Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat adanya
kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang
merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung.
Kecemasan yang dimiliki seseorng yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan
ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika
kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas
umumnya.
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety
disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.
Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan ini mengganggu
aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi
sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin
hubungan akrab antar individu atau kelompoknya.
Dan juga kita semua merasa sedih bila ada kejadian yang menyedihkan, dan biasanya
perasaan tersebut teratasi dengan sendirinya. Hal demikian adalah wajar. Lain halnya dengan
"gangguan depresi", yang sudah merupakan gangguan sakit yang menyangkut keluhan
badaniah, perasaan dan pikiran.Bila tidak diobati, depresi dapat menetap berbulan-bulan atau
bahkan menahun. Depresi dapat memperberat atau meningkatkan risiko penyakit fisik dan
meningkatkan risiko bunuh diri. Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan
penyakit organik. Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan
penyakit lain.
Namun terdapat kelainan yang disebut Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi,
pada paasien ini terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, namun masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak


menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus,
disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah


(penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman
yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan
perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau
kejadian dalam hidupnya.

Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang


berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola
tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak
berdaya dan gagasan bunuh diri.2

2.2 EPIDEMIOLOGI

Keberadaan ganggguan depresif berat dan gangguan panik secara bersamaan lazim
ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif memiliki gejala ansietas yang
menonjol, dan dua pertiganya dapat memenuhi kriteria diagnostik ganguan panik. Peneliti
telah melaporkan bahwa 20 sampai 90 persen pasien dengan ganggguan panik memiliki
episode gangguan depresif berat. Data ini mengesankan bahwa keberadaan gejala depresif
dan ansietas secara bersamaan, tidak ada di antaranya yang memenuhi kriteria diagnostik
gangguan depresif atau ansietas lain dapat lazim ditemukan. Meskipun demikian, sejunlah
klinisi dan peneliti memperkirakan bahwa pravelensi gangguan ini pada populasi umum
adalah 10 persen dan di klinik pelayanan primer sampai tertinggi 50 persen, walaupun
perkiraan konservatif mengesankanpravelensi sekitar 1 persen pada populasi umum.

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 2


2.3 ETIOLOGI

Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala ansietas dan gejala depresif
terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang mengalamigejala ini. Pertama , sejumlah
peneliti melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa pada gangguan depresif dan ansietas,
terutama gangguan panik, termasuk menumpulnya respons kortisol terhadap hormon
adenokort, kotropik, respon hormon pertumbuhan yang tumpul terhadap klonidin ( Catapres),
dan respon TSH (thyroid stimulating hormone) serta prolaktin yang tumpulterhadap TRH
(thyrotropin-relasing hormone).
Kedua, sejumlah peneliti melaporkan data yang menunjukkan bahwa hiperkatifitas
sistem noradrenergik sebagai penyebab relevan pada sejumlah pasien dengan gangguan
depresif dan gangguan ansietas. Secara rinci, studi ini telah menemukan adanya konsentrasi
metabolit norepnefrin 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meningkat didalam
urin, plasma, atau cairan serebro spinal (LCS) pada pasien dengan serangan panik. Seperti
pada gangguan ansietas dan gangguan depresif lain, serotonin dan asam γ-aminobutirat
(GABA) juga mungkin terlibat sebagaipenyebab di dalam gangguan campuran depresif
ansietas. Ketiga, banya studi menemukan bahwa obat serotonergik, seperti fluoxetine
(Prozac) dan clomipramine (Anafranil), berguna dalam terapi gangguan depresif dan ansietas.
Keempat, sejumlah studi keluarga melaporkan data yang menunjukkanbahwa gejala ansietas
dan depresif berhubungan pada secara genetik sedikitnya pada beberapa keluarga.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Anxietas Menyeluruh ditegakkan


apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk
bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama
yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga
pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk
Gangguan Anxietas Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus
mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan
terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung.
Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit tidur. 3,7,8

