya rasa cemas adalah :

a) Mempunyai firasat buruk, takut akan ketidakpastian


b) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah , mudah terkejut
c) Takut sendirian
d) Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan.
e) Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f) Keluhan – keluhan somatik, misalnya : rasa sakit otot dan tulang, berdebar – debar,
sesak nafas, sakit kepala, dan lain sebagainya.

(Hawari , 2004)

 Faktor – faktor yang mempengaruhi rasa cemas :


a) Perubahan patologi dan penyebab penyakit
b) Trauma
c) Kekacauan hubungan sosial dan keluarga
d) Konflik sosial dan budaya
e) Perubahan fisiologis yang normal (Pubertas, menstruasi, kehamilan dan menopause).
(Esperanza , 1997)
5. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

a) Pendekatan – pendekatan psikodinamika


(Mengambangkan tingkah laku yang adaptif)
b) Pendekatan – pendekatan humanistik
bekat –bakat serta perasaan – perasaan mereka yang sesungguhnya)
c) Pendekatan – pendekatan biologis
(Biasanya menggunakan variasi obat –obatn untuk mengobati gangguan kecemasan.
Misalnya valium dan xanax)
d) Pendekatan – pendekatan belajar
( Usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang
menjadi penyebab munculnya kecemasn)

6. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

– Identitas Pasien
– Keluhan Utama
– Riwayat Kesehatan Sekarang
– Riwayat Kesehatan Dahulu
– Riwayat Penyakit Keluarga
– Pola Kebiasaan
1. Pola Nutrisi
2. Pola Eliminasi
3. Pola Personal Hygiene
4. Pola Istirahat
5. Pola Aktivitas
– Data Obyektif
– Pemeriksaan Fisik Head Totoe
a. Kepala
Inspeksi: Simetris, tidak terdapat ketombe, penyebaran rambut merata,
Palpasi: tidak terdapat benjolan dan bekas luka.
b. Mata
Inspeksi: Simetris,konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih.
c. Hidung
Inspeksi: simetris, tidak terdapat labio palatoskisis, tidak terdapat tanda infeksi,
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga
Inspeksi: Daun telinga simetris, tidak terdapat serumen (bersih), tidak terdapat
pembesaran kelenjar mastoid.
e. Mulut
Inspeksi: Tidak sariawan, tidak terdapat labioskisis, warna bibir merah muda.
f. Leher
Inspeksi: Tidak ada benjolan.
Palpasi: Kelenjar tyroid: tidak ada nyeri tekan dan pembesaran.
Vena jugularis : tidak ada pembendungan.
g. Pemeriksaan Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, irama pernapasan teratur.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,getaran suara antara kiri dan kanan sama.
Auskultasi : tidak ada suara tambahan ronchi / wheezing.
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen simetris,tidak ada lika bekas operasi.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada semua abdomen.
Perkusi : tympani
Auskultasi : –

i. Ektrimitas atas
Inspeksi : simetris, tidak terdapat odem, jeri- jari lengkap dapat di gerkkan.
Palpasi ; tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat krepitasi.
j. Ekstrimitas bawah
Inspeksi : simetris,tidak ada odem, kedua kaki dapat di gerakkan, jari – jari lengkap.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
– Data Penunjang
a. Data Laboratorium
b. Terapi Medis

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa cemas

C. Analisa Data

– Data
– Masalah
– Antisipasi Maslah Potensial
– Identifikasi Kebutuhan Segera

D. Intervensi

1. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan rasa cemas pasien
dapat berkurang.

2. Kriteria Hasil

– Keadaan umum membaik


– Pasien tampak tenang
– Pasien tidak tampak kesakitan
– Pasien merasa nyaman
– Pasien sudah tidak menanyakan penyakitnya

7. Dx: Gangguan Rasa Cemas.

INTERVENSI RASIONAL
1.) Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga pasien .

