Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pendahuluan

“Obat-obatan & Pemberian Cairan dalam Praktik Kebidanan”

Di Susun Oleh :

Nama : Ristika Wildianti . N

NIM : PO.62.24.2.19.189

Kelas : Reguler XXI A

Matkul : Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan

Dosen Pembimbing : Seri Wahyuni, SST., M.Kes

D-III KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ Obat-obatan & Pemberian Cairan dalam Praktik
Kebidanan ” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam menyusun makalah ini, penyusun banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat di dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen mata
kuliah Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna,
oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya untuk lebih baiknya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian

Palangka Raya, 19 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3. Tujuan............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Persiapan Pemberian Obat-obatan & Cairan dalam Praktik Kebidanan........ 2
2.2. Perhitungan Dosis Obat-obatan dalam Praktik Kebidanan............................ 3
2.3. Penggunaan Unit Obat-obatan dalam Praktik Kebidanan.............................. 14
2.4. Penjegahan Injury Pengobatan dalam Praktik Kebidanan.............................. 11
2.5. Obat-obatan yang Lazim Digunakan dalam Praktik Kebidanan.................... 11
2.6. Macam-macam Cairan yang Lazim Digunakan dalam Praktik Kebidanan. . . 16

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan.................................................................................................... 17
3.2. Saran.............................................................................................................. 17
Daftar Pustaka............................................................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bidan mempunyai peranan yang semakin penting dalam tatalaksana obat
selama persalinan dan periode postnatal. Tanggung jawab mereka meliputi :
pemberian obat; pemantauan keadaan ibu, janin serta neonatus untuk mengemukakan
tanda-tanda yang merugikan, dan preskripsi obat-obat tertentu dengan mengikuti
protokol setempat yang sudah disepakati. Disamping itu, bidan merupakan sumber
pertama penyuluhan pasien untukmenyampaikan informasi dan nasehat tentang
pemakaian obat misalnya peredaan rasa nyeri dalam persalinan serta tatalaksana kala
III persalinan. Dengan demikian bidan harus memahami kerja, efek samping,
peringatan dan kontraindikasi untuk obat-obat yang digunakan pada kehamilan dan
kelahiran anak.
Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pengetahuan hayati (bioscience) yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan
hokum.
Obat adalah sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan
yang terjadi di dalam tubuh. Cairan adalah air dan campuran yang terdapat
didalamnya. Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana persiapan pemberian obat-obatan dan cairan dalam praktik kebidanan?
2. Bagaimana cara Perhitungan dosis obat-obatan dan cairan dalam praktik
kebidanan?
3. Bagaimana cara Penggunaan unit dosis obat-obatan dan cairan dalam praktik
kebidanan?
4. Bagaimana cara Pencegahan injury pengobatan dalam praktik kebidanan?
5. Apa saja jenis obat-obatan yang diagnostik dalam praktik kebidanan?
6. Apa saja macam-macam cairan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana persiapan pemberian obat-obatan dan cairan dalam
praktik kebidanan
2. Untuk mengetahui bagaimana cara Perhitungan dosis obat-obatan dan cairan dalam
praktik kebidanan.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara Penggunaan unit dosis obat-obatan dan cairan
dalam praktik kebidanan.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara Pencegahan injury pengobatan dalam praktik
kebidanan.
5. Untuk mengetahui jenis obat-obatan yang lazim digunakan dalam praktik
kebidanan.
6. Untuk mengetahui macam-macam cairan yang lazim digunakan dalam praktik
kebidanan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Persiapan Pemberian Obat-obatan dan Cairan dalam Praktik Kebidanan
a. Tepat Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya bidan harus memperhatikan kebenaran
obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat,
saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi
obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama
obat dan kerjanya.
b. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat
tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain
sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
c. Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan
dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor
register, alamat dan program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.
d. Tepat cara pemberian obat/ rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat
dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

2
e. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang diprogramkan ,
karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama
susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada
obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat.
f. Tepat pendokumentasian
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat
itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