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 3


Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:
Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar

2. Otot tegang/kaku/pegal

3. Tidak bisa diam

4. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat

6. Jantung berdebar-debar

7. Telapak tangan basah/dingin

8. Mulut kering

9. Kepala pusing/rasa melayang

10. Mual, mencret, perut tak enak

11. Muka panas/ badan menggigil

12. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan dan 13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu


Penangkapan berkurang 14. Mudah terkejut/kaget
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung

Sedangkan untuk gangguan depresif ditandai dengan suatu mood depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 4


(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga
gejala utama depresi.3,4,5
Gejala utama :
1. Afek depresi
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah
yang nyata sesudah kerja yang sedikit) dan menurunnya aktifitas.
Gejala lainnya dapat berupa :
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan ungkapan
pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien. 3,4,5

2.5 DIAGNOSIS

Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala subsindrom ansietas dan depresi


serta adanya beberapa gejala somatik, seperti tremor, palpitasi, mulut kering, dan rasa perut
yang bergejolak. Sejumlah studi pendahuluan menunjukkan bahwa sensitivitas dokter umum
untuk sindrom gangguan campuran ansietas depresi masih rendah walaupun kurangnya
pengenalan ini dapat mencerminkan kurangnya label diagnostik yang sesuai bagi pasien.

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 5


Kriteria DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas Depresif
Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulan
Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :
1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
2. Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisahm tidur tidak
puas)
3. Lelah atau energi rendah
4. Iritabilitas
5. Khawatir
6. Mudah nangis
7. Hipervigilance
8. Antisipasi hal terburuk
9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10. Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya dalam area
fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain.
Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth. Penyalahguanaan obat atau
pengobatan) atau keadaan medis umum
Semua hal berikut ini :
1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat, gangguan distimik;
gangguan panik, atau gangguan ansietas menyeluruh
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain (termasuk
gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III

1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak


menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-
menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus dipertimbangkan
kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut dikemukakan, dan diagnosis
gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 6


dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

2.6 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif lainnya serta gangguan
kepribadian. Di anatara gangguan ansietas, gangguan ansietas menyeluruh merupakan
gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan
campuran ansietas-depresif. Diantara gangguan mood, gangguan dstimik, dan gangguan
depresif ringan adalah gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih
dengan gangguan campuran ansietas-depresif. Diantara ganggguan kepribadian, gangguan
kepribadian mengindar, dependen, dan obsesfi kompulsif dapar memliki gejala yang mirip
dengan gejala gangguan campuran ansietas-depresif. Diagnosis gangguan somatoform juga
harus dipertimbangkan.

2.7 PEJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS

Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar kemungkinannya
untuk memiliki gejala ansietas yang menonjol, gejala depresif yang mnonjol, atau campuran
dua gejala dengan besar yang sama saat awitan. Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala
ansietasn dan depresif dapat bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.

2.8 PENATALAKSANAAN

Karena studi yang membandingkan modalitas terapi gangguan campuran ansietas-


depresif tidak tersedia, klinis mungkin lebih cenderung memberikan terapiberdasarkan gejala
yang muncul, keparahannya, dan tingkat pengalaman klinis tersebut dengan berbagai
modalitas terapi. Farmakoteapi untuk gangguan campuran ansietas-depresif dapat mencakup
obat antiansietas, obat antidepresif, atau keduanya. Diantara obat ansiolitik, sejumlah data
menunjukkan bahwa penggunaan triazolobenzodiazepine ( Alprazolam (Xanax) ) dapat di
indikasikan karena efektivitas nya dalam mengobati depresi yang disertai ansietas. Obat yang

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 7


mempengaruhi reseptor 5-HT, seperti busipron juga dapat di indikasikan. Diantara anti
depresan, meskipun teori noradrenergik menghubungkan gangguan ansietas dengan
gangguan depresif, anti depresif serotonergik ( contohnya, fluoxetine) dapat menjadi obat
yang paling efektif dalam mengobati gangguan campuran ansietas-depresif.

