2014
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu
tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan
untuk menghentikan proses yang menuju kematian.
Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat
dengan teknik ABC pada prosedur CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation)yaitu :
1) A (Airway) : Menjaga jalan nafas tetap terbuka
2) B (Breathing) : Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat
3) C (Circulation) :Mengadakan sirkulasi buatan dengan keompresi jantung paru.
Pada tanggal 18 Oktober 2010, AHA (American Hearth Association)
mengumumkan perubahan prosedur CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation)yang
sebelumnya menggunakan A-B-C (Airway Breathing Circulation)sekarang
menjadi C-A-B (Circulation Airway Breathing).
2.2 Indikasi
Basic life support (BLS) dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan
sebagai berikut :
1) Henti nafas (respiratory arrest)
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan :
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
i. Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat
agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
2) Henti jantung (cardiac arrest)
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
Penyebab henti jantung adalah :
1)
2)
Cardiac
a)
b)
Aritmia
c)
d)
Tamponade jantung
e)
Pecahnya Aorta
Extra - Cardiac
a)
b)
Gagal nafas
c)
Gangguan Elektrolit
d)
Syok
e)
Overdosis Obat
f)
Keracunan
2.3 Tujuan
Tindakan Basic life support (BLS) memiliki berbagai macam tujuan,
diantaranya yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2.4 Perbedaan BLS Menurut AHA Tahun 2005 dan AHA Tahun 2010
Tanggal 18 oktober 2010 lalu AHA (American Hearth Association)
mengumumkan perubahan prosedur CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation) atau
dalam bahasa Indonesia disebut RJP (Resusitasi Jantung Paru) yang berbeda dari
prosedur sebelumnya yang sudah dipakai dalam 40 tahun terakhir. Perubahan
tersebut ada dalam sistematikanya, yaitu sebelumnya menggunakan A-B-C
(Airway-Breathing-Circulation) sekarang menjadi C-A-B (Circulation Airway
Breathing).Namun perubahan yang ditetapkan AHA tersebut hanya berlaku pada
orang dewasa, anak, dan bayi.Perubahan tersebut tidak berlaku pada neonatus.
Perubahan tersebut menurut AHA adalah mendahulukan pemberian kompresi
dada dari pada membuka jalan napas dan memberikan napas buatan pada penderita
henti jantung.Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa teknik kompresi dada
lebih diperlukan untuk mensirkulasikan sesegera mungkin oksigen keseluruh tubuh
terutama organ-organ vital seperti otak, paru, jantung dan lain-lain.
Menurut penelitian AHA, beberapa menit setelah penderita mengalami henti
jantung masih terdapat oksigen pada paru-paru dan sirkulasi darah. Oleh karena itu
memulai kompresi dada lebih dahulu diharapkan akan memompa darah yang
mengandung oksigen ke otak dan jantung sesegera mungkin. Kompresi dada
dilakukan pada tahap awal selama 30 detik sebelum melakukan pembukaan jalan
napas (Airway) dan pemberian napar buatan (bretahing) seperti prosedur yang
lama.
AHA selalu mengadakan review guidelines CPR setiap 5 tahun sekali.
Perubahan dan review terakhir dilakukan pada tahun 2005 dimana terjadi
perubahan perbandingan kompresi dari 15 : 2 menjadi 30 : 2.
Dengan
perubahan
ini
AHA
merekomendasikan
agar
segera
2010. Fokus utama RJP 2010 ini adalah kualitas kompresi dada.Berikut ini adalah
beberapa perbedaan antara Panduan RJP 2005 dengan RJP 2010.
1) Bukan lagi ABC, melainkan CAB
setelah kita mengetahui bahwa korban henti napas (setelah Look, Listen, and Feel).
Pada AHA 2010, hal ini sudah dihilangkan karena terbukti menyita waktu yang
cukup banyak sehingga terjadi penundaan pemberian kompresi dada.
4) Kompresi dada lebih dalam lagi
kompresi dada minimal 100 kompresi/ menit. Pada kecepatan ini, 30 kompresi
membutuhkan waktu 18 detik.
6) Hands only CPR
2010 pun AHA masuh menginginkan agar penolong yang tidak terlatih melakukan
Hands Only CPR pada korban dewasa yang pingsan di depan mereka. Pertanyaan
terbesar adalah: apa yang harus dilakukan penolong tidak terlatih pada korban yang
tidak pingsan di depan mereka dan korban yang bukan dewasa? AHA memang tidak
memberikan jawaban tentang hal ini, namun ada saran sederhana disini: berikan
Hands Only CPR, karena berbuat sesuatu lebih baik daripada tidak berbuat sama
sekali.
7) Pengaktivasian Emergency Response System (ERS)
8)
yang mengakibatkan kematian jaringan otak jika aliran darah berhenti terlalu
lama.Membutuhkan beberapa kompresi dada untuk mengalurkan darah kembali.