2.) Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman


3.) Obsevasi TTV

4.) Kolaborasi dengan tim medis

5.) Memberikan tehnik relaksasi dan distraksi – Menciptakan hubungan saling percaya
antara pasien dan perawat.
– Dengan memberikan lingkungngan yang tenang dan nyaman membuat pasien bisa
beristirahat dengan tenang.

– Untuk mengetahui kondisi pasien dan mengetahui perkembangan pasien serta


menentukan tindakan selanjutnya.

– Memberi terapi secara tepat, yang dihrapkan dapat mempercepat proses penyembuhan
pasien.

– Tehnik relaksasi untuk mengurangi ketegangan otot dan pengalihan perhatian sehingga
dapat mengurangi rasa cemas

8. IMPLEMENTASI

Pemberian asuhan keperawatan tanpa pelaksanaan dari serangkaian kegiatan sistematis


berdasrakan perencanaan untuk mencapai hasil yang maksimal.

9. EVALUASI

Menilai tercapai atau tidaknya tujuan, dilihat dari perilaku pasien dan keluarga serta
keadaan fisik, sebagai berikut :

a. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standrat


yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian jika klien menunjukkan perubahan dari kriteria dan standar
yang di tetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama dan
bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
DAFTAR PUSTAKA
 Andaners (2009) .Konsep Cemas, Sters dan Adaptasi. http // andaners.WordPress.com
 Asmadi (2009) . Tehnik Prosedural Keperrawatan Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika.
 Http : // respository . USU .ac .id / bitstream // chapter II.
 Http : // Pembaharuan keluarga . wordpress.com.

ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA Nn.” E”
DENGAN GANGGUAN RASA CEMAS DI RUANG ARGOPURO (BEDAH)
RSUD. R.A. BASOENI – MOJOKERTO

DI SUSUN OLEH:

KARTIKA
NIM: 02.11.223

PROGRAM DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2011 – 2012
ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA Nn. ” E”
DENGAN GANGGUAN RASA CEMAS DI RUANG ARGOPURO
RSUD. R.A. BASOENI – MOJOKERTO

1. PENGKAJIAN

No. Registrasi : 214056


Ruang : Argopuro
Tanggal / Jam MRS : 27 – 02 – 2012 / 12.30 WIB
Tanggal / Jam Pengkajian : 28 – 02 – 2012 / 15.30 WIB
Diagnosa Medis : Osteosarcoma (kanker tulang)

 Identitas
a. Biodata
Nama : Nn. “E”
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : –
Alamat : Kemlagi – Gedeg – Mojokerto

 Keluhan Utama

Pasien mengatakan , ” saya susah tidur dan merasa cemas dengan penyakit yang saya
derita saat ini.”

 Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan, ” saya mersa cemas karena setelah kecelakaan pada tanggal 01 – 02 –
2012 , jam 07.30 WIB, rasa sakit di lutut saya tidak kunjung sembuh dan semakin tersa
sakit.
Pada waktu sebelum masuk rumah sakit saya hanya mengantisipasinya dengan obat
penghilang rasa nyeri saja.
Akan tetapi rasa sakit masih tetap ada,oleh karena itu akhirnya saya bawa ke RS. R.A.
Basoeni. Dan oleh pihak rumah sakit dianjurkan untuk rawat inap untuk pemeriksaan
lebih lanjut dan perawatan yang intensif.
Akhirnya saya memutuskan untuk rawat inap tanggal 27 – 02 – 2012 dan saya di rawat di
ruang argopuro (bedah).”

 Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan, ” saya tidak pernah merasa secemas ini sebelumnya, karena pada
waktu sebelum kecelakaan saya tidak pernah menderita penyakit seperti sekarang ini”

 Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan, keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menurun,


sperti diabetes, paru – paru, hipertensi, dll.
Keluarga pasien juga tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti, HIV, hepatitis,
dll.