BAB I

STATUS PASIEN

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 8


I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : 04 Juli 1969

Usia : 46 tahun

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan Terakhir : SD

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Dusun Sumanding Kulon Rt. 02 Rw. 19, Desa Mekarsari,

Kecamatan Banjar

Tanggal Datang ke RS : 05 April 2016

II. RIWAYAT PERAWATAN

a. Rawat Jalan : Belum pernah

b. Rawat Inap : Belum pernah

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 9


III. RIWAYAT PSIKIATRI

Tanggal : 5 dan 12 April 2015

Anamnesis didapatkan dari pasien sendiri, Nn. Sinta (anak kedua pasien), dapat dipercaya.

Keluhan Utama

Merasa cemas, sulit tidur, nafas terasa sesak, perasaan takut berlebihan dan sakit

kepala sebelah kanan sejak 10 tahun.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak ± 10 tahun suami pasien terkena penyakit stroke, pasien harus mengurus

suami sejak saat itu pasien merasa khawatir, sakit kepala, pegal-pegal, suka merasa sesak

nafas, mudah sedih, lesu, perasaan tertekan, putus asa, keluar keringat dingin, gemeteran ,

keluhan ini dirasakan hilang timbul.

Sejak ± 2 tahun SMRS, suami pasien meninggal. Sejak saat itu keluhan- keluhan

tersebut bertambah berat. Pasien juga sering mengeluhkan nyeri ulu hati, semakin sulit

tidur, dan sesak nafas. Pasien sudah berobat ke puskesmas tetapi tidak ada perbaikan,

keluhan yang dirasakan semakin sering. Sehingga pasien konsultasi ke psikiater.

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Gangguan psikiatrik

Pasien belum pernah mengalami gangguan yang sama sebelumnya

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 10


b. Gangguan Medik

Dalam batas normal

c. Gangguan Zat Psikoaktif

Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat psikoaktif, alkohol dan merokok.

Riwayat Kehidupan Pribadi

a. Riwayat Perkembangan Prenatal dan Perinatal

Pasien dilahirkan dalam keadaan yang sehat tidak ada trauma saat kehamilan dan

saat kehamilan ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, pada saat persalinan

ibu pasien ditolong oleh paraji.

b. Riwayat Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal (0 – 3 tahun)

Perkembangan fisiknya cukup baik, pola perkembangan motorik juga baik. Riwayat

tumbuh kembang pasien baik (sesuai dengan usianya).

c. Riwayat Kanak-kanak Pertengahan ( 3 – 11 tahun)

Pasien merupakan anak yang riang. Sejak sekolah, pasien memiliki banyak teman,

tidak pernah berkelahi / bermasalah di sekolah dan lingkungan tempat tinggal.

d. Riwayat Masa Pubertas dan Remaja

Hubungan sosial

Sikap pasien terhadap orangtua, saudara, kerabat, dan tetangga cukup baik. Pasien

dapat bergaul dengan baik dengan teman – temannya.

Riwayat Pendidikan

Pendidikan terakhir pasien sampai SD (Sekolah Dasar).

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 11


Perkembangan kognitif

Pasien tidak memiliki gangguan belajar, prestasi belajar cukup baik.

Perkembangan motorik

Selama ini dirasa baik dan normal. Pasien mampu melakukan aktivitas dan kegiatan

sehari-hari dengan baik seperti makan, minum, buang air besar, buang air kecil , dan

kebersihan diri.

Perkembangan emosi dan fisik

Pasien dinilai memiliki emosi yang biasa saja, kadang senang kadang juga sedih.

Riwayat psikoseksual

Pasien mulai menyukai lawan jenis saat usia belasan tahun (SMP).

e. Riwayat Masa Dewasa

Riwayat pekerjaan

Pasien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga

Riwayat pernikahan

Pasien sudah menikah selama ± 26 tahun dan memiliki empat orang anak. Suami

sudah meninggal karena stroke ± 2 tahun yang lalu.

Riwayat keagamaan

Pasien taat beribadah.

Riwayat aktivitas sosial

Pasien bergaul baik dengan tetangga sekitar

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 12


Riwayat hukum

Pasien tidak pernah bermasalah secara hukum.

f. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang keseharian mengurusi

suami dan anak - anaknya. Suami pasien berinisial A, sudah meninggal ± 2 tahun

yang lalu . Anak pertama (♀, 25 tahun) saat ini sudah menikah. Anak keduanya (♀,

20 tahun) sudah bekerja. Anak ketiganya (, 16 tahun) sedang menjalani pendidikan

kelas SMA.

g. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal serumah dengan empat orang anak. Anak- anak pasien

khawatir dengan keluhan yang dirasakannya.

I. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

Penampilan

Pasien seorang perempuan, dengan tinggi 158 cm dan berat badan 50 Kg. Pasien

berkulit sawo matang, berpakaian bersih dan cukup rapih. Menggunakan baju

lengan panjang berwarna biru, celana panjang berwarna hitam, dan kerudung

berwarna biru. Kuku terpotong rapi dan tidak kotor. Cara berjalan pasien tampak

biasa saja.

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 13


Perilaku dan aktivitas psikomotor

Pasien tampak gelisah. Perhatian pasien kurang, konsentrasi pasien cukup.

Pembicaraan (speech)

Cara berbicara : spontan, relevan

Volume berbicara : sedang

Kecepatan berbicara : sedang

Gangguan berbicara : tidak ada afasia, tidak ada disartria.

B. Alam Perasaan

 Mood : khawatir

 Afek : cemas

 Kesesuaian : sesuai

C. Gangguan Persepsi

 Halusinasi

o Auditorik : Tidak ada

o Visual : TidakAda

o Taktil : Tidak ada

o Gustatorik : Tidak ada

 Ilusi : Tidak ada

D. Gangguan Pikir

o Bentuk : Realistik, koheren, preokupasi

o Proses Pikir

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 14


o Produktivitas : Baik

o Kontinuitas

 Blocking : Tidak ada.

 Assosiasi longgar : Tidak ada

 Inkoherensia : Tidak ada.

 Word salad : Tidak ada.

 Neologisme : Tidak ada.

 Flight of Idea : Tidak ada.

 Sirkumstansial : Tidak ada.

o Isi pikir

o Gangguan isi pikiran

 Waham

 Bizarre : Tidak ada

 Persekutorik/paranoid : TidakAda

 Curiga : TidakAda

 Kejar : Tidak ada

 Referensi : Tidak ada

 Kebesaran : Tidak ada

 Thought of insertion : Tidak ada

 Thought of broadcasting : Tidak ada

 Thought of withdrawal : Tidakada

 Delution of influence : Tidakada

 Obsesi : Tidak ada

 Kompulsi : Tidakada

 Preokupasi pikiran : Ada

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 15


E. Sensorium dan Kognitif

 Kesadaran : Compos mentis

 Orientasi : Baik

o Waktu (pasien mampu menyatakan sekarang ini siang/sore/malam)

o Tempat (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di RS)

o Orang (pasien tahu bahwa ia ke RSUD Banjar berobat dengan dokter Psikiatri)

o Daya ingat : Baik

o Daya ingat jangka panjang (pasien dapat mengingat alamat rumah, nama,

umur)

o Daya ingat jangka pendek (pasien dapat mengingat menu sarapan pagi tadi)

o Daya ingat yang baru-baru ini terjadi (pasien dapat mengingat bahwa 2 hari

terakhir tidak bisa tidur)

o Daya ingat segera (pasien dapat mengingat nama dokter spesialis jiwa)

 Konsentrasi : Konsentrasi cukup

F. Daya Nilai

 Daya nilai sosial : Baik

Menurut pasien mencuri adalah perbuatan tidak baik.