AHA menghendaki kita untuk terus melakukan kompresi selama kita bisa atau
sampai alat defibrilator otomatis datang dan siap untuk menilai keadaan jantung
korban. Jika sudah tiba waktunya untuk pernapasan dari mulut ke mulut, lakukan
segera dan segera kembali melakukan kompresi dada. Prinsip Push Hard, Push Fast,
Allow complete chest recoil, and Minimize Interruption masih ditekankan disini.
Ditambahkan dengan Avoiding excessive ventilation.
9) Tidak dianjurkan lagi Cricoid Pressure
yang lebih adekuat dan ternyata aspirasi tetap dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan cricoid pressure. Cricoid pressure merupakan suatu metode penekanan
tulang rawan krikoid yang dilakukan pada korban dengan tingkat kesadaran sangat
rendah, hal ini pada pedoman AHA 2005 diyakini dapat mencegah terjadinya
aspirasi dan hanya boleh dilakukan bila terdapat penolong ketiga yang tidak terlibat
dalam pemberian nafas buatan ataupun kompresi dada.
beberapa
kasus
dilaporkan
bahwa
precordial
thump
dapat
10
awal dan ventilasi hanya sedikit tertunda satu siklus kompresi dada (30 kali
kompresi dada secara ideal dilakukan sekitar 18 detik).
3) Kurang dari 50% orang yang mengalami henti jantung mendapatkan RJP dari
orang sekitarnya. Ada banyak kemungkinan penyebab hal ini namun salah satu
yang menjadi alasan adalah dalam algoritma A-B-C, pembebasan jalan nafas
dan ventilasi mulut ke mulut dalam Airway adalah prosedur yang kebanyakan
ditemukan paling sulit bagi orang awam. Memulai dengan kompresi dada
diharapkan dapat menyederhanakan prosedur sehingga semakin banyak korban
yang bisa mendapatkan RJP. Untuk orang yang enggan melakukan ventilasi
mulut ke mulut setidaknya dapat melakukan kompresi dada.
Penggunaan Sistem ABC Saat ini :
1.
Pada korban tenggelam atau henti nafas maka petugas sebaiknya melakukan
RJP konvensional (A-B-C) sebanyak 5 siklus (sekitar 2 menit) sebelum
mengaktivasi sistem respon darurat.
2.
Pada bayi baru lahir, penyebab arrest kebanyakan adalah pada sistem
pernafasan maka RJP sebaiknya dilakukan dengan siklus A-B-C kecuali
terdapat penyebab jantung yang diketahui.
Kemungkinan berhasil
1 Menit
98 dari 100
2 Menit
50 dari 100
10 Menit
1 dari 100
11
118.
12
Jika terdapat orang lain di sekitar penolong, minta dia untuk melakukan panggilan.
Saat menghubungi EMS sebutkan :
(1) Lokasi korban
(2) Nomor telepon yang bisa di hubungi
(3) Apa yang terjadi (misalnya serangan jantung / tidak sadar)
(4) Jumlah korban
(5) Dibutuhkan ambulan segera
(6) Tutup telepon setelah diinstruksikan oleh petugas.
3.
1) Berikan posisi head tilt, tentukan letak jakun atau bagian tengah tenggorokan
korban dengan jari telunjuk dan tengah.
2) Geser jari anda ke cekungan di sisi leher yang terdekat dengan anda (Lokasi
nadi karotis)
3) Tekan dan raba dengan hati-hati nadi karotis selama 10 detik, dan perhatikan
tanda-tanda sirkulasi (kesadaran, gerakan, pernafasan, atau batuk)
4) Jika ada denyut nadi maka dilanjutkan dengan memberikan bantuan
pernafasan, tetapi jika tidak ditemukan denyut nadi, maka dilanjutkan dengan
melakukan kompresi dada
13
bawah sternum (tulang dada). Cara menentukan posisi tangan yang tepat untuk
kompresi dada :
1) Pertahankan posisi heat tilt, telusuri batas bawah tulang iga dengan jari tengah
sampai ke ujung sternum
14
bawah sternum (tulang dada). Untuk posisi, petugas berlutut jika korban terbaring
di bawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di tempat tidur.
Cara menentukan posisi tangan yang tepat untuk kompresi dada :
1) Angkat jari telunjuk dan jari tengah
2) Letakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang menempel di sternum.
15
korban tidak sadar, tonus otot terganggu sehingga lidah jatuh ke belakang dan
menutupi jalan nafas. Pada dasarnya lebih melekat pada rahnag bawah sehingga
menggerakan rahang bawah keatas akan menarik lidah menjauh dari tenggorokan
dan membuka jalan nafas.
Melakukan manuver head tilt-chin lift
1) Letakkan satu tangan pada dahi korban dan berikan tekanan ke arah belakang
dengan telapak tangan untuk menengadahkan kepala (head tilt).
