Jawaban:
Depresif Berat
Menurut DSM-IV-TR, gangguan depresif berat terjadi tanpa riwayat episode manik,
campuran, dan hipomanik. Episode depresif berat harus ada setidaknya 2 minggu dan
seseorang yang didiagnosis memiliki episode depresif berat harus ada minimal empat
gejala dari daftar yang mencakup perubahan berat badan dan nafsu makan, perubahan
tidur dan aktivitas, tidak ada energi, rasa bersalah, masalah dalam berpikir dan
membuat keputusan, serta pikiran berulang mengenai kematian dan bunuh diri.
Gangguan cemas
Orang yang tampak cemas patologis mengenai hampir semua hal cenderung
digolongkan memiliki gangguan ansietas menyeluruh. Revisi edisi DSM-IV-TR
mendefinisikan gangguan ansietas mennyeluruh sebagai ansietas dan kekhawatiran
yang berlebihan menngenai beberapa peristiwa atau aktivitas sepanjang hari selama
sedikitnya 6 bulan. Kekhawatiran ini sulit dikendalikan dan berkaitan dengan gejala
somatik seperti otot tegang, iritabilitas, sulit tidur, dan gelisah. Ansietas tidak berfokus
pada gambaran gangguan aksis I lain, tidak disebabkan penggunaan zat atau keadaan
medis umum, serta tidak hanya terjadi selama gangguan mood atau psikiatri.
Jawaban:
Faktor Psikososial
Peristiwa hidup dan stres lingkungan. Terdapat pengamatan klinis yang bertahan
lama bahwa peristiwa hidup yang penuh tekanan lebih sering timbul mendahului
episode gangguan mood yang mengikuti. Hubungan ini telah dilaporkan untuk pasien
gangguan depresi berat dan gangguan bipolar I. Stres yang menyertai episode pertama
mengakibatkan perubahan yang bertahan lama di dalam biologi otak. Perubahan yang
bertahan lama inni dapat menghasilkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmiter dan sistem emberian sinyal interneuron, perubahan yang bahkan
mencakup hilangnya neuron dan berkurangnya kontak sinaps yang berlebihan.
Akibatnya seorang memiliki resiko tinggi mengalami gangguan mood berikutnya,
bahkan tanpa stresor eksternal.
Pada pasien ini memiliki stresor sosial episode pertama berupa kegagalan dan
membina rumah tangga sehingga menyebabkan perceraian. Kemudian pada
pernikahan kedua juga mengalami perceraian yang dapat mengingatkan kembali
kejadian perceraian pertama. Setelah itu untuk saat ini pasien memiliki stresor yang
serupa, yaitu sering melihat anaknya bertengkar dengan istrinya. Hal ini dapat
mengangkat kembali faktor stresor yang pertama, karena pasien takut hal yang sama
terjadi terhadap anaknya.
(Sumber: Kaplan & Sadock. 2004. Buku Ajar Pasikiatri Klinis Edisi 2. EGC.
Jakarta)
Jawaban:
Banyak neurotransmiter dan hormon yang berperan dalam adaptasi stres, contohnya
norepinefrin, serotonin, dan dopamin. Walaupun data belum meyakinkan,
neurotransmiter asam amino (terutama asam -aminobutirat) dan peptida neuroaktif
(terutama vasopresin dan opiat endogen) telah dilibatkan di dalam patofisiologi
gangguan mood. Asam amino glutamat dan glisin tampaknya menjadi neurotransmiter
eksitasi utama pada sistem saraf pusat. Glutamat dan glisin berikatan dengan reseptor
N-metil-D-aspartat (NMDA). Jika berlebihan, dapat memiliki efek neurotoksik.
Hipokampus memiliki konsentrasi reseptor NMDA yang tinggi; sehingga mungkin
jika glutamat bersama dengan hiperkolesterolemia memerantarai efek neurokognitif
pada stres kronis. Terdapat bukti yang muncul bahwa obat yang menjadi antagonis
reseptor NMDA memiliki efek antidepresan.
(Sumber: Kaplan & Sadock. 2004. Buku Ajar Pasikiatri Klinis Edisi 2. EGC.
Jakarta)
Jawaban:
Faktor psikodinamik depresi menurut sigmun freud dikenal sebagai pandangan klasik
mengenai depresi. Teroti ini memiliki 4 poin penting: (1) gangguan hubungan ibu-
bayi, (2) kehilangan objek yang nyata atau khayalan, (3) introyeksi objek yang
meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan untuk menghadapi
penderitaan akibat kehilangan objek, (4) kehilangan objek dianggap sebagai campuran
cinta dan benci sehingga rasa marah diarahkan ke dalam diri sendiri.
Pada pasien ini mengalami kehilangan objek yang dicintainya yaitu seorang suami
sebanyak 2 kali. Hal ini membuatnya menjadi benci tapi di sisi lain Ia merasa
dihianati cintanya, yang menyebabkan Ia menyesali semuanya dan marah terhadap
dirinya sendiri karena tidak bisa mempertahankan objek/hubungannya.
(Sumber: Kaplan & Sadock. 2004. Buku Ajar Pasikiatri Klinis Edisi 2. EGC.
Jakarta)
DSM-IV kriteria diagnosis faktor psikologis yang memengaruhi keadaan medis umum
A. Ke Terdapat keadaan medis umum (diberi kode pada Aksis III).
B.Faktor psikologis memengaruhi keadaan medis secara berlawanan dalam satu atau
lebih cara
1. Faktor memengaruhi perjalanan keadaan medis umum, seperti yang ditunjukkan oleh
hubungan waktu yang erat antara faktor psikologis dan timbulnya atau memburuknya,
atau tertundanya pemulihan, keadaan medis umum.
2. Faktor mengganggu terapi keadaan medis umum.
3. Faktor merupakan risiko kesehatan tambahan untuk individu.
4. Respons fisiologis terkait-stres mencetuskan atau rnemperburuk gejala keadaan
medis umum.
Pilih nama berdasarkan sifat faktor psikologis (jika ada lebih darI satu faktor, tunjukkan
yang paling menonjol):
(Sumber: Kaplan & Sadock. 2004. Buku Ajar Pasikiatri Klinis Edisi 2. EGC.
Jakarta)
Jawaban:
Farmakoterapi
Terapi depresif berat yang efektif dan spesifik, seperti obat trisiklik dan SSRI.
Trisiklik: amitriptyline 12,5 mg 2x1 (1/2 tab)
SSRI: sertraline 25 mg 2x1, fluoxetine 10 mg 2x1 (1/2 tab)
Psikofarmaka
TERAPI PSIKOSOSIAL
Terapi interpersonal
Terapi keluarga
(Sumber: Kaplan & Sadock. 2004. Buku Ajar Pasikiatri Klinis Edisi 2. EGC.
Jakarta)
Jawaban:
Dubia ad bonam
8. Apakah halusinasi atau bukan? Kalau halusinasi dia masuk diagnosis apa?
Jawaban:
Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu yang tidak dikaitkan dengan stimulus
eksternal yang nyata; mungkin terdapat interpretasi berupa waham atas pengalaman
halusinasi tersebut namun mungkin pula tidak.
Pada pasien ini bukan merupakan halusinasi karena yang didengar tidak berupa suara-
suara bisikan, percakapan, ataupun perintah kepada pasien. Melainkan hanya
mendengar suara kicauan burung saat sedang sendiri dalam rumah, pasien juga tidak
menngetahui apakah memang ada burung di luar rumahnya atau tidak. Jadi belum
jelas halusinasi atau tidak.
(Sumber: Kaplan & Sadock. 2004. Buku Ajar Pasikiatri Klinis Edisi 2. EGC.
Jakarta)
Indra Tandi
N 111 16 013
PEMBIMBING:
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017