Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL

KEPERAWATAN DASAR II

Disusun Oleh :
Wahyu Dwi Yuliyanti {G2A019141}

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
A. PENGERTIAN
Pemberian obat adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara
memberikan obat-obatan salah satunya melalui mulut (oral) dan dengan injeksi (suntikan)
lain sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Pemberian injeksi merupakan prosedur
invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril. Obat adalah alat utama
terapi yang di gunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Obat
adalah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau
pengobatan, bahkan pencegahan terhadapberbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya.
B. JENIS PEMBERIAN OBAT
Pemberian obat secara parenteral
Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat melalui injeksi atau infus.
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute
pemberian, yaitu Intra Vena (IV), Intra Spinal (IS), Intra Muskular (IM), subcutan (SC), dan
Intracutan (IC). Obat yang diberikan secara parenteral akan di absorbs lebih banyak dan
bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan obat yang diberikan secara topical atau oral. Perlu
juga diketahui bahwa pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko infeksi. Resiko
infeksi dapat terjadi bila perawat tidak memperhatikan dan melakukan tekhnik aseptic dan
antiseptik pada saat pemberian obat. Karena pada pemberian obat parenteral, obat
diinjeksikan melalui kulit menembus system pertahanan kulit. Komplikasi yang seringv
terjadi adalah bila pH osmolalitas dan kepekatan cairan obat yang diinjeksikan tidak sesuai
dengan tempat penusukan sehingga dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sekitar tempat
injeksi.
Pada umumnya pemberian obat secara parenteral di bagi menjadi 4, yaitu :
1) Pemberian obat via jaringan intracutan
Pemberian obat via jaringan intracutan merupakan cara memberikan atau
memasukkan obat ke dalam jaringan kulit. Intracutan biasanya digunakan untuk
mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat yang di suntikkan. Pemberian obat
intracutan bertujuan untuk melakukan skin test atau tes terhadap reaksi alergi jenis
obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intracutan ini dilakukan
dibawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan
bagian ventral.
Daerah penyuntikan:
a) Dilengan bawah:bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari
pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
b) Dilengan atas: 3 jari di bawah sendi bahu, ditengah daerah muskulus deltoideus
2. Pemberian Obat Via Jaringan subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang dapat
dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian dairi
bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan sekitar umbilicus (abdomen). Pemberian
obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan program
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian
insulin terdapat 2 tipe larutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan
protein sehingga memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.
Daerah penyuntikan:
a) Otot bokong (musculus gluteus maximus) kana dan kiri; yang tepat adalah 1/3
bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor ( os. Coxygeus)
b) Otot paha bagian luar ( muskulus quadriceps femoris)
c) Otot pangkal lengan ( muskulus deltoideus)

3. Pemberian obat Intra vena:

a. Pemberian obat via jaringan intra vena lansung

Cara memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya vena mediana
kubiti/vena cephalika (lengan), vena sephanous (tungkai), vena jugularis
(leher), vena frontalis/temporalis (kepala).Pemberian obat intra vena secara
langsung bertujuan agar obat dapat bereaksi langsung dan masuk ke dalam
pembuluh darah.

b. Pemberian obat via jaringan intra vena secara tidak langsung

Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan


obat ke dalam wadah cairan intra vena. Pemberian obat intra vena secara tidak
langsung bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan
kadar terapeutik dalam darah.
Daerah penyuntikan:
a) Pada lengan (v. Mediana cubiti / v. Cephalika)
b) Pada tungkai ( v. Spahenous)
c) Pada leher ( v. Jugularis)
d) Pada kepala ( v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus anak-anak

4. Pemberian obat via intramuskular


Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat
dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi ventrogluteal (posisi
berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).Agar obat di
absorbs tubuh dengan cepat.

Daerah penyuntikan:
a) Bagian lateral bokong ( vastus lateralis)
b) Butoks (bagian lateral gluteus maksimus)
c) Lengan atas ( deltoid)