2.2. Perhitungan dosis obat-obatan dalam praktik kebidanan


Pembagian dosis obat pada bayi dan anak balita dibedakan berdasarkan 2 standar, yaitu
berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan.
a. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-
DM, tanyakan umurnya.
b. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda).
c. Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI.
Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan
lain-lain).
d. Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali
minum : jumlah  dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%. Begitu juga
untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%.
e. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.
f. Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :

1. Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :
Da = n/ n +12 x Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun
n = umur dalam tahun
2. Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :
Da = n / 20 + Dd ( mg )
n = umur dalam tahun
3. Gaubius
Da = 1/12 + Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )
Da = 1/8 + Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )
Da = 1/6 + Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )
Da = 1/ 4 + Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )
Da = 1/3 + Dd ( mg ) ( untuk anak 4 – 7 tahun )

3
4. Fried
Da = m/150 x Dd ( mg )
5. Sagel
Da = (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 – 20 minggu )
Da = ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 – 52 minggu )
Da = ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )
6. Clark
Untuk umur <1tahun
Da = w anak/ w dewasa x Dd
7. Berdasarkan area permukaan tubuh
Dosis anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm² x dosis dewasa normal

2.3. Penggunaan unit obat-obatan dalam praktik kebidanan


a. Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
1. Alat dan bahan :
 Daftar buku obat
 Obat dan tempatnya
 Air minum ditempatnya
2. Prosedur kerja :
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
waktu, tepat kerja, dan tepat pendokumentasian
 Bantu untuk meminumnya:
Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol,
maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan
pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan.
Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk
dan campur dengan minuman.
Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
 Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon
terhadap obat dengan mencatat hasilpemberian obat
 Cuci tangan

4
b. Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan
1. Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap
reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan
intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan
pada daerah lengan tangan bagian ventral.
2. Indikasi dan Kontra Indikasi
 Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan
pungguang bagian atas.
 Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
3. Alat dan bahan:
 Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat
 Obat dalam tempatnya
 Spuit 1 cc / spuit insulin
 Kapas alkohol dalam tempatnya
 Cairan pelarut
 Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
 Bengkok
 Perlak dan alasnya
 Jarum cadangan
4. Prosedur Kerja:
 Cuci tangan
 Jelaskan prsedur yang akan dilakukan
 Bebas kan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bahu lengan panjang
buka dan keataskan
 Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
 Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades
( cairan pelarut) kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc, dan siapkan pada bak instrument atau injeksi.
 Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
 Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
 Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20
derajat dengan permukaan kulit.
 Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
 Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
 Catat reaksi pemberian
 Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat / test obat, tanggal, waktu, dan
jenis obat.

5
5. Daerah Penyuntikan
 Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari
pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
 Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus
deltoideus.
c. Pemberian Obat via Jaringan Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat
dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha
sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).
1. Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam program
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian
insulin terdapat 2 tipe larutan : yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih
dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat ( insulin regular ) dan larutan yang
keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat
atau juga termasuk tipe lambat.
2. Indikasi dan kontra indikasi
 Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama, karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral,
bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras
besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
 Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak
larut dalam air atau minyak.
3. Alat dan bahan :
 Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
 Obat dalam tempatnya
 Spuit insulin
 Kapas alcohol dalam tempatnya
 Cairan pelarut
 Bak injeksi
 Bengkok
 Perlak dan alasnya
4. Prosedur Kerja:
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bahu lengan panjang
buka dan ke ataskan
 Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik

6
 Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah
itu tempatkan pada bak injeksi.
 Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
 Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan
subkutan)
 Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45
derajat dengan permukaan kulit.
 Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan
hingga habis.
 Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol dan spuit yang telah dipakai
masukkan kedalam bengkok.
 Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal,
waktu, dan jenis obat.
 Cuci tangan
5. Daerah Penyuntikan
 Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah
1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
 Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
 Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
d.  Pemberian Obat Intravena Langsung
Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti /
cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena
frontalis / temporalis ( kepala ).
1. Tujuan
Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
2. Indikasi dan kontra indikasi
 indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral dan steril.
 kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
3. Alat dan bahan :
 Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat
 Obat dalam tempatnya
 Spuit 1 cc / spuit insulin
 Kapas alkohol dalam tempatnya
 Cairan pelarut
 Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
 Bengkok
 Perlak dan alasnya
 Karet pembendung