 Uji daya nilai : Baik

Misalnya jika pasien menemukan dompet (dengan identitas pemilik) dijalan dan

terdapat uang Rp. 1.000.000,- ia akan mengembalikan dompet beserta uang

tersebut ke kantor Polisi

 Daya nilai realitas: Tidak terganggu

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 16


G. Reality Test Ability (RTA) : Tidak Terganggu

Pasien tidak memiliki gangguan waham, halusinasi, ilusi.

H. Tilikan : Tilikan derajat IV

Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak memahami penyebab

sakitnya.

V. IKHTISAR PENEMUAN YANG BERMAKNA

 RTA : tidak terganggu

 Mood : khawatir

 Afek : cemas, sesuai

 Gangguan persepsi : halusinasi (-), ilusi (-)

 Gangguan bentuk pikir : realistik, koheren

 Gangguan proses pikir : tidak ada

 Gangguan isi pikir : preokupasi

 Tilikan : tilikan derajat IV

 Faktor stressor : ± 10 tahun SMRS suami pasien mengalami sakit stroke dan

pasien mengurus hanya sendiri, ± 2 tahun SMRS suami

pasien meninggal, dan saat ini pasien tinggal bersama 3

orang anak. Pasien menjadi tulang punggung keluarga

dengan berwiraswasta, anak pasien yang terakhir masih

pelajar SMA.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan kedalam :

AKSIS I : F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 17


 Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, diman masing-

masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk

menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala

otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus, disamping

rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

 Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan,

maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau

gangguan anxietas fobik.

 Bila ditemukan sindrom depresi dan axietas yang cukup berat

untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis

tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak

dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan

satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.

 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan

yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan

penyesuaian.

AKSIS II : Diagnosis tertunda

AKSIS III : belum ada diagnosis

AKSIS IV : Masalah “Support System”

AKSIS V: GAF SCALE 1 tahun 80-71 & GAF SCALE Pemeriksaan 10-61

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

AKSIS I : F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

AKSIS II : Diagnosis tertunda

AKSIS III : belum ada diagnosis

AKSIS IV : Masalah “Support system”

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 18


AKSIS V: GAF SCALE 1 tahun 80-71 & GAF SCALE Pemeriksaan 10-61

VIII. DAFTAR MASALAH

a. Organobiologik : Dalam batas normal

b. Psikologi : Khawatir, cemas

c. Sosial : Tidak ada masalah

d. Keluarga : Pasien sudah menikah selama ± 26 tahun dan memiliki

empat orang anak. Suami sudah meninggal karena stroke ± 2

tahun yang lalu.

IX. PROGNOSIS

 Faktor - faktor yang mendukung kearah prognosis baik:

o Keluarga pasien masih mendukung pasien untuk sembuh.

 Faktor - faktor yang mendukung kearah prognosis buruk:

o Tidak ada

Kesimpulan prognosisnya adalah:

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

X. PENATALAKSANAAN

Rawat jalan

Pengobatan:

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 19


1. Farmakoterapi

Fridep 12,5 mg

Alganax 0,5 mg

m.f pulvus da in caps dtd VII

∫ (1 cap – 0 – 0 )

Fridep 25 mg

Clobazam 10 mg

m.f pulvus da in caps dtd VII

∫(0– 0 – 1 cap )

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hal.
266-267

Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110

Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-75

Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12

Cenker Eken, MD, Cem Oktay, MD, Ayse Bacanli, MD, Bedia Gulen, MD, Cem Koparan,
MD, Sandra Sermin Ugras, MD, Yildiray Cete, MD. Anxiety and Depressive Disorders in
Patients Presenting with Chest Pain to the Emergency Department: A Comparison Between

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 20


Cardiac and Non-Cardiac Origin. . Medscape Reference; 2011 [updated 29/03/2011; cited
on June 2013]; Available from: http://emedicine.medscape.com.

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Page 21

Anda mungkin juga menyukai