Di susun oleh :
ERLI, Amd.Keb
JURUSAN KEBIDANAN
BANDA ACEH
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .............................................................................................15
B. Saran .......................................................................................................15
A. Latar Belakang
Dewasa ini kejadian serangan jantung maupun kecelakaan sangat
meningkat khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Basic Life
Support (BLS) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Bantuan Hidup
Dasar (BHD) merupakan usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang
mengancam jiwa
Basic Life Support merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan
saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa dan atau alat
gerak. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah
dan transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ
tubuh terutama organ vital akan mengalami kekurangan oksigen yang
berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan.
Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, kerena otak
hanya akan mempu bertahan jika asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika
dalam 10 menit otak tidak mendapatkan asupan oksigen dan glukosa maka
otak akan mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, 10 menit
pertama merupakan golden period untuk memberikan bantuan hidup dasar.
Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami
henti nafas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi jantung
paru (RJP).
Resusitasi jantung paru adalah istilah yang dipakai untuk menyebut terapi
segera untuk henti jantung dan/atau napas. RJP terdiri dari pemberian bantuan
sirkulasi dan napas, dan merupakan terapi umum yang bisa diterapkan pada
hampir semua kasus henti jantung/napas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BLS?
2. Apa Indikasi BLS?
3. Apa Tujuan BLS?
4. Apa langkah-langkah BLS sistem CAB?
5. Apa perbedaaan langkah-langkah BLS sistem ABC dengan CAB?
6. Bagaimana penggunaan sistem ABC saat ini?
7. Apa yang dimaksud dengan Emergency Medical Service?
C. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa memahami tentang BLS serta langkah-langkahnya.
2. Tujuan Umum
a. Agar mahasiswa memahami tentang pengertian BLS.
b. Agar mahasiswa memahami indikasi BLS
c. Agar Mahasiswa memahami tujuan BLS
d. Agar mahasiswa memahami tentang langkah-langkah BLS sistem
CAB.
e. Agar mahasiswa memahami tentang perbedaaan langkah-langkah
BLS sistem ABC dengan CAB.
f. Agar mahasiswa memahami tentang penggunaan sistem ABC saat ini.
g. Agar mahasiswa memahami tentang Emergency Medical Service
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian BLS
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory
arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi jantung paru otak dibagi
dalam tiga fase, bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka
lama. Namun pada pembahasan kali ini lebih difokuskan pada Bantuan Hidup
Dasar.
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu
tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan
untuk menghentikan proses yang menuju kematian.
Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat
dengan teknik ABC yaitu airway atau membebaskan jalan nafas, breathing atau
memberikan nafas buatan, dan circulation atau pijat jantung pada posisi shock.
Namun pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi CAB (circulation,
breathing, airway). Tujuan utama dari BLS adalah untuk melindungi otak dari
kerusakan yang irreversibel akibat hipoksia, karena peredaran darah akan
berhenti selama 3-4 menit.
B. Indikasi
Basic life support (BLS) dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan sebagai
berikut
1. Henti nafas (respiratory arrest)
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernafasan dari korban/pasien. Henti nafas merupakan kasus yang harus
dilakuan tindakan Bantuan Hidup Dasar.
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan
organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat
bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
2. Henti jantung (cardiac arrest)
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernafasan yang terganggu merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
C. Tujuan
Tindakan Basic Life Support (BLS) memiliki berbagai macam tujuan, diantaranya
yaitu:
1. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ-organ vital
(otak, jantung dan paru)
2. Mempertahankan hidup dan mencegah kematian
3. Mencegah komplikasi yang bisa timbul akibat kecelakaan
4. Mencegah tindakan yang dapat membahayakan korban
5. Melindungi organ
6. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi
7. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban
yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung Paru
(RJP).
No ABC CAB
1 Memeriksa respon pasien Memeriksa respon pasien termasuk
ada/tidaknya nafas secara visual.
2 Melakukan panggilan darurat dan Melakukan panggilan darurat
mengambil AED (Automatic
Ekstenal Defibrilator).
