Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN

EKLAMPSIA

Di susun oleh :

ERLI, Amd.Keb

JURUSAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS U’BUDIYAH INDONESIA

BANDA ACEH

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dalam menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan
Eklampsia” .

Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin dan
semaksimal mungkin untuk dapat menyajikan makalah yang terbaik, namun
penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan dan saran yang membangun dari pembaca untuk
melengkapi kekurangan dari makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

11 Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Eklampsia ..............................................................................3


B. Klasifikasi Eklampsia..............................................................................4
C. Patofisiologi Eklampsia ..........................................................................6
D. Tanda dan Gejala Eklampsia ...................................................................9
E. Komplikasi Eklampsia ............................................................................9
F. Penatalaksanaan ......................................................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Anamnesis ...............................................................................................13
B. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................15
C. Analisa Data ............................................................................................16
D. Penatalaksanaan .....................................................................................16

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................17
B. Saran .......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................18


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekitar 10 persen Ibu hamil di seluruh dunia mengalami hipertensi atau


tekanan darah tinggi. Gangguan hipertensi pada kehamilan menyebabkan hampir
18% kematian maternal di seluruh dunia, dengan perkiraan 62 ribu sampai 77 ribu
kematian pertahun. Bagi setiap wanita yang meninggal, diperkirakan 20 lainnya
menderita morbiditas atau kecacatan berat. Proporsi angka morbiditas dan
mortalitas maternal dalam suatu negara merupakan tolok ukur yang bermakna
untuk mengevaluasi kualitas perawatan inu hamil dan bersalin dengan hasil yang
bervariasi di setiap negara, baik negara maju maupun negara-negara berkembang.

Eklampsia adalah serangan pada wanita hamil yang mengalami


preeklampsia, berupa kejang atau koma. Kondisi yang sangat jarang terjadi ini
dialami setidaknya 5% dari wanita hamil yang mengalami preeklampsia.
Seseorang dapat mengalami eklampsia bahkan ketika ia tidak pernah memiliki
riwayat kejang.

Kejadian eklampsia di negara berkembang berkisar antara 0,3% sampai


0,7%. Kedatangan penderita sebagian besar dalam keadaan pre-eklampsia berat
atau eklampsia. Menjelang kejang-kejang dapat didahului gejala subjektif, yaitu
nyeri kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan semakin kabur, dan
terdapat mual dan muntah dan pemeriksaan menunjukkan hiperefleksia atau
mudah terangsang.

Meski demikian, eklampsia tidak terjadi pada sebagian besar wanita hamil
yang mengalami preeklampsia. Hanya sebagian kecil yang mengalaminya tanpa
bisa diprediksi secara pasti. Walau penyebabnya belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang dapat berperan menyebabkan eklampsia,
antara lain: gangguan pada pembuluh darah, diet atau asupan gizi, gen, sistem
saraf dan otak (neurologis), gangguan pada sistem kekebalan tubuh, faktor
hormonal, gangguan jantung, dan infeksi. Berbeda dengan epilepsi, kejang pada
eklampsia tidak berhubungan dengan gangguan di otak secara langsung meskipun
kelainan saraf pada otak bisa menjadi faktor yang berperan dalam munculnya
gangguan ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Eklampsia?

2. Bagaimana Klasifikasi Eklampsia?

3. Bagaimana Patofisiologi dari Eklampsia?

4. Bagaimana penatalaksanaan Eklampsia?

5. Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Eklampsia?

C. Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian dari Eklampsia

2. Agar mahasiswa mengetahui tentang Klasifikasi Eklampsia

3. Agar mahasiswa mengetahui tentang Patofisiologi dari Eklampsia

4. Agar mahasiswa mengetahui tentang penatalaksanaan Eklampsia

5. Agar mahasiswa mengetahui tentang Asuhan Kebidanan pada Eklampsia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Eklampsia

Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat
dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang
mengancam nyawa dari kehamilan, ditandai dengan munculnya kejang tonik -
klonik, biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia.

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau


masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf )
dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia.
Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan.

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan


angiontensin, renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah
dan metabolisme dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan
angiotensin, renin dan aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan
proteinuria.

Dari kasus yang telah ada, ditemukan bahwa wanita dengan preeklampsia
berisiko tinggi mengalami kejang jika mengalami kondisi-kondisi tertentu. Selain
mengalami preeklampsia berat, wanita yang mengalami kondisi di bawah ini lebih
berisiko mengalami eklampsia.