C. PROSEDUR
Pemberian obat harus memperhatikan prinsip 6 benar obat agar aman bagi pasien
yaitu sebagai berikut:
1. Klien yang benar
Klien yang benar dapat di pastikan dengan cara memeriksa gelang identifikasi
klien yaitu: No. Register, nama lengkap klien, alamat klien, dll, jika pasien sadar
suruh pasien menyebut namanya sendiri.
2. Obat yang benar
Untuk memastikan benar obat pastikan obat yang di berikan harus sesuai yang di
resepkan oleh dokter yang merawat, dan pastikan membaca label obat sampai 3
kali yaitu saat : melihat kemasan obat, saat menuangkan obat dan sesudah
menuangkan obat.
3. Dosis yang benar
Untuk mendapatkan dosis yang benar perawat harus melihat dosis yang
diresepkan dokter, dan harus mengkaji ulang berat badan pasien agar
mendapatkan dosis yang tepat jika obat tersebut di berikan berdasarkan mg/kg
BB.
4. Waktu yang benar
Agar tepat waktu maka perawat harus tau waktu paruh (t) obat panjang atau
pendek, jika (t) panjang pemberian 1x24 jam, jika (t) pendek 3x24 jam dan (t)
sedang 2x24 jam, perawat juga harus memperhatikan kapan waktu obat diberikan
setelah makan atau sesudah makan. Misal obat untuk menetralisir getah lambung
harus diminum sebelum makan, dan obat dengan reaksi kuat harus di minum
sesudah makan.
5. Rute yang benar
Maksudnya adalah kita harus mengetahui lewat rute mana obat tersebut harus
diberikan oral atau parentral, jika oral apakah : oral, buccal, sublingual. Dan jika
parentral/injeksi apakah harus: IV, IM, SC, IC.
6. Dokumentasi yang benar
Dokumentasi sangat penting jadi setelah memberikan obat kita harus segera
memasukkan obat ke format dokumentasi dengan benar. Fungsi dokumentasi
adalah sebagai catatan perkembangan pasien dan sebagai alat untuk bukti
melakukan suatu tindakan.
D. PEMBERIAN OBAT PARENTERAL

1. Injeksi Intra Cutan (IC)

1) Definisi
Injeksi IC/ID adalah pemberian obat dengan cara memasukan obat ke dalam jaringan
dermis di bawah epidermis kulit dengan mengunakan spuit.
2) Tujuan

a. Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit


untuk di absorbsi.
b. Metode untuk test diagnostic terdapat alergi atau adanya penyakit-penyakit
tertetu.

3) Tempat injeksi

a. Lengan bawah bagian dalam


b. Dada bagian atas
c. Punggung di bawah spatula

4) Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah

1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4. Kondisi atau penyakit klien
5. Pasien yang benar
6. Obat yang benar
7. Dosis yang benar
8. Cara atau rute pemberian obat yang benar
9. Waktu yang benar
5) Indikasi dan Kontra Indikasi

a) Indikasi
Bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya
yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.

b) Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit

5. Peralatan

a. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat


b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan
d. obat yang sesuai
e. Spuit 1 ml
f. Pulpen/spidol
g. Bak spuit
h. Baki obat
i. Bengkok

6. Prosedur kerja

1. Cuci tangan
2. Siapkan obat dengan 6 benar
3. Identifikasi klien
4. Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5. Atur kien pada posisi yang nyaman
6. Pakai sarung tangan
7. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.
8. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan
9. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai
kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
10. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
11. Buka tutup jarum
12. Tempatkan ibu jari dengan tangan non dominan sekitar 2,5 cm dibawah area
penusukan, kemudian tarik kulit.
13. Dengan ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 150
14. Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan (jendalan harus
terbentuk)
15. Cabut jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan
16. Usap pelan-pelan area penyuntikkan (jangan melakukan massage pada area
penusukan).
17. Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm disekitar jendalan dengan menggunakan
pupen. Intruksikan klien untuk tidak menggosok area tersebut.
18. Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak jika test alergi, observasi adanya
reaksi sistemik (misalnya sulit bernafas, berkeringat dingin, pingsan, mual,
muntah).
19. Kembalikan posisi klien .
20. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan.
21. Buka sarung tangan.
22. Cuci tangan.
23. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
24. Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan selanjutnya
secara periodik.

2. Injeksi Intra Muskular(IM)

1. Definisi
Injeksi intramuskular adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan otot dengan menggunakan spuit.
2. Tujuan

Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk di absorbsi.

3. Tempat injeksi

a. Pada daerah lengan atas (Deltoid)


b. Pada daerah Dorsogluteal (Glupeusmaximus)
c. Pada daerah bagian luar (Vastus Lateralis)
d. Pada daerah bagian depan (Rectus Femoris)

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) Tempat injeksi.
2) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4) Kondisi atau penyakit klien.
5) Obat yang tepat dan benar.
6) Dosis yang diberikan harus tepat.
7) Pasien yang tepat.
8) Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
5. Indikasi dan kontra indikasi

a. Indikasi
Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama
karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari
infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di
bawahnya.

b. kontra indikasi
Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.

6. Peralatan

a. Buku catatan atau pemberian obat


b. Kapas alcohol
c. Sarung tangan disposibel
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 2-5 ml
f. Needle
g. Bak spuit
h. Baki obat
i. Plester
j. Kassa steril
k. Bengkok

7. Prosedur kerja

1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
3. Identifikasi klien
4. Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5. Atur klien pada posisi yang nyaman sesui dengan kebutuhan dengan
menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
6. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan atau rasa
gatal
7. Pakai sarun tangan
8. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas dengan
menggunakan dengan gerakan sirkuler dan arah keluar dengan diameter
sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang
sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
9. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
10. Buka tutup jarum
11. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan
12. Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 900 dengan tangan
dominan, masukkan sampai pada jaringan otot
13. Melakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit
dan tangan dominan menarik plungger.
14. Observasi adanya darah pada spuit
15. Jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
16. Jika ada darah :
1) Tarik kembali jarum dari kulit
2) Tekan tempat penusukan selama 2 menit
3) Observasi adanya hematoma atau memar
4) Jika perlu berikan plaster
5) Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah : Pilih area penusukan
yang baru

17. Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan, maka tekan area tersebut dengan menggunakan kassa steril
sampai darah berhenti.
18. Kembalikan posisi klien
19. Buang perlahan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing
masing.
20. Buku sarung tangan
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

3. Injeksi Intra Vena(IV)

1. Definisi

Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.

