Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ Perdarahan Antepartum ”

Nama : Ristika Wildianti . N

NIM : PO.62.24.2.19.189

Kelas : Reguler XXI A

Matkul : Obstetri

Dosen Pengampu : Greiny Arisani, SST., M.Kes

D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ Perdarahan Antepartum ’’ ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Dalam menyusun makalah ini, penyusun banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat di dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya untuk lebih baiknya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian

Palangka Raya, 09 Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i

Daftar Isi..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang................................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................ 1
1.4. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Perdarahan Antepartum............................................................... 2


2.2. Jenis-jenis Perdarahan Antepartum............................................................... 2
1. Solusio Plasenta...................................................................................... 2
2. Plasenta Previa........................................................................................ 8
3. Insertio Velamentosa............................................................................... 12
4. Vasa Previa.............................................................................................. 13
5. Plasenta Sirkumvalata............................................................................. 14

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan................................................................................................... 15
3.2. Saran.............................................................................................................. 15
Daftar Pustaka........................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000 kelahiran
hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya (Mauldin, 1994).Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka
kematian ibu adalahmengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia sampai saat ini
ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre eklampsia-eklampsia, dan
infeksi. Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang
berbahaya dan mengancam ibu.
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang
berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum. Perdarahan antepartum biasanya
dibatasi pada perdarahan jalan-lahir setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan
setelah kehamilan 28 minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada
sebelum kehamilan 28 minggu; oleh karena itu, memerlukan penangan yang berbeda.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umumnya kelainan
servik, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan antepartum pertama-tama
harus selalu dipikir bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perdarahan antepartum ?
2. Apa saja jenis perdarahan antepartum ?
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami tentang pendarahan antepartum.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Agar dapat mengetahui batasan pendarahan antepartum pada kehamilan
2. Agar dapat mengetahui dan memahami pendarahan antepartum yang bersumber pada
kelainan plasenta

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Perdarahan Antepartum


Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir
dari kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua
adalah kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat kemungkinan hidup
janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan
lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan
penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal
itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya
umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa
berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan
antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu,
sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita
agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka
kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun.

2.2. Jenis-jenis perdarahan antepartum


1. Solusio Plasenta
a. Definisi
 Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir
 Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin
lahir
 Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya
sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi
pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram 

2
b. Klasifikasi
1. Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan
plasenta 
Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
2. Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan 
Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang
membentuk hematoma retroplacenter
Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
3. Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan
solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu: 
Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar
fibrinogen plasma >150 mg%
Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
c. Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada
separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi
tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang
disebabkan oleh kehamilan.
2. Faktor trauma
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan

3
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa  makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
endometrium 
4. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio
plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya
plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini
dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih
luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini
pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil
yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada
vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh
adanya kehamilan, dan lain-lain
d. Gambaran Klinis 
1. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana
terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila
terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit
sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus
4
menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus
yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin
tegang karena perdarahan yang berlangsung.
2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4  bagian, tetapi belum 2/3 luas
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio
plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut
terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan
pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan
sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke
dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah
berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan
nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih
hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan
ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada
solusio plasenta berat
3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.
Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam
tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan
pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas
besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan
kelainan/gangguan fungsi ginjal
e. Komplikasi
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak
dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.
Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari
perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan
syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat 

5
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena
perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak,
yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. 
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan
ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah
menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus  couvelaire.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:   Fetal distress, Gangguan
pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia, Kematian
f. Diagnosis 
1. Anamnesis
Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-
konyong(non-recurrent)  terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah
yang berwarna kehitaman
Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
3. Palpasi
Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in  bois  (wooden
uterus)  baik waktu his maupun di luar his.
Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

6
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140,
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari 1/3 bagian.
5. Pemeriksaan dalam
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini
akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus
placenta
6. Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita
penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi
cepat dan kecil
7. Pemeriksaan laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.
Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-
match test.  Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah hipofibrinogenemia
8. Pemeriksaan plasenta.
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas
(kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di
belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah
terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta
g. Terapi
1. Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup)
dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan. 
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah

7
luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio
sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk
mempercepat persalinan
2. Solusio plasenta sedang dan berat 
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di
rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu
seksio sesaria
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah
terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera
diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan
intrauterin.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah
kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak
berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun
sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara
melakukan persalinan adalah seksio sesaria
Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika
perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka
histerektomi perlu dilakukan.

2. PLASENTA PREVIA
a. Definisi
 Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae: didepan;
vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak
normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian osium
internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau
dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. (Obsterti Patologi, Edisi 1984).
 Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
 Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya subnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir.

8
b. Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu:
1. Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh plasenta.
3. Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan plasenta.
(Obsterti Patologi, Edisi 1984).

c. Etiologi
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi para.
Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan leiomioma
uteri.
1. Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwana merah segar tanpa rasa nyeri. Tanpa
sebab terutama pada multi para.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul. Ada kelainan letak jain.
Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum uteri eksternum.
3. Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan jika fasilitas lain tidak
ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut dalam pemeriksaan
dalam meja operasi(PDMO), caranya sebagai berikut:
Perabaan fornik, hanya bermakna jika janin persentasi kepala. Sambil
mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul. Perlahan-lahan
raba seluruh forniks dengan jari. Perabaan lunak jika antara jari dan kepala
terdapat plasenta
Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan forniks
dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah terbuka,
perlahan-lahan masukan jari sekali-sekali berusaha menyusuri pinggir
plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari inersinya.
d. Komplikasi
1. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
2. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi
berat. ( Mansjoer, 2002)

9
e. Gambaran Kinik
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau
bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya,
apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20
minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada
saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan,
tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan
plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan
terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih
dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah
setelah persalinan mulai. ( Wiknjosostro, 1999 : 368 )

f. Pemeriksaan diagnostic
1. Anamnesis.Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan
tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.
2. Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas
panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
3. Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
4. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara
tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi.
Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak
menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro, 2005)

10
5. Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm
disebut plasenta letak rendah.
6. Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu
melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada
perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak
dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis. (Saifudin,
2001)
g. Penatalaksanaan
1. Terapi ekopektif
 Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan klinis dipantau
secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekopektif:
Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Belum ada tanda-tanda inpartu.
Keadaan umum ibu cukp baik.
Janin masih hidup.
 Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
 Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
 Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.
MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam.
Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
 Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil
amniosentesis.
 Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas,
sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat janin.

11
2. Terapi aktif
a. Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang
maturnitas janin.
b. Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan
PDMO jika:
Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal:
anensefali).
Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah:
1) Seksio sesarea
 Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan.
 Tujuan seksio sesarea.
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks
uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
 Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan
perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.

3. INSERTIO VELAMENTOSA
Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Insersi
velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali pusat
dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan
insersi funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta.
Karena pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya
berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh

12
darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa.
Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat
terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah
perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak
maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.

4. VASA PREVIA
a. Definisi
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi
atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh darah tersebut
berada didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan
plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.
b. Etiologi
Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang
berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat berasal dari
insersio velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus suksenteriata (lobus
aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut pecah maka akan terjadi robekan
pembuluh darah sehingga terjadi eksanguisasi dan kematian janin.
c. Patofisiologi
Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin melintasi
selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Dimana pembuluh
darah tersebut berasal dari insersio velamentosa. Patofisologi pendarahan vasa
previa disini hampir sama dengan etiologinya karena hampir semua berhubungan.
d. Maninfestasi klinik.
- Dapat timbul perdarahan pada kehamilan ³ 20 minggu
- Darah berwarna merah segar
- Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus)
- Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari
anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk. 

e. Diagnosa
• Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg antenatal
dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah pada selaput
13
ketuban didepan ostium uteri internum.
• Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan basa
kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga campuran akan
tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan segera
pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat.
• Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan
plasenta
• Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat bahwa
sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin
f. Pemeriksaan penunjang
1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA.
2. Kardiotokografi:kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap.
Penatalaksanaan
Segera di rujuk ke rumah sakit yang memadai yang dapat melakukan segera seksio
sesar.

5. Plasenta Sirkumvalata
Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepi-
tepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi
plasenta tapi pelekatannya melipat kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin
putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri
dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir
plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan
perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa pada
akhir kehamilan.

BAB III
PENUTUP

14
1. Kesimpulan
1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28 Minggu.
2. Penyebab perdarahan antepartum akibat kelainan plasenta yaitu: Solusio Plasenta,
Plasenta Previa, Insertio Valamentosa, Plasenta sirkumvalata vasa previa
3. Jika terjdi salah satu perdarahan antepartum seperti yang telah dijelaskan diatas maka
sesegera mungkin harus di tindaki dengan baik
2. Saran
1. Bagi mahasiswi diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa
mengenai perdarahan antepartum sehingga kedepannya memberikan pelayanan
kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi petugas kesehatan sebagai tenaga kesehatan jika terjadi perdarahan antepartum
harus melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan
ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas yang memadai

Daftar Pustaka

15
https://www.scribd.com/doc/185478466/MAKALAH-PERDARAHAN-ANTEPARTUM

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/makalah-lengkap-perdarahan-antepartum.html

16

Anda mungkin juga menyukai