Anda di halaman 1dari 9

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Undata Palu–


Fakultas Kedokteran DUniversitas Tadulako

REFLEKSI KASUS

DISUSUN OLEH:

Fahmil agung
N 111 17 171

PEMBIMBING:
dr. Dewi Suryani Angjaya, Sp. KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
REFLESI KASUS
Gangguan Depresi non psikotik

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny N.
Umur : 53
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Angkasa
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah menikah
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : Smp
Tanggal Pemeriksaan : 28 mei 2018
Tempat Pemeriksaan : Poli RSUD Undata

Diagnosis Sementara: Gangguan depresi non psikotik

A. Deksripsi
Seorang wanita berusia 53 tahun memakai baju kain warna hijau
dan jilbab, celana kain berwana coklat dengan, penampilan rapi, perawakan
agak gemuk, kondisi pasien sesuai umur,kulit sawo matang, memakai
kacamata. Datang ke Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Undata dengan keluhan
perasaan cemas gelisah. Cemas sudah dirasakan sejak lama. Cemas yang
dirasakan pasien membuatnya susah tidur, jika terbangun dari tidur pasien
sudah tidak dapat tidur kembali, pasien juga terkadang mengalami malas makan
dan malas beraktivitas Jika cemas pasien merasakan kepala terasa keram
pusing, dan Penyebab awalnya pasien mengalami cemas hingga susah tidur
akibat awal ketika duduk di bangku sekolah Semenjak kejadian tersebut pasien
sering merasakan cemas gelisah, takut, sulit tidur, dan kehilangan semangat

1
untuk beraktifitas. Rasa cemas timbul tidak menentu. Keluhan ini muncul
ketika ada sesuatu yang membuat perasaan pasien tidak nyaman (emosi dan
kekhawatiran).
B. Emosi yang Terlibat
Kasus ini menarik untuk di bahas karena pasien memiliki kepatuhan yang
tinggi untuk mengkonsumsi obat sejak Lebih dari 4 tahun belakangan sehingga
kita bisa melihat dengan jelas perbaikan keluhan yang dialami pasien setelah
mengkonsumsi obat. Pasien dengan terbuka dan kooperatif dapat menjelaskan
masalahnya sehingga informasi yang dibutuhkan terkait untuk mendiagnosis
gangguan dapat dikumpulkan.

C. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien saat dianamnesis bersifat terbuka dan sangat koperatif, dan
mengakui senang ditanya-tanya oleh pemeriksa,serta tidak sungkan untuk
menceritakan yang dia alami.
b. Pengalaman Buruk
Pada saat dianamnesis di Poli waktu yang terlalu singkat tidak cukup
untuk melengkapi anamnesis, sehingga pemeriksa melakukan anamensis via
telefon.
D. Analisis

Berdasarkan deskripsi kasus diatas, kasus ini merupakan pasien dengan


Gangguan Afektif Episodik Depresif Sedang. Hal ini dapat dijelaskan dari
terpenuhinya kriteria diagnostik berdasarkan DSM-IV

DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor


A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan
memperlihatkan perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya
(1)mood depresi (2)kehilangan minat

2
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari,
diindikasikan dengan laporan yang subjektif (merasa sedih atau
kosong) atau yang dilihat oleh orang sekitar. Note : pada anak
dan remaja, dapat mudah marah
2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir
semua hal
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau
penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.
Note : pada anak-anak, berat badan yang tidak naik
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat
oleh orang lain, bukan perasaan yang dirasakan secara subjektif
dengan kelelahan atau lamban)
6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan
(bisa terjadi delusi) hampir setiap hari
8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari
9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang
berulang tanpa perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri
dengan perencanaan.
B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran
C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang
signifikan secara klinis
D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan
obat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (hipotiroid)
E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria
bereavement.

3
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang
ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan.Kondisi ini
dialami selama beberapa minggu sampai berbulan-bulan (6 bulan).1
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan cemas
menyeluruh : 3
 Ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan (perkiraan yang
menakutkan), terjadi hampir setiap hari selama setidaknya 6 bulan,
mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti bekerja atau
bersekolah).
 Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
 Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari
keenam gejala berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul
hamper setiap hari selama 6 bulan).
Perhatikan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak.
1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok.
2. Mudah merasa lelah.
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong.
4. Mudah marah.
5. Otot tegang.
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang
gelisah dan tidak puas).
 Fokus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada
gambaran gangguan Aksis I, mis., ansietas atau cemas bukan karena
mengalami serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa
malu berada dikeramaian (seperti pada fobia sosial), merasa kotor
(seperti pada gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau
kerabar dekat (seperti pada gangguan ansietas perpisahan),
bertambah berat badan (seperti pada gangguan anoreksia nervosa),
mengalami keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan

4
somatisasi), atau mengalami penyakit serius (seperti pada
hipokondriasis), juga ansietas dan kekhawatiran tidak hanya terjadi
selama gangguan stress pasca trauma.
 Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisis menyebabkan distress yang
secara klinis bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area
penting fungsi lainnya.
 Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu
zat (mis., penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau keadaan medis
umum (mis., hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya selama
gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan
pervasive.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding GAD adalah gangguan hipokondriasis, gangguan
obsesi kompulsif
1. Gangguan Hipokondriasis Berdasarkan DSM-IV
a. Preokupasi dengan ketakutan bahwa yang bersangkutan
mempunyai atau adanya idea tentang penyakit serius berdasarkan
misinterpretasi yang bersangkutan dengan gejala-gejala tubuhnya.
b. Preokupasi ini menetap meskipun adanya evaluasi medis yang
memadai disertai penjelasan utk meyakinkannya.
c. Keyakinan pada A tidak setingkat waham (seperti pada gangguan
waham tipe somatis) dan tidak hanya pada kepedulian tentang
penampilan (seperti pada gangguan dismorfik).
d. Preokupasi ini menyebabkan penderitaan yang bermakna klinis
atau di area-area sosial, okupasional, dan yang penting lainnya.
e. Durasi gangguan sedikitnya 6 bulan.
Preokupasi tidak dapat digolongkan sebagai gangguan cemas menyeluruh,
OCD, panik, depresif mayor, cemas perpisahan atau gangguan somatoform
lainnya.

5
Terapi
a. Psikofarmaka
1. Benzodiazepine
Merupakan obat pilihan untuk gangguan cemas menyeluruh.
Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis rendah dan
ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Lama pengobatan
rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan massa tapering off
selama 1-2 minggu.1
Penggunaan benzodiazepine dengan waktu paruh
intermediate (8 hingga 15 jam) cenderung menghindari sejumlah
efek samping penggunaan benzodiazepine dengan waktu paruh
panjang, serta penggunaan dosis terbagi mencegah timbulnya efek
samping akibat tingginya kadar plasma. 3
2. Buspiron
Efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif
dalam memperbaiki gejala somatic pada GAD. Tidak
menyebabkan withdrawl. Kekurangannya adalah efek klinisnya
baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita
GAD yang sudah menggunakan benzodiazepine tidak akan
memberikan respons yang baik dengan buspiron. Dapat dilakukan
penggunaan bersama antara benzodiazepine dengan buspiron
kemudian dilakukan tapering benzodiazepine setelah 2-3 minggu,
disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.
3. SSRI
Sertraline dan paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik
daripada fluoksetin. Karena dapat meningkatkan anxietas
sementara. 1
b. Psikoterapi

6
1. Terapi kognitif-perilaku
2. Terapi suportif
Rencana terapi yang diberikan selanjutnya adalah sandepril 10 mg.
Sandepril mengandung maprotilin yang merupakan antidepresan golongan
heterosiklik. Obat ini bekerja dengan cara selektif menghambat reaspsorpsi
kembali dari noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf. Obat ini
diindikasi untuk antidepresi terutama yang membutuhkan sedasi. Alprazolam
0,5 mg juga diberikan sebagai penenang. Obat ini merupakan golongan
antiansietas benzodiasepin yang diindikasikan pada gangguan cemas dan
depresi.
A. KESIMPULAN
- Gangguan depresi adalah suatu gangguan yang behubungan dengan
gangguan mood dan afek
- Gangguan depresi menuru kriteria diagnosis dari DSM-IV dibagi menjadi
tiga, yakni gangguan depresi ringan, gangguan depresi sedang, gangguan
depresi berat tanpa gejala psikotik, dan gangguan depresi berat dengan
gejala psikotik.
- Penatalaksanaan gangguan depresi bisa menggunakan terapi farmakologi
dan non farmakologi

7
DAFTAR PUSTAKA

1. FKUI. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. EGC : Jakarta. 2012


2. Benjamin, JS,. Virginia, AS,. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta. 2010.
3. Tursi MF, Bares CV, Camacho FR, Tofoli SM, Juruena MF. Effectiveness of
Psychoeducation for Depression: a Systematic Review. J Psychiartic.
2013;47(11):1019-31
4. Rusdi, M,. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya : Jakarta. 2013.

Anda mungkin juga menyukai