16
17
19
Langkah 4
Penolong 1
Evaluasi nadi dan tanda tanda sirkulasi
Penolong 2
Menentukan posisi kompresi dada (saat penolong 1 mengevaluasi nadi dan
tanda tanda sirkulasi)
Langkah 5
Penolong 1
Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di evaluasi dan tidak ada tanda-tanda
sirkulasi perlakukan sebagai henti jantung), katakan nadi tidak teraba
lanjutkan RJP.
Langkah 6
Penolong 2
Lakukan kompresi dada dengan hitungan:
1,2,3,4,5 1,2,3,4,10 1,2,3,4,15 1,2,3,4,20
1,2,3,4,25 1,2,3,4,30
Selesaikan 30 kompresi
Langkah 7
Penolong 1
Berikan 2 tiupan napas (setelah penolong 2 menyelesaikan tiap 30 kompresi
dada) tanpa menghentikan kompresi dada.
Langkah 8
Ulangi siklus RJP
Penolong 1 : berikan 2 tiupan
Penolong 2 : lakukan 30 kompresi dada
2.7
Langkah 1
Penolong 2 (yang melakukan kompresi dada)
Meminta pergantian dengan hitungan :
1,2,3,4,5 1,2,3,4,10 1,2,3,4,15 1,2,3,4,20
1,2,3,4,25GANTI 1,2,3,4,30
Langkah 2
20
Penolong 1
Berikan 2 tiupan napas setelah penolong 2 menyelesaikan 30 kompresi
dada.
Pindah ke dada korban
Tentukan posisi kompresi dada.
Langkah 3
Penolong 2
Pindah ke kepala korban
Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi
Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di evaluasi dan tidak ada tanda-tanda
sirkulasi perlakukan sebagai henti jantung), katakan nadi tidak teraba,
lanjutkan RJP
Langkah 4
Ulangi siklus RJP
Penolong 1 : lakukan 30 kompresi dada
Penolong 2 : berikan 2 tiupan napas
EVALUASI
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan setiap 5 siklus RJP 30:2
Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di tentukan dan tidak dapat, tanda-tanda
sirkulasi, perlakuan sebagai henti jantung),lanjutkan RJP 30:2
Jika nadi teraba, periksa pernapasan
Jika tidak ada napas, lakukan napas buatan 8-10x/menit (1 tiupan tiap 6-7
detik) dengan hitungan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat
ribu...tiup! Ulangi sampai 10x tiupan/menit.
Jika nadi dan napas ada, letakkan korban pada posisi recovery.
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan tiap 2 menit.
21
C. Dengan menggunakan tangan anda yang lain, tekuk lutut kanan korban dengan
sudut 90 derajat.
22
23
Langkah
Aksi
Skor
R : Respon
EMS
Sirkulasi RJP
Evaluasi
24
Breathing
hitungan : satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, .....
tiup! Berikan tiupan napas pendek (1 detik/tiupan; volume
udara :400-600 ml/tiupan)
Posisi
25
Langkah
Penolong 1
Tindakan
Skor
Penolong 2
Penolong 1
Penolong 2
Penolong 1
Penolong 2
Penolong 1
Penolong 2
(pergantian)
1,2,3,4,5-1,2,3,4,10-1,2,3,4,15-1,2,3,4,20-1,2,3,4, GANTI
-,1,2,3,4,30
Penolong 1
Penolong 2
evaluasi
26
breating
satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu.... tiup ! berikan
8-10 kali tiupantiap menit.
Posisi
recovery
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Bantuan
hidup dasar (BHD)/Basic life support (BLS) adalah Usaha yang dilakukan
untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami
keadaan yang mengancam jiwa. BLS/BHD dilakukan pada pasien yang
mengalami henti nafas dan henti jantung untuk mempertahankan hidup pasien.
Perbedaan BLS antara tahun 2005 dengan 2010 menurut AHA adalah BLS
2005 masih menggunakan ABC dan pada tahun 2010 diperbaharui menjadi
BAC. Langkah-langkah BLS dengan menggunakan sistem BAC dimulai
dengan mengecek respon pasien dan diakhiri dengan defribilasi.
B. Saran
Sebagai perawat professional sudah pasti dan harus mengerti,
memahami dan mampu melaksanakan Bantuan hidup dasar (BHD)/Basic life
support (BLS) dengan atau tanpa bantuan orang lain secara cepat dan tepat
karena tindakan kegawatdaruratan sangatlah penting dan dapat terjadi dimana
saja. Dalam perkembangan Ilmu kesehatan perawat juga tidak boleh buta
dengan perkembangan teknik-teknik terbaru dalam proses keperawatan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Bharega.
Bantuan
2009.
Hidup
Dasar.
Deden.
2011.
Bantuan
Hidup
Dasar.
http://pertolonganpertama-
gusri.
2011.
Bantuan
Hidup
Dasar/RJP.
http://yuudi.blogspot.com/2011/05/bantuan-hidup-dasar.html.
diakses
29