 Sakit kepala.
 Hipertensi.
 Saat hamil berusia lebih dari 35 tahun atau kurang dari 20 tahun.
 Hamil pertama.
 Hamil kembar.
 Memiliki riwayat malnutrisi.
 Memiliki gangguan ginjal.
 Mengalami diabetes.
 Sakit perut.
 Hasil pemeriksaan darah yang tidak normal.
 Gangguan penglihatan.
 Berat badan berlebih.
 Sulit buang air kecil.

Selain itu, obesitas, gangguan pembekuan darah, dan lupus juga diduga
menjadi faktor risiko pada eklamsia. Ciri utama eklampsia adalah hipertensi
dan tingginya kadar protein dalam urinesetelah usia kehamilan 20 minggu.
Tekanan darah tinggi pada preeklampsia akan menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah yang mengganggu aliran darah. Kondisi ini mengakibatkan
pembengkakan pembuluh darah yang akhirnya mengganggu kerja otak, sehingga
memicu kejang. Sedangkan proteinuria atau adanya protein dalam urine akan
terjadi karena preeklampsia memengaruhi fungsi ginjal. Meski demikian, terdapat
kasus di mana eklampsia terjadi tanpa adanya hipertensi atau pun protein dalam
urine.

B. Klasifikasi Eklampsia

Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi:

a. Eklampsia gravidarum

- Kejadian 50% sampai 60%

- Serangan terjadi dalam keadaan hamil

b. Eklampsia parturientum

- Kejadian sekitar 30% sampai 35%

- Saat sedang inpartu

- Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat


mulai inpartu

c. Eklampsia puerperium
- Kejadian jarang

- Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.

Kejang-kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat:

1. Tingkat awal atau aura

- Berlangsung 30-35 detik

- Tangan dan kelopak mata gemetar

- Mata terbuka dengan pandangan kosong

- Kepala di putar ke kanan atau ke kiri

2. Tingkat kejang tonik

- Berlangsung sekitar 30 detik

- Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti


sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat
tergigit.

3. Tingkat kejang klonik

- Berlangsung 1 sampai 2 menit

- Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik

- Konsentrasi otot berlangsung cepat

- Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus

- Mata melotot

- Mulut berbuih

- Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis

- Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan

4. Tingkat koma

- Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas


- Diikuti,yang lamanya bervariasi

- Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 ˚c,
nadi bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.

C. Patofisiologi Eklampsia

Dasar patofisiologi untuk preeklampsia dan eklampsia adalah vasospasme.


Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan
proses terjadinya hipertensi arterial. Kemungkinan vasospasme juga
membahayakan pembuluh darah sendiri karena peredaran darah dalam vasa
vasorum terganggu sehingga terjadi kerusakan vaskuler. Pelebaran segmental
yang biasanya disertai penyempitan arteriol segmental mungkin mendorong lebih
jauh timbulnya kerusakan vaskuler mengingat keutuhan endotel dapat terganggu
oleh segmen penbuluh darah yang melebar dan teregang. Lebih lanjut, angiotensin
II tampaknya mempengaruhi langsung sel endotel dengan membuatnya
berkontraksi. Semua factor ini dapat menimbulkan kebocoran sel antar endotel
sehingga melalui kebocoran tersebut, unsur-unsur pembentuk darah seperti
trombosit dan fibrinogen tertimbun pada lapisan subendotel. Pada keadaan
normal, wanita hamil memiliki resistensi terhadap efek pressor dari pemberian
angiotensin II. Sedangkan pada wanita yang menderita preeklampsia, kepekaan
pembuluh darah yang meningkat terhadap hormon pressor ini dan hormon lainnya
meningkat. Hal inilah yang mendahului awal terjadinya hipertensi karena
kehamilan.

Berbagai tanda dan gejala eklampsia selain kejang meliputi: hipertensi


ekstrem, hiperefleksia, proteinuria +4, edema umum sampai hipertensi ringan
tanpa edema. Temuan laboratoriuram bervariasi. Hemokosentrasi terbeukti
dengan adanya peningkatan hematokrit. Asam urat, kreatinin dalam serum, tes
fungsi hati, dan klirens kreatinin urine meningkat.

Gambar. 1. Patofisiologi terjadinya hipertensi dalam kehamilan.


Gambar 2. Patofisiologi eklampsia.
D. Tanda dan gejala
Menjelang kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :
a. Nyeri kepala di daerah frontal
b. Nyeri epigastrium
c. Penglihatan semakin kabur
d. Adanya mual muntah
e. Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.

Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi


berbagai gejalanya eklampsia yaitu :
 Kenaikan tekanan darah
 Pengeluaran protein dalam urine
 Edema kaki, tangan sampai muka
 Terjadinya gejala subjektif : Sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri pada
epigastrium, sesak nafas, berkurangnya pengeluaran urine
 Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
 Terjadinya kejang

E. Komplikasi Eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat
dan eklampsia :
1. Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah
pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan
sebagian plasenta dapat terlepas.
2. Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di
bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara
berkala.
3. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas
membran sel darahmerah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena
ikterus.
4. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada
penderita eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan
tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru – paru
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis,
peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi
endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan
kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat
kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

F. Penatalaksanaan

Perawatan segera setelah kejang dilakukan dengan memastikan bahwa


saluran nafas tidak tersumbat. Setelah itu, lakukan oksigenasi yang cukup dengan
memberikan oksigen tambahan. Jika timbul kejang, miringkan tubuh pasien untuk
mencegah aspirasi akibat muntahan dan mencegah sindrom hipotensi akibat
berbaring. Magnesium sulfat (dan natrium amobarbital untuk kejang berulang)
diberikan sesuai instruksi dokter. Waktu, durasi, dan penjelasan kejang dicatat,
dan setiap inkontinensia feses dan urin dicatat. Janin dipantau untuk mengetahui
adanya efek samping. Sering terjadi bradikardia sementara dan penurunan
variabilitas denyut jantung janin.

Aspirasi adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal setelah


kejang eklampsi. Setelah stabilisasi awal dan menatalaksanaan jalan nafas,
pemeriksaan sinar-x dada dan GDA mungkin diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan aspirasi.

Suatu pengkajian yang cepat untuk mengetahui aktivitas rahim, status


serviks, dan status janin dilakukan. Selama kejang, ketuban dapat pecah dan
serviks berdilatasi karena rahim menjadi hiperkontraksi dan hipertonik, kelahiran
akan segera terjadi.

Yang harus dilakukan oleh bidan:

1. Pantau tekanan darah (catat sedini mungkin untuk memperoleh nilai basal)
dan lakukan pemeriksaan proteinuria pada setiap kunjungan prenatal
2. Lakukan atau berpartisipasi dalam penanganan kedaruratan pada wanita
yang mengalami eklampsia , misalnya dengan antikonvulsan dan
antihipertensi.
3. Lakukan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat mengenai tanda-
tanda dan gejada dari eklampsia, keparahan kondisi dan kebutuhan akan
pemantauan tekanan darah dan urin pada saat prenatal.
4. Berikan pelayanan keluarga berencana untuk para wanita yang mengalami
eklampsia.
Pengobatan dan perawatan eklampsia:

Kelanjutan eklampsia berat yang disertai kejang atau koma. Perawatan dan
pengobatan tetap isolasi ketat. Hindari terjadi kejang, yang dapat menimbulkan
penyulit yang lebih besar. Dilakukan induksi persalinan dapat melalui
memecahkan ketuban (selaput janin) dan seksio sesarea. Setelah persalinan masih
diperlukan perawatan intensif.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Anamnesis
1. Identifikasi
Nama : Ny.J
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kemiling
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Suami : Tani

2. Keluhan
Utama : Mau melahirkan dengan penglihatan kabur
Tambahan : Sakit kepala, mual-mual

3. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Jumlah : 4-5x ganti pembalut/hari
Lamanya : 4-6 hari
HPHT : 3 Maret 2018
TP : 10 Desember 2018

4. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x, lamanya 1tahun. Usia ibu saat menikah 18 tahun,usia
suami 28 tahun.

5. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pasien kiriman bidan datang ke RS melalui UGD pada pukul 23.00 WIB,
primigravida hamil aterm inpartu, tekanan darah 180/110 mmHg mengeluh
penglihatan kabur, dan nyeri kepala. Menurut bidan, pasien mengalami kejang
1x yang ditandai kaku pada seluruh tubuhnya yang berlangsung ± 3 menit,
oleh karena keluhan kejang ini akhirnya pasien dibawa ke UGD RS.
Sesampainya di UGD pasien diberi diazepam 1 ampul, injeksi MgSO4 20% 4
gram IV dan injeksi MgSO4 40% 8 gram boka boki. Pasien mengeluh keluar
lendir darah dari kemaluannya dan merasa mules-mules yang semakin lama
semakin sering pada perutnya. Sebelum dan selama hamil pasien mengaku
tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi dan kejang. Pemeriksaan
kehamilan tidak dilakukan secara teratur, hanya pada bulan ke-8 pasien
memeriksakan kehamilannya pada bidan.

Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Terdahulu: P1 P0 A0

6. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien menyangkal menderita darah tinggi sebelum kehamilannya.


Pasien juga menyangkal pernah mengalami kejang-kejang selama tidak hamil
maupun selama hamil. Pasien mengaku tidak menderita penyakit jantung,
ginjal, asma, maupun kencing manis.

7. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengaku di dalam keluarga tidak ada yang menderita darah
tinggi, penyakit jantung, ginjal, asma, maupun kencing manis.

8. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

9. Riwayat Imunisasi
Suntikan TT 2 kali
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status sekarang
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 150/110 mmHg
Nadi : 94 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Status Gizi : Cukup
2. Status Umum

Kulit : Cloasma gravidarum (+)

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Gigi/mulut : Exoriasi lidah (+) Caries (-)

Thoraks : Mammae tegang, Pernafasan vesikuler, BJ I-II murni,


murmur (-)

Abdomen : Membuncit, Hepar dan Lien sulit dinilai

Ekstremitas : Oedem

3. Status Obstetrik
a. Pemeriksaan Luar
Leopold 1 : 3 jari bawah proc.xyphoideus (32 cm), di fundus teraba
bagian lunak, tidak melenting, kesan bokong
Leopold 2 : Teraba tahanan terbesar pada sebelah kiri, teraba bagian kecil
pada bagian kanan, kesan punggung kiri, letak janin memanjang
Leopold 3 : Bagian terbawah teraba bagian keras,bulat dan melenting,
kesan kepala.
Leopold 4 : Sudah masuk PAP (3/5)
DJJ : (+) 148 x/menit
His : 4X/10´/40”
TBJ : 3100 gram
b. Pemeriksaan Dalam
Inspekulo : Tidak dilakukan
Vaginal Toucher
Portio : Lunak
Pembukaan Servik : 7 cm
Ketuban :+
Bag.terendah janin : Kepala
Penurunan : Hodge II
Petunjuk : Tidak dapat dinilai

c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Hb 12,4 gram
Proteinuria (500mg/dL)
Khusus :-
4. Diagnosis
Ibu : Primigravida hamil aterm inpartu kala I fase aktif
dengan Eklampsia intrapartum.
Anak : Janin Tunggal Hidup, Presentasi Kepala

C. Analisa Data
Ny. J umur 19 tahun G1 P0 A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan
Eklampsia JTH presentasi kepala

D. Penatalaksanaan
Penanganan segera:
1. Beri obat antikonvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker
oksigen)
3. Lindungi pasien dengan kemungkinan trauma
4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trandelenburg untuk mengurangi
risiko aspirasi
6. Beri okigen 4-6 liter/menit
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau
masa nifas yang di tandai dengan kejang. Berbagai tanda dan gejala eklampsia
selain kejang, meliputi hipertensi yang ekstrem, hiperefleksia, proteinuria +4,
edema umum sampai hipertensi ringan tanpa edema. Temuan laboratorium
bervariasi. Hemokosentrasi terbukti dengan adanya peningkatan hematokrit.
Asam urat, kreatinin dalam serum, tes fungsi hati, dan klirens kreatinin urine
meningkat.
Intervensi segera dengan menjaga saluran nafas tetap paten, palingkan
kepala kesalah satu sisi, letakkan bantal dibawah bahu atau punggung, jika
memungkinkan. kolaborasi pemberian antikonvulsan serta Observasi kejadian
kejang.
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi
kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan
jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml
memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda
pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri
kehamilan sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda –
tanda pre eklampsia tidak juga dapat hilang.

B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
a. Tenaga kesehatan hendaknya dapat memberikan pelayanan kesehatan
mulai dari awal kehamilan sampai saat kehamilan dengan baik untuk
menghindari terjadinya eklampsia.
b. Tenaga kesehatan harus cepat tanggap dalam mengambil keputusan
penanganan kasus eklampsia.
2. Bagi ibu dan keluarga
Melakukan kunjungan ANC, Bersalin di Tenaga Kesehatan dan Segera
datang ke tempat pelayanan kesehatan jika terdapat tanda-tanda bahaya
kehamilan dan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed 4. Jakarta: EGC, 2004

Lalenoh, Diana Christine. Preeklampsia Berat dan Eklampsia: Tatalaksana


Anastesi Perioperatif. Ed 1. Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Manuaba, Ida BagusGde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC, 1998

WHO. Safe Motherhood, Modul Dasar: Bidan di Masyarakat-Materi Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: EGC, 2001

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Ed 2.


Jakarta: EGC, 2009

Anda mungkin juga menyukai