7
4. Prosedur Kerja:
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bahu lengan panjang
buka dan ke ataskan
 Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang akan
disuntikan. Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna
larutan pelarut ( aquades)
 Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
 Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
 Desinfeksi dengan kapas alcohol
 Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian
atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan
tangan / minta bantuan atau membendung diatas vena yang akan dilakukan
penyuntikan
 Ambil spuit yang berisi obat
 Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan
ke pembuluh darah
 Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan
langsung semprotkan obat hingga habis
 Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada
daerah penusukan dengan kapas alkohol , dan spuit yang telah digunakan
letakkan ke dalam bengkok.
 Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
 Cuci tangan
e. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung ( via Wadah )
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat
kedalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping
dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
1. Indikasi dan kontra indikasi
 indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral dan steril.
 kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
2. Alat dan bahan :
 Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
 Obat dalam tempatnya
 Wadah cairan ( kantong / botol )
 Kapas alkohol dalam tempatnya

8
3. Prosedur Kerja :
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bahu lengan panjang
buka dan ke ataskan
 Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
 Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
 Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus
bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah
cairan.
 Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan
dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
 Periksa kecepatan infus.
 Cuci tangan
 Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
f. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
1. Alat dan bahan :
 Spuit dan jarum sesuai ukuran
 Obat dalam tempatnya
 Selang intravena
 Kapas alkohol
2. Prosedur Kerja:
 Cuci tangan
 Jelakan prosedur yang akan dilakukan
 Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
 Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
 Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
 Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus
bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
 Setelah selesai tarik spuit.
 Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
 Cuci tangan
 Catat obat yang elah diberikan dan dosisnya
g. Pemberian Obat per Intramuskuler
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat
pada daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ),
dorsogluteal ( posisi tengkurap ), atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di
absorbsi lebih cepat.

9
1. Indikasi dan kontra indikasi
 indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau
saras besar di bawahnya.
 kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot
atau saraf besar di bawahnya.
2. Alat dan bahan :
 Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat
 Obat dalam tempatnya
 Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran : dewasa panjang 2,5-
3,75 cm, anak panjang : 1,25-2,5cm.
 Kapas alkohol dalam tempatnya
 Cairan pelarut
 Bak injeksi
 Bengkok
3. Prosedur Kerja:
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu
letakkan pada bak injeksi
 Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi penyuntikan ).
 Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan
 Lakukan penyuntikan:
Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien
untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi
Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring,
tengkurap atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang
akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi
Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk
tengkurap dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan
lutut bagian atas pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai
bawah
Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien
untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
 7)        Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus.
 8)        Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah
semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.

10
2.4. Pencegahan injury pengobatan dalam praktek kebidanan
Alergi obat biasanya terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi
secara berlebihan terhadap obat yang digunakan.
a. Hindari mengkonsumsi obat yang tidak diperlukan.
b. Ganti obat yang digunakan dengan obat yang sesuai dengan kondisi/respon organ-
organ dalam/luar.
c. Vitamin dikatakan aman, sebab sekalipun vitamin dapat menimbulkan alergi bukan
karena zat tambahan didalamnya.
d. Untuk menghentikan alergi obat, hanya dengan satu cara yaitu hanya dengan
menghentikan pemakaian obat tersebut dan mengatasi keadaan yang timbul dari
efek.
e. Perlu kerja sama antara pasien dengan dokter (tenaga medis)
f. Pasien harus mengemukakan pengalamannya menggunakan obat selama ini, apakah
obat tertentu membuat tubuh alergi atau yang dicurigai menimbulkan alergi, akan
sangat bagus atau baik jika setiap orang memiliki catatan tertulis mengenai
penggunaan obat dan apa yang dialami tubuhnya.