2. Tujuan

a. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat di absorbsi dari pada dengan injeksi
parenteral lain.
b. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
c. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

3. Tempat injeksi

a. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)


b. Pada tunga.kai (vena saphenous)
c. Pada leher (vena jugularis)
d. Pada kepala (vena frontalis atau vena temperalis)

4. Hal-hal yang diperhatikan

1) setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik
lamanya.
2) Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
3) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
4) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
5) Kondisi atau penyakit klien.
6) Obat yang baik dan benar.
7) Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
8) Dosis yang diberikan harus tepat.
9) Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi harus benar.

5. Indikasi dan kontra indikasi

a. Indikasi
Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama
karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.

b. Kontra indikasi
tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.

6. Peralatan

a. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat


b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 2 ml- 5 ml
f. Bak spuit
g. Baki obat
h. Plester
i. Perlak pengalas
j. Pembendung vena (torniquet)
k. Kassa steril (bila perlu)
l. Bengkok
7. Prosedur kerja

1. Cuci tangan
2. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
3. Identifikasi klien
4. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5. Atur klien pada posisi yang nyaman
6. Pasang perlak pengalas
7. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8. Letakkan pembendung
9. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekauan, peradangan, atau rasa
gatal
10. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
11. Pakai sarung tangan
12. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan
gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu
sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
13. Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
14. Buka tutup jarum
15. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukkan dengan
tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak
bergeser, memudahkan penusukan.
16. Pegang jarum pada posisi 300sejajar dengan vena yang akan ditusuk perlahan
dan pasti
17. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
18. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan baral dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
19. Observasi adanya darah pada spuit
20. Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan
21. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan.
22. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberikan
betadin
23. Kembalikan posisi klien
24. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
25. Buka sarung tangan
26. Cuci tangan
27. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

4. Injeksi Sub Cutan (SC)

1. Definisi
Injeksi subcutan adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam
jaringan subcutan dibawah kulit dengan menggunakan spuit.
2. Tujuan
Memasukkan sejumlah obat kedalam jaringan subcutan dibawah kulit untuk
diabsorbsi.
3. Tempat injeksi

a. Lengan bagian atas luar


b. Paha depan
c. Daerah abdomen
d. Area scapula pada punggung bagian atas
e. Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
3. Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
4. Kondisi atau penyakit klien
5. Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
6. Obat yang akan diberikan harus benar
7. Dosisb yang akan diberikan harus benar
8. Cara atau rute pemberian yang benar
9. Waktu yang tepat dan benar

5. Indikasi dan kontra indikasi

a. Indikasi
Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama,
karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi
kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat
dosis kecil yang larut dalam air.

b. Kontra indikasi
obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau
minyak.

6. Peralatan

a. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat


b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 2ml
f. Bak spuit
g. Baki obat
h. Plester\
i. Kassa steril(bila perlu)
j. Bengkok

7. Prosedur kerja

1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
3. Identifikasi klien
4. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5. Atur klien pada posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan Menghindari
gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
6. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal. (area penusukan yang utama adalah pada lengan bagian atas dan paha
anterior)
7. Pakai sarung tangan
8. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol dengan
gerakan sirkular dan arah keluar dengan diameter sekitar 5cm. Tunggu sampai
kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
9. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
10. Buka tutup jarum
11. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan
12. Dengan ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan dominan
masukkan jarum dengan sudut 450 atau menggunakan sudut 900 (untuk orang
gemuk). Pada orang gemuk jaringan subcutannya lebih tebal
13. Lepaskan tarikan tangan non dominan
14. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
15. Jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
16. Jika ada darah :
1) tarik kembali jarum dari kulit
2) Tekan tempat penusukan selama 2 menit
3) Observasi adanya hematoma atau memar
4) Jika perlu berikan plester
5) Siapkan obat yang baru,mulai dengan langkah pilih area penusukan baru
17. Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas
alkohol pada area penusukan
18. Jika terdapat perdarahan,maka tekan area tersebut dengan menggunakan
kassa steril sampai darah berhenti.
19. Kembalikan posisi klien
20. Buang peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-
masing
21. Buka sarung tangan dan cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Daftar pustaka

 Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien . Jakarta : Salemba
Medika.

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan .
Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, AAA., Musifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan


Dasar Manusia, Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & suddarth, Edisi 8, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai