Anda di halaman 1dari 5

GANGGUAN CEMAS

MENYELURUH
RSUD Arjawinangun Nomor No Revisi: Halaman:
Jl. By Pass Palimanan Jakarta Km 2 No 1 Dokumen:
Arjawinangun – Kabupaten Cirebon
45162
Tlp: 0231 358335 Fax: 0231 359090
PANDUAN PRAKTEK Ditetapkan oleh:
Tanggal Terbit : Direktur RSUD Arjawinangun
KLINIK
(PPK)

1. PENGERTIAN
Gangguan cemas menyeluruh didefinisikan sebagai kecemasan dan kekhawatiran berlebih tentang
beberapa kejadiaan atau aktivitas hampir sepanjang hari selama setidaknya 6 bulan periode.
Kekhawatiran sulit dikontrol and dihubungkan dengan gejala somatik, seperti ketegangan otot,
iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan. Kecemasan tidak fokus pada ciri-ciri penyakit lainnya, tidak
disebabkan oleh penggunaan zat
atau kondisi medis umum, dan tidak hanya terjadi selama gangguan mood atau psikiatrik. Kecemasan
sulit dikontrol, secara subjektif menyedihkan, dan membuat penurunan nilai di bidang penting dalam
kehidupan seseorang.
Etiologi:
1. Faktor biologis
Benzodiazepin dikenal dapat mengurangi kecemasan, dan flumazenil dan 𝛽 –carboline dikenal
dapat menimbulkan kecemasan. Walaupun tidak ada data indikasi yang menyakinkan bahwa
reseptor benzodiazepin abnormal pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh, beberapa
penelitian memfokuskan pada lobus oksipital, yang mempunyai reseptor benzodiazepin
tertinggi di otak. Ganglia basalis, sistem limbik dan konteks frontal juga dihipotesiskan terlibat
pada penyebab gangguan cemas menyeluruh. Karena buspirone adalah agonis pada reseptor
serotonin 5-HT1A, ada sebuah hipotesis bahwa sistem regulasi serotonin abnormal pada
gangguan cemas menyeluruh. Sistem neutrotransmitter lain yang berkaitan dengan gangguan
cemas menyeluruh termasuk norepineprin, glutamat, dan sistem kolesistokinin.
Studi PET (Positron Emission Tomography) melaporkan sebuah penurunan laju metabolik pada
ganglia basalis dan massa putih otak pada pasien gangguan cemas menyeluruh dibandingkan
dengan subjek kontrol.
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien gangguan cemas
menyeluruh dan gangguan depresi mayor pada wanita. Sekitar 25% keluarga tingkat pertama
pasien gangguan cemas menyeluruh juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan
penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15%
pada kembar dizigotik.
Studi tidur elektroencepahlogram (EEG) melaporkan peningkatan keadaan tidur yang terputus-
putus, penurunan tidur delta, penurunan tidur stadium 1, dan gerakan mata yang cepat tidur
berkurang. Perubahan ini pada arsitektur tidur berbeda dari perubahan yang terlihat pada
gangguan depresi.
2. Faktor Psikososial
Dua teori pokok tentang faktor psikososial pada pasien gangguan cemas menyeluruh
adalah teori perilaku-kognitif dan psikoanalitik. Berdasarkan teori perilaku-kognitif,
pasien gangguan cemas menyeluruh berespon secara salah dan tidak tepat terhadap
ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada
lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat
negatif terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman. Teori psikoanalitik

1
berhipotesis bahwa kecemasan adalah sebuah gejala konflik yang tidak terselesaikan
dan tidak disadari.

2. ANAMNESIS
Anamnesi medik dilakukan dengan teknik wawancara psikiatrik. Wawancara ini disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan pasien dan lingkungan. Jika pasien kooperatif wawancara
dilakukan dengan pasien sendiri (autoanamnesis) atau dengan pengantar/keluarga pasien
yang terpercaya (allo/heteroanamnesis). Lama wawancara awal bervariasi antara 5 sampai
30 menit tergantung dengan kondisi pasien dan pengantarnya. Wawancara dapat diulang
sesuai kebutuhan dan perkembangan klinis pasien.