2.5. Obat-obatan yang Lazim Digunakan Dalam Praktik kebidanan


1. Uterus Tonika
Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak
digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan
perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan
penanganan aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu
upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta.
Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi lahir.
Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala III
dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat
diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu. Indikasi yang
dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca
persalinan. Yaitu:
a. Riwayat persalinan yang kurang baik.
b. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
c. Grande multipara (lebih dari empat anak).
d. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
e. Bekas operasi Caesar.
f. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
Macam-macam obat uterus tonika :
 Oxitocin
Oksitosin adalah golongan obat yang digunakan untuk meraangsang kontraksi
otot polos uterus dalam membantu proses persalinan, pencegahan perdarahan
pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan. Bersama dengan faktor-faktor
lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan
ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :

11
 Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung
pada otot polos maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin.
 Konstriksi pembuluh darah umbilicus.
 Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) .
Efek samping penggunaan oksitosin :
a. Efek samping maternal :
 Stimulasi uterus berlebihan
 Emboli cairan amnion
 Solusio plasenta
 Trauma
 Perdarahan postpartum
 Hematom pelvis
 Rupture uterus
 Hipotensi
 Stroke
 Mual muntah
 Retensi cairan
 Hipertensi
b. Efek samping ; fetal/neonatalisidosis, distrimia jantung, asfiksia, hipoksia,
trauma lahir, ikterus neonatal.
 Misoprostol / Prostagladin

Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin Elsintetik yang


menghambat sekresi asam lambung dan nmenaikkan proteksi mukosa lambung.
Setelah penggunaan oral misprostol diabsobrsi secara ekstensif dan cepat dide-
esterifikasi menjadi obat aktif : asammisoprostol.Kadar puncak serum asam
misoprostol direduksi jika misoprostol diminum bersama makanan. Indikasi :
 Induksi partus aterm
 Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
 Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
 Induksi abortus terapeutik
 Uji oksitosin
 Menghilangkan pembengkakan mamae
 Methylergometrine

 Sebagai stimulan uterus pada :


 Perdarahan pasca persalinan
 Perdarahan pasca abortus

12
2. Obat-Obat Imunologi
Dalam bidang imunologi, kuman dan racun kuman (toksi) disebut sebagai anti gen.
Antigen merupakan bagian protein kuman atau protein racun. Bila antigen untuk
masuk kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksi tubuh akan membentuk zat anti.
Anti dalam tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut  toksin.
Pada umunya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen
yang kuat adalah jenis kuman ganas/virulen. Karena itu anak akan menjadi sakit bila
terjangkit kuman ganas.

 Vaksin

Vaksin adalah bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun
kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan. Pemberian vaksin merangsang
tubuh anak membuat antibodi. Adapun jenis penyakit yang pencegahannya dapat
dilakukan dengan imunisasi :
 TBC
 Difteri
 Tetanus
 Polio
 Campak
 Hepatitis
3. Obat Analgetik
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan rasa sakit, sadar tidak sadar kita
sering menggunakannya misalnya ketika sakit kepala atau sakit gigi, salah satu
komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau pereda nyeri.
Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek antipiretik. Macam-macam
obat analgetik :
a. Analgetik opioid atau analgetik narkotika
Merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papever somniferum atau
dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk  meredakan nyeri sedang
sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Semua analgetik
narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat tetapi potensi, onzzet, dan efek
sampingnya berbeda-beda secara kualitatif. Efek samping yang paling sering
adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat
menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan. Berikut adalah contoh analgetik
narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia :

13
 Morfin HCI
 Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol)
 Fentanil HCI
 Petidin
 Tramadol
Mekanisme kerja utama analgetik opioid ialah dalam menghambat enzim
sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja
analgetiknya dan efek sampingnya.
b. Obat Analgetik non-narkotik
Dalam ilmu farmakologi sering dikenal dengan istilah analgetik / analgetika /
analgesik perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat
yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan obat ini
gsusunan safar pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.
Obat analgetik non-narkotik/obat analgesik perifer ini juga tidak mengakibatkan
efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan obat
analgetika jenis analgetik narkotik). Macam-macam obat analgesik non narkotik :
 Ibupropen
Merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat
ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan
meminum obat ini.
 Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di indonesia penggunaan parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat.
Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama
karena dapat menimbullkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak
memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam
sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
 Asam mefenamat
Digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada
protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna seringtimbul misalnya
dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau
ditempat cedera. Respon terhadap cedera umunya berupa inflamasi, udem,
serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin.