3 Airway (Head Tilt, Chin Lift) Circulation (Kompresi dada
dilakukan sebanyak satu siklus 30
kompresi, sekitar 18 detik)
4 Breathing (Look, Listen, Feel, Airway (Head Tilt, Chin Lift)
dilanjutkan memberi 2x ventilasi
dalam-dalam)
5 Circulation (Kompresi jantung + Breathing ( memberikan ventilasi
nafas buatan (30 : 2)) sebanyak 2 kali, Kompresi jantung +
nafas buatan (30 : 2))
6 Defribilasi
2. Pendidikan
Penolong pertama seringkali orang awam yang tidak memiliki kemampuan
menolong yang memadai sehingga dapat dipahami jika penderita dapat langsung
meninggal ditempat kejadian atau mungkin selamat sampai ke fasilitas kesehatan
dengan mengalami kecacatan karena cara tranport yang salah. Penderita dengan
kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari
kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika
sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi
& tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar. Karena itu orang awam yang
menjadi penolong pertama harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :
Menguasai cara meminta bantuan pertolongan
Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)
Menguasai teknik mengontrol perdarahan
Menguasai teknik memasang balut-bidai
Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi
Golongan orang awam lain yang sering berada di tempat umum karena
bertugas sebagai pelayan masyarakat seperti polisi, petugas kebakaran, tim SAR
atau guru harus memiliki kemampuan tambahan lain yaitu menguasai kemampuan
menanggulangi keadaan gawat darurat dalam kondisi :
Penyakit anak
Penyakit dalam
Penyakit saraf
Penyakit Jiwa
Penyakit Mata dan telinga
Dan lainya sesuai kebutuhan system
Penyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan kepada
masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara formal
maupun informal secara berkala dan berkelanjutan. Pelatihan formal di intansi-
intansi harus diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum yang sama, bentuk
sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang sama. Sehingga penolong akan
memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam memberikan bantuan
dalam keadaan sehari-hari ataupun bencana masal.
3. Tranportasi
Alat tranportasi yang dimaksud adalah kendaraannya, alat-alatnya dan
personalnya. Tranportasi penderita dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara.
Alat tranportasi penderita ke rumah sakit saat ini masih dilakukan dengan
kendaraan yang bermacam-macam kendaraan tanpa kordinasi yang baik. Hanya
sebagian kecil yang dilakukan dengan ambulan, itupun dengan ambulan biasa
yang tidak memenuhi standar gawat darurat. Jenis-jenis ambulan untuk suatu
wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi lokal untuk pelayanan harian dan
bencana.
4. Pendanaan
Sumber pendanaan cukup memungkinkan karena system asuransi yang kini
berlaku di Indonesia. Pegawai negeri punya ASKES, pegawai swasta memiliki
jamsostek, masyarakat miskin mempunyai ASKESKIN. Orang berada memiliki
asuransi jiwa.
5. Quality Control
Penilaian, perbaikan dan peningkatan system harus dilakukan secara
periodic untuk menjamin kualitas pelayanan sesuai tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan penilaian dini terdapat
gangguan tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan adanya nafas dan atau tidak
ada nadi, maka penolong harus segera melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Bantuan Hidup Dasar adalah Serangkaian usaha awal untuk mengembalikan
fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti nafas
dan atau henti jantung (cardiacarrest).
Langkah BLS yaitu Memeriksa respon pasien termasuk ada/tidaknya nafas
secara visual, Melakukan panggilan darurat, Circulation (Kompresi dada
dilakukan sebanyak satu siklus 30 kompresi, sekitar 18 detik), Airway (Head Tilt,
Chin Lift), Breathing ( memberikan ventilasi sebanyak 2 kali, Kompresi jantung
+ nafas buatan (30 : 2)), Defribilasi. Skema dari EMC yaitu Injury, Pre Hospital
stage, Hospital Satge, dan Rehabilitation.
B. Saran
Bagi mahasiswa kebidanan disarankan agar dapat memahami tentang BLS
karena kejadian kegawatdaruratan dapat kita jumpai dimana saja dan kapan saja,
sehingga dapat menjadi bekal kita untuk menolong orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Yayasan Jantung Indonesia. 2012. Bantuan Hidup Dasar (Baasic Life Support).
http://www.inaheart.or.id/bantuan-hidup-dasar/. Diakses Rabu, 16 Januari 2019
pukul 11.30 WIB.