 Pola Kebiasaan

Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit


– Nutrisi
1. Makan

2. Minum
– 3X sehari, porsi sedangdengan lauk sayur
– 7 – 8 gelas /hari ± 1500 – 2000 cc

– 2X sehari,makan bubur, setiap makan habis


± 4 – 6 sendok.
– 7 – 8 gelas / hari
± 1500 – 2000 cc.

– Eliminasi
1. BAB

2. BAK
– 2X / hari
– Konsistensi lunak

– 5 – 6 X / hari
– Warna kuning, bau khas.
– 2X sehari,dibantu keluarga.
– Konsistensi lunak
– 3 – 4 X / hari, dibantu keluarga.
– Warna kuning,bau khas.
-Personal Hygiene
1. Mandi

2.Gosok gigi
3. Keramas

4. Ganti pakaian

– Di kamar mandi
– 2X / hari
– Pakai air dingin
– Mandi sendiri
– Memakai sabun

– Dikamar mandi
– 2X / hari
– Pakai air dingin

– Dikamar mandi
– 2X / hari

– Dikamar
– 2X / hari

– Di tempat tidur
– Di seka 2X / hari
– Pakai air dingin
– Tidak memakai sabun

– Di tempa tidur
– 2X / hari
– Pakai air dingin

– Tidak keramas

– Di atas tempat tidur


– 1X / hari
– Pola Istirahat

Tidur
– Siang 2 – 3 jam
– Malam 8 – 9 jam
– nyenyak

– Siang 1 – 2 jam
– Malam 7 – 8 jam
– Tidur kurang nyenyak karena memikirkan penyakitnya
– Pola Aktivitas
– Segala kebutuhan dan kegiatan sehari – hari bisa dilakukan sendiri.
– Hanya bisa berbaring di tempat tidur.
– Segala kebuthan di bantu oleh keluarga.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

 K / U : Cukup
 Kesadaran : Composmentis
 GCS : 4 – 5 – 6
 Tekanan Darah (TD) : 110/ 70 mmHg
 Nadi : 120 X / menit
 Respirasi Rate (RR) : 24X / menit
 Suhu : 37,5˚ C

b. Pemeriksaan Fisik

 Kepala
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat bekas luka, penyebaran rambut rata.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan bekas luka.

 Mata
Inspeksi : Simetris, raflek pupil normal, bersih, tidak anemis, sklera tidak ikterik

 Hidung
Inspeksi: simetris, tidak terdapat labio palatoskisis, tidak terdapat tanda infeksi.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

 Telinga
Inspeksi: Daun telinga simetris, tidak terdapat serumen (bersih), tidak terdapat
pembesaran kelenjar mastoid.

 Mulut
Inspeksi : Tidak sariawan, warna bibir merah muda, tidak terdapat labioskisis, lidah
berwarna merah muda, gigi tidak berlubang, jumlah gigi lengkap.

 Leher
Inspeksi: Tidak ada benjolan.
Palpasi: Kelenjar tyroid: tidak ada nyeri tekan dan pembesaran.
Vena jugularis : tidak ada pembendungan.

 Pemeriksaan Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, irama pernapasan teratur.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,getaran suara antara kiri dan kanan sama.
Auskultasi : tidak ada suara tambahan ronchi / wheezing.

 Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen simetris,tidak ada lika bekas operasi.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada semua abdomen.
Perkusi : tympani
Auskultasi : –

 Ektrimitas Atas
Inspeksi : Simetris, tidak ada odem, terpasang infus RL pada tangan kiri, jari – jari tangan
lengkap.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan krepitasi
.
 Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Tidak simetris,terdapat odem, kemerahan, jari – jari lengkap.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan dn teraba panas
3. Data Penunjang
 Diagnosa Medis : Osteosarcoma (kanker tulang).
 Tanggal : 28 – 02 – 2012
– Cek : 1. Cruris : Close fraktur cruris sinistra.
2. Foto Torax : – Paru – paru normal
– Tidak dapat penyempitan jantung

– Data Laboratorium

Nama Pasien : Nn. “E” Tanggal: 27 – 02 – 2012 Umur : 19 tahun


Ruang : Argopuro (bedah)

1. Tes Fungsi Hati Angka Normal


o Bilirubin direct ……….. mg/dl 0,00 – 0,02
Total ……….. mg/dl < 1,00
o SGPOT ……….. U/I L : 25 P : 21
o SGPT ……….. U/I L : 29 P : 22
o Total Protein ….5,4.. g/dl 6 – 8
o Albumin ….3,6.. g/dl 3,4 – 4,2
o Globumin ….1,8.. g/dl 2,2 – 3,6
o Gamma GT ……….. U/I 5 – 38

2. Tes Fungsi Ginjal


o UREA ……….. mg/dl 10 – 50 mg/dl
o KREATIN Serum ……….. mg/dl L : 0,6 – 1,5 P : 0,5 – 12
o Asam Lirat ……….. mg/dl L : 3,4 – 7,7 P : 2,7 – 5,7
o Klierns Kreatin ……….. mg/dl 100 – 130 ml/liter

3. Tes Diabetes
o Gula darah Puasa ……….. mg/dl 80 – 110 mg/dl
o Gula Darah 2 jam pp …… mg/dl 110 – 140
o Gula Darah ACOCC …… mg/dl 140
o HB AC ………… mg/dl 4 – 6

4. Tes Lemak
o Total Kolesterol ………… mg/dl 150 – 250
o HDL ………… mg/dl 45 – 65
o LDL ………… mg/dl < 150
o Tigliserida ………… mg/dl 6 : tidak cemas
– Pasien sudah nampak tidak tegang
– Pasien sudah tidak lagi menanyakan tentang penyakitnya
– Pasien sudah bisa tidur dengan teratur.
• A : Masalah tertasi.
• P : Intervensi di hentikan
– Pasien sudah tidak merasa cemas dan sudah bisa merasa tenang.

 Healty Care

o Anjurkan pasien untuk tetap tenang


o Anjurkan pasien untuk istirahat cukup
o Anjurkan pasien banyak minum air putih
o Anjurkan pasien untuk teratur menjalankan cek up / kontrol.

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUANG RASA AMAN ANSIETAS


A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian

Ansietas adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah


(penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam merespon terhadap
ancaman yang tidak jelas, non spesifik (Linda Juall Carpenito, Edisi 8).

Ansietas adalah perasaan yang tidak jelas tentang keprihatinan dan khawatir karena
ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (May, 1987).

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam dan terkait dengan
perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan perasaan isolasi, keterasingan dan
ketidakamanan juga hadir (Stuart dan Laraia, 2005).

2. Etiologi

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami ansietas


(Hawari, 2008), sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.

b. Merasa tegang, tidak senang, gelisah, mudah terkejut

c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan

e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat

f. Keluhan-keluhan somatik

3. Tingkatan ansietas

Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkatan ansietas sebagai berikut:

a. Ansietas ringan

Ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadikan


waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

b. Ansietas sedang

Memusatkan pada hal yang penting dan mengesapingkan yang lain, sehinggga
seseorang mengalami perhatian yang selektif.

c. Ansietas berat

Cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berpikir tentang hal lain.

d. Tingkat panik

Peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang


lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.

4. Pengukuran kecemasan

Mengetahui derajat kecemasan ringan, sedang, berat dan panik dikenal dengan
Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA). Terdiri dari 10 kelompok gejala yang
masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka, yaitu:

Nilai 0 (tidak ada gejala yang muncul) = tidak ada gejala


Nilai 1 (hanya 1 gejala yang muncul) = gejala ringan

Nilai 2 (sebagian gejala yang muncul) = gejala sedang

Nilai 3 (lebih dari sebagian gejala yang muncul) = gejala berat

Nilai 4 (seluruh gejala yang muncul) = gejala berat sekali/panik

10 komponen kecemasan yaitu:

a. Perasaan cemas

b. Ketegangan

c. Ketakutan

d. Gangguan tidur

e. Gangguan kecerdasan

f. Perasaan depresi

g. Gejala somatik

h. Gejala sensorik

i. Gejala kardiovaskuler

j. Gejala pernafasan

5. Faktor predisposisi

Menurut Stuart dan Laraia (1998:177-181) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:

a. Faktor biologis

Otak mengadung reseptor untuk benzodiazepin, membantu mengatur ansietas.


Penghambat GABA berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
ansietas sebagaimana halnya endorfin.

b. Faktor psikologis

Pandangan psikoanalitik
Konflik emosional antara 2 elemen yaitu: id (dorongan insting atau impuls primitif)
dan superego (hati nurani). Ego berfungsi menengahi tuntutan dari 2 elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

Pandangan interpersonal.

Perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal

Pandangan prilaku.

Merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan


seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Sosial budaya

Merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

6. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi:

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang


akan datang dan menurunya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga


diri, dan fungsi sosial

7. Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah distorsi kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk
mempertahankan rasa kendali terhadap situasi, mengurangi rasa tidak nyaman dan
menghadapi situasi yang menimbulkan stres (Videbeck, 2008).

mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart dan


Sundeen, 2002), yaitu:

a. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan


mencapai tujuan.

b. Mekanisme koping maladaptif


Mekanisme koping yang menghambat fungsing integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Ada 2 sistem koping yang digunakan pada seseorang yang mengalami kecemasan,
(Stuart, 2006), yaitu:

a. Reaksi orientasi tugas (Task Oriented Reaction)

Ada 3 reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:

1). Prilaku menyerang

Digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan


kebutuhan.

2). Prilaku menarik diri

Digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik maupun


psikologis.

3). Prilaku kompromi

Digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek
kebutuhan pribadi seseorang.

b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction)

Reaksi ini berguna untuk melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa
pertama.

B. Konsep Dasar Askep

Batasan karakteristik

Mayor (Adams et al, 1997), harus terdapat:

a. Fisiologis

b. Emosional

c. Kognitif

1. Pengkajian
a. Data subyektif

1). Fisiologis

Individu mengatakan:

a). Gelisah

b). Berdebar-debar

c). Sering berkemih

d). Diare

f). Sakit dan nyeri tubuh

g). Pusing/mau pingsan

h). Rasa panas/dingin

i). Anoreksia

2. Emosional

Individu mengatakan bahwa ia merasakan:

a). Ketakutan

b). Ketidakberdayaan

c). Gugup

d). Kurang percaya diri

e). Ketegangan

f). Kehilangan kontrol

g). Tidak dapat rileks

3. Kognitif

Individu mengatakan:
a). Tidak dapat konsentrasi

4. Faktor-faktor yang berhubungan

a). Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap konsep diri
sekunder akibat:

(1). Perubahan status atau prestise

(2). Kegagalan

(3). Dilema etis

b). Berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasakan
sekunder akibat:

(1). Sekarat

(2). Serangan

(3). Prosedur invasif

(4). Penyakit

c). Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan aktual atau yang dirasakan
akibat:

(1). Hospitalisasi

b. Data obyektif

1). Fisiologis

a). Peningkatan frekwensi jantung

b). Peningkatan tekanan darah

c). Peningkatan frekwensi pernafasan

d). Pucat atau kemerahan

e). Mulut kering

f). Dilatasi pupil


g). Suara tremor

h). Gelisah

2). Emosional

Individu memperlihatkan

a). Peka rangsang/tidak sabar

b). Marah berlebihan dan menangis

c). Cenderung menyalahkan orang lain

d). Menarik diri

f). Kurang inisiatif

g). Mencela diri

h). Kontak mata buruk

3). Kognitif

a). Penurunan kemampuan belajar

b). Mudah lupa

c). Konfusi

2. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan rasa aman ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