14
4. Obat Anemia
Obat yang diberikan berupa suplemen zat besi (Fe) untuk memulihkan kekurangan
sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan untuk pengobatan
anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah mencapai stadium akut dan
parah adalah dengan transfusi darah. Seperti halnya penyakit lain, pengobatan
anemia juga harus ditujukan pada penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia
yang disebabkan oleh perdarahan pada usus maka perdarahan itu harus kita hentikan
untuk mencegah berlanjutnya anemia. Adapun beberapa obat anemia, diantaranya:
 Tablet besi (Fe)
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan
Hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokronik mikrositik. Zat besi
merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi dalam tubuh. Besi
merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, sintesis katekolamin,
produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang diperlukan
untuk produksi adenosine trifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Kekuranga
zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh. Mengapa
banyak ibu hamil kekurangan zat besi? Sebab, memasuki trimester kedua dan
ketiga ibu mengalami “hemodilusi” (pengenceran). Memasuki trimester kedua,
kebutuhan akan zat besi menjadi 35 mg per hari per berat badan, kemudian
bertambah menjadi 39 mikrogram per hari per berat badan pada trimester ketiga.
 Vitamin B12 (sianokobalamin)
Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan usus,
defisiensi vitamin B12. Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900
pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.
 Asam folat
Termasuk kelompok vitamin B yang bermanfaat untuk mengurangi NTD (Neural
Tuber Defects) atau kelainan susunan saraf pusat.
 Eritropoietin
Suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA, merupakan faktor
pertumbuhan hematopoietic yang pertama kali diisolasi. Eritropoietin merupakan
faktor pertumbuhan sel  darah merah yang diproduksi terutama oleh ginjal dalam
sel peritubuler dan tubuli proksimalis. Bila terjadi anemia maka eritropoietin
diproduksi lebih banyak oleh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum
tulang untuk memproduksi sel darah.

15
2.6. Macam-macam cairan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan
a. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba
cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya
adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
b. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh,
sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%).
c. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi
edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya
Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%
+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.Pembagian cairan lain adalah
berdasarkan kelompoknya:
 Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang
singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya
Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
 Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak
akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah,
maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah albumin dan steroid.

16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Obat adalah sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang
terjadi di dalam tubuh.
Cairan adalah air dan campuran yang terdapat didalamnya. Air merupakan sebagian
besar zat pembentuk tubuh manusia.
Persiapan pemberian obat-obatan dan cairan dalam praktik kebidanan diantaranya
adalah : Tepat Obat, tepat dosis, tepat pasien, tepat cara pemberian obat/ rute, tepat
waktu, tepat pendokumentasian.
Penggunaan unit obat-obatan dalam praktik kebidanan diantaranya adalah :
Pemberian Obat per Oral, pemberian Obat via Jaringan Intrakutan, pemberian Obat via
Jaringan Subkutan, pemberian Obat Intravena Langsung, pemberian Obat Intravena
Tidak Langsung ( via Wadah ), pemberian Obat Intravena melalui selang, pemberian
Obat per Intramuskuler.
Obat-Obatan Yang Diagnostik Dalam Praktik kebidanan diantaranya adalah : Uterus
Tonika, Obat-Obat Imunologi, Obat Analgetik, Obat Anemia.
Macam-macam cairan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan diantaranya
adalah : Cairan hipotonik, cairan Isotonik, cairan hipertonik.
3.2. Saran
Kepada seluruh tenaga kesehatan diwajibkan untuk menguasai segala bentuk
teori dan metode yang berkaitan dengan obat-obatan. Tenaga kesehatan juga harus
mampu memberikan konseling kepada masyarakat mengenai segala aspek, unsur, dan
komponen obat-obatan yang digunakan dalam segala bentuk tindakan medis.
Kepada masyarakat, diharapkan untuk tidak sembarangan dalam mengonsumsi
obat-obatan, dan lebih teliti dalam memilih obat-obatan. Selain itu, masyarakat
diharapkan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dalam menangani gangguan
maupun penyakit yang dialami.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://tugaskebidanand3.blogspot.com/2016/06/makalah-kdk-ii-obat-dan-cairan_13.html?
m=1
Hidayat, AA & Uliyah, M.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.
Salemba Medika.Jakarta.

http://ekalestarisri.blogspot.com/2016/07/makalah-obat-obatan-cairan-yang.html?m=1

http://gitarisku.blogspot.com/2019/04/makalah-kebidanan-tentang-konsep-dasar.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai