PENDAHULUAN
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat adanya
kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang
merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung.
Kecemasan yang dimiliki seseorng yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan
ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika
kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas
umumnya.
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety
disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.
Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan ini mengganggu
aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi
sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin
hubungan akrab antar individu atau kelompoknya.
Dan juga kita semua merasa sedih bila ada kejadian yang menyedihkan, dan biasanya
perasaan tersebut teratasi dengan sendirinya. Hal demikian adalah wajar. Lain halnya dengan
"gangguan depresi", yang sudah merupakan gangguan sakit yang menyangkut keluhan
badaniah, perasaan dan pikiran.Bila tidak diobati, depresi dapat menetap berbulan-bulan atau
bahkan menahun. Depresi dapat memperberat atau meningkatkan risiko penyakit fisik dan
meningkatkan risiko bunuh diri. Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan
penyakit organik. Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan
penyakit lain.
Namun terdapat kelainan yang disebut Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi,
pada paasien ini terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, namun masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
Keberadaan ganggguan depresif berat dan gangguan panik secara bersamaan lazim
ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif memiliki gejala ansietas yang
menonjol, dan dua pertiganya dapat memenuhi kriteria diagnostik ganguan panik. Peneliti
telah melaporkan bahwa 20 sampai 90 persen pasien dengan ganggguan panik memiliki
episode gangguan depresif berat. Data ini mengesankan bahwa keberadaan gejala depresif
dan ansietas secara bersamaan, tidak ada di antaranya yang memenuhi kriteria diagnostik
gangguan depresif atau ansietas lain dapat lazim ditemukan. Meskipun demikian, sejunlah
klinisi dan peneliti memperkirakan bahwa pravelensi gangguan ini pada populasi umum
adalah 10 persen dan di klinik pelayanan primer sampai tertinggi 50 persen, walaupun
perkiraan konservatif mengesankanpravelensi sekitar 1 persen pada populasi umum.
Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala ansietas dan gejala depresif
terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang mengalamigejala ini. Pertama , sejumlah
peneliti melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa pada gangguan depresif dan ansietas,
terutama gangguan panik, termasuk menumpulnya respons kortisol terhadap hormon
adenokort, kotropik, respon hormon pertumbuhan yang tumpul terhadap klonidin ( Catapres),
dan respon TSH (thyroid stimulating hormone) serta prolaktin yang tumpulterhadap TRH
(thyrotropin-relasing hormone).
Kedua, sejumlah peneliti melaporkan data yang menunjukkan bahwa hiperkatifitas
sistem noradrenergik sebagai penyebab relevan pada sejumlah pasien dengan gangguan
depresif dan gangguan ansietas. Secara rinci, studi ini telah menemukan adanya konsentrasi
metabolit norepnefrin 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meningkat didalam
urin, plasma, atau cairan serebro spinal (LCS) pada pasien dengan serangan panik. Seperti
pada gangguan ansietas dan gangguan depresif lain, serotonin dan asam γ-aminobutirat
(GABA) juga mungkin terlibat sebagaipenyebab di dalam gangguan campuran depresif
ansietas. Ketiga, banya studi menemukan bahwa obat serotonergik, seperti fluoxetine
(Prozac) dan clomipramine (Anafranil), berguna dalam terapi gangguan depresif dan ansietas.
Keempat, sejumlah studi keluarga melaporkan data yang menunjukkanbahwa gejala ansietas
dan depresif berhubungan pada secara genetik sedikitnya pada beberapa keluarga.
2. Otot tegang/kaku/pegal
6. Jantung berdebar-debar
8. Mulut kering
Sedangkan untuk gangguan depresif ditandai dengan suatu mood depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif lainnya serta gangguan
kepribadian. Di anatara gangguan ansietas, gangguan ansietas menyeluruh merupakan
gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan
campuran ansietas-depresif. Diantara gangguan mood, gangguan dstimik, dan gangguan
depresif ringan adalah gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih
dengan gangguan campuran ansietas-depresif. Diantara ganggguan kepribadian, gangguan
kepribadian mengindar, dependen, dan obsesfi kompulsif dapar memliki gejala yang mirip
dengan gejala gangguan campuran ansietas-depresif. Diagnosis gangguan somatoform juga
harus dipertimbangkan.
Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar kemungkinannya
untuk memiliki gejala ansietas yang menonjol, gejala depresif yang mnonjol, atau campuran
dua gejala dengan besar yang sama saat awitan. Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala
ansietasn dan depresif dapat bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.
2.8 PENATALAKSANAAN
BAB I
STATUS PASIEN
Nama : Ny. N
Usia : 46 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan Terakhir : SD
Kecamatan Banjar
Anamnesis didapatkan dari pasien sendiri, Nn. Sinta (anak kedua pasien), dapat dipercaya.
Keluhan Utama
Merasa cemas, sulit tidur, nafas terasa sesak, perasaan takut berlebihan dan sakit
Sejak ± 10 tahun suami pasien terkena penyakit stroke, pasien harus mengurus
suami sejak saat itu pasien merasa khawatir, sakit kepala, pegal-pegal, suka merasa sesak
nafas, mudah sedih, lesu, perasaan tertekan, putus asa, keluar keringat dingin, gemeteran ,
Sejak ± 2 tahun SMRS, suami pasien meninggal. Sejak saat itu keluhan- keluhan
tersebut bertambah berat. Pasien juga sering mengeluhkan nyeri ulu hati, semakin sulit
tidur, dan sesak nafas. Pasien sudah berobat ke puskesmas tetapi tidak ada perbaikan,
a. Gangguan psikiatrik
Pasien dilahirkan dalam keadaan yang sehat tidak ada trauma saat kehamilan dan
saat kehamilan ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, pada saat persalinan
Perkembangan fisiknya cukup baik, pola perkembangan motorik juga baik. Riwayat
Pasien merupakan anak yang riang. Sejak sekolah, pasien memiliki banyak teman,
Hubungan sosial
Sikap pasien terhadap orangtua, saudara, kerabat, dan tetangga cukup baik. Pasien
Riwayat Pendidikan
Perkembangan motorik
Selama ini dirasa baik dan normal. Pasien mampu melakukan aktivitas dan kegiatan
sehari-hari dengan baik seperti makan, minum, buang air besar, buang air kecil , dan
kebersihan diri.
Pasien dinilai memiliki emosi yang biasa saja, kadang senang kadang juga sedih.
Riwayat psikoseksual
Pasien mulai menyukai lawan jenis saat usia belasan tahun (SMP).
Riwayat pekerjaan
Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah selama ± 26 tahun dan memiliki empat orang anak. Suami
Riwayat keagamaan
f. Riwayat Keluarga
suami dan anak - anaknya. Suami pasien berinisial A, sudah meninggal ± 2 tahun
yang lalu . Anak pertama (♀, 25 tahun) saat ini sudah menikah. Anak keduanya (♀,
kelas SMA.
Saat ini pasien tinggal serumah dengan empat orang anak. Anak- anak pasien
I. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien seorang perempuan, dengan tinggi 158 cm dan berat badan 50 Kg. Pasien
berkulit sawo matang, berpakaian bersih dan cukup rapih. Menggunakan baju
lengan panjang berwarna biru, celana panjang berwarna hitam, dan kerudung
berwarna biru. Kuku terpotong rapi dan tidak kotor. Cara berjalan pasien tampak
biasa saja.
Pembicaraan (speech)
B. Alam Perasaan
Mood : khawatir
Afek : cemas
Kesesuaian : sesuai
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi
o Visual : TidakAda
D. Gangguan Pikir
o Proses Pikir
o Kontinuitas
o Isi pikir
Waham
Persekutorik/paranoid : TidakAda
Curiga : TidakAda
Kompulsi : Tidakada
Orientasi : Baik
o Tempat (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di RS)
o Orang (pasien tahu bahwa ia ke RSUD Banjar berobat dengan dokter Psikiatri)
o Daya ingat jangka panjang (pasien dapat mengingat alamat rumah, nama,
umur)
o Daya ingat jangka pendek (pasien dapat mengingat menu sarapan pagi tadi)
o Daya ingat yang baru-baru ini terjadi (pasien dapat mengingat bahwa 2 hari
o Daya ingat segera (pasien dapat mengingat nama dokter spesialis jiwa)
F. Daya Nilai
Misalnya jika pasien menemukan dompet (dengan identitas pemilik) dijalan dan
Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak memahami penyebab
sakitnya.
Mood : khawatir
Faktor stressor : ± 10 tahun SMRS suami pasien mengalami sakit stroke dan
pelajar SMA.
penyesuaian.
AKSIS V: GAF SCALE 1 tahun 80-71 & GAF SCALE Pemeriksaan 10-61
IX. PROGNOSIS
o Tidak ada
X. PENATALAKSANAAN
Rawat jalan
Pengobatan:
Fridep 12,5 mg
Alganax 0,5 mg
∫ (1 cap – 0 – 0 )
Fridep 25 mg
Clobazam 10 mg
∫(0– 0 – 1 cap )
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hal.
266-267
Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-75
Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12
Cenker Eken, MD, Cem Oktay, MD, Ayse Bacanli, MD, Bedia Gulen, MD, Cem Koparan,
MD, Sandra Sermin Ugras, MD, Yildiray Cete, MD. Anxiety and Depressive Disorders in
Patients Presenting with Chest Pain to the Emergency Department: A Comparison Between