b. Gangguan rasa aman ansietas berhubungan dengan hospitalisasi

c. Gangguan rasa aman ansietas berhubungan dengan prosedur operasi

3. Perencanaan

a. Rencana tindakan

1). Kaji tingkat ansietas pasien/keluaga


2). Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga

3). Pertahankan kontak sering dengan pasien/keluarga untuk mendengarkan masalah


dan perasaan pasien/keluarga

4). Sediakan informasi yang akurat tentang penyakit, pengobatan, dan


perkembangan penyakit

5). Berikan kenyamanan dan ketentraman hati

6). Hindari harapan-harapan kosong dengan menyediakan informasi yang spesifik

7). Libatkan pasien/keluarga dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi


maksimum pada rencana pengobatan

8). Pahami rasa takut/ansietas

9). Identifikasi cara-cara dimana pasien/keluarga mendapatkan bantuan jika


dibutuhkan

10). Dorong/intruksikan metode bimbingan imajinasi/relaksasi mental

b. Rencana tujuan

1). Tingkat ansietas yang dialami teridentifikasi ringan, sedang, berat, panik

2). Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami

3). Memantapkan hubungan, meningkatkan ekspresi perasaan dan membantu


pasien/keluarga untuk melihat realitas dari penyakit/pengobatan.

4). Meningkatnya pemahaman tentang penyakit, pengobatan, dan perkembangan


penyakit

5). Memenuhi kebutuhan dasar manusia, penurunan rasa terisolasi dan mengurangi
perasaan khawatir

6). Memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga untuk merasa terjamin

7). Membantuk memfokuskan perhatian pasien/keluarga dalam arti positif dan


memberikan rasa kontrol

8). Membantu pasien/keluarga untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikan dan


menghadapinya
9). Memberi jaminan bahwa staf bersedia untuk mendukung/membantu

10). Meningkatkan pelepasan endorfin dan membantu dalam perkembangan kontrol


lokus internal, mengurangi ansietas.

4. Pelaksanaan

a. Mengkaji tingkat ansietas pasien/keluarga

b. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga

c. Melakukan kontak dengan pasien/keluarga, mendengarkan masalah dan perasaan,


membina hubungan saling percaya

d. Memberikan informasi yang akurat tentang penyakit, pengobatan, dan


perkembangan penyakit

e. Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati dengan berbicara perlahan dan


tenang, mengunakan kalimat yang pendek dan sederhana

f. Memberikan informasi yang spesifik tentang penyakit, pengobatan dan


perkembangan penyakit

g. Melibatkan pasien/keluarga dalam rencana perawatan dan mendorong partisipasi


maksimum pada rencana pengobatan

h. Memahami rasa takut/ansietas pasien/keluarga

i. Memberi informasi dimana pasien/keluarga bisa mendapatkan bantuan

j. Memberikan bimbingan imajinasi/relaksasi

5. Evaluasi

a. Tingkat ansietas teridentifikasi

b. Informasi dapat diterima dan dipahami

c. Terbina hubungan saling percaya

d. Pasien/keluarga paham tentang penyakit, pengobatan, dan perkembangan


penyakit

e. Kebutuhan dasar manusia terpenuhi, perasaan terisolasi dan khawatir berkurang


f. Pasien/keluarga merasa terjamin

g. Pasien/keluarga terfokus, terkontrol dan berpartisipasi dalam rencana pengobatan

h. Pasien/keluarga bersikap terbuka, dapat berdiskusi dan menghadapinya

i. Pasien/keluarga merasa terjamin

j. Ansietas berkurang

Daftar Pustaka:

Lynda Juall Carpenito, edisi 8

Marilynn E Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, edisi 3

Jurnal,pdf.info/pdf/ansietas.html

WOC

GANGGUAN RASA AMAN ANSIETAS

FAKTOR-FAKTOR ETIOLOGI

FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRETISIPASI

PENILAIAN TERHADAP STRESOR

SUMBER KOPING

MEKANISME KOPING MALADAPTIF

Anda mungkin juga menyukai