Pada anamnesis dapat ditemukan ciri khas dari gangguan cemas meyeluruh yaitu rasa cemas
dan khawatir(apprehensive expectation) yang berlebihan tentang kegiatan/masalah-masalah
yang ada pada kehidupan sosial mereka seperti tanggung jawab pekerjaan, kesehatan,
keuangan, tentang anak, atau hal kecil seperti pekerjaan rumah. Sedangakn pada anak
dengan gangguan cemas menyeluruh cenderung khawatir pada kemampuan belajarnya di
sekolah.

Beberapa tanda khas pada cemas memnyeluruh harus dibedakan pada gangguan cemas
menyeluruh dan cemas nonpatologis yaitu:
1. Rasa khawatir pada gangguan cemas menyeluruh sangatlah berlebihan dan
mengganggu fungsi psikososial, seharusnya rasa cemas yang mengganggu pada
nonpatologis tidak berlebihan dan dapat diatur dan hanya muncul ketika ada
tekanan saja.
2. Rasa khawatir yang muncul pada gangguan cemas menyeluruh lebih menonjol,
menyusahkan, menyebar cakupannya, durasinya lebih panjang dan muncul tanpa
sebab. Semakin luas cakupan kekhawatiran yang dialami seseorang(contohnnya
finansial, tentang nasib anak, pekerjaan), semakin mendekati kriteria gangguan
cemas menyeluuh.
3. Pada cemas nonpatologis, rasa khawatir yang dialami tidak menimbulkan gejala-
gejala fisik seperti mudah lelah, sakit kepala, gemetaran. Sedangkan gejala fisik
subjektif yang ditemukan pada gangguan cemas menyeluruh disebakan oleh
kekhawatiran yang menetap dan berhubungan dengan gangguan fungsi sosial

3. PEMERIKSAAN MENTAL & FISIK


1) Deskripsi Umum
Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakaian baik, tanpa bukti adanya
disintegritas nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi mungkin pasien
terlihat aneh, pencuriga, atau bermusuhan.
2) Memeriksa mood dan afek
Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham. Misalnya pasien
dengan waham kejar akan curiga.
3) Memeriksa cara bicara (kecepatan, kuantitas, dan pengucapan)
4) Memeriksa persepsi (halusinasi, ilusi, depersonalisasi, dan derealisasi)
5) Memeriksa proses berpikir dan isi pikiran (waham, obsesi, preokupasi)
6) Memeriksa pengendalian Impuls
7) Daya Nilai (sosial, realitas, dan uji daya nilai)

2
Hal – hal yang sebaiknya dihindari ketika melakukan anamnesis dan pemeriksaan status
psikiatri pasien adalah:
1) Mengatakan keprihatian yang berlebihan.
2) Menentramkan secara berlebihan.
3) Membangkitkan harapan yang berlebihan, atau mengatakan “pasti/tentu”.
4) Mengkritik pasien, atau berdebat dengan pasien.
5) Menyalahkan pasien mengenai kegagalan yang ada.
6) Membebankan pasien mengenai kesulitan dokter sendiri.
7) Menakut-nakuti pasien.
8) Membuat malu pasien.

4. KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis menurut DSM-5 untuk gangguan cemas menyeluruh:
a. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti
pekerjaan atau aktivitas sekolah)
b. Penderita merasa sulit mengontrol kekhawatirannya.
c. Kecemasan dan kekhawatiran dihubungkan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala
(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi
selama 6 bulan terakhir):
Catatan: Hanya satu item yang diperlukan untuk anak-anak
1. Gelisah
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau gelisah, tidur tidak
memuaskan)
d. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan tekanan signifikan secara
klinis dan penurunan nilai di sosial, pekerjaan, atau fungsi area lainnya.
e. Gangguan bukan karena efek fisiologis dari zat (misalnya penyalahgunaan obat,
medikasi) atau kondisi medik lainnya (misalnya hipertiroidisme)
f. Gangguan tidak dijelaskan lebih baik oleh gangguan medis lainnya (misalnya
kecemasan dan kekhawatiran tentang serangan panik di gangguan panik, merasa
malu pada situasi umumdi gangguan cemas sosial (fobia sosial), kontaminasi atau
obsesi di gangguan kompulsif-obsesif, merasa jauh dari sosok terkasih di gangguan
cemas perpisahan, pengingat kejadian trauma di gangguan stres post trauma,
penambahan berat badan di anorexia nervosa, keluhan fisik di gangguan gejala
somatik, merasa penampilan kurang pada gangguan dismorfik tubuh, mempunyai
penyakit serius pada gangguan hipokondriasis, atau isi dari keyakinan khayalan di
skizofrenia atau gangguan delusional).

5. DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan cemas disebabkan kondisi medik
Kekhawatiran yang di alami pasien jelas dan sesuai dengan riwayat penyakit medik,
pemeriksaan lab, pemeriksaan fisik atau disebakan kondisi medik yang berefek pada
fisiologis seperti hyperthyroidism atau phechromocytoma
2. Gangguan cemas disebabkan obat-obatan atau zat

3
Gangguan ini berhubungan atau disebabkan zat atau obat(drug of abuse, cemas yang
disebabkan konsumsi kafein berlebihan)
3. Gangguan cemas sosial
Kondisi yang ditemukan pada orang-orang harus tampil di depan umum atau saat
mau ujian. Sedangkan gangguan cemas menyeluruh muncul kapan saja
4. Obsesif-compulsive disorder
Pada gangguan cemas menyeluruh pikiran pasien fokus pada masalah-masalah yang
akan terjadi di masa depan secara berlebihan. Sedangkan obsesif kompulisf biasanya
fokus pada suatu tema
5. Post-traumatic disorder(PTSD) dan gangguan penyesuaian
Gangguan cemas menyeluruh tidak dapat di diagnosis jika rasa dan khawatir dapat di
jelaskan secara baik pada gejala PTSD. rasa cemas yang ada oada gangguan
penyesuaian terjadi dalam 3 bulan onset stressor dan tidak bertahan selama 6 bulan
setelah hilangnya stressor.
6. Gangguan, depresif, bipolar, dan psikotik
Cemas atau khawatir menyeluruh merupakan tanda utama yang berkaitan padan
gangguan depresif, bipolar dan psikotik. Dan gangguan cemas menyeluruh tidak
dapat di diagnosis secara terpisah jika rasa khawatir yang berlebihan muncul pada
perjalanan penyakit psikotik, depresif, dan bipolar.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang bukan sebagai penentu diagnosis pasti, tetapi bersifat menunjang
diagnosis dengan menilai ringan-beratnya derajat penyakit. Pemeriksaan mencakup
pemeriksaan status mental dengan skala-skala ukur yang diperlukan sesuai kebutuhan Dalam
membantu penegakkan diagnosis, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium, elektroensefalogram (EEG), CT scan, atau MRI untuk menilai
derajat kesehatan pasien atau indentifikasi penyakit penyerta (komorbiditas).
7. PENATALAKSANAAN TERAPI

1. Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi utama pada gangguan cemas menyeluruh terdiri dari
CBT(Cognitive-Behavioral Therapy), suportif, dan (insight oriented)Terorientasi
tilikan. Pendekatan kognitif ditujukan untuk gangguan kognitif secara langsung dan
pendekatan behavioral ditujukan untuk gejala somatik. Teknik utama yang digunakan
pada pendekatan yaitu behavioral relaksasi dan biofeedback. Beberapa data
sebelumnya menunjukkan bahwa kombinasi dari pendekatan kognitif dan behavioral
lebih efektif jika dilakukan bersama-sama dibanding dilakukan sendiri-sendiri. Terapi
suportif menawarkan pasien ketentraman hari dan kenyamanan, walaupun efek
jangka panjangnya masih diragukan. Insight-oriented psychotherapy berfokus pada
membuka konflik yang terjadi secara tidak sadar dan mengidentifikasi kekuatan ego
pasien. Kebanyakan pasien mengalami perbaikan dengan penurunan kecemasan jika
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kesulitannya dengan petugas kesehatan
yang simpatik dan memperhatikannya. Jika dokter menemukan situasi eksternal yang
menyebabkan kecemasan pasien. Dokter atau dengan pasien atau dengan keluarga
pasien harus mengubah lingkungan sekitar pasien sehingga tekanan stress pada pasien
dapat dikurangi. Penurunan gejala pada gangguan ini dapat ditandai dengan fungsi
pasien dalam kegiatan sehari-hari yang semakin membaik. Tujuan dari pendekatan ini
adalah untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap kecemasannya (kapasitas untuk
mengalami atau menghadapi kecemasan tanpa harus menunjukkannya), dibanding
menghilangkan kecemasannya.

4
2. Farmakoterapi
a. Benzodiazepin
Benzodiazepin telah menjadi drug of choice untuk gangguan cemas
menyeluruh.
Berdasarkan formularium nasional obat benzodiazepine yang dapat
digunakan yaitu:
 alprazolam(hanya boleh di resepkan dokter psikiatri dan internis
saja) dengan sediaan tablet 0,25-1 mg dan dosis 0,25-4 mg/hari
menurut (mims edisi 13,2013/2014)
 diazepam dengan sediaan tablet 2-5 mg oral dan inj 5 mg i.v. dan
dosis anjuran oral 2,5-40mg/hari dan injeksi 5-10mg(im atau iv)
maksimum 30mg/hari dan menurut (mims edisi 13,2013/2014)
 lorazepam sediaan 0,5 mg dengan dosis anjuran 2-6 mg/hari dan
menurut (mims edisi 13,2013/2014)
b. Buspiron
Buspiron merupakan obat yang efektif untuk mengurangi gejala kognitif
dibadingkan gejala somatik pada gangguan cemas menyeluruh. Namun
kekurangan obat ini adalah efek dari oabtnya baru muncul setelah 2-3
minggu. Sediaan yang dapat diunakan tablet 10 mg dengan dosis anjuran 10-
60 mg/hari.
Efek samping obat anxietas dapat berupa:
 Sedasi(rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif melemah.
 Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll)
Lama pengobatan untuk ansietas pada kebanyakan kondisi biasanya 2-6 minggu
diikuti dengan penurunan dosis secara perlahan 1-2 minggu sebelum obat
dihentikan.
Pemberian obat dimulai dengan dosis awal(dosis anjuran)>>naikkan dosis setiap 3-5
hari sampai mencapai dosis optimal→dipertahankan 2-3minggu→diturunkan 1/8 x
setiap 2-4 minggu→dosis minimal yang masih efektif (maintenance dose)→bila
kambuh dinaikkan lagi dan bila tetap efektif→pertahankan 4-8 minggu→tapering off.

8. EDUKASI
a. Pentingnya kontrol dan minum obat teratur jangka panjang untuk pencegahan
kekambuhan
b. Pentingnya identifikasi dan melaporkan efek samping obat jangka pendek dan
panjang
c. Pentingnya melibatkan keluarga dan lingkungan sebagai support system

9. PROGNOSIS
a. Functionam: dubia ad bonam
b. Vitam : dubia ad bonam
c. Sanationam: dubia ad bonam

10. KEPUSTAKAAN
American Psychiatric Association. (2013). DIAGNOSTIC AND STATISTICAL MANUAL OF MENTAL
DISORDERS. 5th Ed. USA: American Psychiatric Publishing.
Sadock BJ, Sadock VA & Ruiz P.(2015). KAPLAN & SADOCK'S Synopsis of Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry. 11th Ed. Philadephia: Wolters Kluwer.

Anda mungkin juga menyukai